KELOMPOK 1
Abhista Amiliana Nuraini 2100030223
Amirah Safira Nasution 2100030224
Fadisa Rahma Devi Triana 2100030225
Sultan Akbar Alfatah 2100030226
Hani Pritananda Anisasiwi 2100030227
Segala puji bagi Allah SWT atas limpahan rahmat dan petunjuk-Nya yang telah memungkinkan
kami menyelesaikan makalah ilmiah ini tentang " konsepsi hukum dan hakikat dakwah islam".
Kami juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua individu dan
entitas yang telah berkontribusi dalam penyusunan makalah ini. Tanpa kerjasama dan
dukungan merkea pengembangan karya ilmiah ini tidak mungkin terwujud dengan baik.
Sebagai penulis, kami tidak luput menyadari bahwa adakalanya terdapat kekurangan baik
dalam segi penyusunan maupun tata bahasa makalah ini. Oleh karena itu, kami dengan tulus
menerima apresiasi, kritik, dan masukan dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Diharapkan makalah ilmiah ini dapat memberikan wawasan yang bermanfaat dan mendorong
pemikiran yang mendalam bagi para pembaca.
DAFTAR ISI
Konsep dakwah dalam Islam sendiri merujuk pada upaya bagaimana menyampaikan
pesan-pesan agama kepada individu serta masyarakat dengan tujuan untuk mengajak
mereka bersama-sama menuju jalan yang benar sesuai dengan ajaran Islam. Dakwah
memiliki landasan dalam Al-Quran dan Hadis, di dalamnya dijelaskan bahwa pentingnya
mengajak orang lain menuju kebenaran, keadilan, dan kebajikan. Dakwah juga mencakup
penjelasan mengenai aqidah (keyakinan), akhlak (moralitas), dan hukum-hukum yang
terdapat dalam Islam.
Pada hakikatnya, dakwah Islam ialah sebuah aktualisasi terhadap keimanan yang
diwujudukan melalui kegiatan kemanusiaan berlandaskan keimanan dalam suatu
masyarakat dengan cara-cara tertentu. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar
terciptanya serta terwujudnya ajaran Islam secara keseluruhan dalam aspek kehidupan
manusia dan menjadi pedoman bagi individu-individu dalam menjalani kehidupan sehari-
hari. (Jumantoro, 2001) dalam (Hidayati, 2007).
Dalam menciptakan dakwah yang efektif serta efisien juga perlu memperhatikan
metode yang digunakan. Pasalnya ketika berdakwah tidak boleh bersikap kaku dan statis
dalam penerapan strategi maupun teknik yang digunakan, melainkan perlu mengikuti
dinamika yang sudah ada. Perlu dilakukan adaptasi terus-menerus terhadap cara
penyampaian pesan-pesan agama agar tetap relevan dan dapat diterima oleh masyarakat
pada berbagai konteks dan generasi.
Terkait dengan permasalahan tersebut, seorang da’i dalam berdakwah dituntut untuk
bisa memiliki sikap yang bijaksana dalam penerapan strategin serta metode dakwah yang
relevan dengan situasi atau objek yang dihadapinya. Hal tersebut merupakan salah satu
pendekatan dakwah yang digunakan dalam mencapai tujuan tertentu yang berlandaskan
hikmah serta kasih sayang, yang dimana pendekatan dalam dakwah harus memiliki
landasan terhadap suatu sudut pandang serta menempatkan sebuah penghargaan yang
bersifat mulai atas diri seorang manusia (Hidayati, 2007).
ِّ ع ْونَ اِّلَى ْال َخي ِّْر َويَأ ْ ُم ُر ْونَ بِّ ْال َم ْع ُر ْو
َ َف َويَ ْن َه ْون
ع ِّن ُ َو ْلتَ ُك ْن ِّم ْن ُك ْم ا ُ َّمة يَّ ْد
ٰۤ
َْال ُم ْن َك ِّر ۗ َواُول ِٕى َك ُه ُم ْال ُم ْف ِّل ُح ْون
Artinya : “Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan orang yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang
mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung”.
