PENDAHULUAN
A. Pengertian Jamaatul Muslimin Menurut Bahasa
Jamaah menurut bahasa adalah sejumlah besar manusia atau sekelompok manusia yang
berhimpun untuk tujuan yang sama. Jamaah menurut syariah menurut kesimpulan hadit-hadist
oleh syatibi yaitu :
1. Jamaah ialah para penganut Islam apabila bersepakat atas suatu perkara; dan para pengikut agama
lain diwajibkan mengikuti mereka
2. Jamaah adalah masyarakat umum dari penganut islam
3. Jamaah ialah kelompok ulama mujtahidin
4. Jamaah adalah jamaatul muslimin apabila menyepakati seorang amir
5. Jamaah ialah para sahabat Rasulullah SAW secara khusus
Setelah itu syatibi menguatkan bahwa yang dimaksud denganjamaah ialah jamaatul Muslimin
apabila mereka menyepakati seorang amir.
Jamaatul muslimin adalah jamaah ahlul aqdi wal hilli apabila menyepakati seorang khalifah
umat, dan umatpun mengikuti mereka.
B. Kedudukan Jamaatul Muslimin Menurut Ajaran Islam
1. Jamaatul muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dalam syariat islam.
Wahai masyarakat arab, tidak ada islam kecuali dengan jamaah, tidak ada jamah kecuali
dengan kepemimpinan, tida ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. (Umar Bin Khattab, ra)
Dari Abu mamah al-Bahili dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : ikatan-ikatan islam akan
lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh (lepasnya) ikatan berikutnya.
Ikatan islam pertama kali lepas adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah sholat.
2. Jamaah ini adalah jamaah yang diperintahkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah untuk dijaga,
dipelihara kesatuannya, dilindungi keutuhannya, dan dicegah dari ancaman dan rongrongan yang
akan merusaknya
C. Adakah jamaatul Muslimin di Dunia Sekarang Ini
Jamaatul muslimin boleh dikatakan tidak ada lag di dunia ini sekarang ini. Yang dapat kita
katakan dalam masalah ini hanyalah adanya jamaah dari sebagian kaum muslimin dan negara
bagi kaum muslimin, bukan jamaatul muslimin dan negara kaum muslimin
D. Kesimpulan
Mewujudkan pemerintah islam dalam bentuk jamaatul muslimin merupakan fardhu ain
bagi seluruh umat islam sampai ia tegak. Mengingat kaidah fiqh: Sesuatu yang tidak akan
sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka sesuatu itu menjai wajib.
BAGIAN PERTAMA
STRUKTUR ORGANISASI JAMAATUL MUSLIMIN
I. Umat Islam
A. Umat Islam Menurut Bahasa
Umat adalah setiap jamaah yang disatukan oleh sesuatu hal ; satu agama, satu zaman dan
satu tempat.
B. Umat Islam Secara Geografis
Seluruh bumi ini pada asalnya milik kaum muslimin.
Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi (QS. An-Nuur : 42)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yag beriman diantara kamu dan mengerjakan
amal-amal shaleh bahwa Dia akan sungguh-sunguh menjadikan mereka berkuasa di bumi (QS.
An-Nuur : 55)
Setiap belahan bumi yang tidak dkuasai oleh Islam, maka ia merupaka negeri yang dirampas
dan dirampok dari pemiliknya, dan harus dikembalikan padanya.
C. Akar Sejarah Umat Islam
Umat islam mempunyai akar sejarah yang sangat tua di muka bumi ini, yakni sejak periode
pertama manusia di atas bumi. Bermula dari adam, diiringi para rasul dan kaum muslimin sesudah
mereka, hingga penutup para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW. Dialah penyempurna batu bata
terakhir bangunan megah bagi umat islam yang agung ini.
D. Periode Umat Islam
Sepanjang sejarahnya, umat Islam menempuh dua periode. Periode pertama, periode
sebelum diutusnya Muhammad SAW. Periode kedua, periode yang dimulai dengan bitsah
Muhammad SAW.
E. Pembagian Umat
Pertama, umat yang menyambut dan menerima dawah Rasulullah SAW, dan menyatakan
diri masuk islam secara kaffah. Kedua, golongan yang tidak mau menerima dawah Muhammad
SAW, dan tidak masuk islam secara kaffah.
F. Karakteristik Umat Islam dan Sendi-sendinya
1. Aqidah yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan, dan pengakuan terhadap keesaan Allah dalam
uluhiyyah dan Rububiyah
2. Aqidah yang bersifat komprehensih (menyeluruh, menyangkut seluruh aspek kehidupan)
3. Manhaj yang bersifat rabbani secara murni
4. Kesempurnaan manhajnya
5. Prinsip pertengahan dan keadilan segala bidang
G. Unsur Kesatuan Umat Islam
1. Kesatuan Aqidah
2. Kesatuan Ibadah
3. Kesatuan Adat dan Perilaku
4. Kesatuan Sejarah
5. Kesatuan Bahasa
6. Kesatuan Jalan
7. Kesatuan Dustur
8. Kesatuan Pimpinan
II. Syura (Musyawarah)
A. Syura Menurut Bahasa dan Kedudukanya di dalam Kehidupan Manusia
Syura ialah mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan
diketahui berbagai aspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan. Majlis
Syura adalah majlis yang dibentuk untuk membahas urusan-urusan negara.
