Anda di halaman 1dari 19

MENGURAIKAN KENDALA-KENDALA DALAM PENDIDIKAN KELUARGA

DISUSUN OLEH:

NAMA : AMENOBELIA SITEPU

NIM : 1223371002

KELAS : PENMAS REG B

Dosen Pengampu : Sani Susanti,S.Pd,M.Pd

PENDIDIKAN MASYARAKAT

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Peranan
Keluarga Dalam Pendidikan Anak (Studi Kasus Keluhan Anak terhadap Dorongan keluarga
Tentang Pendidikan Di desa Aek Nabara)”. Skripsi ini disusun dalam rangka memenuhi syarat
untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Geografi Fakultas Pendidikan
Universitas Negeri Medan (FIP UNIMED).

Walaupun penyusunan Makalah ini telah diusahakan dengan maksimal namun masih ada
kekurangan, karena itu dengan rendah hati penulis bersedia menerima kritik serta saran yang
membangun demi kebaikan skripsi ini. Pada kesempatan ini pula kami ucapkan banyak terima
kasih dan penghormatan setinggi tingginya kepada beliau yang terhormat Sani Susanti,
S.Pd,M.Pd.

Semoga Tuhan YME yang maha pemurah menerima makalah atas jasa yang telah diberikan.
Akhir kata, penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca terutama bagi
yang mengkaji ilmu di Jurusan pendidikan kemasyarakatan.

Medan,15 februari 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...............................................................................................................i

DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................1

1.1 Latar Belakang Masalah .....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3 Tujuan .................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAAN........................................................................................................3

2.1 Jenis-Jenis dan Satuan Pendidikan………...........................................................................3

2.2 Keunggulan dan Kelemahan Pendidikan Non Formal...............................................11

BAB III PENUTUP..................................................................................................................15

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................................15

3.2 Saran..................................................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 16
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah laksana eksperimen yang tidak pernah selesai sampai kapan pun
sepanjang ada kehidupan manusia di dunia ini. Dikatakan demikian karena pendidikan
merupakan bagian dari kebudayaan dan peradaban manusia yang selalu mengalami
perkembangan (Hasbullah, 2009: ix). Oleh karena itu pendidikan merupakan salah satu sektor
yang harus mendapatkan perhatian khusus dalam pelaksanaan pembangunan nasional. Sesuai
dengan UU nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dituangkan dalam
pasal 3 bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk
watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan bangsa..

Menurut Ki Hajar Dewantoro, pendidikan yaitu tuntutan didalam hidup tumbuhnya anak-
anak, adapun maksudnya pendidikan yaitu menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada
anak-anak itu, agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai
keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. Coser at all mengungkapkan “Education
is the deliberate, formal transfer of knowledge, skill and values from one person to another
person” (Hasbullah, 2009: 9). Pendidikan 2 merupakan pemindahan pengetahuan, ketrampilan
dan nilai dari satu orang ke orang lain.

Tujuan umum pendidikan merupakan tujuan yang menjiwai pekerjaan mendidik dalam
segala waktu dan keadaan, sedangkan salah satu tujuan khususnya yaitu perbedaan lingkungan
keluarga atau masyarakat, misalnya: tujuan khusus untuk masyarakat pertanian berbeda dengan
masyarakat perikanan (Hasbullah, 2009: 14). Latar belakang keluarga yang berbeda akan
mempengaruhi karakter dan pendidikan anaknya.

Keluarga merupakan lingkungan pendidikan yang pertama, karena dalam keluarga inilah
anak pertama-tama mendapatkan didikan dan bimbingan. Juga dikatakan lingkungan yang
utama, karena sebagian besar dari kehidupan anak adalah di dalam keluarga, sehingga
pendidikan yang paling banyak diterima oleh anak adalah dalam keluarga (Hasbullah, 2009: 38).
Oleh karena itu, peranan orang tua sangatlah penting untuk mendukung kelangsungan
pendidikan anak. Seperti dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tentang SISDIKNAS
bahwa pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu, pendidikan menjadi tanggung jawab bersama.

Karena keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak, maka
tingkat pendidikan orang tua sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan anaknya. Orang
tua yang memiliki tingkat pendidikan tinggi biasanya memiliki cita-cita tinggi pula terhadap
pendidikan anak-anaknya. Mereka menginginkan agar pendidikan anak-anaknya lebih 3 tinggi
atau setidaknya sama dengan pendidikan orangtua mereka, cita-cita dan dorongan ini akan
mempengaruhi sikap dan keberhasilan anaknya.

Manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya bergantung pada lingkungan baik fisik
maupun non fisik.Seperti masyarakat yang hidup di desa aek nabara, mayoritas mereka bermata
pencaharian sebagai pedagang .Pedagang adalah orang atau badan usaha yang melakukan
aktivitas menjual jasa ataupun barang di pasar.

Kesibukan orang tua yang bekerja, menyita waktu untuk keluarga dalam hal
perkembangan pendidikan anak. Mereka menjadi kurang perhatian atau tidak mendapatkan
perhatian penuh oleh kedua orang tuanya, dengan tidak pernah menanyakan ada pekerjaan rumah
atau tidak dan tidak pernah menanyakan ada masalah dalam pemenuhan kebutuhan sekolah. Hal
itu terjadi karena orang tua mereka jarang di rumah dan juga mempunyai dasar pendidikan yang
rendah. Pada kenyataanya peranan keluarga (orang tua) sangatlah penting dalam kelangsungan
pendidikan anak dalam hal perhatian orang tua, cara orang tua mendidik dan lain sebagainya.
1.1 Rumusan Masalah

1 Apa sajakah peranan-peranan dalam pendidikan anak ?


2.Apa sajakah peranan keluarga dalam pendidikan?

1.2 Tujuan
1.Untuk mengetahui pendidikan keluarga yang baik

2.Untuk mengetahui keunggulan dan kelemahan dari pendidikan dalam peranan keluarga
BAB II

PEMBAHASAN

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka diperlukan teoriteori yang mendukung,
meliputi peranan keluarga dalam pendidikan anak, tingkat pendidikan, kondisi sosial ekonomi,
belajar, dan masyarakat Pedagang.

A. Peranan keluarga dalam pendidikan anak


Peranan suatu lembaga pendidikan yang mempengaruhi pendidikan anak adalah
lembaga pendidikan keluarga. Peranan keluarga memegang peranan penting dalam pendidikan
anak.

1. Peranan keluarga
Menurut para ahli psikologi, lingkungan yang banyak memberikan sumbangan dan
besar pengaruhnya terhadap proses belajar maupun perkembangan anak adalah lingkungan
keluarga. Karena lingkungan keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat
informal yang pertama dan utama yang dialami oleh anak.
Ahmadi (2004: 167) menyebutkan “keluarga adalah kelompok sosial kecil yang
umumnya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang mempunyai hubungan sosial relatif tetap dan
didasarkan atas ikatan darah, perkawinan dan atau adopsi”. Keluarga dilihat dari segi
pendidikan merupakan satu kesatuan hidup (sistem sosial), dan keluarga menyediakan
situasi belajar. Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial) keluarga yang terdiri
dari ayah, ibu dan anak mempunyai ikatan yang kuat dan saling kerja sama, dan saling
memberi kasih sayang (Hasbullah, 2009: 87). Keluarga menyediakan situasi belajar
berarti bahwa anak membutuhkan bimbingan orang tua dalam kelangsungan
pendidikannya. Karena orang tua memegang peran utama dari anak sejak kecil yang
meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.
Peranan keluarga (orang tua) dalam pendidikan anaknya tidak hanya
memberikan sebatas pendidikan saja atau memberikan uang yang cukup, tetapi juga
dengan pengasuhan dari orang tua, dengan memberi perhatian, kasih sayang,
kepedulian dan dukungan dari anggota keluarga. Ada beberapa orang tua yang hanya
memberikan anak berupa materi saja, mungkin karena kesibukan mereka bekerja
mencari nafkah. Hal ini tergantung dari masingmasing orang tua dalam mendidik
anak, semua akan berjalan dengan baik apabila orang tua mampu membagi waktu,
dalam mendidik serta memberi pendidikan dan perhatian yang cukup bagi anak
(Andriyani, 2010: 11-12).
Hubungan antara keluarga dengan anak harus terjalin dengan baik demi
keberhasilan anak dengan perhatian dan kasih sayang yang cukup bagi anak. Menurut
Hasbullah (2009: 88-89) tanggung jawab keluarga bagi pendidikan anak adalah
sebagai berikut:
a. Memelihara dan membesarkannya, tanggung jawab ini merupakan
dorongan alami untuk dilaksanakan karena si anak memerlukan
makan, minum dan perawatan agar dia dapat hidup secara
berkelanjutan;
b. Melindungi dan menjamin kesehatannya, baik secara jasmaniah
maupun rohaniah dari berbagai gangguan penyakit atau bahaya
lingkungan yang dapat membahayakan dirinya; 14 c. Mendidiknya
dengan berbagai ilmu pengetahuan dan keterampilan yang berguna
bagi kehidupannya kelak sehingga bila ia telah dewasa mampu berdiri
sendiri dan membantu orang lain;
c. Membahagiakan anak untuk dunia dan akhirat dengan memberinya
pendidikan agama sesuai dengan ketentuan TUHAN YME, sebagai
tujuan akhir hidup manusia.

