Anda di halaman 1dari 3

‫السال م عليكم ورحمة هللا وبر كا ته‬

َ ‫سالَ ُم َعلَى‬
‫سيِِّ ِدنَا‬ َّ ‫صالَة ُ َوال‬َّ ‫ َوال‬.‫ض َل بَنِ ْي أَدَ َم بِا ْل ِع ْل ِم َو ْالعَ َم ِل‬
َّ َ‫ا َ ْل َح ْمدُ ِهللِ الَّذِى ف‬
‫ب ْال َك َرا َم ِة َو ْال َك َم ْل‬
ِ ‫ص َحا‬ ْ َ ‫ َو َعلَى ا َ ِل ِه َوا‬.‫ ُم َح َّم ٍد َعلَى ُك ِِّل َحا ٍل‬.‫أ ِّما بعد‬
ْ َ ‫ص َحا ِب ِه ا‬
Yang Saya Hormati saya Ta’dzimi, Pengasuh Pon-Pes Nurul Islam, Abah Kyai Abdul Hanan.
Yang Saya Hormati, Kepala Pondok Pesantren Nurul Islam, Abah Ustadz Nur Rohinm
Yang Saya Hormati Dewan Asatidz Dan Asatidzah Pondok Pesantren Nurul Islam.
Yang Saya Hormati Jajaran Dewan Juri yang selalu dirahmati ALLAH SWT.
Yang Saya Banggakan, Pengurus ROSANI Putra dan Putri Pondok Pesantren Nurul Islam,
Dan yang saya Sayangi, Sohib dan Sohibah, Akhi dan Ukhti, santri dan santriyah Yang
berbahagia.

Marilah kita bersama-sama mengucapkan rasa syukur kita kepada Allah SWT dengan
ucapan Alhamdulillahirobbil ‘alamin atas hidayah serta inayah NYA yang sangat agung
sehingga kita semua dapat menghadiri majlis perjuangan ini dengan semangat berjuang dan
mengabdi yang membara dan tanpa ada halangan suatu apapun.
Dengan ucapan Allohumma Sholli ‘ala Sayyidinaa Muhammad..... marilah kita
senantiasa dan tak henti-hentinya menghaturkan sholawat dan salam ke haribaan Nabi
Muhammad SAW seraya berharap semoga Allah melimpahkan rahmatNYA kepada kita dan
smeoga Nabi Muhammad SAW berkenan memberikan syafa’atul udzmah kepada kita nanti.
Alhamdulillah, bahagia rasanya saya “...........” seabagai santri saya sangat bangga
menjadi seoarng santri serta saya berterimakasih telah diberi waktu dan kesempatan untuk
bertemu dengan rekan-rekanita seperjuangan dalam acara “..........” untuk menyampaiakan
Orasi atau pendapat yang bertemakan “Tantangan dan Peran Santri dalam Melestarikan
Aswaja di Bumi Nusantara”.

Hadirin yang saya muliakan!


Islam Aswaja di Indonesia adalah NU, warga NU menjadi warga mayoritas yang
mendominasi di bumi nusantara ini. Zaman dahulu kala, warga NU terkanal dengan kesopanan
dan keteguhan dalam melestarikan dan mengimplementasikan Aswaja. Akan tetapi, pada
zaman sekarang NU sudah terkena pengaruh negatif dari globalisasi dan kemajuan teknologi.
Nu dihadapkan pada krisis moral dan ideologi pemudanya. Apakah kita tidak takut dan hawatir
dengan keadaan seperti ini? Kita harus ingat bahwa generasi NU nantinya akan menjadi orang
tua yang akan memegang ilmu, kekuasaa, dan estafet perjuangan ulama’ Aswaja.
Hadirin yang saya hormati !
Terdapat dua hal yang dapat mengancam generasi NU yaitu pengaruh negatif dari
globalisasi dan majunya teknologi serta masifnya gerakan ideologi transnasional yang dapat
membuat pemuda-pemudi NU rusak, dan pada akhirnya Aswaja juga dapat rusak.
Hal yang pertama adalah pengaruh negatif dari globalisasi dan majunya teknologi dimana
arus informasi, melalui media elektronik dan cetak, dan internet seolah diposisikan sebagai
guru yang harus digugu dan ditiru. Sudah tidak ada filter atau penyaring lagi yang dapat
memilah dan memilih secara selektif informasi dan teknologi mana yang bermanfaat dan dapat
digunakan. Bukan malah secara serta merta meniru atau mengadopsi kemajuan ini sehingga
menyimpang dari ajaran Aswaja. Akibatnya pemuda kita semakin jauh dari ajaran aswaja.
Hal yang kedua adalah ancaman gerakan idelogi transnasional yakni Liberalisme dan
Radikalisme yang bisa timbul dari agama apa pun dan dari mana pun. Ideologi ini mengancam
bahkan merong-rong NKRI dan ideologi aswaja. Islam Liberal (gerkan Islam Kiri) ini dalam
memahami Islam menggunakan pendekatan-pendekatan yang bebas dan menempatkan akal di
atas segalanya. Sedangkan Islam Radikal (Gerakan Islam Kanan) mengklaim kebenaran
sebagai milik eksklusif mereka sendiri dan harus diperjuangkan dan diterima orang lain. Bila
perlu kelompok ini melakukan paksaan bahkan teror untuk memaksakan ide dan gagasannya
kepada kita. Gerakan ini meragukan dan menolak untuk bermadzhab dan menjauhi ulama’.
Akhirnya dengan menjauhi ulama’ dan dengan literatur ilmu islam yang minim sehingga
mereka sekehendak hatinya sendiri tidak toleran terhadap budaya lokal dan saklek. Mereka
mengusung adanya formalisasi syariat, terbentuknya pemerintahan Islam (Khilafah Islamiyah).
Perlu diketahui bahwa radikalisme saat ini sudah bukan lagi dalam hal penolakan terhadap
tahlilan, berjanjenan, manakiban, ziarah, karena tradisi ini yang justru sudah bisa diterima
bahkan dilakukan oleh mereka di luar NU karena buah dari kesabaran NU yang selalu tasamuh
dan berpegang teguh pada posisi wasathan dan moderat. Akan tetapi radikalisme sekarang ini
dalam bentuk egoisme mereka yang mengklaim kebenaran sebagai milik eksklusif mereka
sendiri dan harus diperjuangkan dan diterima orang lain. Bila perlu kelompok ini melakukan
paksaan bahkan teror untuk memaksakan ide dan gagasannya kepada kita. Faham radikal itu
melihat umat Islam yang tidak sepaham dengan mereka atau umat agama lain dengan mata
kebencian sehingga timbullah kekacauan yang dapat memecah belah NKRI.
Gerakan mereka sangatlah tertata dan terorganisir dengan bagus. Mereka membungkus
gerakan dengan kebebasan berfikir sebagaimana yang dianut oleh ideologi liberal dan
formalisasi Islam yang menginginkan Negara Islam berdiri di Indonesia sebagaimana yang
dianut oleh ideologi radikal/fundamental.
Kedua ideologi ini sangatlah berbahaya bagi Aswaja dan NKRI. Sedangkan kita pemuda
NU yang bertanggung jawab melestarikan Aswaja malah tenang-tenang saja, tidak menyadari
atau bahkan tidak perduli dengan kondisi tersebut. Padahal tidak hanya ukhuwah saja yang
harus kita jaga, tapi kita juga harus menjaga kuat apa yang kita yakini benar, yakni Islam
Aswaja yang mengikuti nabi, sahabat, dan para ulama’. Dan tentulah Islam Aswaja di bumi
nusantara ini tidak lain adalah NU. Kita harus ingat bahwa “Kebaikan yang tidak terorganisir
akan kalah dengan kejahatan yang terorganisir”.
Sebagai sasaran empuk mereka adalah masyarakat NU yang banyak tekanan dan
permasalahan khususnya pemuda-pemudi NU yang sekarang ini rapuh, akibat kurang
mendalamnya ilmu agama, lemahnya pengetahuan agama islam yang benar dan kurang
kuatnya ukhuwah karena egoisme kita dalam berkompetisi sehingga kita mudah goyah dan
dipengaruhi oleh idelogi transnasional dengan iming-iming kebebasan dan kebenaran ideologi
yang bersifat semu bahkan kita sering dibuat ragu dengan ajaran agam kita sendiri.
Lalu apakah yang harus kita lakukan sebagai pemuda NU untuk melindungi Aswaja?
Yaitu:
1. Meningkatkan pemahaman ilmu agama yang lebih mendalam dan luas melalui pendidikan
pesantren dan majlis-majlis ilmu. Karena bagi orang yang sungguh-sungguh berhasrat
menguasai agama Islam sangat penting memahami kitab kuning agar tidak menafsirkan
pemahaman secara liberal dengan bebas tanpa kendali.
2. Menguatkanan pemahaman Aswaja melalui pelajaran Aswaja di sekolah, diskusi, seminar
dan lainnya.
3. Berkonsolidasi, bersatu, saling menghargai sehingga tidak mudah terpecah belah
4. Mengimplementasikan dan menguatkan kebiasaan (Habituasi) Aswaja dalam semua lini
kehidupan baik di keluarga, sekolah, maupun masyarakat.
5. Terus istiqomah melestarikan tradisi NU seperti berjanjinan, tahlilan, manakiban,
istighotsah dan lainnya.
6. Memajukan penggerak dan sarana pelestarian Aswaja yaitu: guru, sekolah, pesantren,
masjid, majlis ilmu dan dzikir dll.

Mari kita pemuda NU bersama-sama menjaga Aswaja dari idelogi transnasional dan
mencintai para ulama’ dan pahlawan Aswaja sebagai pelaku “living Aswaja”/penghidup
Aswaja dan buku terbuka bagi kita para pelajar dan santri. Selain itu pemerintah harus
menggunakan Pancasila sebagai ideologi yang membatasi masuknya ideologi transnasional.
Sedangkan NU harus terus memperkuat pemahaman Aswajanya ke seluruh struktur dan kultur
di bawah NU.
Demikianlah penyampaian dari saya, saya memohon maaf jika ada kesalahan dan
kekurangan, baik tutur kata dan perilaku karena saya hanya manusia biasa yang jauh dari
kesempurnaan dan terima kasih atas perhatiannya.

Anda mungkin juga menyukai