Anda di halaman 1dari 6

Contoh KIR Kulit Jeruk Untuk Bahan Bakar

Lengkap
Ide pada contoh kir yang akan dibahas ini merupakan ide kumpulan contoh kir populer yang menurut
saya sangat menarik dan perlu dilakukan penelitian yang lebih intensif lagi. Mengapa, karena melalui
karya yang satu ini kulit jeruk akan diteliti untuk digunakan sebagai bahan bakar, keren bukan?

Jika memang hal ini dapat diuji secara lebih mantap dan diaplikasikan secepat mungkin kita yang ada
didaerah-daerah ini tidak akan perlu lagi mengantri dalam membeli bahan bakar.

Cuplikan Contoh KIR Kulit Jeruk


Ide yang cukup brilian ini saya rasa layak untuk dilanjutkan dan dikembangkan lebih dalam lagi, untuk itu
saya akan memberikan cuplikan contohnya untuk kir yang membahas tentang kulit jeruk tersebut. Simak
langsung cuplikannya dibawah ini yang berjudul Kulit Jeruk Sebagai Alternatif Pengganti Bahan Bakar
Fosil.

Bab I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Hampir semua orang mengenal tanaman jeruk, terutama bagian buahnya yang sangat digemari.
Tanaman jeruk ini semula hanya berupa vegetasi alami yang menempati areal yang cukup luas di Asia
Timur dan Asia Selatan mulai dari Cina sampai India, Malaysia, Indonesia, Filipina dan Kaledonia Baru.
Namun saat ini tanaman tersebut telah dibudidayakan di hampir semua negara tropis dan sub tropis.

Tanaman jeruk ini tidak hanya disukai oleh masyarakat karena rasa buahnya yang segar dan manis
namun tanaman ini mempunyai begitu banyak manfaat antara lain beberapa produk makanan yang
dibuat dari jeruk, misalnya kulit buah untuk selai dan permen. Pektin dibuat juga dari kulit buah jeruk
dan asam sitrat dari jeruk lemon dan jeruk nipis. Bunga, buah dan daun jeruk yang harum itu di ekstrak
menjadi minyak atsiri. Kulit buahnya merupakan sumber yang baik, tetapi hanya bunga jeruk asam yang
menghasilkan wewangian yang paling mahal.
Di Indonesia sendiri jeruk merupakan komoditas buah-buahan terpenting setelah pisang dan mangga.
Produksi jeruk di Indonesia pada tahun 2001 mencapai 744.052 ton/tahun. Bila kebutuhan konsumsi
buah jeruk segar diasumsikan 3,26 kg/kapita/tahun atau 30 buah/kapita/tahun, maka dengan
perhitungan jumlah penduduk 204,4 juta jiwa memerlukan ketersediaan buah jeruk segar sebanyak
866.247 ton. Data tahun 2001 menunjukkan bahwa Indonesia mengimpor jeruk sebesar 73.304 ton,
sehingga total ketersediaan mencapai jumlah 817.356 ton (Dirjenhorti; 2002).

Melihat kebutuhan akan tanaman jeruk cukup tinggi baik karena kandungan gizinya maupun manfaat
lain yang bisa diambil, maka penulis ingin mencoba menggali potensi lain dari buah jeruk yang
sebenarnya hampir terlupakan oleh kita, yaitu pemanfaatan kulit jeruk.

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan oleh penulis, ternyata selama ini kulit jeruk kurang
dimanfaatkan terutama oleh masyarakat konsumen buah jeruk. Umumnya para konsumen hanya
memakan buah jeruk saja dan kulit jeruknya hanya dijadikan limbah terbuang. Padahal sebenarnya kulit
jeruk mempunyai potensi yang sangat besar. Salah satunya adalah potensi pemanfaatan kulit jeruk yang
dapat dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil, karena penulis melihat beberapa tahun
terakhir ini energi dan bahan bakar merupakan persoalan yang krusial di dunia.

Peningkatan permintaan energi yang disebabkan oleh pertumbuhan populasi penduduk dan menipisnya
sumber cadangan minyak dunia serta permasalahan emisi dari bahan bakar fosil memberikan tekanan
kepada setiap negara untuk segera memproduksi dan menggunakan energi terbarukan. Selain itu,
peningkatan harga minyak dunia hingga mencapai 100 U$ per barel juga menjadi alasan yang serius
yang menimpa banyak negara di dunia terutama Indonesia.