Dalam Islam sendiri hukum dakwah adalah bersifat wajib, karena Allah SWT telah
memerintahkan para rasul serta umatnya untuk menyampaikan ajaran agama kepada
sesama manusia. Kewajiban dakwah tersebut tercantum dalam banyak ayat Al-Quran dan
diikuti oleh teladan Nabi Muhammad SAW. Dakwah menjadi kewajiban bagi setiap
individu sesuai dengan kapasitasnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dengan
tetap mengutamakan hikmah dan etika dalam berdakwah.
Dakwah tidak hanya bertujuan untuk mengajak orang mengenal Islam, tetapi juga
membimbing mereka menuju pemahaman yang lebih mendalam dan praktik yang benar
dalam kehidupan sehari-hari. Di tengah perkembangan zaman, hukum dakwah juga harus
beradaptasi dengan perubahan sosial dan teknologi. Oleh karena itu, seorang dai perlu
memiliki literasi media yang baik dan kemampuan kritis dalam memahami berbagai konten
yang tersebar di dunia maya.
Kehidupan sehari-hari juga menjadi panggung dakwah yang penting. Melalui contoh
perilaku yang baik, sikap toleransi, dan kepedulian terhadap lingkungan sekitar, seorang
muslim dapat menjadi perwakilan yang hidup dari ajaran Islam. Dalam hal ini, dakwah
bukan hanya dilakukan melalui kata-kata, tetapi juga melalui tindakan dan pola hidup yang
konsisten dengan nilai-nilai agama.
Dalam artian, hukum dakwah dalam Islam bukan hanya sekedar kewajiban formal,
tetapi juga memuat tanggung jawab moral dan sosial yang luas. Berdakwah dengan hikmah
dan etika, beradaptasi dengan perkembangan zaman, dan menghidupkan ajaran melalui
tindakan sehari-hari adalah bagian integral dari hakikat dakwah dalam agama Islam.
Dengan kesadaran ini, setiap individu muslim dapat berkontribusi dalam membentuk
masyarakat yang harmonis, bermoral, dan penuh kasih sayang.
Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika masyarakat, konsep, hukum, dan
hakikat dakwah Islam mengalami transformasi yang signifikan. Masyarakat modern yang
terhubung secara global melalui media sosial dan teknologi informasi membawa tantangan
baru dalam menyampaikan pesan-pesan agama secara efektif. Oleh karena itu, kajian
tentang konsep, hukum, dan hakikat dakwah Islam dalam perspektif Islam menjadi
pemabhasan yang relevan untuk dikaji lebih lanjut.
BAB II
PEMBAHASAN
1.2 Pengertian Dakwah
Dakwah merupakan istilah yang sering dihubungkan dengan agama Islam dan memiliki
signifikansi yang mendalam dalam kehidupan umat Muslim. Pengertian dakwah sendiri
tidak hanya sekadar penyebaran ajaran agama, tetapi mencakup dimensi spiritual, moral,
dan sosial yang kompleks. Dakwah memegang peranan penting dalam membentuk
pandangan dunia, moralitas, dan interaksi sosial umat Islam. Dalam tulisan ini, akan
dijelaskan secara lebih mendalam tentang pengertian dakwah, termasuk aspek-aspek
esensial yang terkandung di dalamnya.
Secara etimologis, kata dakwah berasal dari bahasa arab daʻā-yadʻū-da’watan yang
artinya menyeru atau memanggil. Dalam pengertian lain, dakwah berasal dari bahasa arab
da’wah, yang berasal dari tiga huruf yakni dal, ‘ain, dan wawu yang artinya memanggil,
mengundang, memohon, menanamkan, menyuruh, mendorongm dan mendatangkan.
