1. Bagian Muqaddimah.
a. Kefasihan Bacaan Salam
b. Kefasihan Bacaan Muqaddimah ;
1) Hamdalah
2) Shalawat dan Salam Terhadap Nabi
c. Kebenaran Bacaan Muqaddimah
d. Mensifati Hamdalah Atau Menyebut Dalil al-Qur’an dan al-Hadits
e. Mensifati Hamdalah Dengan Topik yang Ada
f. Ungkapan Sapaan Kepada Audiens (Jama’ah)
g. Mengemukakan Latar Belakang / Pengantar Pembahasan
2. Bagian Isi.
a. Menjelaskan Konsep Utama Dalam Ayat
b. Relevansi Ayat Dengan Isi
c. Mengemukakan Maksud Ayat Secara Global
d. Kefasihan Dalam Membaca Istilah Yang Berbahasa Asing
e. Menyebutkan Rujukan Bacaan
f. Memperkaya Analisis Dengan Dalil Al-Qur’an, Hadits, Peribahasa dan Sya’ir
g. Menuangkan Asbab An-Nuzul Ayat dan Asbab al-Wurud Hadits
h. Menunjukkan Isi Ayat Dengan Problem Kekinian Yang Dihadapi Jama’ah
i. Memberikan Contoh
Hadirin Rahimakumullah,
Prof. Dr. Muhammad Qurish Shihab dalam Tafsir al-Misbah menyebutkan, bahwa kalimat
ون َ “وأَ أنبَتأنَا فِي َها ِم أن ُك ِلdan
ٍ ش أيءٍ َم أو ُز َ kami tumbuhkan padanya segala sesuatu menurut ukuran”,
dipahami oleh sementara ulama dalam arti bahwa Allah swt menumbuh-kembangkan di
bumi ini aneka ragam tanaman untuk kelangsungan hidup dan menetapkan bagi setiap
tanaman itu masa pertumbuhan dan penuaian tertentu, sesuai dengan kuantitas dan
kebutuhan makhluk hidup. Demikian juga Allah swt menentukan bentuknya sesuai dengan
penciptaan dan habitat alamnya.
Dalam tafsir al-Muntakhab, ayat ini dinilai sebagai menegaskan suatu temuan ilmiah yang
diperoleh melalui pengamatan di laboratorium, yaitu setiap kelompok tanaman masing-
masing memiliki kesamaan dilihat dari sisi luarnya, demikian juga sisi dalamnya. Bagian-
bagian tanaman dan sel-sel yang digunakannya untuk pertumbuhan memiliki kesamaan-
kesamaan yang praktis tak berbeda. Meskipun antara satu jenis dengan yang lainnya dapat
dibedakan, tetapi semuanya dapat di klasifikasikan dalam satu kelompok yang sama.
Hadirin, alangkah bahagia dan indahnya alam ini jika setiap individu memiliki semangat
dalam memelihara dan melestarikan alam raya yang kita huni ini, sehingga dapat
menghasilkan manfaat bagi semua manusia yang ada. Para ilmuan menyebut abad ke-21
sebagai the age of anxietyor restlenses, abad yang penuh dengan kegelisahan, kecemasan,
perang antar suku dan bangsa menjadi-jadi, resesi ekonomi melanda seluruh lapisan
warga, ledakan penduduk semakin tak terkendali bahkan pencemaran lingkungan menjadi
ancaman kehidupan.
Kondisi tersebut hadirin, jelas telah menimbulkan beban psikologis bagi kehidupan
masyarakat, akibatnya masyarakat menjadi serba salah, hati menjadi resah dan gelisah,
jiwa terasa hampa dan merana, semangat hidup tiada dan enggan berkaryabahkan yang
paling parah munculnya berbagai penyakit psikomotis, penyakit kejiwaan yang dapat
mematikan seluruh umat manusia secara perlahan dan mengerikan, kalaupun bertahan
namun hidup tidak lagi merasakan ketenangan.
Hadirin, lalu apakah tugas manusia di muka bumi ini? tidak lain adalah untuk
memakmurkan bumi, mensejahterakan umat manusia sendiri lebih-lebih lingkungan-nya
sebagai tempat tinggal dan menetap. Sebagaimana terurai di dalam al-Qur’an surat Huud
ayat 61 :
َصا ِل ًحا قَا َل َياقَ أو ِم ا أعبُدُوا هللاَ َما لَ ُك أم ِم أن ِإلَ ٍه َغي ُأرهُ ُه َو أ َ أنشَأ َ ُك أم ِمن َ َو ِإلَى ث َ ُمودَ أَخَا ُه أم
}16{ يب ٌ يب ُم ِج ِ أاْل َ أر
ٌ ض َوا أست َ أع َم َر ُك أم ِفي َها فَا أست َ أغ ِف ُروهُ ث ُ َّم تُوبُوا ِإلَ أي ِه ِإ َّن َر ِبي قَ ِر
Artinya : “Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata: Hai
kaumku, sembahlah Allah, sekali-kali tidak ada bagimu Tuhan selain Dia. Dia telah
menciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan kamu pemakmurnya, karena itu
mohonlah ampunan-Nya, kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Tuhanku amat
dekat (rahmat-Nya) lagi memperkenankan (do`a hamba-Nya).”
Abu A’la al maududi dalam bukunya the prophet of islam ,mengatakan he is the only one
example,rasul merupakan contoh yang paling lengkap,dalam dirinya terdapat kebesaran
dan kemuliaan sifat manusia.Kebesaran sifat rasul serta keberhasilan beliau dalam
memimpin negara telah tercatat dengan indah dan rapi dalam sejarah peradaban
manusia,sehingga wajar,kehebatan beliau di abadikan oleh Michael heart dalam bukunya
‘’the one hundred ranking of the most influenting person in history.’’
Kebesaran sifat rasul sebagai seorang pemimpin yang selalu mengutamakan kepentingan
rakyat dan mengutamakan akhlaqul karimah pada akhirnya mampu merobah masyarakat
biadab menjadi beradab,yang dulunya berseteru menjadi satu,yang dulunya menyembah
berhala kini kembali menyembah allah ta’ala.
oleh karena itu untuk mengikuti jejak rasul,maka pada kesempatan kali ini kamiakan
membahas syarahan dengan judul ‘’KEPEMIMPINAN RASULULLAH DALAM MEMBANGUN
MASYARAKAT MADANI’’dengan landasan surah al ahzab ayat 21 yang berbunyi:
lantas bagaimana akhlak bangsa kita terutama para pemimpin kita saat ini ? jawaban nya
adalah alhmdulillah,masih ada pemimpin yang patut di teladani,masih ada para pejabat
yang bisa mengayomi,masih ada aparat yang peduli,semua itu patut di syukuri walaupun
jumlahnya sangat sedikit sekali,karena masih banyak pejabat yang bejatmasih banyak
politisi yang korupsi,masih banyak aparat yang tidak amanat dan begelimang maksiat.kita
sekarang mengalami krisis moneter yang emembuat kita keteter,di tambah pemuda
pemuda yang teller dan pemimpin yang killer.bagaimana mungkin reformasi teraplikasi
sementara para pemimpin kita mengalami dekadendsi,reformasi yang kita cita citakan
,malah destruksi yang jadi kenyataan ,kesejahtraaan yang kita dambakan malah
kesengsaraan yang kita rasakan.
Hadirin rohimakumullah,
Apa yang harus dilakukan para pemimpin kita agar bangsa Indonesia bias Berjaya ?
Sebagai jawaban nya marilah kita renungkan firman allah pada surah ali imron ayat 159
yang berbunyi:
Hadirin rahimakumullah.
Prof.Dr.Qurais shihab dalam tafsir al misbahnya menjelaskan:ayat tadi mengandung 3 cara
rasul dalam berdakwah,yang berisis pesan moral bagi seorang pemimpin bangsa kita.yaitu
Pertama: rasul bersikap lemah lembut baik kepada kawan maupun lawan.
Kedua: rasul senantiasa bersikap lapang dada ,mudah memaafkan dan memberikan
ampunan setiap kesalahan
Ketiga: rasul senantiasa mentradisikan kehidupan bermusyawarah dalam mengambil
keputusan
Itulah hadirin,cara dan strategi rasul dalam berdakwah,yang selalu berhasil memimpin
bangsa dengan berandaskan akhlakul karimah ,moral,dan etika.untuk itu ada 4 solusi yang
membawa bangsa kita bangkit dari keterpurukan serta krisis berkepanjangan akibat moral
akhlak bangsa yang semakin mengkhawatirkan.ke empat solusi tersebut adalah
Pertama:pemimpin sebagai figur sentral harus bermoral,berakhlak mulia,dan beretika
adalah durjana yang harus minggir dari persada Indonesia.untuk menanamkan akhlak
,moral dan etika,mari kita mulai sejak dini,dan mulai pada diri kita sendiri ,hal ini sejalan
dengan pesan lukmanul hakim tepatnya pada surah lukman ayat 17 yang mengambil
kesimpulan ada 4 spesipikasi pesan lukman yang mengandung induknya ibadah dan
pondasinya berupa akhlakul karimah ,yaitu
Ketiga :kita tingkatkan sumber daya manusia dengan memanfaatkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan tekhnologi dan kematangan iman dan taqwa yang bermuara pada akhlak
yang mulia.sebagaimana sauqi bekh berkata dalam syairnya
Bangsa bangsa akan jaya ,akan maju jika di topang akhlak mulia,tapi bangsa akan hancur
tersungkur ,rusak binasa,jika tidak di topang akhlak mulia
Ke empat :Tingkatkanlah harmonisasi ulama dan umaro,hubungan keduanya harus,harus
dekat,agar hidup dapat nikmat dalam Negara yang berdaulat dan penuh berkat.
Jika keempat langkah solutif ini terealisir,maka bangsa kita akan jaya,terhindar dari
malapetaka,dan senantiasa mendapatkan ridho allah swt
Sesuai dengan janji allah dalam surah almaidah ayat 9 yang berbunyi:
Artinya :
Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban
untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah [434], adalah termasuk perbuatan syaitan.
Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, di dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, bahwa
penjelasan tentang pentingnya al-Qur’an, disebutkan oleh Allah swt. dengan menggunakan
bentuk jamak untuk kata ( )الظلماتyang berarti aneka gelap, sedang ( )النورdengan berbetuk
tunggal. Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa kegelapan itu bermacam-macam serta
beraneka ragam dan sumbernya pun banyak. Setiap benda pasti mempunyai bayangan,
dan bayangan itu adalah gelap, sehingga gelap menjadi banyak, berbeda dengan an-nuur
atau cahaya yang menerangai dan tidak pernah memberi gelap.