Adanya kesadaran akan tanggung jawab mendidik dan membina anak secara kontinue
perlu dikembangkan kepada setiap keluarga agar pendidikan yang dilakukan sesuai dengan
perkembangan zaman yang cenderung selalu berubah.
Keluarga mempunyai peranan yang penting dalam pendidikan anak. Peranan itu
dapat dilakukan oleh orang tua secara langsung kepada anak dengan mendampingi serta
membimbing anak dalam belajar. Selain itu juga dapat dilakukan dengan cara tidak berinteraksi
secara langsung dengan anak, yaitu menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung pendidikan
anak, penyediaan sarana-prasarana, pemilihan pendidikan, menanyakan nilai rapor, pemberian
kasih sayang, serta mendorong anak untuk melanjutkan ke pendidikan yang lebih tinggi
(Andriyani, 2010: 15).

2. Pemilihan pendidikan
Pendidikan merupakan usaha manusia untuk menumbuhkan dan
mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai
dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. Atau dengan kata
lain bahwa pendidikan dapat diartikan sebagai suatu hasil peradaban bangsa yang
dikembangkan atas dasar pandangan hidup bangsa itu sendiri (nilai dan norma
masyarakat) yang berfungsi sebagai filsafat pendidikannya atau sebagai cita-cita dan
pernyataan tujuan pendidikan (Ihsan, 2008: 1-2).

Setiap orang tua pasti menginginkan anaknya mendapatkan pendidikan yang


layak. Orang tua yang memiliki pengetahuan tentang pendidikan yang luas akan
memberikan pendidikan kepada anaknya yang terbaik. Philip H. Combs dalam Zahara
(1984: 58-59) mengklasifikasikan pendidikan, meliputi pendidikan informal,
pendidikan formal, dan pendidikan non formal.

a) Pendidikan Informal Pendidikan informal adalan proses pendidikan yang diperoleh


seseorang dari kehidupan sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar. Pada umumnya tidak
teratur dan tidak sistematis, sejak seseorang lahir sampai mati. Seperti dalam keluarga,
merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi setiap manusia. Waktu seseorang
lebih banyak dirumah dibandingkan dengan tempat-tempat yang lain.
b) Pendidikan Formal Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah yang teratur dan
sistematis, berjenjang dan dibagi dalam waktu-waktu tertentu yang berlangsung dari
taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi. Walaupun masa sekolah bukan satu-
satunya untuk belajar namun kita menyadari bahwa sekolah adalah tempat dan saat yang
strategis bagi pemerintah dan masyarakat untuk membina seseorang dalam menghadapi
masa depannya.
c) Pendidikan Non Formal
Pendidikan non formal adalah pendidikan yang diselenggarakan secara sengaja,
tertib, terarah, terencana diluar kegiatan persekolahan. Dalam hal ini tenaga pendidik,
fasilitas, cara penyampaian dan waktu yang dipakai serta komponen lainnya disesuaikan
dengan keadaan peserta didik supaya menciptakan hasil yang memuaskan. Manusia
sepanjang hidupnya sebagian besar akan menerima pengaruh dari tiga lingkungan
pendidikan yang utama yakni, keluarga, sekolah, dan masyarakat dan ketiganya biasa
disebut dengan tripusat pendidikan (Syarah, Erie Siti, 2009).
Manusia sepanjang hidupnya sebagian besar akan menerima pengaruh dari tiga
lingkungan pendidikan yang utama yakni, keluarga, sekolah, dan masyarakat dan
ketiganya biasa disebut dengan tripusat pendidikan (Syarah, Erie Siti, 2009).