Lonjakan harga minyak dunia akan memberikan dampak yang besar bagi pembangunan bangsa
Indonesia. Konsumsi BBM yang mencapai 1,3 juta/barel tidak seimbang dengan produksinya yang
nilainya sekitar 1 juta/barel sehingga terdapat defisit yang harus dipenuhi melalui impor. Menurut data
ESDM (2006) cadangan minyak Indonesia hanya tersisa sekitar 9 milliar barel. Apabila terus dikonsumsi
tanpa ditemukannya cadangan minyak baru, diperkirakan cadangan minyak ini akan habis dalam dua
dekade mendatang. Untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar minyak pemerintah telah
menerbitkan Peraturan presiden republik Indonesia nomor 5 tahun 2006 tentang kebijakan energi
nasional untuk mengembangkan sumber energi alternatif sebagai pengganti bahan bakar minyak.
Kebijakan tersebut menekankan pada sumber daya yang dapat diperbaharui sebagai altenatif pengganti
bahan bakar minyak.
Melihat kondisi di atas penulis berusaha mengkaji potensi pada kulit jeruk yang ternyata mengandung
minyak atsiri yang mudah menguap dan terbakar. Minyak atsiri ini yang nantinya diharapkan dapat
dijadikan sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil. Selanjutnya penulis ingin mempublikasikan
potensi kulit jeruk diatas terutama untuk bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan dan bernilai
ekonomis yaitu sebagai pengganti bahan bakar fosil yang kita ketahui semakin lama semakin menipis
serta dampaknya terhadap kondisi lingkungan saat ini.

Oleh sebab itu, dengan karya tulis ini penulis berharap agar potensi minyak atsiri yang ada di dalam kulit
jeruk dapat di sosialisasikan kepada publik hingga pada akhirnya dapat diteliti lebih lanjut sampai
dengan pemanfaatannya langsung sebagai bahan bakar.

1.2 Rumusan Masalah

Saat ini kondisi lingkungan kita semakin buruk akibat pengguaan bahan bakar fosil serta jumlahnya
sudah mulai menipis. Bagitu banyak dampak yang ditimbulkan akibat pengguaan bahan bakar ini, salah
satunya yang menjadi masalah global dan perlu penanganan segera yaitu mengenai isu global warming.
Dampak ini tidak hanya berpengaruh terhadap keadaan lingkungan saja, namun juga berdampak
terhadap kehidupan makhluk hidup yang ada di bumi.

Berdasarkan latar belakang diatas maka terdapat rumusan masalah yang menjadi dasar penulisan karya
tulis ini, yaitu:

1. Apakan kulit jeruk berpotensi sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil ?

1.3 Batasan Masalah


Dalam karya tulis ini penulis hanya mengungkapkan pemanfaatan potensi kulit jeruk sebagai alternatif
pengganti bahan bakar fosil.

1.4 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui sejauh mana potensi yang dimiliki oleh minyak yang terkandung dalam kulit jeruk
sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.

1.5 Manfaat Penulisan

Manfaat yang ingin diperoleh antara lain :


1. Dapat dijadikan objek masalah yang perlu dipikirkan lebih lanjut mengenai pemanfaatan potensi
kulit jeruk sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil.
2. Dengan adanya karya tulis ini memungkinkan dapat memberikan solusi, pemecahan dan jalan
keluar yang baik akan masalah global saat ini, terutama terhadap masalah lingkungan.
3. Dapat menjadi salah satu pilihan alternatif untuk menghadapi masalah krisis bahan bakar yang
perlu dikaji lebih lanjut.

Salin KIR Kulit Jeruk Untuk Bahan Bakar


Sebelum mengadakan penelitian tentang kulit jeruk untuk bahan bakar ini ada baiknya kita melihat
beberapa referensi yaitu beberapa penelitian terkait yang dapat digunakan sebagai tolok ukur dimana
kita akan memulai penelitian kita. Untuk itu saya sertakan tautan salin kir kulit jeruk agar sobat pelajar
dapat membaca dan mempelajari penelitian yang sebelumnya telah dilakukan oleh orang lain.

Contoh Kir Pemanfaatan Kulit Pisang


Sebagai Selai
Masih membahas mengenai kulit pisang kali ini kita akan melihat sebuah penelitian mengenai Kir
Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Selai. Penelitian ini merupakan sebuah karya tulis yang merupakan
contoh karya ilmiah remaja atau kir yang dilakukan oleh rekan pelajar sekolah menengah atas. Mau tahu
bagaimana contoh karya ilmiah remaja (kir) mengenai pemanfaatan kulit pisang ini? Langsung saja simak
uraian panjang dan lebar yang saya sajikan berikut.

Cuplikan Contoh Karya Ilmiah Remaja (KIR)


Pertama dan yang utama adalah sobat harus melihat dahulu cuplikan Kir Pemanfaatan Kulit Pisang
Sebagai Selai ini agar memperoleh gambaran isi di dalam penelitian ini. So, mari kita lihat cuplikan karya
ilmiah remaja kir yang merupakan bagian dari Kumpulan Contoh KIR Populer berikut.

