Anda di halaman 1dari 13

KONSEPSI HUKUM DAN HAKIKAT DAKWAH ISLAM

KELOMPOK 1
Abhista Amiliana Nuraini 2100030223
Amirah Safira Nasution 2100030224
Fadisa Rahma Devi Triana 2100030225
Sultan Akbar Alfatah 2100030226
Hani Pritananda Anisasiwi 2100030227

PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


FAKULTAS SASTRA BUDAYA DAN KOMUNIKASI
UNIVERSITAS AHMAD DAHLAN
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan petunjuk-Nya yang telah memungkinkan
kami menyelesaikan makalah ilmiah ini tentang " konsepsi hukum dan hakikat dakwah islam".
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua individu dan
entitas yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tanpa kerjasama dan
dukungan merkea pengembangan karya ilmiah ini tidak mungkin terwujud dengan baik.
Sebagai penulis, kami tidak luput menyadari bahwa adakalanya terdapat kekurangan baik
dalam segi penyusunan maupun tata bahasa makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan tulus
menerima apresiasi, kritik, dan masukan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Diharapkan makalah ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan mendorong
pemikiran yang mendalam bagi para pembaca.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................ 2


BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ...................................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................................................................... 7
1.2 Pengertian Dakwah ............................................................................................................... 7
1.3 Hukum Berdakwah ............................................................................................................... 8
1.4 Hakikat Dakwah ................................................................................................................. 10
BAB III KESIMPULAN..................................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................................... 13
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada sejarah panjang Islam, dakwah telah menjadi sebuah pilar utama dalam
menyebarkan ajaran agama Islam dan membimbing umat nya unruk menuju pada
pemahaman yang lebih mendalam mengenai nilai-nilai Islam. Dakwah sendiri tidak hanya
berfungsi sebagai sarana untuk mengajak orang lain mengenal dan mempelajari agama
Islam, tetapi juga sebagai upaya untuk memperkuat iman serta membangun kehidupan yang
lebih bermakna dalam bingkai ajaran Allah SWT.

Konsep dakwah dalam Islam sendiri merujuk pada upaya bagaimana menyampaikan
pesan-pesan agama kepada individu serta masyarakat dengan tujuan untuk mengajak
mereka bersama-sama menuju jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah
memiliki landasan dalam Al-Quran dan Hadis, di dalamnya dijelaskan bahwa pentingnya
mengajak orang lain menuju kebenaran, keadilan, dan kebajikan. Dakwah juga mencakup
penjelasan mengenai aqidah (keyakinan), akhlak (moralitas), dan hukum-hukum yang
terdapat dalam Islam.

Pada hakikatnya, dakwah Islam ialah sebuah aktualisasi terhadap keimanan yang
diwujudukan melalui kegiatan kemanusiaan berlandaskan keimanan dalam suatu
masyarakat dengan cara-cara tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar
terciptanya serta terwujudnya ajaran Islam secara keseluruhan dalam aspek kehidupan
manusia dan menjadi pedoman bagi individu-individu dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. (Jumantoro, 2001) dalam (Hidayati, 2007).

Dalam menciptakan dakwah yang efektif serta efisien juga perlu memperhatikan
metode yang digunakan. Pasalnya ketika berdakwah tidak boleh bersikap kaku dan statis
dalam penerapan strategi maupun teknik yang digunakan, melainkan perlu mengikuti
dinamika yang sudah ada. Perlu dilakukan adaptasi terus-menerus terhadap cara
penyampaian pesan-pesan agama agar tetap relevan dan dapat diterima oleh masyarakat
pada berbagai konteks dan generasi.

Terkait dengan permasalahan tersebut, seorang da’i dalam berdakwah dituntut untuk
bisa memiliki sikap yang bijaksana dalam penerapan strategin serta metode dakwah yang
relevan dengan situasi atau objek yang dihadapinya. Hal tersebut merupakan salah satu
pendekatan dakwah yang digunakan dalam mencapai tujuan tertentu yang berlandaskan
hikmah serta kasih sayang, yang dimana pendekatan dalam dakwah harus memiliki
landasan terhadap suatu sudut pandang serta menempatkan sebuah penghargaan yang
bersifat mulai atas diri seorang manusia (Hidayati, 2007).