Menurut Munib (2007: 75) menyebutkan bahwa salah satu masukan dalam sistem pendidikan
adalah masukan lingkungan. Salah satunya adalah lingkungan pendidikan meliputi keluarga,
sekolah, dan masyarakat.

a. Lingkungan pendidikan keluarga Lingkungan keluarga merupakan lembaga


pendidikan yang pertama dan utama karena sebelum manusia mengenal lembaga
pendidikan yang lain, lembaga inilah yang pertama ada. Pendidikan keluarga
merupakan pendidikan yang utama karena didalam lingkungan ini segenap
potensi yang dimiliki manusia terbentuk dan sebagian dikembangkan.
b. Lingkungan pendidikan sekolah Karena perkembangan peradaban manusia, orang
merasa tidak mampu untuk mendidik anaknya, pada masyarakat yang semakin
komplek dan terspesialisasi, seorang anak memerlukan persiapan yang khusus
untuk memasuki usia dewasa. Persiapan ini memerlukan waktu yang khusus,
tempat yang khusus, dan proses yang khusus pula. Oleh karena itu, orang tua
memerluakan lembaga yang disebut sekolah. Sekolah bukan menggantikan tugas
orang tua sebagai pendidik tetapi sebagai pelengkap dari pendidikan yang
diberikan oleh orang tua.
c. Lingkungan pendidikan masyarakat Lingkungan masyarakat merupakan
lingkungan pelengkap kedua dari pendidikan yang diberikan oleh orang tua.
Masyarakat melengkapi yang tidak ada di sekolah karena sekolah hanya mencetak
manusia yang berkepribadian inovatif dan juga dapat menjadi motivator.
Sedangkan masyarakatlah yang memiliki sumber daya yang memungkinkan untuk
mengembangkan inovasi.

B.Tingkat pendidikan

Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1, jenjang pendidikan adalah


tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik,
tujuan yang ingin dicapai dan kemampuan yang dikembangkan. Dalam UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang SISDIKNAS pada bab VI menjelaskan bahwa jenjang
pendidikan formal terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah dan
pendidikan tinggi.

1. Pendidikan dasar
Pendidikan dasar dijabarkan dalam pasal 17 Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional No. 20 tahun 2003. Pendidikan dasar adalah pendidikan
yang melandasi jenjang pendidikan menengah. Bentuk satuan pendidikan dasar
yang menyelenggarkan program pendididkan 6 tahun terdiri atas Sekolah Dasar
(SD) dan Madrasah Ibtidaiyah (MI), sedangkan bentuk satuan program
pendidikan 3 tahun setelah 6 tahun adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan
Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
2. Pendidikan menengah
Pendidikan menengah dijabarkan dalam pasal 18 Undang-undang Sistem
Pendidikan Nasional N0. 20 Tahun 2003. Pendidikan menengah adalah lanjutan
pendidikan dasar yang terdiri atas pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Bentuk satuan pendidikan menengah terdiri atas Sekolah
Menengah Atas (SMA), Madrasah Aliyah (MA), Sekolah Menengah Kejuruan
(SMK) dan bentuk lain yang sederajat. Pendidikan menengah umum adalah
pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan perluasan
pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa. Pendidikan menengah kejuruan
adalah pendidikan pada jenjang pendidikan menengah yang mengutamakan
pengembangan kemampuan siswa untuk melaksanakan jenis pekerjaan tertentu.
3. Pendidikan tinggi
Pendidikan tinggi dijabarkan dalam pasal 19 dan pasal 20 Undangundang
Sistem Pendidikan Nasional N0. 20 Tahun 2003. Pendidikan tinggi adalah jenjang
pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program pendidikan
diploma, sarjana, magister spesialis, doktor yang disediakan oleh pergururan
tinggi. Satuan pendidikan yang menyelenggarakan pendidikan tinggi disebut
perguruan tinggi yang dapat berbentuk akademik, politeknik, sekolah tinggi,
institut atau universitas.

C.Kondisi sosial - ekonomi

Kondisi sosial selalu mengalami perubahan melalui proses sosial. Proses


sosial merupakan interaksi sosial yang terjadi karena adanya saling mengerti
masing-masing pihak dalam suatu hubungan sosial. Interaksi sosial terjadi antar
individu, antar kelompok, dan antar individu dengan kelompok (Abdulsyani,
2002: 153).