1.1 Latar Belakang

Pisang adalah tanaman yang mudah ditanam di wilayah Indonesia, karena Indonesia adalah negara
beriklim tropis dan kondisi tanah yang mengandung banyak humus. Saat ini, hampir seluruh wilayah
Indonesia merupakan daerah penghasil pisang, misalnya: Sumatra Barat (Padang Pariaman, Pesisir
Selatan, dan Lima Puluh Kota), Jawa Tengah (Demak, Blora, Wonogiri, dan Sragen), DI Yogyakarta
(Bantul, Gunung Kidul, dan Sleman), Jawa Timur (Banyuwangi, Trenggalek, Pacitan, dan Jombang), Bali
(Buleleng dan Jembrana), Nusa Tenggara Barat (Lombok Tengah, Lombok Timur, dan Bima) sampai
Sulawesi Selatan (Gowa, Bone, Pinrang, dan Wajo).
Pisang dikategorikan menjadi tiga golongan, yakni pisang yang enak dimakan, pisang yang hanya diambil
pelepah batangnya sebagai serat, dan pisang liar yang dipergunakan sebagai tanaman hias. Khusus
untuk pisang yang enak dimakan, dibedakan lagi menjadi dua, yakni pisang meja dan pisang olah.

Pisang meja adalah buah pisang yang dapat langsung dimakan tanpa dimasak terlebih dahulu, dan
umumnya disediakan sebagai buah segar. Contoh, pisang ambon putih, pisang ambon lumut, pisang
raja, pisang emas, pisang susu, pisang badak, pisang badak raksasa, dan sebagainya.

Sementara pisang olah adalah buah pisang yang baru dapat dimakan setelah terlebih dahulu diolah,
seperti direbus, digoreng, dikukus, atau dipanggang. Yang masuk kategori pisang olah adalah pisang
kepok, pisang nangka, pisang kapas, pisang tanduk, pisang raja uli, pisang raja siem, pisang bangkahulu,
pisang lempenang, pisang ampiang, pisang udang, dan sejenisnya sesuai nama daerahnya.

Pisang mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan, antara lain: mampu menurunkan tekanan darah,
menjaga kesehatan retina mata dan jantung, dan mampu memperlancar pengiriman oksigen ke otak.

Sayangnya biasanya pisang hanya dimanfaatakan buahnya saja, sedangkan bagian-bagian yang lain
jarang dimanfaatkan. Padahal bagian-bagian yang lain dapat dimanfaatkan, seperti: kulit buahnya dapat
digunakan untuk membuat selai, cuka, nata, roti, kripik, dan lain-lain; batangnya dapat digunakan untuk
membuat tali, kertas daur ulang, dan berbagai kerajinan tangan; dan lain sebagainya.

Berdasarkan uraian diatas penulis mengambil judul “ Pemanfaatan Kulit Pisang Untuk Selai di RT 02 RW
06 Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing Malang”.

Adapun alasan penulis mengambil judul tersebut diatas, karena berdasarkan pengamatan bahwa selama
ini masih banyak masyarakat RT 02 RW 06 Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing Malang yang
membuang kulit pisang tanpa mengolahnya terlebih dahulu, padahal banyak masyarakat RT 02 RW 06
Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing Malang yang sering mengolah buah pisang. Sehingga timbul
ide untuk memanfaatkan kulit pisang menjadi selai dalam Kir Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Selai.

1.2 Rumusan Masalah


1. Mengapa masyarakat RT 02 RW 06 Kelurahan Polowijen Kecamatan Blimbing Malang cenderung
membuang kulit pisang setelah makan buahnya?
2. Bagaimana cara memanfaatkan kulit pisang menjadi selai?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui faktor penyebab masyarakat RT 02 RW 06 Kelurahan Polowijen Kecamatan


Blimbing Malang cenderung membuang kulit pisang setelah makan buahnya.
2. Untuk mengetahui cara memanfaatkan kulit pisang menjadi selai.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Dapat diketahui faktor penyebab masyarakat RT 02 RW 06 Kelurahan Polowijen Kecamatan


Blimbing Malang cenderung membuang kulit pisang setelah makan buahnya.
2. Dapat diketahui cara memanfaatkan kulit pisang menjadi selai.

Segitu aja saya rasa untuk cuplikan karya ilmiah Kir Pemanfaatan Kulit Pisang Sebagai Selai, nanti sobat
dapat mempelajarinya secara menyeluruh jika sudah menyalinnya melalui tautan yang saya sediakan.
Tenang saja, saya sediakan contoh lengkapnya yang dapat disalin dan dipelajari dirumah khusus untuk
sobat yang sedang belajar melakukan penelitian untuk menyusun sebuah karya ilmiah remaja.

Anda mungkin juga menyukai