Dalam Al-Qur’an sendiri terdapat banyak ayat-ayat Al-Qur’an yang memerintahkan


kepada umat Islam agar senantiasa menggiatkan dakwah agar ajaran agama Islam dapat
berdiri tegak, dan dengan adanya dakwah dapat membuat kita sebagai manusia dapat
bertangguung jawab dalam memperbaiki diri untuk menuju ke jalan Allah SWT. Seperti
salah satu ayat Al-Qur’an dalam surat Ali Imron:104 Allah Berfirman :

ِّ ‫ع ْونَ اِّلَى ْال َخي ِّْر َويَأ ْ ُم ُر ْونَ بِّ ْال َم ْع ُر ْو‬
َ َ‫ف َويَ ْن َه ْون‬
‫ع ِّن‬ ُ ‫َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم ا ُ َّمة يَّ ْد‬
ٰۤ
َ‫ْال ُم ْن َك ِّر ۗ َواُول ِٕى َك ُه ُم ْال ُم ْف ِّل ُح ْون‬
Artinya : “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.

Dalam Islam sendiri hukum dakwah adalah bersifat wajib, karena Allah SWT telah
memerintahkan para rasul serta umatnya untuk menyampaikan ajaran agama kepada
sesama manusia. Kewajiban dakwah tersebut tercantum dalam banyak ayat Al-Quran dan
diikuti oleh teladan Nabi Muhammad SAW. Dakwah menjadi kewajiban bagi setiap
individu sesuai dengan kapasitasnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
tetap mengutamakan hikmah dan etika dalam berdakwah.

Dakwah tidak hanya bertujuan untuk mengajak orang mengenal Islam, tetapi juga
membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam dan praktik yang benar
dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah perkembangan zaman, hukum dakwah juga harus
beradaptasi dengan perubahan sosial dan teknologi. Oleh karena itu, seorang dai perlu
memiliki literasi media yang baik dan kemampuan kritis dalam memahami berbagai konten
yang tersebar di dunia maya.

Kehidupan sehari-hari juga menjadi panggung dakwah yang penting. Melalui contoh
perilaku yang baik, sikap toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, seorang
muslim dapat menjadi perwakilan yang hidup dari ajaran Islam. Dalam hal ini, dakwah
bukan hanya dilakukan melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan dan pola hidup yang
konsisten dengan nilai-nilai agama.
Dalam artian, hukum dakwah dalam Islam bukan hanya sekedar kewajiban formal,
tetapi juga memuat tanggung jawab moral dan sosial yang luas. Berdakwah dengan hikmah
dan etika, beradaptasi dengan perkembangan zaman, dan menghidupkan ajaran melalui
tindakan sehari-hari adalah bagian integral dari hakikat dakwah dalam agama Islam.
Dengan kesadaran ini, setiap individu muslim dapat berkontribusi dalam membentuk
masyarakat yang harmonis, bermoral, dan penuh kasih sayang.

Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat, konsep, hukum, dan
hakikat dakwah Islam mengalami transformasi yang signifikan. Masyarakat modern yang
terhubung secara global melalui media sosial dan teknologi informasi membawa tantangan
baru dalam menyampaikan pesan-pesan agama secara efektif. Oleh karena itu, kajian
tentang konsep, hukum, dan hakikat dakwah Islam dalam perspektif Islam menjadi
pemabhasan yang relevan untuk dikaji lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Pengertian Dakwah
Dakwah merupakan istilah yang sering dihubungkan dengan agama Islam dan memiliki
signifikansi yang mendalam dalam kehidupan umat Muslim. Pengertian dakwah sendiri
tidak hanya sekadar penyebaran ajaran agama, tetapi mencakup dimensi spiritual, moral,
dan sosial yang kompleks. Dakwah memegang peranan penting dalam membentuk
pandangan dunia, moralitas, dan interaksi sosial umat Islam. Dalam tulisan ini, akan
dijelaskan secara lebih mendalam tentang pengertian dakwah, termasuk aspek-aspek
esensial yang terkandung di dalamnya.

Secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa arab daʻā-yadʻū-da’watan yang
artinya menyeru atau memanggil. Dalam pengertian lain, dakwah berasal dari bahasa arab
da’wah, yang berasal dari tiga huruf yakni dal, ‘ain, dan wawu yang artinya memanggil,
mengundang, memohon, menanamkan, menyuruh, mendorongm dan mendatangkan.
Dalam konteks Islam, makna-makna tersebut mengandung dimensi spiritual yang
mendalam, menjadikannya lebih dari sekadar sebuah seruan biasa. Dakwah melibatkan
upaya meyakinkan, mengajak, dan membimbing dengan niat suci untuk menyebarkan
ajaran agama kepada sesama manusia

Secara terminologi, dakwah dalam konteks Islam merujuk pada upaya atau aktifitas
komunikatif yang bertujuan untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran-ajaran agama
Islam kepada individu atau masyarakat secara luas. Dakwah melibatkan serangkaian
tindakan yang dimaksudkan untuk mengajak, membimbing, dan memberikan pemahaman
tentang nilai-nilai, ajaran, dan prinsip-prinsip Islam kepada orang lain dengan tujuan
mendekatkan mereka kepada Allah SWT dan mengarahkan kehidupan sesuai dengan
ajaran-Nya.

Pengertian dakwah secara terminologi mencakup aspek penyampaian pesan agama


dalam berbagai bentuk, mulai dari percakapan langsung, ceramah, tulisan, media
elektronik, hingga interaksi sosial sehari-hari. Dakwah juga dapat mencakup pendekatan
yang berbeda sesuai dengan konteks dan audiens yang dituju, dengan tetap menjunjung
tinggi etika dan moralitas Islam. Para ahli juga mendefinisikan dakwah secara terminologi
sebagai berikut :
a. Syaikh Muhammad Abduh menjelaskan bahwasanya dakwah merupakan kegiatan
menyerukan kebaikan serta mecegah dari kemungkaran, dan hal tersebut
merupakan fardlu yang dimana wajib untuk dilakukan oleh setiap muslim.

b. Prof Dr. Hamka, menurutnya dakwa ialah seruan atau panggilan yang bertujuan
untuk menganut sebuah pendirian yang ada serta memiliki dasar yang berkonotasi
positif dengan substansi yang terdapat pada aktivitas yang memerintahkan amar
ma’ruf nahi mungkar.

c. Hamzah Ya’qub, ia mengatakan dakwah merupakan suatu ajakan kepada umat


manusia dengan kebijaksanaan (hikmah) untuk ikut serta mengikuti petunjuk dari
Allah SWT dan Rasul-Nya.

d. Syaikh Ali Makhfudz, ia menjelaskan dalam kitabnya yaitu Hidayatul Mursyidin,


bahwa dakwah didefinisikan sebagai hal yang dapat mendorong manusia dalam
berbuat kebaikan serta mengikuti petunjuk (hidayah) dari Allah SWT, dan menyeru
para manusia untuk senantiasa terhindar dari kemungkaran agar mendapatkan ridha
dan kebahagiaan di dunia maupun akhirat.

e. Prof. Toha Yahya Oemar, menurutnya dakwah islam merupakan suatu upaya untuk
mengajak umat Islam secara bijaksa menuju jalan yang benar sesuai dengan
perintah Allah untuk kemaslahatan di dunia maupun akhirat kelak.

Dalam menggali makna dan esensi dakwah, baik secara terminologi maupun
etimologis, tampak jelas betapa pentingnya peran dakwah dalam konteks Islam. Secara
terminologi, dakwah merujuk pada upaya komunikatif yang bertujuan menyampaikan
ajaran-ajaran agama Islam kepada individu atau masyarakat. Ini melibatkan penyebaran
informasi, pemahaman, dan nilai-nilai agama dengan maksud membimbing dan mengajak
menuju kepatuhan terhadap Allah SWT.

1.3 Hukum Berdakwah


Dalam ajaran Islam, berdakwah merupakan sebuah kewajiban bagi umat muslim untuk
menyampaikan pesan-pesan agama kepada sesama manusia. Hukum berdakwah
didasarkan pada ayat-ayat Al-Qur'an dan hadits Nabi Muhammad SAW. Pendekatan tafsir
maudhu'i (tematis) dan syarah hadits (penjelasan hadits) yang memberikan pemahaman
lebih mendalam tmengenai dasar hukum berdakwah dalam Islam. Ayat-ayat Al-Qur'an
memberikan landasan hukum yang kuat untuk menjalankan tugas berdakwah. Berikut
beaberap ayat-ayat Al-Qur'an yang dijadikan sebagai dasar hukum berdakwah :

1. Surah Al-Asr (103:1-3) dimana ayat ini menekankan pentingnya waktu dalam hidup
manusia. Dalam konteks berdakwah, ayat ini mengajarkan bahwa keberlanjutan
dakwah merupakan salah satu elemen krusial dalam menjalankan tugas berdakwah.
Ayat ini menggaris bawahi bahwa waktu adalah aset berharga yang harus
dimanfaatkan secara bijak. Pendekatan tafsir maudhu'i menekankan bahwa dakwah
bukanlah tugas yang bisa ditunda-tunda, melainkan harus dilakukan dengan segera
dan tanpa henti. Seperti waktu yang berlalu dengan cepat, kesempatan untuk
berdakwah juga bisa lewat dengan cepat.

2. Surah An-Nahl (16:125) dalam ayat tersebut menunjukkan perlunya menggunakan


hikmah dan argumentasi yang baik dalam berdakwah kepada orang lain. Ayat
tersebut mengajarkan bahwa dalam berdakwah, kebijaksanaan (hikmah) dan
argumentasi yang baik memiliki peran sentral dalam mencapai pemahaman yang
lebih baik dan penerimaan yang lebih luas terhadap ajaran agama. Pendekatan tafsir
maudhu'i menekankan bahwa ayat ini membimbing umat muslim untuk
menghadirkan pesan agama dengan cara yang membangun, rasional, dan penuh
pengertian, sehingga pesan tersebut dapat diterima dengan lebih terbuka oleh
berbagai lapisan masyarakat.

Di samping Al-Qur'an, hadits juga mengandung arahan atau petunjuk untuk


melaksanakan dakwah. Hukum dakwah ini tampaknya akan bervariasi bagi setiap individu,
tergantung pada situasi dan kondisi yang dihadapi oleh orang tersebut menurut perspektif
hukum. Abu Sa'id Al-Khudry ra. menyampaikan bahwa saya mendengar Rasulullah SAW
bersabda:

“Barangsiapa diantara kamu melihat Kemungkaran, maka hendaklah ia


mencegah Dengan tangan (kekerasan atau kekuasaan), Jika ia tidak sanggup
dengan demikian (sebab tidak memiliki kekuatan dan Kekuasaan), maka dengan
lidahnya, dan jika Tidak mampu (dengan lidahnya) yang Demikian itu adalah
selemah-lemah iman”. (HR. Muslim).

Dalam hadits tersebut dijelaskan bahwasanya pelaksanaan kegiatan dakwah dinyatakan


sebagai kewajiban yang termasuk dalam kategori fardu kifayah. Hal tersebut disebabkan
oleh kenyataan bahwa tidak semua individu memiliki potensi untuk menjadi muballigh dan
mampu melaksanakan dakwah dengan efektif. Sementara itu, hukum dalam konteks ini
adalah penilaian hukum yang diberlakukan pada individu yang tidak lagi dianggap sebagai
bagian dari hukum fardu kifayah. Penilaian ini didasarkan pada tingkat kemampuan dan
keterbatasan individu tersebut.