Dalam konteks Islam, makna-makna tersebut mengandung dimensi spiritual yang
mendalam, menjadikannya lebih dari sekadar sebuah seruan biasa. Dakwah melibatkan
upaya meyakinkan, mengajak, dan membimbing dengan niat suci untuk menyebarkan
ajaran agama kepada sesama manusia
Secara terminologi, dakwah dalam konteks Islam merujuk pada upaya atau aktifitas
komunikatif yang bertujuan untuk menyampaikan dan mengajarkan ajaran-ajaran agama
Islam kepada individu atau masyarakat secara luas. Dakwah melibatkan serangkaian
tindakan yang dimaksudkan untuk mengajak, membimbing, dan memberikan pemahaman
tentang nilai-nilai, ajaran, dan prinsip-prinsip Islam kepada orang lain dengan tujuan
mendekatkan mereka kepada Allah SWT dan mengarahkan kehidupan sesuai dengan
ajaran-Nya.
b. Prof Dr. Hamka, menurutnya dakwa ialah seruan atau panggilan yang bertujuan
untuk menganut sebuah pendirian yang ada serta memiliki dasar yang berkonotasi
positif dengan substansi yang terdapat pada aktivitas yang memerintahkan amar
ma’ruf nahi mungkar.
e. Prof. Toha Yahya Oemar, menurutnya dakwah islam merupakan suatu upaya untuk
mengajak umat Islam secara bijaksa menuju jalan yang benar sesuai dengan
perintah Allah untuk kemaslahatan di dunia maupun akhirat kelak.
Dalam menggali makna dan esensi dakwah, baik secara terminologi maupun
etimologis, tampak jelas betapa pentingnya peran dakwah dalam konteks Islam. Secara
terminologi, dakwah merujuk pada upaya komunikatif yang bertujuan menyampaikan
ajaran-ajaran agama Islam kepada individu atau masyarakat. Ini melibatkan penyebaran
informasi, pemahaman, dan nilai-nilai agama dengan maksud membimbing dan mengajak
menuju kepatuhan terhadap Allah SWT.
1. Surah Al-Asr (103:1-3) dimana ayat ini menekankan pentingnya waktu dalam hidup
manusia. Dalam konteks berdakwah, ayat ini mengajarkan bahwa keberlanjutan
dakwah merupakan salah satu elemen krusial dalam menjalankan tugas berdakwah.
Ayat ini menggaris bawahi bahwa waktu adalah aset berharga yang harus
dimanfaatkan secara bijak. Pendekatan tafsir maudhu'i menekankan bahwa dakwah
bukanlah tugas yang bisa ditunda-tunda, melainkan harus dilakukan dengan segera
dan tanpa henti. Seperti waktu yang berlalu dengan cepat, kesempatan untuk
berdakwah juga bisa lewat dengan cepat.
“Demi zat yang menguasai diriku, Haruslah kamu menegakkan kepada kebaikan
dan haruslah kamu mencegah perbuatan yang mungkar, atau Allah akan
menurunkan siksa kepadamu, kemudian kamu berdo'a kepada-Nya dimana Allah
tidak akan mengabulkan permohonanmu (HR. Tirmidzi).
Hadits diatas memang tidak memberi penjelasan hukum dakwah secara jelas, namun
ajakan untuk mengerjakan dakwah sangat jelas dalam hadist tersebut. Namun, dalam hadits
ini juga dijelaskan mengenai betapa pentingnya peran individu dalam menjaga kebaikan
dan mencegah kemungkaran. Ungkapan yang digunakan oleh Nabi Muhammad SAW
tersebut menunjukkan keputusan dan tekadnya untuk memastikan umatnya berpegang
teguh pada nilai-nilai moral dan agama.
1. Kebebasan
Dalam hakikat dakwah islam ini, kebebasa diartikan bahwa suatu objek dalam
dakwah harus benar-benar memiliki keyakinan tentang kebeneran terhadap Islam
yang didasarkan pada penilaiannya sendiri dan bebas dari ancaman maupun
paksaan. Dimana, kebebasan tersebut ialah prinsip yang digunakan dalam
berdakwah dan memiliki nilai tinggi. Dapat diartikan pula, bahwa dakwah
disampaikan menggunakan cara yang persuasif, penuh damai, tanpa paksaan, dan
dilakukan dengan penuh kasih sayang serta toleransi terhadap latar belakang
sasaran dakwah.