Ekonomi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku


manusia dalam upayanya untuk mencapai tingkat kepuasan yang maksimal dalam
memenuhi kebutuhan (Sriyadi, 2001: 2). Menurut Badan penelitian dan pengembangan
(2000: 22) Indikator kondisi sosial-ekonomi antara lain:
1. Umur
Umur merupakan karakteristik penduduk yang pokok. Struktur ini mempunyai
pengaruh penting baik terhadap tingkah laku demografis maupun sosial ekonomi.
2. Jumlah anak
Jumlah tanggungan anak yaitu jumlah anak usia sekolah yang menjadi
tanggung jawab orang tua. Semakin banyak tanggungan orang berarti semakin tinggi
pula kebutuhan ekonomi yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan hidup.
3. Status perkawinan
Perkawinan adalah perilaku makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa agar
kehidupan di dunia ini berkembangbiak. Status perkawinan dapat dikelompokkan
menjadi belum kawin, kawin, cerai, duda atau janda. Status perkawianan yang
dimaksud adalah status perkawinan nelayan.
4. Pekerjaan/ mata pencaharian
Mata pencaharian merupakan jenis pekerjaan yang dilaksanakan oleh
penduduk masyarakat. Kerja keras yang dilakukan dalam bekerja akan mendapat
penghasilan atau pendapatan sehingga dapat mempertahankan kehidupannya. Mata
pencaharian seseorang juga akan berpengaruh terhadap besar kecilnya pendapatan
yang diterima. Jenis pekerjaan atau mata pencaharian bermacam-macam sehingga
masyarakat dapat memilih pekerjaan yang sesuai dengan keahlian yang dimilikinya.
Berbagai macam pekerjaan yang dilakukan oleh seseorang dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu mata pencaharian pokok dan mata pencaharian sambilan.
Mata pencaharian penduduk dalam penelitian ini adalah penduduk yang bekerja
sebagai nelayan, baik itu pekerjaan sambilan ataupun menjadi pekerjaan pokok.
5. Pemilikan kekayaan
Pemilikan kekayaan adalah kekayaan dalam bentuk barang-barang yang masih
bermanfaat dalam menunjang kehidupan ekonominya. Kekayaan itu antara lain:
a) Barang-barang berharga
Pemilikan kekayaan yang bernilai ekonomis dalam berbagai
bentuk dan ukuran seperti perhiasan, televisi, kulkas, dan lain-lain
dapat menunjukkan adanya pelapisan dalam masyarakat (Abdulsyani,
2002: 86). Kekayaan berupa barang-barang menunjukkan kondisi
sosial ekonomi seseorang. Orang tua yang mempunyai pemilikan
kekayaan yang lebih banyak akan mempunyai kemampuan yang lebih
untuk mensejahterakan pendidikan anaknya.
b) Jenis-jenis kendaraan pribadi
Kendaraan pribadi dapat digunakan sebagai alat ukur tinggi
rendahnya kondisi sosial ekonomi seseorang. Seseorang yang
mempunyai mobil akan lebih tinggi kondisi sosial ekonominya
dibandingkan dengan yang hanya mempunyai sepeda motor.
Jadi, kondisi sosial ekonomi. seseorang dapat diukur dengan
pemilikan kekayaan baik berupa barang-barang maupun kendaraan,
dan lain sebagainya.

D. Belajar

Belajar merupakan proses penting dalam perubahan perilaku manusia dan mencakup
segala sesuatu yang dipikirkan dan dikerjakan. Belajar memegang peranan penting di dalam
perkembangan, kebiasaan, sikap, keyakinan, tujuan, kepribadian, dan bahkan persepsi manusia
(Anni, 2007: 2).

Menurut Slameto (2003: 60) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
menjadi 2, yaitu faktor intern dan faktor ekstern.

1. Faktor intern, faktor yang ada di dalam diri individu yang sedang belajar, meliputi faktor
jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.
2. Faktor ekstern, faktor yang ada di luar individu yaitu faktor lingkungan, meliputi faktor
lingkungan keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat.

Faktor keluarga adalah faktor yang berpengaruh terhadap anak (siswa) yang belajar
berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, 24 suasana rumah tangga,
keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua dan latar belakang kebudayaan.

a. Cara orang tua mendidik


Cara orang tua mendidik anaknya besar pengaruhnya terhadap belajar
anaknya, karena keluarga adalah lembaga pendidikan yang utama dan pertama.
Orang tua yang tidak memperhatikan pendidikan anaknya, misalnya mereka acuh
tak acuh terhadap belajar anaknya, tidak memperhatikan sama sekali akan
kepentingan-kepentingan dan kebutuhan-kebutuhan anaknya dalam belajar dapat
menyebabkan anak tidak/kurang berhasil dalam belajarnya.
b. Relasi antara anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi antara orang
tua dengan anak. Selain itu relasi antara anak dengan saudaranya atau anggota
keluarga yang lain juga turut mempengaruhi belajar anak. Relasi yang baik di
dalam keluarga akan membantu dalam kelancaran dan keberhasilan anak.
c. Suasana rumah tangga
Suasana rumah tangga dimaksudkan sebagai situasi atau kejadiankejadian
yang sering terjadi di lingkungan keluarga dimana anak berada 25 dan belajar.
Rumah yang sering dipakai untuk acara berkumpul atau sering dipakai keperluan-
keperluan akan menganggu belajar anak.
d. Pengertian orang tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian orang tua. Bila anak sedang
belajar jangan diganggu dengan tugas-tugas di rumah. Terkadang anak mengalami
patah semangat maka orang tua wajib memberikan semangat dan dorongan, serta
membantu kesulitan anak.