Syarah hadits tersebut juga menggarisbawahi fleksibilitas dalam berdakwah dan


menghadapi kemungkaran, yang harus dilakukan dengan bijaksana sesuai dengan situasi
dan kapasitas individu. Hadits tersebut juga mengajarkan mengenai nilai keberanian,
tanggung jawab, serta kesadaran moral dalam memelihara nilai-nilai Islam dalam
masyarakat.

Walaupun pandangan ulama menyatakan bahwa pada dasarnya dakwah merupakan


tanggung jawab bersama (fardu kifayah), namun status hukum dakwah seperti yang
dijelaskan sebelumnya harus diarahkan kepada kewajiban individual (fardu 'ain) agar setiap
individu turut berperan serta dalam menyebarkan kebenaran. Konsep tersebut juga
ditegaskan oleh hadis lain yang melibatkan Rasulullah SAW di mana Khuzaifah ra.
meriwayatkan bahwa Nabi Saw. bersabda:

“Demi zat yang menguasai diriku, Haruslah kamu menegakkan kepada kebaikan
dan haruslah kamu mencegah perbuatan yang mungkar, atau Allah akan
menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdo'a kepada-Nya dimana Allah
tidak akan mengabulkan permohonanmu (HR. Tirmidzi).

Hadits diatas memang tidak memberi penjelasan hukum dakwah secara jelas, namun
ajakan untuk mengerjakan dakwah sangat jelas dalam hadist tersebut. Namun, dalam hadits
ini juga dijelaskan mengenai betapa pentingnya peran individu dalam menjaga kebaikan
dan mencegah kemungkaran. Ungkapan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW
tersebut menunjukkan keputusan dan tekadnya untuk memastikan umatnya berpegang
teguh pada nilai-nilai moral dan agama.

1.4 Hakikat Dakwah


Dalam Islam sendiri hakikat dakwah dalam Islam merupakan hal yang sangat penting
dikarenakan mengacu pada tugas dan tanggung jawab umat Muslim untuk menyampaikan
pesan-pesan ajaran agama Islam kepada sesama manusia, baik Muslim maupun non-
Muslim. Dakwah bukan hanya tentang menyampaikan informasi agama, tetapi juga
mengajak, menginspirasi, dan membimbing orang lain menuju jalan kebenaran dan
kesalehan. Menurut Al-Faruqi, (1998) dalam Nuwairah, (2014) hakikat dakwah terdiri dari
tiga hal, yakni kebebasan, rasionalitas, serta universal.

1. Kebebasan

Dalam hakikat dakwah islam ini, kebebasa diartikan bahwa suatu objek dalam
dakwah harus benar-benar memiliki keyakinan tentang kebeneran terhadap Islam
yang didasarkan pada penilaiannya sendiri dan bebas dari ancaman maupun
paksaan. Dimana, kebebasan tersebut ialah prinsip yang digunakan dalam
berdakwah dan memiliki nilai tinggi. Dapat diartikan pula, bahwa dakwah
disampaikan menggunakan cara yang persuasif, penuh damai, tanpa paksaan, dan
dilakukan dengan penuh kasih sayang serta toleransi terhadap latar belakang
sasaran dakwah.

2. Rasionalitas

Dakwah Islam juga mengajak kita untuk beripikir, memberi argument, serta
berdebat. Hal tersebut membutuhkan peran akal dalam kehidupan manusia.
Dakwah harus berlandaskan pada pemahaman yang rasional dan dapat dijelaskan
secara logis. Penjelasan yang mendalam dan argumentasi yang kuat akan membantu
membangun pemahaman yang benar tentang agama dan memperkuat keyakinan
individu.