Penjelasan tentang al-Qur’an sebagai penerang atau an-nuur, benar-benar menunjukkan
bahwa antara al-Qur’an dengan ilmu pengetahuan terdapat hubungan yang saling
mengikat. Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj al-Mustasyriqin wa Atsaruhu fi al-Firy al-
Hadits, menulis “Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan masalah, serta sekumpulan metode
yang dipergunakan menuju tercapainya masalah tersebut.” Ini menunjukkan bahwa
kemajuan ilmu pengetahuan tidak dapat dinilai dengan apa yang dipersembahkannya
kepada masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim yang dapat
mendorong kemajuan ilmu pengetahuan itu termasuk al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi. Al-Qur’anlah kitab
yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai petunjuk. Al-Qur’an adalah
kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt. Oleh sebab itu, sains akan berkembang
cepat hanya apabila dituntun oleh al-Qur’an, dan mengambil kebenaran darinya. Karena,
hanya dengan demikian sains mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan
agama diambil, para ilmuan menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta menghalangi
kemajuan sains. Demikianlah menurut Harun Yahaya dalam The Qur’an Leads the Way to
Science.
Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan umat Islam saat ini? Data Badan Penelitian
International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta penduduk memiliki
1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1 juta penduduk memiliki
160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang notabene mayoritas muslim terbesar di
dunia, dalam 1 juta penduduk hanya memilki 65 pakar yang muslimnya hanya 6 orang.
Oleh karenanya, dalam bidang sains dan teknologi, kita masih jauh tertinggal oleh bangsa-
bangsa lain. Kita jauh tertinggal dengan Amerika yang Protestanis, kita jauh tertinggal oleh
Korea yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal oleh Jepang yang Budhis Taois.
Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan untuk membaca dan menggali ilmu
pengetahuan. Bacalah al-Qur’an supaya hidup teratur, bacalah alam supaya lahir karya-
karya luhur, dan baca diri kita agar hidup tidak takabur, sebab membaca dalam Islam harus
dibarengi dengan serta diimbangi dengan :
َِبا أس ِم َر ِب َك الَّذِي َخلَق
“Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”
Akantetapi, untuk dapat memahami dengan jelas dan benar terhadap interpretasi dari
firman-firman Allah di dalam al-Qur’an, yang menjelaskan tentang korelasi antara al-
Qur’an dan ilmu pengetahuan, serta mengambil manfaat darinya untuk menjadikannya
sebagai sumber ilmu pengetahuan, maka salah satu yang harus dilakukan adalah dengan
dapat memahami al-Qur’an secara tekstual terlebih dahulu, yakni memahami al-Qur’an dari
segi kebahasaan, dan bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab. Sebagaimana Allah berfirman
di dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 113 :
ُ ص َّر أفنَا فِي ِه ِمنَ أال َو ِعي ِد لَعَلَّ ُه أم يَتَّقُونَ أ َ أو يُ أحد
ِث لَ ُه أم ِذ أك ًرا َ َو َكذَ ِل َك أ َ أنزَ ألنَاهُ قُ أر َءانًا َع َربِيًّا َو
(113)
Artinya : “Dan demikianlah Kami menurunkan Al Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah
menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian dari ancaman, agar mereka
bertakwa atau (agar) Al Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka.” (QS. Thaha)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Di dalam kitab Jami’ al-Bayan ‘an Ta’wil al-Qur’an, Imam al-Thabari menjelaskan bahwa
yang dimaksud dengan firman Allah di atas adalah :
ما حذروا به من أمر هللا وعقابه ووقائعه باْلمم قبلهم
“Apa yang diperingatkan kepada mereka merupakan perintah Allah, hukuman-Nya, dan
ketetapan-ketetapannya terhadap umat-umat sebelum mereka.”
Jika kita perhatikan secara sekasama, maka kita dapatkan bahwa ayat di atas menjadikan
kehadiran al-Qur’an bagi umat manusia mengandung salah satu dari tujuan pokok :
1. Agar manusia bertakwa kepada Allah atau agar kitab suci tersebut menimbulkan niali-nilai
ilmiah bagi mereka, sehingga mereka dapat terhindar dari siksa duniawi dan ukhrawi.
2. Menimbulkan pengajaran atau pendidikan bagi mereka yakni mengundang mereka
untuk berpikir dan ingat sehingga pada akhirnya mengantar mereka bertkawa.
Demikianlah menurut Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Mishbah.
Hadirin, memperhatikan penjelasan tersebut, maka jelaslah bahwa al-Qur’an benar-benar
merupakan sumber ilmu pengetahuan, hal ini juga bisa dilihat dari ditemukannya kata-kata
ilmu dalam berbagai bentuknya di dalam al-Qur’an yang terulang sebanyak 854 kali. Di
samping itu, banyak pula ayat-ayat al-Qur’an yang menganjurkan untuk menggunakan akal
pikiran, penalaran dan sebagainya. Untuk itu, tiada yang lebih baik dituntut dari suatu
kitab agama menyangkut bidang ilmu kecuali anjuran untuk berpikir, serta tidak
menetapkan suatu ketetapan yang membatasainya menambah pengetahuan selama dan di
mana saja ia kehendaki.
Pada akhirnya kami mengajak…Wahai saudara-saudaraku orang Semendo “ayo kite jadikah
al-Qur’an kandik pedoman hidup”, wahai saudara-saudaraku orang Sunda “Hayu urang
sami-sami ngajanten keun al-Qur’an kanggo tuntunan kahirupan urang”, wahai saudara-
saudaraku orang Lampung “Lapah gham jadikon al-Qur’an sebagai pegungan ughi’ ”, wahai
saudar-saudaraku orang Solo “Sumonggo kulo lan panjenengan dadosaken al-Qur’an kagem
tuntunangin gesang”, wahai saudara-saudaraku orang Prancis “Allez utilisez I’al-Qur’an
pour le guide de notre vivre”, wahai saudara-saudaraku orang Jepang “Jaa al-Qur’an wa wa
watashitachi no kyoukashou ni narimashoo”.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :
والسال م عليكم ورحمة هللا وبرمكاته
AL-QUR’AN DAN RANCANG BANGUN MASA DEPAN
PERADABAN MANUSIA
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل الذي أنزل القرءان هدى للناس وبينات من الهدى والفرقان الصالة والسالم على
أما بعد: خير اإلنسان وعلى اله وصحبه الى يوم البيان
Dewan hakim yang kami hormati
Hadirin yang kami cintai
Napoleon, seorang orientalis berkebangsaan Perancis mengatakan “The principle of Quran
with alone of tracking can lead man to happiness”, Al-Qur’an adalah prinsip dan merupakan
satu-satunya kitab suci yang dapat menghantarkan kepada kepulauan nan bahagia.
Ungkapan tersebut hadirin, mengisyaratkan kepada kita bahwa Al-Qur’an laksana lampu
penerang hati dalam menembus liku-liku perjuangan yang panjang membentang. Al-Qur’an
adalah laksana benteng yang kokoh dalam mengcaunter tipuan dan godaan syetan. Al-
Qur’an laksana jimat penyelamat dari kesesatan hidup dan kehidupan. Pendek kata Al-
Qur’an adalah satu-satunya kitab suci yang berisi petunjuk dan kebahagiaan serta
senantiasa relevan dengan perkembangan dan situasi zaman. Oleh karena itu Rasul
mengatakan:
اقرءوا القرآن فإنه يأتي يوم القيامة شفيعا الصحابه
“bacalah dan kajilah Al-Qur’an karena ia akan datang pada hari kiamat sebagai penolong”
Dalam rangka menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup manusia, pada
kesempatan berbahagia ini kami akan membahas tentang “AL-QUR’AN DAN RANCANG
BANGUN MASA DEPAN PERADABAN MANUSIA”, dengan rujukan surat yunus ayat 57:
ٌُور َو ُهدًى َو َر أح َمة
ِ صدُّ ظةٌ ِمن َّربِ ُك أم َو ِشفَاء ِل َما فِي ال ُ َّيَا أَيُّ َها الن
َ اس قَ أد َجاءتأ ُكم َّم أو ِع
﴾٥٧﴿ َِل أل ُمؤأ ِمنِين
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan
penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat
bagi orang-orang yang beriman.
Hadirin…Ayat tadi dalam ilmu balaghah termasuk “ ”كالم خبري او إنكاريyang
meginformasikan sekaligus menegaskan bahwa sungguh telah datang kepada manusia Al-
Qur’an yang memberikan petunjuk kepada jalan yang lurus dan mengeluarkan manusia
dari kegelapan. Lalu apakah fungsi dan peran Al-Qur’an itu hadirin dalam merancang
bangun peradaban manusia? Ayat tadi sebagaimana ditafsirkan oleh Imam Ali Ash-Shabuni
dalam Shafwatut Tafasir, menjelaskan ada empat fungsi diturunkannya Al-Qur’an yaitu:
Pertama, “ظةٌ ِمن َّر ِب ُك أم أي موعظة من خالقكم
َ ” َّم أو ِعAl-Qur’an sebagai pelajaran dari Tuhan yang Maha
pengajar. Berkaitan dengan hal tersebut, Imam Al-Ghazali dalam “Jawahir al-Qur’an”
mengatakan seluruh cabang ilmu pengetahuan baik yang datang terdahulu maupun
kemudian, baik yang teah diketahui maupun belum, semuanya bersumber dari Al-Qur’anul
karim. Sebagai bukti bukankah karena Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa
arab telah mendorong lahirnya ilmu tata bahasa yang kemudian kita kenal dengan ilmu
nahwu dan sharaf, bukankaj karena Al-Qur’an diturunkan dengan menggunakan bahasa
indah, retoris dan puitis dan argumentatis telah mendorong lahirnya ilmu retorika dan
sastra yang keudian kita kenal dengan ilmu balaghah dan mantiq, bukankah karena kita
diperintahkan untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar telah mendorong lahirnya
ilmu qiroaat yang kemudian kita kenal dengna ilmu tajwid.
Bukankah karena Al-Qur’an menceritakan proses penciptaan manusia dan alam telah
mendorong lahirnya ilmu kehidupan yang kemudian kita kenal dengan biologi, bahkan
bukankah karena Al-Qur’an menceritakan karakteristik dan seluk beluk masyarakat
terdahulu telah mendorong lahirnya ilmu kemasyarakatan yang kemudian kita kenal
dengan sosiologi. Dengan demikian hadirin seluruh ilmu pengetahuan itu bersumber dari
Al-Qur’an.
Kedua, ور أي يشفى ما فيها من الشرك والشك والجهل ُّ ِشفَاء ِل َما ِفي ال, Al-Qur’an sebagai obat penyakit
ِ ُ صد
bathin seperti penyakit syirik, ragu dan bodoh. Kenapa Al-Qur’an berfungsi sebagai obat
penyakit bathin bukan penyakit zhahir? Jawabannya hadirin penyakit zhahir memang
berbahaya jika tidak diobati, tapi jauh lebih berbahaya jika kita punya penyakit tapi tidak
diobati, betul hadirin? Dengan demikian penyakit asma, jantung, tumor memamng
berbahaya dan dapat merusak tubuh manusia, tapi penyakit sombong, iri hati, dengki,
frustasi, korupsi, haus kursi, menghalalkan segala cara untuk mendapatkan jabatan dan
popularitas diri jauh lebih berbahaya dan dapat merusak tatanan hidup masyarakat dan
bangsa. Oleh karena itu hadirin, Al-Qur’an turun dengan memberikan perintah dan
larangan, janji dan ancaman, dan memerintah kepada manusia untuk mentaatinya dan
mengamalkan seluruh isinya. Dengan mengamalkan Al-Qur’an Insya Allah segala penyakit
hati akan terkikis habis dari diri kita. Pantas kalau Abu Farida Muhammad Ijat dalam
bukunya “Aliz Nafsaka bil Qur’an” mengatakan “Al-Qur’an adalah obat yang sempurna bagi
segala penyakit baik penyakit zhahir maupun bathin.
