Hadratul Muhtaromin
Tak lupa kepada para hadirin sebangsa dan setanah air yang dirahmati Allah.
Marilah, pada kesempatan kali ini kita bersyukur kepada Allah SWT. biqouli
alhamdulillahi robbil ‘alamin, atas hidayah serta inayahNya yang sangat agung sehingga kita
dapat mengabdi dan berjuang di jalan Allah SWT.
Sholawat serta salam tak henti hentinya kita haturkan kepada Baginda Nabi Muhammad
SAW. Biqouli Allahumma Sholli ‘ala Sayyidina Muhammad, seraya berharap semoga Allah
melimpahkan rahmatNya kepada kita dan semoga Nabi Muhammad SAW. Berkenan
memberikan syafa’atul Udzmah kepada kita nanti. Aamiin ya robbal ‘alamiin
Pada kesempatan yang sangat mulia ini, saya akan menyampikan sebuah pidato yang
berjudul “Tantangan dan Peran Generasi NU dalam Melestarikan Aswaja di Bumi
Nusantara”
Islam Aswaja di Indonesia adalah Nahdlatul Ulama’. Warga Nahdliyyin menjadi warga
mayoritas dan mendominasi di bumi nusantara ini. Zaman dahulu, warga NU terkenal dengan
kesopanan dan keteguhan dalam melestarikan dan mengimplementasikan Aswaja. Akan tetapi,
pada zaman sekarang NU dihadapkan pada krisis moral dan ideologi pemudanya. Apakah kita
tidak takut dan khawatir dengan keadaan seperti ini? Ma’asyirol muslimin ! kita harus ingat
bahwa generasi NU nantinya akan menjadi orang tua yang memegang ilmu, kekuasaan, dan
estafet perjuangan ulama’Ahlussunnah wa Jamaah An Nahdliyyah.
Terdapat dua hal yang dapat mengancam generasi NU yaitu pengaruh Negatif Globalisasi
berupa kemajuan teknologi, serta masifnya gerakan – gerakan yang ingin menghancurkan
Negara kita Indonesia. Masya Allah... hal pertama adalah pengaruh negatif dari globalisasi dan
majunya teknologi, yang mana arus informasi, melalui media elektronik, cetak, dan internet
seolah diposisikan sebagai guru yang harus digugu dan ditiru. Sudah tidak ada filter atau
penyaring lagi yang dapat memilah dan memilih secara selektif terhadap informasi dan teknologi
mana yang bermanfaat dan tidak menyimpang dari ajaran Ahlussunnah wal Jama’ah An
Nahdliyah.
Hal yang kedua, adalah masifnya gerakan-gerakan yang ingin merongrong NKRI.
Mereka adalah kelompok-kelompok yang kebanyakan mengklaim kebenaran sebagai milik
eksklusif mereka sendiri, dan harus diperjuangkan dan diterima oleh orang lain. Bila perlu
kelompok-kelompok ini akan melakukan paksaan bahkan teror untuk memaksakan ide dan
gagasannya kepada kita. Sehingga mereka sekehendak hatinya sendiri tidak toleran terhadap
Budaya Nusantara, dan mereka mengusung adanya formalisasi syari’at, dan terbentuknya
pemerintahan islam atau khilafah islamiyah.
Sikap lentur NU sebagai titik pertemuan pemahaman aqidah, fikih, dan tasawuf versi
Ahlus Sunnah Wal Jama’ah telah berhasil memproduksi pemikiran keagamaan yang fleksibel,
mapan, dan mudah diamalkan pengikutnya. Dalam perkembangannya kemudian para ulama’ NU
di Indonesia menganggap bahwa Aswaja yang diajarkan oleh KH Hasyim Asy’ari sebagai upaya
membumikan atau menginstitusikan beberapa prinsip :
Yang pertama tawasuth yaitu moderat, kedua tasamuh atau toleran, ketiga tawazzun yaitu
seimbang dan keempat adalah ta’addul yang berarti keadilan. Prinsip-prinsip tersebut merupakan
landasan dasar dalam mengimplimentasikan Ahlussunnah Wal Jamaah AnNahdliyah.
Kiranya itulah tadi, pidato yang dapat saya sampaikan, sesungguhnya segala kekurangan dan
kekhilafan adalah dari al faqir pribadi, dan segala kelebihan dan keshowaban adalah dari Allah Swt.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb