Anda di halaman 1dari 6

ZAKAT, INFAK DAN SODAQOH SOLUSI PEMBERANTASAN

KEMISKINAN

Dewan hakim yang kami hormati.

Hadirin walhadirat yang dirahmati Allah.

Pada umumnya ada tiga konsep yang berkaitan dengan


pemanfaatan harta benda. Pertama, komunisme dengan prinsip
mengutamakan kepentingan masyarakat di atas kepentingan individu,
tiap-tiap individu tidak memiliki kemerdekaan dan hak kepemilikan
sehingga menguntungkan si miskin namun kerugikan bagi si kaya. Kedua,
kapitalisme dengan prinsip menitik beratkan kepentingan individu di atas
kepentingan masyarakat, akibatnya lahir the rich richer and the poor
poorer. Yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin:

Yang kuat memakan yang lemah, yang pintar memakan yang bodoh.
Homo homoni lupus to be polity in society, penghisapan manusia
terhadap manusia menjadi peradaban. Hanya membawa derita dan
untaian air mata bagi kaum dhuafa. Dalam polemic tersebut muncul
konsep yang ketiga, yaitu konsep Islam dengan unsur keseimbangan
dalam pemberdayaan:

Agar harta kekayaan tidak hanya bergulir di antara orang-orag kaya di


antara kamu sekalian.
Tapi dirasakan pula oleh kaum dhuafa. Prinsip tersebut diantaranya
diaplikasikan melalui pelaksanaan zakat, infak dan sodaqoh. Karena itulah
Zakat, Infak dan Sodaqoh Solusi Pemberantasan Kemiskinan
adalah tema yang akan kita uraikan pada kesempatan kali ini. Dengan
landasan surah At-Taubah ayat 103:

Artinya : Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu
kamu membersihkan dan mensucikan mereka, dan mendo`alah untuk
mereka. Sesungguhnya do`a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi
mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.

Hadirin kaum Muslimin walmuslimat Rahimakumullah

Imam Ibnu Jarir mengatakan ayat tersebut diturunkan berkenaan


dengan permintaan Abu Lubabah beserta kedua temannya kepada
Rasulullah Muhammad SAW seraya berkata: Ya Rasulallah, ini harta
benda kami sedekahkanlah atas nama kami dan mintakanlah ampunan
bagi kami!. Rasul menjawab: Aku tidak diperintah Allah untuk menerima
harta sedikitpun. Berkenaan dengan hal tersebut, turunlah perintah Allah
untuk menerimanya sebagaimana terangkai dalam surah At-Taubah ayat

103 tadi terutama pada kalimat



Kalau kita kaji lebih dalam
kalimat
disamping menunjukkan sighat Amr juga mengisyaratkan agar
dibentuk lembaga pengelola zakat, infak dan sodaqoh yang professional
dan proporsional. Kenapa demikian? Pertama, karena sedikitnya
kesadaran membayar zakat. Kedua, mengisyaratkan agar amilin memiliki
manajemen yang bagus. Masa orde baru terbukti, karena amilin tidak
professional akhirnya zakat bukan mensejahterakan rakyat tapi zakat
malah menjadi jaket.

Apa hikmah zakat bagi seorang muzakki? Ayat tadi menjelaskan:

Pertama, Tathir
untuk membersihkan harta dari hak-hak
fakir miskin, orang yang tak berharta, orang yang terbaring di pinggir-
pinggir jalan yang tiap hari merasakan pekik getirnya kehidupan, hanya

isak tangis yang ia rasakan. Kedua, Tazkiyah membersihkan



dari penyakit rakus, tamak, dan serakah. Penyakit ini hadirin yang harus
kita bersihkan, sebab jika kehidupan manusia dilanda penyakit ini maka
akan lahir hartawan berjiwa Qarun, pengusaha bermental Salabah,
penguasa berotak Firaun, fungsinya bukan pelindung rakyat tapi
pemeras, penindas, bahkan perampas hak-hak rakyat. Naudzubillah

mindzalik. Fungsi yang ketiga, Taskin



maksudnya dengan
zakat, infaq dan shodaqoh, jiwa akan tenang, hati marasa senang
walaupun (banyak) tidak punya uang. Amin ya rabbal alamin.

Tapi sebaliknya, jika para aghniya, para konglemerat enggan


membayar zakat, enggan untuk infaq, dan enggan shodaqoh maka suatu
negara bisa kiamat, walau gedung bertingkat, walau mobil makin
mengkilat, dijamin rakyat sulit berdaulat apalagi jikalau pejabat sudah jadi
penjahat, menyikat uang rakyat, jelas bangsa bisa kiamat. Naudzubillah
mindzalik.

Padahal Rasulullah saw telah mengancam melalui sabdanya,


sebagaimana termaktub dalam kitab syabul iman, bab Ikromul jar, juz ke
12 hal 87:










Bukan termasuk orang mukmin, orang yang hidupnya kenyang sendirian
sementara tetangganya hidup dalam kelaparan.

Dengan demikian, orang kaya yang tidak peduli dengan nasib kaum
dhuafa, konglomerat yang acuh terhadap kaum melarat, pejabat yang
apriori terhadap nasib rakyat, bukan saja mencerminkan orang yang jahat,
tetapi mencerminkan orang yang tidak beriman dan orang seperti ini
harus minggir dari Negara kita tercinta ini. Setuju hadirin? Sebab Negara
kita Indonesia akan jaya apabila dipimpin oleh orang-orang yang peduli
dengan nasib kaum dhuafa.

Oleh karena itu hadirin, semangat zakat, infaq dan shodaqoh wajib
kita aplikasikan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Timbul
pertanyaan, kepada siapa zakat itu diberikan? Sebagai jawabannya mari
kita renungkan firman Allah swt dalam al-Quran Surat al-Taubah ayat : 60

Artinya : Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang


fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang
dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang
berhutang, untuk jalan Allah dan untuk mereka yuang sedang dalam
perjalanan, sebagai suatu ketetapan yang diwajibkan Allah, dan Allah
Maha mengetahui lagi Maha Bijaksana

Hadirin Rahimakumullah.

Ayat tersebut diawali dengan dalam ilmu balaghah merupakan


yang berfungsi untuk mensfesifikasikan. Ayat tersebut
merupakan deskripsi Allah swt tentang skala prioritas penerima harta
zakat, yaitu orang-orang fakir dan miskin. Lalu
bagaimanakah kaitannya dengan kondisi Bangsa kita saat ini? Prof.
Sukirman melaporkan 23 juta lebih penduduk Indonesia hidup di bawah
garis kemiskinan, apalagi setelah terjadinya krisis moneter, marak korban
PHK, sulit mencari lapangan kerja, kemiskinan semakin membengkak.
Akibatnya terjadilah apa yang dikhawatirkan oleh baginda Rosul
kefakiran nyaris dapat menjerumuskan kepada kekufuran.

Dr. Ismail Raji al-Faruqi, Direktur lembaga pengkajian Islam


internasional mengatakan bahwa kemiskinan, kebodohan, dan
keterbelakangan merupakan tiga permasalahan besar saat ini, namun
diantara ketiganya kemiskinan merupakan yang paling berbahaya. Sebab
kebodohan dan keterbelakangan itu muncul akibat kemiskinan. Akibatnya,
tidak sedikit saudara kita yang menjual akidah hanya untuk
mempertahankan hidupnya. Bahkan akibat kemiskinan tidak sedikit gadis-
gadis kita yang menjual kehormatannya untuk medapatkan sesuap nasi.
Naudzubillah mindzalik. Hadirin, menurut Dr. Didin Hafifudin, MSc, agar
kemiskinan tidak bertambah dan bertambah, ada tiga hal yang harus kita
lakukan berkaitan dengan kewajiban zakat. Pertama. Kita harus
mengeluarkan zakat dan memasyarakatkan gerakan sadar zakat. Kedua,
kita harus membentuk lembaga zakat yang professional. Ketiga, kita
harus memberdayakan zakat untuk membangun kesejahteraan
masyarakat.

Oleh karena itu, kita harus menyambut baik usaha pemerintah yang
berhasil membuat Badan Amil Zakat, Infaq dan Shodaqoh (BAZIS), kita
patut mengacungkan jempol dengan usaha pemerintah yang berhasil
membuat peraturan pemerintah No. 34 tahun 99 tentang pengelolaan
zakat. Semoga usaha yang telah dilakukan dapat menyadarkan
masyarakat kita untuk taat mengeluarkan zakat, infaq dan shodaqoh
sehingga dapat mengurangi kemiskinan dan mensejahterakan
masyarakat kita. Amin ya robbal alamin.

Jika Zakat, Infaq dan Shodaqoh telah kita tumbuh kembangkan, Allah
akan mencatatnya sebagai amal shaleh dalam konteks pembangunan
yang akan mendapat balasan dari Allah, sebagaimana terangkai dalam
surat al-Maidah ayat 9:

Allah telah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan yang


beramal saleh, (bahwa) untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
Dengan berakhirnya ayat tadi, berakhirlah syarahan kami pada
kesempatan ini, maka dapat kita simpulkan bahwa zakat infak dan
sodaqoh solusi pemberantasan kemiskinan.

Demikian yang dapat kami sampaikan terimakasih atas segala


perhatian dan mohon maaf atas segala kekurangan.

Mang Abdullah pergi ke Pangandaran

Mang Mamat pergi ke Singapur

Zakat, infaq dan shodaqoh mari budayakan

Niscaya rakyat jadi makmur

Anda mungkin juga menyukai