Ketiga, ُهدًى أي هداية من الضالل, Al-Qur’an berfungsi sebagai petunjuk bagi manusia dari
kesesatan. Al-qur’an diturunkan Allah untuk memberikan petunjuk kepada manusia,
membimbing dan membawanya kepada keselamatan baik di dunia maupun di akhirat.
Berkaitan dengan hal tersebut, Prof.Dr.Quraish Syihab dalam “Wawasan Al-qur’an”
mengatakan seluruh ayat yang ada dalam Al-qur’an seluruhnya berisi ajaran yang relevan
dengan perkembangan dan tuntutan zaman. Mampu memberikan solusi terhadap berbagai
permasalahan manusia baik yang bersifat ibadah ritual maupun sosial termasuk di
dalamnya tentang etika kenegaraan.
Oleh karena itu, kalau manusia sudah mampu memahami isi Al-Qur’an, menjadikan
petunjuk kehidupan, serta mengamalkannya dalam hidup keseharian maka prilakunya
dipastikan tidak bertentangan dengan ajaran Tuhan dan berselisih dengan tuntutan agama,
siapaun dia dan apaun profesinya. Seorang pejabat kalau sudah menjadikan Al-Qur’an
sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat korupsi meskipun rakyat tidak tahu,
seorang pedagang kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak
akan curang mengurangi timbangan meskipun pembeli tidak mengerti, seorang suami
kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya dia tidak akan berbuat
selingkuh meskipun sedang sendiri. Demikian pula seorang pemuda dan pemudi yang
sedang asyik memadu kasih kalau sudah menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk hidupnya
dia tidak akan berbuat “macam- macam” mskipun keadaan mendukung, senyap dan sepi,
betul hadirin?
Keempat, رحأ َمةٌ ِل أل ُمؤأ ِمنِينَ أي رحمة ْلهل اإليمان,
َ Al-Qur’an berfungsi sebagai rahmat bagi insan nan
beriman. Artinya kalau Al-Qur’an sudah kita baca isinya, dipahami ajarannya serta
diamalkan petunjuknya maka ia akan menciptakan ketenangan bagi kita, jauh dari rasa
resah dan gelisah, siap menghadapi berbagai problematika hidup dan kehidupan serta
mampu menghantarkan kita kepada kebahagiaan baik dunia maupun di akhirat. Rasul
pernah berjanji:
من جعل القرأن إمامه ساقه الى الجنة ومن جعل القرأن وراءه قاده الى النار
“Barangsiapa yang menjadikan Al-Qur’an sebagai imamnya, maka ia akan membawanya
kepada surga, sebaliknya barangsiapa yang menjadikan makmumnya maka akan
mendorongnya ke jurang api neraka.”
Dengan demikian, Al-Qur’an merupakan firman Allah SWT yang berfungsi sebagai
pelajaran, obat, petunjuk dan rahmat dalam merancang bangun peradaban manusia untuk
menggapai kebahagiaan baik di dunia, terlebih lagi di akhirat. Sejarah telah membuktikan
bahwa Al-Qur’an dahulu pernah melakukan perubahan-perubahan fundamental terhadap
peradaban manusia yang tiada taranya. Al-Qur’an mula-mula menjumpai bangsa Arab
sebagai penyembah berhala, pemuja batu, dan pemuji kayu. Namun dalam jangka waktu
kurang dari seperempat abad, penyembahan kepada Tuhan Yang Maha Esa yaitu Allah SWT
menguasai seluruh jazirah Arabia, setelah penyembah-penyembah berhala disapu bersih
dari seluruh Jazirah Arabia. Al-Qur’an menyaptu bersih segala kepercayaan takhayul dan
menggantinya dengan agama yang paling rasional. Pada masa itu Bangsa Arab sering
membanggakan dirinya karena kebodohannya, berubah menjadi bangsa yang cinta ilmu
pengetahuan, mereka disulap dengan tongkat wasiat Al-Qur’an, karena di dalamnya
terdapat sumber ilmu pengetahuan. Hal demikian adalah akibat langsungdari ajaran Al-
Qur’an. Di samping itu Al-Qur’an juga membangun manusia dari tingkat yang paling rendah
ke tingkat peradaban paling tingi, hanya dalam jangka waktu relative singkat.
Oleh karena itu, dalam rangka menjadikan Al-Qur’an sebagai petunjuk dan pedoman hidup
kita menuju peradaban manusia yang Qur’ani, mari kita baca Al-Qur’an, kita pahami isinya,
kita renungkan maksudnya dan kita amalkan ajarannya. Sehingga dengan cara ini kita
mampu hidup bahagia baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, maupun Negara dan
bangsa. Dan Allah pun akan menganugerahkan keberkahan kepada kita semua penduduk
bangsa ini. Allah SWT berfirman dalam surat Al-A’raf ayat 96:
ِ اء َواْل َ أر
ض َولَـ ِكن َكذَّبُواأ ِ س َم ٍ َولَ أو أ َ َّن أ َ أه َل أالقُ َرى آ َمنُواأ َواتَّقَواأ لَفَت َ أحنَا َعلَ أي ِهم بَ َر َكا
َّ ت ِمنَ ال
﴾٩٦﴿ َفَأ َ َخ أذنَا ُهم بِ َما َكانُواأ يَ أك ِسبُون
096. Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan
melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.
Hadirin wal hadirat Rahimakumullah
Dengan demikian dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa Al-Qur’an merupakan firman
Allah SWT yang berfungsi sebagai pelajaran, obat, petunjuk dan rahmat dalam merancang
bangun peradaban manusia untuk menggapai kebahagiaan baik di dunia, terlebih lagi di
akhirat. Untuk itu kewajiban kita, saya, saudara dan seluruh kita bangsa Indonesia
melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh Al-Qur’an agar peradaban manusia di
negara Indonesia dapat berjaya kembali di masa sekarang maupun di masa yang akan
datang. Amin.
Itulah yang dapat kami sampaikan, mohon maaf atas segala kekurangan dan kesalahan.
والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
IPTEK, WARISAN DAN KEBUDAYAAN YANG TERABAIKAN
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل القائل إن جائكم فاسق بنبإ فتبينوا أن تصيبوا قوما بجهالة الصالة والسالم على
أما بعد.سيدنا محمد وعلى آله وصحبه ومن تبعه إلى رسالة
HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Jeff Zeleski, seorang pakar komunikasi dunia dalam bukunya “Spiritualitas Cyberspace”
menyatakan : Dewasa ini, perkembangan dunia Informasi dan komunikasi telah mencapai
tahap yang mencenangkan konsekuensinya. Satu sisi melahirkan nilai-nilai positif dan
mampu mengangkat taraf hidup manusia. Namun disisi lain perkembangan informasi baik
melalui media cetak dan elektronika jika tidak dibingkai dengan nilai-nilai agama hanya
akan melahirkan keresahan, kerusakan, bahkan kehancuran bagi manusia.
Hadirin kehawatiran ZaLesski tersebut kini kian terbukti. Kita perhatikan budaya
barat/peradaban jahiliyah kini kian merajalela melalui media dan elektronika sebagai
contoh tayangan-tayangan kekerasan dan sadis semakin merajalela, tontonan-tontonan
magis-mitologis semakin membudaya bahkan hiburan-hiburan erotis seksual liberalis
semakin makmur, membaur bahkan menjamur di tengah-tengah masyarakat. Eksisinya
hadirin, akibat tayangan kekerasan,muncul keributan dalam keluarga, tauran antar pelajar,
perkelahian antar kampong bahkan peperangan antar etnis dan golongan akibatnya
tontonan magis metelogis, lahir masyarakat irrasional, ayat Al-Qur’an dipermainkan,
bahkan agama diperdagangkan. Akibatnya hiburan erotis dan seksualis. Marak perkosanan
dan perzinahan, bahkan akhir-akhir ini kita digemparkan oleh munculnya praktek seks
bebas yang dilakukan pelajar dan mahasiswa. Na’uzubillahi min dzalik.
Itulah hadirin dampak langsung dari penggunaan media cetak dan elektronika yang
mengabaikan nilai-nilai etika. Lalu bagaimanakah Islam melihat fenomena tersebut?
Sebagai jawabannya pada kesempatan ini kami akan membahas tentang IPTEK,
WARIASAN DAN KEBUTUHAN YANG TERGADAIKAN dengan landasan Al-Qur’an, surat
Al-Hujarat ayat 6 :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa
suatu berita, Maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.”(QS. Al-Hujarat : 6)
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar, merekalah
orang-orang yang beruntung.” (QS. ali-Imran : 104)
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan,
menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar
Dengan demikian, orang yang mampu menjaga, melestarikan dan menjunjung tinggi
harakat kemanusiaan adalah yang memiliki Iman dan amal Shaleh, fungsi dari
mengimbangi otoritas intelektual. Sebab hadirin, walaupun kita ber otak cerdas,
berwawasan luas, tetapi kita tidak berhati emas, apalagi jika keimanan lepas, kita hanya
tumbuh menjadi manusia hina, biadab, brutal, tidak bermoral, berakhlak bejat bahkan bisa
lebih jahat dan lebih bejat dari binatang.
Murtadha Muthahhari mengatakan, IPTEK yang ada pada orang yang tak beriman bagaikan
sebuah pisau ditangan orang gila, dia bisa menebaskan kemana dia mau. Maka orang yang
beriman tapi tak beriman bisa membunuh, menipu, merampok dan meracuni otak-otak
kita.
Sebaliknya, bila IPTEK digenggam oleh orang beriman, kami yakin akan membawa
kemaslahatan bukan kemudharatan, membawa kesejahtraan bukan kesengsaraan.
Membawa kemajuan bukan kehancuran, membawa ketentraman bukan kekacauan.
Jikalau hal tersebut ysng kita aflikasikan insya allah media cetak dan elektronika yang
mengabaikan nilai-nilai etik dan yang menyebarkan budaya-budaya barat jahiliyyah sedikit
demi sedikit akan tergeser dan tergusur dan akan lahir media cetak dan elektronika yang
siap merespon dan mengelola derasnya arus informasi untuk membentuk wadah akhlakul
karimah dan menjunjung tinggi kebudayaan Islam.
