Anda di halaman 1dari 4

1.

Pengertian IPTEK

Ilmu pengetahuan (sains) adalah pengetahuan tentang gejala alam yang diperoleh melalui
proses yang disebut metode ilmiah (scientific method) (Aji, 2017). Sedang teknologi Weber
mendefinisikan teknologi sebagai suatu ide atau pikiran manusia itu sendiri yang dapat
digunakan untuk kepentingan kemanusiaan itu sendiri.

2. IPTEK dan kaitannya dengan Islam

Peran Islam dalam perkembangan IPTEK, adalah bahwa Syariah Islam harus dijadikan
standar pemanfaatan IPTEK (Hasibuan, 2014). Ketentuan halal-haram (hukum-hukum
syariah Islam) wajib dijadikan tolok ukur dalam pemanfaatan IPTEK, bagaimana pun juga
bentuknya. IPTEKyang boleh dimanfaatkan, adalah yang telah dihalalkan oleh syariah Islam.
Sedangkan IPTEK yang tidak boleh dimanfaatkan, adalah yang telah diharamkan syariah
Islam.

Teknologi turut berkolaborasi dengan islam satu sama lain yang akan berguna untuk seluruh
umat, baik umat manusia maupun umat muslim itu sendiri. Hal inilah yang membuat umat
muslim harus memiliki sifat-sifat ilmuwan, yakni kritis (QS. Al-Isra/17: 36), terbuka
menerima kebenaran dari manapun datangnya ilmu tersebut (QS. Az-Zumar/39: 18), dan
senantiasa menggunakan akal pikirannya untuk berpikir secara kritis (QS. Yunus/10: 10).
Inilah yang mengantarkan pada sebuah keharusan bagi setiap umat muslim agar mampu
unggul dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) sebagai sarana kehidupan
yang harus diutamakan untuk mencapai kebahagiaan baik di dunia maupun di akhirat QS. Al-
Qashash/28: 77; QS. An-Nahl/16: 43; QS. Al-Mujadilah/58: 11; QS. At-Taubah/9: 122).

3. Tantangan Ilmu-ilmu Islam Terhadap Perkembangan Teknologi

a. Ambivalensi Teknologi, teknologi bagaimana pun bentuknya akan selalu bersifat


ambivalen, yaitu ada untung ruginya, yang dalam bahasa Fiqhinya disebut
manfaat dan mudharat bagi manusia dan alam lingkungannya. (Karim, 2014: 35).
b. Di kalangan umat Islam masih banyak yang hanya menekankan pada studi
pustaka daripada studi terhadap realitas sosio kultur. Hal ini mengakibatkan
kurang berkembangnya literatur-literatur tentang ilmu-ilmu empiris Islam seperti
sosiologi Islam, antropologi Islam, psikologi Islam, ekonomi Islam, dan
sebagainya.
c. Belum ada paradikma yang jelas tentang posisi nilai normatif, eksistensi dan
struktur keilmuan Islam sebagai misal, dalam menyikapi problem tantangan
modernisasi yang ditandai oleh pesatnya perkembangan industrialisasi,
transformasi, alat-alat informasi yang canggih, dan kuatnya paham rasionalisme
yang apabila dihadapkan pada agama, di kalangan Muslim belum mampu
menyelesaikan dengan cara dialektis tetapi masih bersifat normatif.

Adapun upaya untuk mengatasi hal tersebut di atas, Ismail Razi Al-Faruqi
melakukan langkah-langkah berikut:
a. Memadukan sistem pendidikan Islam, dikotomi pendidikan umum dan Islam
dihilangkan.
b. Meningkatkan visi Islam dengan cara mengukuhkan identitas Islam melalui dua
tahap, yaitu mewajibkan bidang studi sejarah peradaban Islam dan Islamisasi ilmu
pengetahuan.
c. Untuk menghadapi persoalan metodologi, ditempuh langkah-langkah berupa
penegasan prinsip- prinsip pengetahuan Islam.

4. Pengertian Kebudayaan Islam

Kebudayaan berasal dari kata “Culture” (bahasa Inggris), sama dengan “Cultur” (bahasa
Belanda), sama dengan “Tsaqafah” (bahasa Arab), sama dengan “Colore” (bahasa Latin),
yang berarti mengolah, mengerjakan, menyuburkan dan mengembangkan. Kebudayaan
merupakan wadah, tempat, di mana hakikat manusia memperkembangkan diri. Antara
hakikat manusia dengan pengembangan diri (kebudayaan) tersebut terjalin hubungan,
korelasi yang tidak dapat dipisahkan. kebudayaan yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan
tersebut juga disebut peradaban. Kebudayaan atau peradaban yang dipengaruhi oleh nilai-
nilai ajaran Islam disebut kebuadayaan atau peradaban Islam.

5. Ciri-ciri kebudayaan islam

menurut pendapat Nourouzzaman Shiddiqi yaitu bernafaskan tauhid, karena tauhidlah yang
menjadi pokok ajaran Islam, hasil buah pikir dan pengolahannya adalah dimaksudkan untuk
meningkatkan kesejahteraan dan membahagiakan umat manusia. Sebab Islam diturunkan dan
Nabi SAW diutus adalah untuk membawa rahmat bagi semesta alam. Di samping itu,
manusia dijadikan sebagai khalifah Allah di bumi dengan dibebani tugas untuk menjaga
keindahan ciptaan Allah ini.

6. Konsep Kebudayaan Islam

Sehubungan dengan hasil perkembangan kebudayaan yang dilandasi oleh nilai-nilai


ketuhanan yang disebut dengan peradaban Islam, maka fungsi agama disini semakin jelas.
Ketika perkembangan dan dinamika kehidupan umat manusia itu sendiri mengalami
kebekuan karena keterbatasan dalam memecahkan persoalan-persoalan kehidupannya sendiri,
maka bimbingan wahyu sangat dibutuhkan. Relativitas manusia secara terus menerus
membutuhkan bimbingan wahyu Allah dan Sunnah Rasulullah SAW agar perkembangan
kebudayaan atau peradabannya tersebut berkembang dalam jalur yang benar, yang
memberikan mafaat bagi kehidupan manusia itu sendiri maupun makhluk Allah pada
umumnya.

7. Perkembangan Kebudayaan Islam

Bagi umat Islam Indonesia, tentunya kebudayaan dan peradabannya adalah kebudayaan atau
peradaban Islam Indonesia. Perbedaan yang lahir dari kekhususan kelompok masyarakat atau
bangsa, dalam ajaran Islam tidak dianggap penyimpangan atau bertentangan dengan ajaran
Islam sepanjang tetap mencerminkan nilai - nilai ajaran Islam, seperti perbedaan Bahasa
komunikasi, model pakaian, dan lain-lain.

Oleh karena itu, kebudayaan atau peradaban Islam boleh beragam, berkembang, dan berubah
- ubah, tetapi syariat Islam hanyalah satu dan tetap, sehingga dimana dan kapanpun umat
Islam hidup, syariatnya tetap sama. Perkembangan kebudayaan Islam yang paling menojol
dalam sejarah umat Islam adalah budaya intelektual Islam. Sejak abad pertama,
perkembangan Islam (abad ke tujuh masehi) telah lahir ilmuwan-ilmuwan muslim yang
melahirkan sistem berpikir atau metode berijtihad dalam disiplin ilmu tertentu yang dikenal
dengan istilah mazhab.

Anda mungkin juga menyukai