3. Universal

Hakikat dakwah dalam Islam memiliki dimensi universal, yang berarti ajaran
agama atau dakwah itu sendiri ditujukan untuk seluruh umat manusia tanpa
memandang latar belakang, ras, atau budaya. Prinsip-prinsip Islam dapat diterapkan
dalam berbagai konteks dan diakui oleh beragam masyarakat. Karena Islam sendiri
memandang bahwa semua orang memiliki kewajiban dalam mendengar dan
menerima sebuah kebenaran.

Dengan memadukan tiga aspek yang sudah dijelaskan diatas hakikat dakwah mencakup
kebebasan dalam memilih, pemahaman yang rasional, dan universalitas dalam penyebaran
pesan agama. Hal tersebut merupakan komitmen umat Muslim dalam menjalankan tugas
penting mereka untuk mengajak dan membimbing manusia menuju kebenaran dan
kesalehan, serta mempromosikan nilai-nilai damai dan persaudaraan.
BAB III
KESIMPULAN

Dari pembahasan tentang konsep, hukum, dan hakikat dakwah Islam tersebut dapat diambil
kesimpulan yang memberikan gambaran komprehensif mengenai topik tersebut
bahwasanya konsep dakwah dalam Islam adalah tentang mengajak, menginspirasi, dan
membimbing orang lain menuju jalan kebenaran dan kesalehan. Ini melibatkan
penyampaian ajaran agama kepada semua manusia, dengan tujuan memperkenalkan nilai-
nilai Islam, mengajak kepada kebaikan, serta mencegah perbuatan yang buruk. Selain itu
hukum berdakwah dalam Islam adalah wajib, mengingat perintah Allah SWT kepada para
rasul dan umatnya untuk menyampaikan ajaran agama. Dakwah dilakukan dengan tetap
mengedepankan hikmah dan etika, serta melibatkan berbagai bentuk interaksi dan metode
yang relevan dengan situasi. Sedangkan hakikat dakwah adalah tanggung jawab penting
umat Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam kepada semua manusia. Ini bukan hanya
sekadar tugas menyampaikan informasi, tetapi juga mencakup ajakan kepada kebaikan,
penginspirasian, dan pembimbingan menuju kebenaran dan kesalehan. Konsep hakikat
dakwah menuntut penghormatan terhadap kebebasan individu, pemahaman yang rasional,
dan universalitas dalam pesan agama. Dakwah bukanlah tugas yang sepele, tetapi
merupakan panggilan penting bagi setiap umat Muslim untuk menjalankan peran aktif
dalam mempromosikan kebaikan, moralitas, dan nilai-nilai agama di tengah masyarakat.
Konsep, hukum, dan hakikat dakwah secara bersama-sama membentuk landasan yang kuat
bagi upaya meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan dakwah dalam kehidupan sehari-
hari, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan manfaat kepada
sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA

Adi, L. (2022). Konsep Dakwah dalam Islam. Jurnal Pendidikan Ar-Rashid, 7(3), 1–23.

Aminudin. (2018). KONSEP DASAR DAKWAH. Sindikasi Pemilu Dan Demokrasi, 9(1), 97.

Hidayati, N. (n.d.). PERAN BIMBINGAN ISLAM DALAM MENUMBUHKAN RASA


PERCAYA DIRI PENYANDANG CACAT NETRA DI PANTI TUNA NETRA DAN TUNA
RUNGU WICARA “DHARMA PUTRA” PURWOREJO SKRIPSI.

Nurholiza. (2022). Siti Nurholiza UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Abstract. 1–13.

Nuwairah, N. (2014). Dakwah di Tengah Keragaman Masyarakat: Hakikat dan Strategi.


Alhadarah, 13(25), 25.

Subandi, H. A., Dan, H., & Dakwah, K. (n.d.). 282975-Hakikat-Dan-Konteks-Dakwah-


2C515E0D. XVIII(90).

Anda mungkin juga menyukai