Dari uraian tersebut maka dapat kita simpulkan bahwa saat ini penggunaan media cetak
dan elektronika mulai mengabaikan nilai-nilai etika. Untuk menghadapi persoalan tersebut
umat Islam membutuhkan sumber daya insan yang siap menjadi sumber sifat kebaikan
untuk mengelola informasi menjadi maslahat dan manfaat dalam kehidupan individu,
keluarga, nusa dan bangsa, serta umat manusia. Semoga Allah swt memberkati setiap
usaha dan upaya kita semua. Amin ya Robbal ‘Alamin
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah-mudahan ada manfaatnya….
وهللا المستعان إلى احسن الحال
والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
KEPEMIMPINAN RASULULLAH SAW, TELADAN
MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI
السالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
الحمد هلل الذي بعث فى اْلمين رسوال الصالة والسالم على سيدنا محمد احسن الناس قوال
وفعال وعلى اله وصحبه ومن تبعه فى الهدى واقتدى اخالقا جزيال – اما بعد
Hadirin Kaum Muslimin Rahimakumullah,
Michael Hart, seorang kolumnis Amerika menulis dengan judul The One Hundred Ranking
of Most Influenting Person in History, artinya seratus tokoh besar yang paling berpengaruh
sepanjang sejarah peradaban manusia. Termasuk di dalamnya ada Adolf Hitler pencetus
gerakan NAZI Jerman, Mahatma Gandhi pencetus gerakan Satya Graha India, Julius Ceasar
pencetus Vini Vidi Vici dan tokoh-tokoh besar lainnya. Ternyata dari sederetan tokoh
tersebut, Michael Hart menempatkan baginda Rasulullah Muhammad SAW pada urutan
pertama sebagai Tokoh yang sangat berpengaruh di dunia. Sehingga kebesaran beliau
diabadikan di dalam Encyclopedia Brittanica sebagai The Most Succesful of all Prophets and
all Religious Personalities sebagai pemimpin yang paling sukses diantara para Nabi, para
pemimpin Agama, dan para pemimpin lainnya dalam membangun peradaban manusia
sedunia.hadirin melihat betapa pentingnya meneladani sikap dan sifat nabi Muhammad
tersebut, khususnya dalam membentuk masyarakat madani maka “KEPEMIMPINAN
RASULULLAH SAW, TELADAN MEMBANGUN MASYARAKAT MADANI” adalah tema
yang akan kita bicarakan pada kesempatan kali ini, dengan landasan QS. Al-Jum’ah ayat 2 :
َ َ علَ أي ِه أم َءايَاتِ ِه َويُزَ ِكي ِه أم َويُ َع ِل ُم ُه ُم ا أل ِكت
اب َ وال ِم أن ُه أم يَتألُو
ً سُ ث فِي أاْل ُ ِم ِيينَ َر
َ ُه َو الَّذِي بَ َع
ٍ ِض َال ٍل ُمب
ين َ َو أال ِح أك َمةَ َو ِإ أن َكانُوا ِم أن قَ أب ُل لَ ِفي
Artinya : “Dia-lah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rasul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka dan
mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya mereka
sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
Hadirin Rohimakumullah,
Menurut Dr. Muhammad Sulaiman Al-Asqori dalam Zubdat at-Tafsir Min Fath al-Qodir, (
)األمينmaksudnya kondisi bangsa arab yang sebagian besar bukan saja tidak mampu
membaca dan menulis tapi tenggelam ke dalam kehidupan jahilyah secara total.
Kebobrokan moral merajalela. Dalam bidang social marak mabuk-mabukan. Dalam bidang
pemerintah., etnis dan golongan yang dikedepankan. Dalam bidang hukum muncul law of
jungle to be politely of people, hukum rimba menjadi peradaban.Orang kaya memangsa yang
miskin. Orang pintar memangsa yang bodoh. Orang kuat menghantam yang lemah. Bahkan
yang paling mengerikan martabat wanita di injak-injak, sehingga setiap lahir bayi wanita
dikubur hidup-hidup tak peduli terdengar jerit, pekik tangis bayi didalam tanah.
Na’udzubillah min dzalik.
Dalam kondisi seperti itu Rasul tampil sebagai sosok yang diwarisi dengan jiwa
kepemimpinan, mengemban empat misi utama:
Pertama, misi Tilawah ( )يتلوا عليهم أيتهmembaca ayat-ayat Allah, baik ayat Qur’aniyah
maupun ayat Kauniyah, alam buana ini. Kedua, ( )ويزكيهمMisi tazkiyah
membersihkan segala bentuk kekufuran. Ketiga, misi Ta’lim ( )ويعلمهم الكتابmengajarkan
al-Qur’an sebagai pedoman reformasi sebab al-Qur’an is the only thing that can lead man to
happiness, al-Qur’an adalah satu-satunya buku petunjuk hidup yang mampu
menghantarkan manusia menuju kebahagiaan. Demikian menurut Napoleon, seorang
oreantalis berkebangsaan Prancis. Keempat, ( )الحكمةmenampilkan sunnah.
Allahu Akbar. Hadirin, ini bukti sikap pemimpin sejati yang beroreantasikan ummat
sebagaimana kaedah mengatakan :
المصلحة العامة مقدم على المصلحة الخاصة
Kepentingan umum lebih diprioritaskan diatas kepentingan pribadi dan golongan.
Tapi sebaliknya kalau pemimpin yang hanya mengatasnamakan rakyat namun tidak
berorientasikan rakyat, di depan rakyat dia menyanyikan janji-janji manis,
mendendangkan lagu-lagu mesra. Tapi di belakang rakyat dia tidak segan-segan mencekik
dan menghisap darah rakyat. Akibatnya, kita lihat Rumania, ketika dipimpin oleh Nicoulas
Susesco pemimpinnya poya-poya tapi rakyatnya sengsara, Iran ketika dipimpin oleh Reza
Pahlepi pemimpinnya megah, rakyatnya susah, Prancis ketika dipimpin Louis 16 dan Ratu
Maria Antonate pemimpinnya makmur rakyatnya hancur tersungkur, demikian pula Orde
Baru pemimpinnya paling rendah naik BMW rakyatnya paling mewah naik BMM alias
Bemo. Timbul pertanyaan, bagaimana sikap beliau dalam membangun peradaban
masyarakat madani ? untuk mengetahui jawabannya kita renungkan firman Allah dalam
QS. Ali Imron ayat 159 :
ب َال أنفَضُّوا ِم أن َح أو ِل َك ِ ظ أالقَ أل
َ غ ِلي
َ ظا ًّ َت ف
َ ت لَ ُه أم َولَ أو ُك أن
َ َّللاِ ِل أن
َّ َفَ ِب َما َر أح َم ٍة ِمن
َّ علَى
َّللاِ إِ َّن َ ت فَتَ َو َّك أل
َ عزَ أمَ ع أن ُه أم َوا أستَ أغ ِف أر لَ ُه أم َوشَا ِو أر ُه أم ِفي أاْل َ أم ِر فَإِذَا َ أف ُ فَاع
َب أال ُمتَ َو ِك ِلين َّ
ُّ َّللاَ يُ ِح
Artinya : ‘Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap
mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri
dari sekelilingmu. Karena itu ma`afkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan
bermusyawaratlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah
membulatkan tekad, maka bertawakkallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai
orang-orang yang bertawakkal kepada-Nya.
Hadirin Rahimakumullah,
Pada ayat tersebut terdapat lima akhlak pemimpin yang di contohkan Rasulullah
Muhammad SAW.
1. لنت لهمdengan lemah lembut dapat menunjukan keluhuran budi, bisa menarik
simpati lawan, membuat segan begi semua lawan.
2. Sifat rosul tidak bengis dan tidak berlaku kasar karena pemimpin yang berjiwa
kotor niscaya akan dictator.
3. فاعف عنهمpemaaf, واستغفر لهمyakni mudah untuk memberi ampunan bagi orang-
orang yang bersalah.
4. وشاورهم فى األمرRosul sangat senang bermusyawarah, tidak otoriter dan siap
dikeritik ketika keliru.
5. Beliau memiliki komitmen فإذا عزمت فتوكل على هللاsetelah memantapkan planning
dalam suatu kegiatan, lalu bertawakal kepada Allah.
Itulah hadirin sikap dan sifat yang rosul miliki dalam menciptakan peradaban manusia.
Dengan demikian pembangunan di Negara kita ini hanya akan bergulir dengan baik, jika
dalam mekanisme pembangunannya mencontoh kepribadian rosululloh Muhammad saw.
Dan orang yang dapat mencontoh beliau hanyalah orang-orang yang beriman. Semoga kita
sebagai rakyat Indonesia dapat segera menyempurnakan iman kita sehingga berhasilah
kita dalam membentuk dan membangun Negara ini menuju masyarakat madani. Amin ya
robbal alamin.
Itulah yang dapat saya sampaikan,
وهللا المستعان إلى احسن الحال
والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
Hadirin Rohimakumullah.
Firman Allah yang baru kita simak bersama mengisyaratkan agar kita umat Islam memiliki
ekonomi yang kuat. Mari kita kaji secara mendalam. Imam Ibnu Katsir di dalam kitabnya
Tafsir Ibnu Katsir jilid ke-3 menyebutkan, bahwa sebab diturunkannya ayat ini berawal
dari sebuah pertanyaan Sa’ad bin Abi Waqash kepada Saidina Muhammad Rasulullah SAW.
“ wahai Rasulullah aku memiliki harta yang banyak akan tetapi pewarisku hanya satu
orang anak, maka bolehkah jika aku bersedekah dua pertiganya? Rasul menjawab : “tidak
boleh”. Bolehkah jika seperduanya? Rasul menjawab : “ tidak boleh”. Bagaimana jika
sepertiganya? Rasul menjawab : “ tidak boleh “ seraya melanjutkan perkataannya :
إنك إن تذر ورثتك اْلغنياء خير من أن تذرهم عالة يتكففون الناس
“ sungguh aku mengharapkan jika engkau dapat warisi keturunan yang kaya dan berharta
dan itulah yang terbaik dari pada engkau mewarisi keturunan yang lemah lagi papa serta
hanya mengharapkan belas kasih orang lain “
Kisah ini menjelaskan kepada kita bahwasanya Islam menginginkan agar setiap orangtua
dapat meninggalkan generasi penerus mereka dalam keadaaan yang kuat fisik, kuat mental,
dan kuat perekonomiannya.
Syekh Mustofa al-Maroghi menafsirkan kalimat “khoofu ‘alaihim”, sebagai suatu
kekhawatiran jikalau anak-anak hidup terlantar dan tersia-sia, kenapa demikian? Karena
telah diketahui bersama bahwa tolak ukur sejahtera tidak sejahteranya seseorang, makmur
tidak makmurnya seseorang dilihat dari keadaan ekonominya, apabila ekonominya baik,
maka apa yang menjadi hajat hidupnya akan mudah untuk didapatkan, akan tetapi jikalau
ekonominya buruk maka secara pasti apa yang menjadi hajat hidupnya akan sulit untuk
terpenuhi.
Hadirin Rohimakumullah.
