Anda di halaman 1dari 3

TUGAS MODUL 1 KB 1 ANALISIS VIDEO

NAMA : SITI HUMAEDAH


NO. PESERTA PPG : 19280318710243
MATA PELAJARAN : KIMIA
UNIT KERJA : SMAN 7 KAB. TANGERANG

Setelah saya menyaksikan video tersebut saya merasa hati saya berbunga-bunga
sekaligus sedih. Kenapa tidak? Video yang disajikan adalah berkaitan dengan suatu
kegiatan pembelajaran di era digital yang terjadi di sebuah negara maju. Pembelajaran
yang berbasis proyek dengan pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi. Proyek
dalam pembelajaran tersebut adalah bagaimana siswa dapat mendesain dan
mewujudkan suatu produk hasil karya berupa replika/model jembatan secara nyata.

Pembelajaran yang ideal. Baik guru maupun siswa keduanya terlibat secara aktif dalam
kegiatan pembelajaran. Guru bertindak sebagai fasilitator dan motivator menggunakan
media teknologi digital untuk menjelaskan desain suatu proyek pembangunan sebuah
jembatan. Guru mendampingi siswa dan memancing rasa ingin tahu dan kreativitas
siswa untuk bertanya dan mencoba gagasannya sendiri.

Dalam pembelajaran berbasis proyek ini siswa terlibat secara aktif dan mandiri dalam
membangun pembelajarannya mengenai kerangka kerja proyek serta menetapkan solusi
atas permasalahan atau tantangan yang diajukan berupa kuis yang diberikan oleh guru.
Dalam hal ini guru berperan mengevaluasi siswa secara kontinu dan obyektif dari semua
aspek baik ketrampilan, keaktifan, maupun kreatifitas. Guru mampu menghidupkan
suasana kelas yang aktif kompetitif tapi tetap santun secara interpersonal. Guru juga
memberikan berbagai pilihan sumber belajar diantaranya teknisi dibidangnya yang
dapat diakses langsung menggunakan percakapan nirkabel.

Dalam tayangan video siswa memiliki ketertarikan dan rasa ingin tahu yang tinggi.
Siswa siswa aktif dan berani bertanya serta mengugkapkan gagasan dan mampu
bekerjasama dalam tim. Siswa mampu menganalisis masalah yang diberikan guru serta
menerapkan solusi dari hasil pemikirannya. Siswa juga mampu memanfaatkan
informasi dari berbagai sumber untuk menemukan ide baru maupun pengembangan ide
yang sudah ada. Selain menjalankan kegiatan belajar secara mandiri, siswa juga mampu
bekerjasama berkolaborasi dengan siswa lain memanfaatkan teknologi dalam
menganalisa, membuat produk/hasil karya dan kemudian mempresentasikannya.

Luar biasa ….. ideal …. Inilah yang membuat perasaan saya berbunga-bunga.

Terus apa yang membuat saya sedih?

Saya bertanya-tanya dalam hati, kapan kegiatan tersebut dapat diterapkan di Indonesia?
Apakah kompetensi gurunya kurang memadai. Menurut saya, sangat memadai.
Berbagai macam pelatihan, workshop, pembekalan atau apa pun namanya giat
dilakukan oleh pemerintah. Saya percaya, guru-guru di Indonesia sangat mumpuni
untuk melakukan seperti apa yang diharapkan di abad 21. Siswanya? Begitu pula
siswanya, saya yakin juga bisa. Toh sama-sama manusia. Lantas apa penghambatnya?
Fasilitas pembelajaran, kemiskinan. kelemahan ekonomi. Tidak semua sekolah
dilengkapi fasilitas seperti yang ada di dalam video. Jangankan berbicara fasilitas media
pembelajaran, bangunan sekolah pun kadang masih jadi persoalan akut. Jangan
berbicara layar lebar andrioid seperti di video, tidak setiap sekolah memiliki infocus di
setiap kelasnya. Tidak memiliki akses internet. Terus, mau dibebankan pada guru kah?
Kesejahteraan guru pun belum sepenuhnya baik. Baru sekarang-sekarang ini
terperhatikan. Itu pun yang PNS saja. Tidak termasuk guru honor seperti saya ( hehe ….
Maaf, curhat ini mah). Tapi, itu pun banyak persyaratannya, yang membuat beban kerja
guru menjadi tidak mudah. Maaf, saya agak kurang nyaman dengan dengan pameo yang
ada di uraian materi di modul 1 kegiatan belajar 1 tentang Karakteristik Guru dan Siswa
Abad 21 halaman 15, “ penambahan penghasilan melalui program sertifikasi guru,
tidak untuk meningkatkan profesionalisme guru, tetapi hanya untuk gaya hidup
konsumtif. Sudah sering terdengar bahwa, tambahan penghasilan gaji guru melalui
program sertifikasi bukan untuk membeli buku, tetapi untuk kredit mobil.” Mungkin ini
ada benarnya. Tetapi kalau saya mewajari itu bagaimana? Maaf , bukan untuk membela
guru. Toh saya ini masih guru honor dan juga belum tersertifikasi. Dan juga bukan dari
keluarga guru. Guru-guru itu “kelaparan” cukup lama. Beban kerja yang dilakukan tidak
sesuai dengan pendapatan yang mereka terima. Berapa banyak guru yang sebelumnya
hanya bisa mengontrak rumah dan naik motor butut. Program sertifikasi baru kemarin-
kemarin. Dibandingkan dengan “penderitaan” guru yang sebelum-sebelumnya, itu
masih belum seberapa. Lagipula pameo di atas sifatnya kasuistik. Tidak semua guru
seperti itu. Insyaalloh….

Dulu, perjuangan saya untuk membeli sebuah laptop saja sungguh luar biasa. Di tambah
lagi untuk membeli kuota. Luar biasa bukan nasib guru honor itu? (Tidak saya lanjutkan
lah yang ini mah)

Terus, apakah masalah fasilitas dan media pembelajaran itu harus diserahkan pada siswa
atau orang tua siswa? Jangan becanda …. Mungkin di kota-kota besar itu bisa
dilakukan. Tapi di pelosok desa, dengan keadaan ekonomi yang morat-marit, harga
kebutuhan pokok selangit, masih harus memikirkan untuk punya android atau laptop
plus beli pulsa atau kuota. Ah, itu masih ada dalam angan-angan. Berapa kali
pembelajaran tidak behasil dilakukan ketika saya minta agar tugas diirim via email, agar
menonton video dari you tube untuk mempelajari suatu materi atau ketika diminta
mengerjakan soal formatif melalui internet. Banyak siswa saya menjawab, tidak punya
pulsa, tidak punya uang. Ada juga tidak tahu caranya.

Masih banyak hambatan agar pembelajaran dapat dilakukan se-ideal seperti di dalam
video. Tapi kita tidak boleh putus asa. Itu hatus menjadi penyemangat kita agar mau
lebih maju. Lakukan yang bisa dilakukan. Lakukan yang terbaik. Perjalanan dunia
pendidikan Indonesia masih panjang, semoga selalu bisa menjadi lebih baik. Semoga
pemerintah tidak setengah-setengah dalam memajukan pendidikan di negara kita
tercinta, Indonesia. Aamiiin…..

NB : Mohon maaf, bapak/ ibu instruktur …. Kalau ternyata saya kebanyakan curhat.

Anda mungkin juga menyukai