BAB III

METODE PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada masyarakat nelayan di Desa Aek Nabara Kecamatan Bilah
Hulu Kabupaten Labuhanbatu.
B. Populasi
Populasi adalah seluruh subyek penelitian (Arikunto, 2006: 130). Populasi dalam
penelitian ini adalah semua penduduk yang bekerja sebagai Pedagang di desa Aek
Nabara Kecamatan Bilah Hulu Kabupaten Labuhanbatu. Jumlah keseluruhan penduduk
di desa Tasikagung adalah 3.836 jiwa, dengan kepala keluarga sebanyak 1.108 kepala
keluarga. Sedangkan penduduk yang bekerja sebagai nelayan adalah 880 orang. Jadi
populasi dalam penelitian ini adalah 880 orang (Monografi Desa Aek Nabara 2010.
C. Sampel dan teknik pengambilan sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang akan diteliti
(Arikunto, 2006: 131). Apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua
sehingga penelitiannya adalah penelitian populasi. Tetapi jika dalam subjeknya lebih dari
100 dapat diambil antara 10% - 15% atau 20%-25% atau lebih (Arikunto, 2006: 134).
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara sampel kembar atau
double sample yaitu dua buah sampel yang sekaligus diambil oleh peneliti dengan tujuan
untuk melengkapi data atau untuk melakukan pengecekan terhadap kebenaran data dari
sampel yang pertama (Arikunto, 2006: 142). Sampel dalam penelitian ini yaitu sampel
orang tua dan sampel anak.
Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sampel kembar
atau double sample yaitu dua sampel sekaligus yaitu orang tua dan anak dengan
pengambilan yang dilakukan secara acak atau random sampling.

D. Variabel penelitian
Variabel adalah objek penelitian atau arah yang menjadi titik perhatian
suatu penelitian (Arikunto, 2006 : 118).
Variabel dalam penelitian ini adalah:
1. Tingkat pendidikan orang tua
a) Pendidikan formal
b) Pendidikan non formal
2. Kondisi sosial-ekonomi
i. Umur
ii. Jumlah anak
iii. Status perkawinan
iv. Jumlah tanggungan
v. Pekerjaan/ mata pencaharian
vi. Pendapatan
vii. Jenis tempat tinggalnya
viii. Pemilikan kekayaan

3. Peranan keluarga dalam pendidikan anak

a. Pemilihan pendidikan anak


b. Cara orang tua mendidik
c. Suasana rumah
d. Hubungan antara orang tua dengan anak
e. Penyediaan fasilitas belajar
f. Mendorong anak untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi

E. Metode pengambilan data


Pengumpulan data adalah prosedur yang sistematis dan standar untuk memperoleh data
yang diperlukan (Nazir, 2005: 74). Adapun metode pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah:
1. Metode Dokumentasi

Merupakan cara pengumpulan data melalui peninggalan-peninggalan


tertulis seperti catatan, buku, surat kabar, jurnal, maupun data-data atau arsiparsip dari instasi
setempat yang berhubungan dengan masalah penelitian. Metode ini dilakukan dengan cara
menyerahkan surat ijin atau pengantar terlebih dahulu kepada instansi yang terkait, dan jika
permohonan telah diterima dan disetujui, selanjutnya kita dapat mengambil data yang kita
perlukan sesuai ketentuan.

2. Metode Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara tanya


jawab yang dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian. Metode ini
dilakukan untuk mendapatkan informasi dengan melakukan wawancara secara langsung kepada
masyarakat yang bekerja sebagai nelayan mengenai pendidikan anaknya.

3. Metode Angket/kuesioner

Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk


memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang
mereka ketahui. Jadi dalam menggunakan metode angket, instrumen yang dipakai adalah angket
(Arikunto, 2006: 151).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Hasil Penelitian

1. Kondisi Umum Daerah Penelitian

a. Lokasi Penelitian

Anda mungkin juga menyukai