Dalam dunia ekonomi kita mengenal adanya tiga buah sistem ekonomi. Pertama, sistem
ekonomi sosialis dimana pemerintah secara mutlak mengurus dan mengelola sistem
perekonomian mereka. Kedua, sistem ekonomi kapitalis dimana setiap individu, setiap
wirausahawan berhak untuk mengelola serta mengurus keadaan perekonomian mereka,
sistem ekonomi inilah yang telah membuat jarak yang sangat antara yang kaya dengan
yang miskin dan juga telah mengakibatkan yang kaya semakin kaya dan yang miskin
semakin miskin (the rich richer and the poor poorer). Ketiga, sistem ekonomi Islam dimana
dalam sistem ini yang di angkat kepermukaan adalah niali-nilai ukhuwah dan nilai-nilai
kebersamaan, dengan artian bahwa setiap orang harus saling tolong menolong, yang kaya
menolong yang miskin, yang kuat menolong yang lemah, tidak ada jarak diantara mereka
bahkan mereka merasa bahwa mereka bagaikan satu kesatuan yang tak dapat dipisahkan.
Dari penjelasan ini maka timbullah sebuah pertanyaan, bagaimanakah teknis untuk
merealisasikan prinsip ini? Sebagai jawabannya mari kita renungkan firman Allah dalam
surat adz-dzariyat ayat : 19
}19 : سا ئِ ِل َو أال َم أح ُر أو ِم { الذاريات
َّ َو فِى ا َ أم َوا ِل ِه أم َح ٌّق ل ِل
Artinya : “Dan pada harta-harta mereka ada hak untuk orang miskin yang meminta dan
orang miskin yang tidak mendapat bahagian”.
Hadirin rahimakumullah.
Syekh Mustafa al-Maraghi dalam tafisir al-Maraghi menyatakan, bahwa halalnya
perniagaan, transaksi jual beli jika terjadi saling meridhoi antara keduanya, sebaliknya
Islam sangat mengharamkan adanya penipuan, pendustaan dan pemalsuan barang. Hal ini
menunjukkan bahwa ayat ini merupakan dasar dari sebuah sistem ekonomi Islam, dan ayat
ini pula merupakan himbauan pada kita semua agar tidak mencari keuntungan dengan
cara menghisap darah orang lain yakni riba.
Berdasarkan prinsip ini maka dapat dipahami bahwa ekonomi Islam adalah ekonomi
mu’awanah, terdapat didalamnya sistem ekonomi mudharabah, murabahah, musyarakah,
dan di negara kita alhamdulillah setidaknya telah melaksanakan prinsip ini seperti adanya
bank-bank syari’ah. Oleh sebab itu, untuk menopang prinsip ini Rasulullah SAW bersabda :
من كان له مال فليتصدق بماله ومن كان له قوة فليتصدق بقوته ومن كان له علم فليتصدق
بعلمه
“ siapa yang memiliki harta maka bersedekahlah dengan hartanya, siapa yang memiliki
kekuasaan maka bersedekahlah dengan kekuasaannya, siapa yang memiliki ilmu maka
bersedekahlah dengan ilmunya “.
Dengan demikian pada akhirnya kami mengajak pada seluruh umat Islam untuk bersama-
sama mengaplikasikan sistem perekonomian Islam, yakni dengan cara pemberdayaan
ekonomi umat, maka secara tidak langsung segala bentuk kebodohan, keterbelakangan,
dan kekufuran akan hilang dengan sendirinya.
Untuk itu marilah kita berdoa kepada Allah semoga kita diberikan kemudahan dalam
aktivitas kita. Amin ya Robbal ‘alamin.
والسال م عليكم ورحمة هللا وبركاته
Hadirin Rakhimakumullah….
Ayat tersebut diawali dengan إنماdalam ilmu balaghah merupakan اداة القصرyang berfungsi
untuk mensfesifikasikan. Ayat tersebut merupakan deskripsi Allah swt tentang skala
prioritas penerima harta zakat, yaitu الفقراء والمساكينorang-orang fakir dan miskin. Lalu
bagaimanakah kaitannya dengan kondisi Bangsa kita saat ini? Prof. Sukirman melaporkan
23 juta lebih penduduk indonesia hidup di bawah garis kemiskinan, apalagi setelah
terjadinya krisis moneter, marak korban PHK, sulit mencari lapangan kerja, kemiskinan
semakin membengkak. Akibatnya kemiskinan ini كاد الفقر أن يكون الكفراdampak langsungnya
adalah dapat menyebabkan kekufuran, akibatnya adalah kemiskinan. Dr. Ismail Raj’i al-
Faruqi, derektur lembaga pengkajian Islam internasional mengatakan bahwa “ kemiskinan,
kebodohan, dan keterbelakangan merupakan tiga permasalahan besar yang saat ini, namun
diantara ketiganya kemiskinan merupakan yang paling berbahaya. Sebab kebodohan dan
keterbelakangan itu muncul akibat kemiskinan. Akibatnya, tidak sedikit saudara kita yang
menjual akidah hanya untuk mempertahankan hidupnya. Bahkan akibat kemiskinan tidak
sedikit gadis-gadis kita yang menjual kehormatannya untuk medapatkan sesuap nasi.
Na’udzubillah. Hadirin, menurut Dr. Didin Hafifudin, MSc, agar kemiskinan tidak bertambah
dan bertambah, ada tiga hal yang harus kita lakukan berkaitan dengan kewajiban zakat.
Pertama. Kita harus mengeluarkan zakat dan memasyarakatkan gerakan sadar zakat.
Kedua, kita harus membentuk lembaga zakat yang professional. Ketiga, kita harus
memberdayakan zakat untuk membangun kesejahteraan masyarakat.
Oleh karena itu, kita harus menyambut baik usaha pemerintah yang berhasil membuat
Badan Amil Zakat (BAZIS), kita patut mengacungkan jempol dengan usaha pemerintah
yang berhasil membuat peraturan pemerintah No. 34 tahun 99 tentang pengelolaan zakat.
Semoga usaha yang telah dilakukan dapat menyadarkan masyarakat kita untuk taat
mengeluarkan zakat, berwakaf, dan berinfaq sehingga dapat mengurangi kemiskinan dan
mensejahterakan masyarakat kita. Amin ya robbal alamin….
والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
HADIRIN ROHIMAKUMULLAH
Dari uraian tersebut dapatlah kita ambil kesimpulan bahwa jikalau segala upaya ttelah kita
lakukan mudah mudahan bangsa kita menjadi bangsa yang bersatu pada sehingga dapat
membentuk Negara yang baldatun toyyibatun warabbul ghafur, amin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mudah mudahan ada manfaatnya…
وهللا المستعان إلى احسن الحال
والسالم عليكم ورحمة هللا وبركاته
Hadirin, penjelasan di atas menunjukkan bahwa seorang yang beriman bisa saja
terjerumus kedalam api neraka jika tidak dapat mengontrol hatinya dari kemaksiatan.
Akan tetapi perlu difahami bersama bahwa arahan berpikir ayat di atas bukan saja
menjurus kepada eksklusivisme Islam sehinga seringkali menafikan civil society yang
sesungguhnya harus terus dibangun.
Lebih detil di dalam ayat selanjutnya, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-
Misbah menyebutkan bahwa, sendi-sendi bangunan masyarakat akan melemah jika kontrol
sosial melemah. Akibat kesalahan tidak hanya menimpa yang bersalah. Tabrakan tidak
hanya terjadi akibat kesalahan kedua pengendara. Bisa saja yang bersalah hanya seorang,
tetapi kecelakaan dapat beruntun menimpa sekian banyak kendaraan.
Tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya telah disyari’atkan sedemikian rupa oleh Allah yang
mengetahui kemaslahatan, kebutuhan, sekaligus kecenderungan mereka. Apabila ada yang
melanggarnya maka akan timbul kekacauan, karena yang melanggar telah melakukan
suatu yang merugikan pihak lain. Pada saat itu akan muncul kekacauan, dan akan lahir
instabilitas yang mengakibatkan semua anggota masyarakat yang taat maupun yang
durharka ditimpa krisis.
Karena itu ayat ini berpesan : buatlah prisai antara diri anda dengan ujian dan bencana
dengan jalan memelihara hubungan harmonis dengan-Nya. Laksanakanlah tuntunan-Nya
dengan anjurkan pula orang lain berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran, karena jika
tidak kita semua akan ditimpa bencana. Dalam konteks ini Rasul saw memperingatkan :
“jika ada masyarakat yang melakukan kedurhakaan, sedang ada anggotanya yang mampu
menegur atau menghalangi mereka, tapi dia tidak melakukannya, maka Allah swt akan
menjatuhkan bencana yang menyeluruh kepada mereka”.
HADIRIN RAHIMKUMULLAH
Dalam menemukan Remaja dan pemuda yang sejati di tengah-tengah hiruk-pikuk
kemaksiatan yang dapat menjerumuskan kita ke lembah kenistaan, maka kita harus
menemukan metode yang efektif dalam mengarunginya. Dalam hal ini, Allah swt
mengajarkan dan memerintahkan kepada kita. Sebagaimana firman-Nya di dalam surat ar-
Ruum ayat 60 :
}60{ َص ِب أر ِإ َّن َو أعدَ هللاِ َح ٌّق َو الَ يَ أست َ ِخفَّنَّ َك الَّذِينَ الَ يُوقِنُون
فَا أ
Artinya : “Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali
janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan
kamu.” (QS. Ar-Ruum : 60)
HADIRIN RAKHIMAKUMULLAH
Berdasarkan firman Allah di atas, terdapat kata kunci yang paling ditekankan dengan kata
kerja perintah di dalamnya.
Adapun kata kerja perintah yang ada di dalam ayat di atas adalah “ ”فاصبرyang berarti
bersabarlah. Dan dalam hal ini, Abdurrahman bin Nashir al-Su’udy menafsirkan kata di atas
dengan sebutan :
فاصبر على ما أمرت به وعلى دعوتهم إلى هللا ولو رأيت منهم إعراضا
Artinya : “bersabarlah terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan terhadap apa
yang dipanjatkan kepada Allah meskipun engkau dapatkan di antara mereka ada yang
membangkang”
Penjelasan di atas menunjukkan betapa beratnya untuk menjadi mukmin yang sejati di
dunia ini, hingga Allah memerintahkan untuk selalu bersabar di dalamnya. Apalagi jika
dikaitkan dengan perkembangan zaman yang begitu cepat. Sebuah contoh adalah, saat ini
sebagian anak-anak muda kita terjerumus dan terlena dengan westernisasi, kebarat-
baratan. Orang barat merayakan valentine, kita ikut merayakan valentine. Di bawah sinar
remang-remang, disaat hujan rintik-rintik, angin menghembus sepoi-sepoi basah duduk
berdua. Masya Allah.
Oleh karena itu, langkah apakah yang harus kita lakukan dalam rangka membangun
generasi bangsa yang berpribadian muslim sejati ? Dan siapakah yang berperan di
dalamnya ?
1. Para orang tua, guru, dan pendidik, hendaknya memberikan bekal ilmu dan akhlaq yang
cukup bagi anak-anak, remaja, dan pemuda . Karena dengan ilmu dan akhlaq yang dimiliki,
mereka akan menjadi generasi yang “al-qawiy” yang kuat bukan generasi yang “al-dha’if”
atau generasi yang lemah.
2. Para remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa, agar memiliki itikad yang baik
untuk dididik dan dibina, karena hal tersebut merupakan cikal bakal keberhasilan untuk
mewujudkan terbentuknya remaja dan pemuda yang sejati. Karena apalah arti guru tanpa
adanya murid. Dan apalah yang dapat dikerjakan seorang murid tanpa adanya instruksi
dan bimbingan dari guru. Oleh karena itu, saling take and give akan membuahkan hasil
yang berarti.
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Dan pada akhirnya, dapat kita simpulkan bersama bahwa jika semua ikhtiyar ini sudah kita
lakukan, mudah-mudahan remaja dan pemuda kita bisa menjadi tumpuan, harapan, dan
cita-cita bagi bangsa kita. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :
وهللا المستعان إلى احسن الحال
والسال م عليكم ورحمة هللا وبرمكاته
Albert Einstein, seorang ilmuan terbesar abad ke-20 menyatakan, “Relegion without science
is lame and science without relegion is blind”, agama tanpa ilmu adalah pincang dan ilmu
tanpa agama adalah buta. Kalimat ini menunjukkan bahwa, agama tidak hanya mendorong
studi ilmiah, tapi juga menjadikan riset ilmiah yang konklusif dan tepat guna, karena
didukung oleh kebenaran yang diungkapkan melalui agama. Alasannya adalah, karena
agama merupakan sumber tunggal yang menjadikan jawaban pasti dan akurat.
Selain daripada itu, kalimat ini juga menunjukkan bahwa membangun karakter bangsa
tanpa panduan agama tidak dapat berjalan dengan benar, tetapi justru membuang banyak
waktu dalam mencapai hasil tertentu, atau lebih buruk lagi, seringkali tidak memperoleh
bukti yang meyakinkan. Ketika Nabi sampai di Madinah, ia membuat sebuah perdaban baru
yang kemudian memunculkan pengertian bahwa Islam adalah sistem kepercayaan yang
sistemik, tidak hanya berdimensi theological, ritual, dan mistical tetapi juga berdimensi
moral dan intelektual.
Secara termonologi, Al-Qur’an adalah firman Allah SWT yang di turunkan kepada nabi
besar Muhammad saw, melalui wasilah malaikat jibril as untuk di syiarkan kepada umat
manusia yang salah satu fungsinya adalah “huda linnaas” petunjuk bagi suluruh umat
manusia di muka bumi ini. Said Nursi sebagai Renaissan of Islam menyatakan, “Islam is the
father of all the science and al-Qur’an is the book of science”, Islam adalah bapaknya seluruh
ilmu pengetahuan dan al-Qur’an adalah kitabnya ilmu pengetahuan. Oleh sebab itulah,
melalui penjelasan ini, maka pada kesempatan yang baik ini, kami akan membahas tentang
“MEMBANGUN KEPRIBADIAN BANGSA PERSPEKTIF AL-QURAN” dengan rujukan al-Qur’an
surat Ibrahim ayat 1 :
ِ اط أالعَ ِز
يز ِ ور بِإ ِ أذ ِن َربِ ِه أم إِلَى
ِ ص َر ُّ َاس ِمن
ِ الظلُ َما
ِ ُّت إِلَى الن َ َّاب أ َ أنزَ ألنَاهُ إِلَي َأك ِلت ُ أخ ِر َج الن
ٌ َ الر ج ِكت
}1{ أال َح ِمي ِد
Artinya : “Alif laam raa. (Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu
mengeluarkan manusia dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin
Tuhan mereka, (yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS.
Ibrahim)
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab, di dalam Tafsir al-Mishbah menjelaskan, bahwa
penjelasan tentang pentingnya al-Qur’an, disebutkan oleh Allah swt. dengan menggunakan
bentuk jamak untuk kata ( )الظلماتyang berarti aneka gelap, sedang ( )النورdengan berbetuk
tunggal. Hal ini untuk mengisyaratkan bahwa kegelapan itu bermacam-macam serta
beraneka ragam dan sumbernya pun banyak. berbeda dengan an-nuur atau cahaya yang
menerangai dan tidak pernah memberi gelap.
Penjelasan tentang al-Qur’an sebagai penerang atau an-nuur, benar-benar menunjukkan
bahwa antara al-Qur’an dengan membangun karakter bangsa terdapat hubungan yang
saling mengikat. Malik bin Nabi di dalam kitabnya Intaj al-Mustasyriqin wa Atsaruhu fi al-
Firy al-Hadits, menulis “Ilmu pengetahuan adalah sekumpulan masalah, serta sekumpulan
metode yang dipergunakan menuju tercapainya masalah tersebut.” Ini menunjukkan
bahwa kemajuan membangun karakter bangsa tidak dapat dinilai dengan apa yang
dipersembahkannya kepada masyarakat, tetapi juga diukur dengan wujudnya suatu iklim
yang dapat mendorong kemajuan pembangunan karakter bangsa itu termasuk al-Qur’an.
Al-Qur’an merupakan firman Allah yang tidak mengandung kontradiksi. Al-Qur’anlah kitab
yang telah diturunkan oleh Allah kepada utusannya sebagai petunjuk. Al-Qur’an adalah
kitab terakhir dan berada dalam penjagan Allah swt. Oleh sebab itu, membangun karakter
bangsa akan berkembang cepat hanya apabila dituntun oleh al-Qur’an, dan mengambil
kebenaran darinya. Karena, hanya dengan demikian membangun karakter bangsa
mengikuti jalan Allah. Ketika jalan yang bertentangan dengan agama diambil, para ilmuan
menyia-nyiakan waktu dan sumberdaya, serta menghalangi kemajuan membangun
karakter bangsa. Demikianlah menurut Harun Yahya dalam The Qur’an Leads the Way to
Science.
Lalu bagaimanakah dinamika keilmuan dalam menwujudkan kepribadian umat Islam saat
ini? Umat islam saat ini mengalami degradasi besar-besaran. Data Badan Penelitian
International menyebutkan, Israel yang notabene Yahudi dalam 1 juta penduduk memiliki
1600 pakar pengetahuan, Amerika yang notabene Nasrani dalam 1 juta penduduk memiliki
160 pakar pengetahuan. Sedangkan Indonesia yang notabene mayoritas muslim terbesar di
dunia, dalam 1 juta penduduk hanya memilki 65 pakar yang muslimnya hanya 6 orang.
Oleh karenanya, dalam bidang membangun karakter bangsa dan teknologi, kita masih jauh
tertinggal oleh bangsa-bangsa lain. Kita jauh tertinggal dengan Amerika yang Protestanis,
kita jauh tertinggal oleh Korea yang Konfusianis Taois, bahkan kita jauh tertinggal oleh
Jepang yang Budhis Taois. Padahal 14 abad yang lalu kita telah diperintahkan untuk
membaca dan membangun karakter bangsa. Bacalah al-Qur’an supaya hidup teratur,
bacalah alam supaya lahir karya-karya luhur, dan baca diri kita agar hidup tidak takabur,
sebab membaca dalam Islam harus dibarengi dengan serta diimbangi dengan :
َِبا أس ِم َر ِب َك الَّذِي َخلَق
Artinya : “Dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan”
Akan tetapi, untuk dapat memahami dengan jelas dan benar terhadap interpretasi dari
firman-firman Allah di dalam al-Qur’an, yang menjelaskan tentang korelasi antara al-
Qur’an dan meciptakan kepribadian bangsa, serta mengambil manfaat darinya untuk
menjadikannya sebagai contoh kepribadian bangsa, maka salah satu yang harus dilakukan
adalah dengan dapat memahami al-Qur’an secara tekstual terlebih dahulu, yakni
memahami al-Qur’an dari segi kebahasaan, dan bahasa al-Qur’an adalah bahasa Arab.
Sebagaimana Allah berfirman di dalam al-Qur’an surat Thaha ayat 113 :
Kerukunan berbangsa dan bernegara terusik oleh hadirnya intoleransi dalam kehidupan
beragama. Perusakan tempat ibadah umat agama lain yang terjadi di banyak tempat
menegaskan betapa toleransi lintas agama masih menjadi barang mahal nun langka di
negeri kita tercinta, Indonesia. Terlepas apa yang menjadi motif perusakan itu, kita sepakat
bahwa tindakan tersebut seharusnya tidak terjadi di negeri yang menjunjung tinggi
kerukunan dalam beragama. Bukankah anarkisme –apalagi menyangkut agama yang
sangat sensitif– justru menahbiskan nafsu kebinatangan yang selaiknya dibuang jauh-jauh
dari benak manusia.
Sepertinya, kita perlu melirik falsafah –yang konon milik– suku Bali (la’alla ash-
shawāb). “Masjid adalah rumah kami, namun digunakan oleh saudara kami yang beragama
Islam.” Begitu sikap mereka yang juga diterapkan kepada umat beragama selain Islam.
Ungkapan di atas menggambarkan betapa kerukunan antar umat beragama benar-benar
terlihat dalam keseharian mereka. Tidak ada sikap saling mencurigai apalagi saling
mengintimidasi. Justru, yang hadir di tengah-tengah kehidupan adalah kenyamanan dalam
keragaman. Inilah yang dalam istilah psikologi disebut ‘get comfortable in paradox’. Sebuah
kondisi jiwa yang mampu merasakan ketentraman meskipun berada di tengah paradoksal
kehidupan.
Berangkat dari paparan singkat di atas, dalam kesempatan ini, izinkanlah kami
membawakan pensyarahan Al-Qur’ān dengan judul: “Toleransi Lintas Agama, dalam
Membangun Indonesia yang Harmonis dan Bersahaja”, dengan landasan Al-Qur’ān
Surat al-An’ām [6] ayat 108 dan Surat al-Mumtahanah [60] ayat 8.
Hadirin rahimakumullah,
Agama adalah perihal yang substansial dalam kehidupan manusia. Sejak pertama
terlahir ke dunia, manusia sudah terikat kontrak ilahiyah untuk mengabdikan diri kepada
Allāh SWT. Inilah yang menjadikan manusia (selalu) mencari realitas kebenaran mutlak
yang pada akhirnya akan bertemu dengan Allāh SWT. Namun, dalam praktiknya tidak
semua orang “diberi hidayah” untuk memeluk Islam sebagai agama yang paling diridhai.
Aneka agama yang hadir di tengah-tengah kehidupan adalah bukti ketidaktunggalan hasil
pencarian agama masing-masing insan. Satu hal yang perlu diperhatikan dalam konteks ini
adalah kedewasaan sikap untuk tidak saling mencela sembahan umat agama lain. Berkaitan
dengan hal ini, Allāh SWT berfirman dalam surat al-An’ām ayat 108 yang berbunyi:
Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain
Allāh, karena mereka nanti akan memaki Allāh dengan melampaui batas tanpa dasar
pengetahuan. Demikianlah, Kami Jadikan setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka.
Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu Dia akan Memberitahukan kepada
mereka apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. al-An’ām [6]: 108)
Hadirin rahimakumullah,
Mengenai ayat di atas, Ibnu Katsīr menjelaskan bahwa Allāh melarang umat Islam
untuk memaki tuhan orang-orang musyrik walaupun ada nilai kemaslahatan dalam makian
tersebut. Sebab, akan terdapat mafsadah/kerusakan yang lebih besar yaitu sikap mereka
yang memaki Tuhan orang-orang yang beriman. Dengan adanya larangan tersebut, sikap
saling menghargai antar pemeluk agama seharusnya ditampilkan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara. Banyak perkara yang lebih besar yang sebenarnya dapat
diselesaikan bersama, dengan mengesampingkan latar belakang agama.
Tidak dapat dimungkiri bahwa Allāh memerintahkan umat Islam untuk mengambil
jarak demarkatif dengan non-muslim. Betapapun demikian, menurut al-Ustādz asy-Syahīd
Sayyid Quthb dalam kitabnya at-Tafsīr fi Zhilālil Qurān, Allāh juga mengajarkan kepada
umat Islam agar dalam mengambil jarak tersebut dilakukan dengan beradap, penuh
wibawa, dan penuh harga diri. Hal ini adalah suatu sikap yang sesuai dengan statusnya
sebagai orang-orang yang beriman. Dalam konteks ini, nilai persamaan sebagai manusia
lebih dikedepankan. Sementara, agama boleh dikesampingkan dalam hubungan sosial
karena agama adalah wilayah individual.
Toleransi lintas agama adalah syarat mutlak untuk menjalin kerukunan di tengah
kehidupan bangsa yang beraneka ragam. Pluralitas sendiri sebenarnya adalah sebuah
keniscayaan yang sengaja diciptakan oleh Allāh SWT. Dengan adanya keragaman,
khususnya dalam masalah agama, kedewasaan sikap menjadi tuntutan utama. Sebab, jika
hal itu diabaikan maka akan menimbulkan kekacauan (chaos) yang justru merusak tatanan
kehidupan. Dengan hadirnya toleransi –yang dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah
tasāmuh–, umat beragama dapat hidup rukun berdampingan.
Hadirin rahimakumullah,
Islam adalah agama yang diturunkan kepada seluruh umat manusia. Islam menjadi
rahmat bagi semua manusia dan semesta alam. Artinya, nilai-nilai kasih sayang dalam
Islam tidak hanya diperuntukkan bagi umat Islam an sich. Lebih dari itu, Islam adalah
agama yang sejak awal bertujuan menciptakan perdamaian dunia. Sikap saling menolong
(ta’āwun), apalagi menyangkut kemaslahatan bersama, bukanlah hal mustahil untuk
dilakukan. Potret kehidupan yang rukun –antara umat Islam dan non-muslim– ketika Nabi
Muhammad SAW hidup di Madinah menjadi preseden terbaik untuk mengaplikasikan nilai
kerahmatan Islam.
Islam sebenarnya membuka “keran” yang lebar bagi umatnya untuk berbuat baik
kepada umat agama lain. Betapapun agama mereka berlainan, namun mereka tetaplah
makhluk ciptaan Tuhan yang berhak atas perlakuan baik selama hidup di dunia. Justru,
ketika umat Islam bersikap “sinis” kepada mereka akan menciderai substansi Islam itu
sendiri. Islam tidak menginginkan orang memeluk agama karena faktor keterpaksaan.
Bukankah sudah jelas bahwa tidak ada paksaan dalam beragama. Berkaitan dengan hal ini,
marilah kita simak firman Allāh dalam surat al-Mumtahanah [60] ayat 8, yang berbunyi:
Artinya: “Allāh tidak melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-
orang yang tidak memerangimu dalam urusan agama dan tidak mengusir kamu dari
kampung halamanmu. Sesungguhnya Allāh Mencintai orang-orang yang berlaku adil.” (QS.
al-Mumtahanah [60]: 8)
Hadirin rahimakumullah,
Dalam Tafsir al-Jalālain secara singkat diartikan bahwa dhamīr “hum” dalam ayat di
atas bermakna “al-kuffār” (orang-orang kafir).
َأ ا ْي ا:َم ْن َ ِديا ِار ُك ْم
ََل َيا ْن اها ُك ْم ِ َولا ْم َيُ ْخ ِر ُج ْو ُك ْم
يَالدي ِْن ا
ِ َِلا َيا ْن اها ُك ُم َهللاُ َع ِان َالَّ ِذي اْن َلا ْم َيُقااتِلُ ْو ُك ْم َف
َعلاى ََولا ْم َيُ اظا ِه ُر ْوا َأ ا ْي َيُعاا ِونُ ْوا َ ا ِ َل َيُقااتِلُ ْونا ُك ْم َفِي
َالدي ِْن ا ان َإِلاى َا ْل اكفا ار ِة َالَّ ْذيِ ان ا ِ سَاْلحْ ا ِ ْ ع ِان
َم ْن ُه َْم
ِ َوالضعفا ِة اء ا
ِ س اج ُك ْمَكاالنِ ا ِ إِ ْخ ار
Demikian Ibnu Katsir menerangkan dalam kitab tafsirnya. Maksudnya adalah,
(Allāh) tidak melarang umat Islam untuk berbuat baik kepada orang-orang kafir yang tidak
berniat membunuh dalam agama dan tidak bersekongkol untuk mengusir umat Islam.
Sebagai gambarannya dapat kita cermati dalam kisah berikut. Asma’ binti Abu Bakar ash-
Shiddīq menceritakan bahwa ibunya –yang ketika itu masih musyrikah– berkunjung
kepadanya, maka ia pergi menemui Rasulullah bertanya: “Bolehkah saya menjalin
hubungan dengan ibu saya?” Nabi (kemudian) menjawab: “Ya! Jalinlah hubungan baik
dengannya.” (HR. Bukhari-Muslim)
Kata tabarrūhum (َ )تا اب ُّر ْو ُه ْمdalam ayat di atas, menurut M. Quraish Shihab dalam
Tafsir al-Mishbah, berasal dari kata “al-birr” yang artinya adalah ‘kebajikan yang luas’.
Dataran yang terhampar di persada bumi ini dinamai “bar”, karena luasnya. Dengan
pemahaman tersebut, tercermin izin (justifikasi) melakukan aneka kebajikan bagi non-
muslim, selama tidak membawa dampak buruk bagi umat Islam. Sebagai penegasan,
ternyata Islam membukan jalan untuk berbuat ihsān kepada non-muslim. Kebaikan yang
dapat dilakukan sangatlah beragam sebagaimana penjelasan semantik di atas. Dengan
kebaikan yang disebarluaskan tersebut, toleransi akan dapat pula terwujudkan.
Selanjutnya, kata tuqsithū (ط ْوا ُ س
ِ )ت ُ ْق, berasal dari kata al-qisth, yang berarti adalah
‘adil’. Masih merujuk goresan tinta Quraish Shihab, pakar tafsir dan hukum, Ibnu ‘Arabi
sampai kepada simpulan: “Tidak melarang kamu memberi (se)bagian dari harta kamu
kepada mereka.” Pertolongan yang boleh diberikan kepada non-muslim tidak hanya berupa
bantuan moril, tetapi dapat berbentuk materiil. Hal ini semakin membuka jalan untuk
bersama-sama berjuang mengentaskan kemiskinan bangsa. Lebih dari itu, konsepsi ini
berdampak positif terhadap kebersatuan bangsa dalam menciptakan perekonomian yang
adil dan berimbang.
Hadirin rahimakumullah,
Pentingnya membangun bangsa yang harmonis dan bersahaja seharusnya menjadi
kesadaran seluruh elemen bangsa. Dimana hal ini baru dapat diwujudkan ketika seluruh
elemen bangsa dapat berjabat-erat, bersatu-padu, bergandengan-tangan, mewujudkannya
dalam kehidupan bangsa yang ber-bhinneka tunggal ika. Sekat agama yang seringkali
dijadikan pembatas ekstrim hendaknya dihindarkan untuk kebaikan bersama demi
kemajuan bangsa. Dengan demikian, Indonesia akan benar-benar menjadi bangsa yang
harmonis dan bersahaja. Harmonis adalah arti hadirnya kerukunan di tengah
keberagaman. Bersahaja dalam pengertian, berpegang teguh terhadap moralitas dan patut
menjadi teladan bagi bangsa lainnya.
Mengutip apa yang dituliskan oleh Marwan Ja’far dalam sebuah opini di Harian
Republika. “Kita perlu kembali pada prinsip umum ajaran Islam (maqāshid al-syarī’ah)
tentang eksistensi agama lain, yakni pengakuan terhadap nilai-nilai kemanusian dan
keabsahan de facto dan de jure sebagai bagian integral dari sebuah komunitas. Hubungan
muslim dan pemeluk agama lain wajib dipandang sebagai anggota yang memiliki tanggung
jawab terhadap keutuhan komunitas.” Dalam konteks ini, toleransi bukan lagi menjadi
sesuatu yang dirindukan namun sudah menjadi bagian kehidupan bangsa. Dengan
demikian maka keharmonisan dalam kehidupan beragama akan terwujudkan.
Hadirin rahimakumullah,
Simpulan yang dapat kita petik dari pensyarahan Al-Qur’ān di atas adalah sebagai
berikut. Pertama, di tengah kehidupan bangsa yang plural, toleransi menjadi pijakan utama
untuk merajut persatuan dan kesatuan. Ketika toleransi hilang dari tengah-tengah
kehidupan maka yang terjadi adalah sikap saling mencurigai yang berimbas pada
ketidaknyamanan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kedua, toleransi (tasāmuh)
dalam konteks agama Islam adalah bagian dari cara untuk membumikan nilai kerahmatan
Islam kepada semesta alam. Ketika hal ini dapat terwujudkan maka kedamaian (peace) di
bumi tercinta Indonesia akan menjadi sajian utama.
Sebagai penutup, jika toleransi lintas agama dapat terjalin, impian untuk hidup di
tengah bangsa yang harmonis dan bersahaja insyā Allāh akan segera terwujudkan. Semoga
Allāh memberikan kekuatan dan rahmat-Nya kepada kita. Āmīn ya Mujība du’āi as-sāilīn. []
Wallāhu al-muwaffiq ila aqwami ath-tharīq. Wa huwa al-hādiy ila shirāthil mustaqīm.