2. Rasionalitas
Dakwah Islam juga mengajak kita untuk beripikir, memberi argument, serta
berdebat. Hal tersebut membutuhkan peran akal dalam kehidupan manusia.
Dakwah harus berlandaskan pada pemahaman yang rasional dan dapat dijelaskan
secara logis. Penjelasan yang mendalam dan argumentasi yang kuat akan membantu
membangun pemahaman yang benar tentang agama dan memperkuat keyakinan
individu.
3. Universal
Hakikat dakwah dalam Islam memiliki dimensi universal, yang berarti ajaran
agama atau dakwah itu sendiri ditujukan untuk seluruh umat manusia tanpa
memandang latar belakang, ras, atau budaya. Prinsip-prinsip Islam dapat diterapkan
dalam berbagai konteks dan diakui oleh beragam masyarakat. Karena Islam sendiri
memandang bahwa semua orang memiliki kewajiban dalam mendengar dan
menerima sebuah kebenaran.
Dengan memadukan tiga aspek yang sudah dijelaskan diatas hakikat dakwah mencakup
kebebasan dalam memilih, pemahaman yang rasional, dan universalitas dalam penyebaran
pesan agama. Hal tersebut merupakan komitmen umat Muslim dalam menjalankan tugas
penting mereka untuk mengajak dan membimbing manusia menuju kebenaran dan
kesalehan, serta mempromosikan nilai-nilai damai dan persaudaraan.
BAB III
KESIMPULAN
Dari pembahasan tentang konsep, hukum, dan hakikat dakwah Islam tersebut dapat diambil
kesimpulan yang memberikan gambaran komprehensif mengenai topik tersebut
bahwasanya konsep dakwah dalam Islam adalah tentang mengajak, menginspirasi, dan
membimbing orang lain menuju jalan kebenaran dan kesalehan. Ini melibatkan
penyampaian ajaran agama kepada semua manusia, dengan tujuan memperkenalkan nilai-
nilai Islam, mengajak kepada kebaikan, serta mencegah perbuatan yang buruk. Selain itu
hukum berdakwah dalam Islam adalah wajib, mengingat perintah Allah SWT kepada para
rasul dan umatnya untuk menyampaikan ajaran agama. Dakwah dilakukan dengan tetap
mengedepankan hikmah dan etika, serta melibatkan berbagai bentuk interaksi dan metode
yang relevan dengan situasi. Sedangkan hakikat dakwah adalah tanggung jawab penting
umat Muslim dalam menyebarkan ajaran Islam kepada semua manusia. Ini bukan hanya
sekadar tugas menyampaikan informasi, tetapi juga mencakup ajakan kepada kebaikan,
penginspirasian, dan pembimbingan menuju kebenaran dan kesalehan. Konsep hakikat
dakwah menuntut penghormatan terhadap kebebasan individu, pemahaman yang rasional,
dan universalitas dalam pesan agama. Dakwah bukanlah tugas yang sepele, tetapi
merupakan panggilan penting bagi setiap umat Muslim untuk menjalankan peran aktif
dalam mempromosikan kebaikan, moralitas, dan nilai-nilai agama di tengah masyarakat.
Konsep, hukum, dan hakikat dakwah secara bersama-sama membentuk landasan yang kuat
bagi upaya meningkatkan pemahaman dan pelaksanaan dakwah dalam kehidupan sehari-
hari, dengan tujuan mendekatkan diri kepada Allah dan memberikan manfaat kepada
sesama manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Adi, L. (2022). Konsep Dakwah dalam Islam. Jurnal Pendidikan Ar-Rashid, 7(3), 1–23.
Aminudin. (2018). KONSEP DASAR DAKWAH. Sindikasi Pemilu Dan Demokrasi, 9(1), 97.
Nurholiza. (2022). Siti Nurholiza UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten Abstract. 1–13.