Anda di halaman 1dari 2

Halo Nak.

Berdasarkan pengamatan sy akhir-akhir ini dg masalah remaja disekolah yg


beraneka ragam, mulai dari narkoba, kriminal, perselisihan dg teman disertai kekerasan,

bullying, mental health, bahkan merambah LGBT, human trafficing 🙈🙈 Saya ingin tahu,
sebenarnya "error" nya dimana ya? Dan sepanjang yg saya tahu, kalian juga termasuk anak
yg "BERJUANG" untuk Bertahan dan Alhamdulillah bisa survive bahkan bisa berprestasi.
Kira-kira apa sih yg ada di benak kalian utk tetap "on the right track"? Apa yg menyebabkan
kalian bisa terhindar dari segala permasalahan di atas? Apa kalian punya support system yg
baik?

Bu, terima kasih sudah memberi saya kepercayaan untuk share my thought dan
menganggap saya sebagai salah satu dari sekian manusia dengan title “on the right track”
walaupun sebenarnya tidak selalu right xixixi.

Miris sekali yaa Bu kalau melihat remaja zaman sekarang. Tapi kalau mau dicari di mana titik
errornya, saya juga tidak bisa memberikan jawaban yang mampu meng-cover kausalitas dari
siklus peradaban saat ini. Tapi, menurut saya pribadi, ini sedikit banyak dipengaruhi oleh
faktor kemajuan teknologi, khususnya sosial media. Kemudahan dalam berkomunikasi,
mendapatkan informasi, dan mengolah/ membagikan informasi secara tidak langsung
mempengaruhi bagaimana cara kita (manusia) berpikir. Bagaimana cepatnya sebuah
informasi langsung menyebar, hingga ada istilah trending. Ada pula istilah “influencer”,
“selebgram” dll yang secara tidak langsung menciptakan poros baru tentang sebuah sosok
untuk digugu-dan-ditiru. Kalau zaman saya dulu, sekolah fokus ya sekolah karena masih
belum punya HP. Setelah lulus SMK, baru beli HP sendiri. Itu pun yang tidak ada kameranya.
Fokusnya hanya untuk berkirim pesan.

Tapi, tidak adil juga kalau yang disalahkan hanya persoalan teknologi. Karena banyak juga
kok yang tetap survive di jalan yang baik, bahkan lebih baik dan sukses dengan bantuan
teknologi. Menurut saya, lingkungan plays the most important role. Alhamdulillah, saya dulu
waktu di sekolah selalu dikelilingi oleh teman-teman yang positif. Sistem sekolah SMP
sedikit banyak juga menanamkan jiwa kompetitif. Karena dulu di SMP, setiap naik kelas,
selalu ada pembagian kelas berdasarkan “prestasi/ nilai”. Ada kelas Unggulan, Ada kelas
Bilingual dll. Kala itu, saat masuk unggulan, otomatis lingkungan saya adalah anak-anak
yang unggul. Saya hampir tidak pernah menemui teman yang mencontek saat ulangan,
teman yang tidak mengerjakan PR, dll. Hampir semua teman saya selalu berlomba-lomba
dalam mengejar prestasi. Bahkan dalam persoalan ibadah. Karena setiap sholat dhuha dan
dhuhur, siswa wajib meminta TTD imam masjid kala itu. Jujur, awal-awal pasti sholat karena
demi tanda tangan/ biar tidak dihukum. Tapi lama-lama niatnya bisa diperbaiki. Terpaksa –
Terbiasa – Luar Biasa.

Namun, kalau saya amati, guru pun saat ini juga menunjukkan performa yang kurang
signifikan kalau dibandingkan guru-guru jaman dulu. Teman-teman guru saya bahkan
banyak yang mengajar hanya sekedar mengisi absensi. Siswa hanya ditinggali dengan tugas
yang pada akhirnya juga tidak dikoreksi. Kemudian nilai juga hasil “ngaji” bisa dimodifikasi.
Ini tentu saja berpengaruh terhadap kualitas output siswa. Tapi setelah dikaji, ternyata ini
adalah hasil ketidakpuasan guru terhadap gaji mereka yang sangat kecil. Setelah ditelusuri,
ternyata kepala sekolahnya yang korupsi. Belum lagi soal pemerintah yang kurang atensi
terhadap kesejahteraan guru. Jadi ini seperti lingkaran masalah yang tidak ada habisnya.

Dan tidak lupa pula, faktor spiritualitas juga penting. Bukan tentang agama, tapi lebih
kepada bagaimana cara berhubungan baik dengan sesama manusia dan tentu saja dengan
Maha Pencipta. Percaya bahwa apa yang kita tanam itu yang kita petik. Dan tidak ada
sehelai daun pun yang gugur tanpa kehendaknya. Jadi, kalaupun gagal, kita tidak akan
terlalu menyalahkan diri sendiri/ orang lain, serta tidak terjerumus ke dalam hal-hal yang
negatif dan merugikan diri sendiri.

Bagi saya, support system terbaik adalah diri sendiri. Bagaimana hubungan saya dengan diri
sendiri akan menentukan kualitas hubungan saya dengan orang lain.

Anda mungkin juga menyukai