Keterangan: Naskah boleh digunakan untuk kepentingan apapun, khususnya Musābaqah
Syarhil Qur’ān dengan mencantumkan sumbernya. Jazakumullāh…
Prof. Dr. BJ. Habibi mengatakan setidaknya ada lima kelamahan yang harus kita hindari,
yakni lemah harta, lemah fisik, lemah ilmu, lemah semangat hidup, dan yang sangat
ditakutkan adalah lemah akhlak. Hadirin jika lima kelemahan ini melekat pada generasi-
generasi remaja dan pemuda kita, saya yakin mereka bukan sebagai pelopor pembangunan
melainkan sebagai firus pembangunan, penghambat pembangunan, bahkan penghancur
pembangunan. Padahal hadirin…. dinegeri tercinta ini sejarah telah membuktikan sejak
tahun 1908 masa kebangkitan nasional sampai menjelang detik-detik proklamasi
dikumandangkan berbagai organisasi kepemudaan, seperti persatuan pelajar stofia,
Trikoro Dharmo, Jong Islamanten Bond bahkan kita mengenal Budi Utomo tokoh pemuda
kharismatik, mereka semua menjadi The Grand Old Man istilah bung Karno menjadi Stood
Geeber bahkan menjadi The Founding Father pendiri, penggerak yang mampu merebut
kemerdekaan.
Sejarah tersebut mengajarkan kepada kita semua selaku remaja dan pemuda saat ini dan
yang akan datang agar memiliki semangat juang yang tinggi serta tanggung jawab yang
penuh terhadap kelangsungan Nusa Bangsa dan Agama yang kita anut saat ini, sebab سبان
اليوم رجال الغدThe Young today is The leader tomorrow pemuda hari ini adalah jago-jagonya
pemimpin yang akan datang.
Sebagai contoh bagi remaja dan pemuda sebagai generasi penerus bangsa, mari kita
renungkan firman Allah swt dalam al-Qur’an surat al-Kahfi ayat : 13
Artinya : “Kami kisahkan kepadamu (Muhammad) cerita Ini dengan benar. Sesungguhnya
mereka adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Tuhan mereka, dan kami tambah pula
untuk mereka petunjuk.”
الحمد هلل الذى ارسل رسوال مبشرين ومنذرين وداعيا إلى هللا بإذنه وسراجا منيرا أللهم فصلى وسلم على سيدنا محمد وعلى آله
}وأصحابه أجمعين {أما بعد
Alfin Toffler dalam bukunya The Future Shock and The Third Wave, beliau menyatakan, era
milinium merupakan era institusional change, yaitu era menjamurnya berbagai media
komunikasi. Konsekuensinya, pada suatu sisi melahirkan nilai-nila positif, Namun disisi lain
over loading information melahirkan desease of adaftation, penyakit adaptasi. Penerimaan
terhadap unsur-unsur asing tanpa mempertimbangkan baik atau buruknya, ketika orang barat
judi, Remaja dan pemuda kita terlena dengan gaplek dan remi, ketika orang barat terlena dengan
minum-minuman keras, Remaja dan pemuda kita terlena dengan budaya mabuk-mabukan
tenggak wisky, brandy, bahkan yang paling besar dan mendasar penyakit adaptasi ini melahirkan
dehumanisasi, demoralisasi, dan despritualisasi.
Akibatnya manusia hidup bebas, keras, beringas, ganas bahkan lebih ganas dari binatang buas, di
sinilah pentingnya pembangunan kepribadian yang postif sebagaimana digambarkan Thomas
Hobbes dalam A War of All Agaents, John Lock dalam Social Contrack, Bruch Spinoza dalam
Intelektual Love of God dan lain sebagainya. Karena pentingnya keperibadian positif, khusunya
sebagai seorang muslim, maka pada kesempatan ini, kita akan membicarakan tentang “Remaja
Dan Pemuda Sebagai Aset Masa Depan Bangsa”. Dengan rujukan al-Qur’an surat al-Anfal ayat
24-25 :
}24{ َسو ِل ِإذَا دَ َعا ُك أم ِل َما يُحأ ِيي ُك أم َوا أعلَ ُموا أَ َّن هللاَ َي ُحو ُل َبيأنَ أال َم أر ِء َوقَ أل ِب ِه َوأَنَّهُ ِإلَ أي ِه تُحأ ش َُرونُ لر َّ َياأ َ ُّي َها ا َّلذِينَ َءا َمنُوا ا أست َِجيبُوا ِ َّّلِلِ َو ِل
}25{ ب أ
ِ شدِيد ُ ال ِعقَا َ
َ َصة َوا أعلَ ُموا أ َّن هللا ً َّ ظلَ ُموا ِم أن ُك أم خَا َ َصيبَ َّن الَّذِين ِ ُ َواتَّقُوا فِتأنَةً َال ت
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila
Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, dan ketahuilah
bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-
Nyalah kamu akan dikumpulkan. Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus
menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras
siksaan-Nya..” (QS. Al-Anfal)
Berdasarkan ayat di atas maka dapatlah difahami bahwa dalam membangun Remaja dan
pemuda maka hendaknya dapat membatasi antara dirinya dengan hatinya. Namun, seperti
apakah membatasi antara manusia dengan hatinya? Al-Smarqandi di dalam kitab tafsirnya Bahr
al-Ulum menyebutkan, bahwa yang dimaksud dengan “yahulu bain al-mar’i wa qalbih” adalah :
ويحول بين الكافر وطاعته التي تجره إلى الجنة، يحول بين المؤمن ومعاصيه التي تسوقه وتجره إلى النار
Artinya : “membatasi antara orang mukmin dengan kemaksiatannya yang mengarahkannya dan
mendekatkannya dengan api neraka, serta membatasi antara orang kafir dengan keta’atannya
yang dapat mendekatkannya dengan surga.”
Hadirin, penjelasan di atas menunjukkan bahwa seorang yang beriman bisa saja terjerumus
kedalam api neraka jika tidak dapat mengontrol hatinya dari kemaksiatan. Akan tetapi perlu
difahami bersama bahwa arahan berpikir ayat di atas bukan saja menjurus kepada eksklusivisme
Islam sehinga seringkali menafikan civil society yang sesungguhnya harus terus dibangun.
Lebih detil di dalam ayat selanjutnya, Prof. Dr. Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-
Misbah menyebutkan bahwa, sendi-sendi bangunan masyarakat akan melemah jika kontrol sosial
melemah. Akibat kesalahan tidak hanya menimpa yang bersalah. Tabrakan tidak hanya terjadi
akibat kesalahan kedua pengendara. Bisa saja yang bersalah hanya seorang, tetapi kecelakaan
dapat beruntun menimpa sekian banyak kendaraan.
Tuntunan Allah swt dan Rasul-Nya telah disyari’atkan sedemikian rupa oleh Allah yang
mengetahui kemaslahatan, kebutuhan, sekaligus kecenderungan mereka. Apabila ada yang
melanggarnya maka akan timbul kekacauan, karena yang melanggar telah melakukan suatu yang
merugikan pihak lain. Pada saat itu akan muncul kekacauan, dan akan lahir instabilitas yang
mengakibatkan semua anggota masyarakat yang taat maupun yang durharka ditimpa krisis.
Karena itu ayat ini berpesan : buatlah prisai antara diri anda dengan ujian dan bencana dengan
jalan memelihara hubungan harmonis dengan-Nya. Laksanakanlah tuntunan-Nya dengan
anjurkan pula orang lain berbuat kebaikan dan menjauhi kemunkaran, karena jika tidak kita
semua akan ditimpa bencana. Dalam konteks ini Rasul saw memperingatkan :
“jika ada masyarakat yang melakukan kedurhakaan, sedang ada anggotanya yang mampu
menegur atau menghalangi mereka, tapi dia tidak melakukannya, maka Allah swt akan
menjatuhkan bencana yang menyeluruh kepada mereka”.
HADIRIN RAHIMKUMULLAH
Dalam menemukan Remaja dan pemuda yang sejati di tengah-tengah hiruk-pikuk kemaksiatan
yang dapat menjerumuskan kita ke lembah kenistaan, maka kita harus menemukan metode yang
efektif dalam mengarunginya. Dalam hal ini, Allah swt mengajarkan dan memerintahkan kepada
kita. Sebagaimana firman-Nya di dalam surat ar-Ruum ayat 60 :
}60{ َصبِ أر إِ َّن َو أعدَ هللاِ َح ٌّق َو الَ يَ أست َِخفَّنَّكَ الَّذِينَ الَ يُوقِنُون
فَا أ
Artinya : “Maka bersabarlah kamu, sesungguhnya janji Allah adalah benar dan sekali-kali
janganlah orang-orang yang tidak meyakini (kebenaran ayat-ayat Allah) itu menggelisahkan
kamu.” (QS. Ar-Ruum : 60)
HADIRIN RAKHIMAKUMULLAH
Berdasarkan firman Allah di atas, terdapat kata kunci yang paling ditekankan dengan kata kerja
perintah di dalamnya.
Adapun kata kerja perintah yang ada di dalam ayat di atas adalah “ ” فاصبرyang berarti
bersabarlah. Dan dalam hal ini, Abdurrahman bin Nashir al-Su’udy menafsirkan kata di atas
dengan sebutan :
فاصبر على ما أمرت به وعلى دعوتهم إلى هللا ولو رأيت منهم إعراضا
Artinya : “bersabarlah terhadap apa yang telah diperintahkan oleh Allah dan terhadap apa
yang dipanjatkan kepada Allah meskipun engkau dapatkan di antara mereka ada yang
membangkang”
Penjelasan di atas menunjukkan betapa beratnya untuk menjadi mukmin yang sejati di dunia ini,
hingga Allah memerintahkan untuk selalu bersabar di dalamnya. Apalagi jika dikaitkan dengan
perkembangan zaman yang begitu cepat. Sebuah contoh adalah, saat ini sebagian anak-anak
muda kita terjerumus dan terlena dengan westernisasi, kebarat-baratan. Orang barat merayakan
valentine, kita ikut merayakan valentine. Di bawah sinar remang-remang, disaat hujan rintik-
rintik, angin menghembus sepoi-sepoi basah duduk berdua. Masya Allah.
Oleh karena itu, langkah apakah yang harus kita lakukan dalam rangka membangun generasi
bangsa yang berpribadian muslim sejati ? Dan siapakah yang berperan di dalamnya ?
1. Para orang tua, guru, dan pendidik, hendaknya memberikan bekal ilmu dan akhlaq yang cukup
bagi anak-anak, remaja, dan pemuda . Karena dengan ilmu dan akhlaq yang dimiliki, mereka
akan menjadi generasi yang “al-qawiy” yang kuat bukan generasi yang “al-dha’if” atau generasi
yang lemah.
2. Para remaja dan pemuda selaku generasi penerus bangsa, agar memiliki itikad yang baik untuk
dididik dan dibina, karena hal tersebut merupakan cikal bakal keberhasilan untuk mewujudkan
terbentuknya remaja dan pemuda yang sejati. Karena apalah arti guru tanpa adanya murid. Dan
apalah yang dapat dikerjakan seorang murid tanpa adanya instruksi dan bimbingan dari guru.
Oleh karena itu, saling take and give akan membuahkan hasil yang berarti.
HADIRIN RAHIMAKUMULLAH
Dan pada akhirnya, dapat kita simpulkan bersama bahwa jika semua ikhtiyar ini sudah kita
lakukan, mudah-mudahan remaja dan pemuda kita bisa menjadi tumpuan, harapan, dan cita-cita
bagi bangsa kita. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
Demikianlah yang dapat kami sampaikan, mudah-mudahan ada manfaatnya :