B. Syura Adalah Tabiat Manusia
Prinsip syura merupakan bagian integral fitrah manusia sejak Allah menciptakannya. Orang
yang berfikiran baik tidak akan melaksanakan sesuatu yang penting kecuali setelah bertanya dan
meminta pendapat orang terpercaya mengenai hal tersebut.
C. Pentingnya Syura di dalam Islam
Syura merupakan dasar utama dan sifat yang melekat dalam tubuh umat islam. Syura ini
disebutkan Allah SWT bersama kewajiban-kewajiban utama, seperti iman, tawakal, menjauhi dosa
besar, dll. Rasulullah SAW menjadikan syura sebagai salah satu penentu perjalanan umat islam
untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan hidup.
D. Hukum Syura
Mengingat kedudukan syura dalam Al-uran dan as-Sunnah, disamping peraannya yang amat
besar maka para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas para penguasa umat
Islam.
E. Pemahaman yang Keliru Tentang Syura
Sebagian orang mengira bahwa kekalaan perang di uhud yang menyebabkan Rasulullah
terluka, terbunuhnya hamzah dan banyak sahabat lainnya adalah karena syura sebelum perang
adalah keliru, kekalahan tersebut karena tidak taat dengan perintah Pemimpin.
F. Syura pada Masa Rasulullah SAW
Allah telah menjadikan syura sebagai sifat kaum muslimin, dan memerintahkan Rasul-Nya
agar bermusyawarah dengan para sahabatnya, serta mengikuti pendapat-pedapat mereka yang
benar, supaya umat sesudahnya mengikuti sunnahya.
G. Syura pada Masa Dua Khaliah Rasulullah SAW
Di masa khalifah Abu Bakar, diadakan syura berkali-kali, diantaranya syura untuk
menyelamatkan tentara usamah, syura mengenai penghimpunan Al-uran, dan beberapa syura yang
diadakan untuk membahas urusan kaum muslimin. Khalifah umar membuat beberapa kaidah bagi
syura, antara lain ketentuan bahwa ahli syura hendaklah orang-orang yang berilmu dan meguasai
permasalahan, membagi manusia menurut siapa yag lebih dahulu masuk islam, dan kaidah lainnya
menyusruh bermusyawarah dengan orang-orang yang berhak mengambil keputusan agar tidak
diputuskan secara individu atau mengikuti keinginan individu.
H. Syarat-syarat Anggota Syura
1. Orang yang dapat membuat perjalanan umat ini sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah
2. Memiliki lembaran putih dan terpelihara akhlaknya
3. Orang-orang adil dan terpercaya dari para ahli ilmu, mereka bertaqwa, amanah, dan hanya takut
kepada Allah
4. Bijak dan mampu meluruskan imam ketika menyimpang, dan mendukungnya ketika lemah
Dalam majelis syura hendaknya dibentuk lajnah-lajnah (komisi) khusus untukk urusan-
urusan tertentu, supaya dapat memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap berbagai masalah
secara tepat dan ilmiah.
I. Dalam Masalah Apa Musyawarah Diadakan
Urusan yang boleh dimusyawarahkan adalah setiap perkara yang tidak ada nashnya.
J. Prinsip Mayoritas
Anas bin malik ra berkata : saya pernah mendengar Rasulullah bersabda : umatku tidak
akan bersepakat atas kesesatan; maka jika kamu melihat perselisihan, hendaklah kamu berpegang
pada kelompok terbanyak.
Dari dalil diatas dan beberapa dalil lainnya, kita wajib mengambil dan megikuti pendapat
mayoritas. Mengenai wajibnya mengikuti pendapat mayoritas ini tidak berlau dalam kerangka
parlemen di negara-negara demokrasi.
III. Imamah Uzhma
A. Lintasan Sejarah Khalifah
Firman Allah : Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang
pemberi peringatan(QS. Fathr : 24). Khalifah bermula dari Nabi Adam, kemudian anak
keturunannya dari para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya yang baik. Nabi Muhammad SAW
datang sebagai penutup mata rantai kenabian dan kerasulan yang mulia ini. Kemudian dilanjutkan
dengan masa khulafaur Rasyiddin, Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali
Bin Abi Thalib. Setelah itu umat islam memasuki era pemerintahan baru dimana khalifah dijadikan
warisan diantara Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah dan setelah itu muncul Khilafah Utsmaniya.
Hal ini mencerminkan hadist yang pernah disabdakan Rasulullah.
Dari Numan bin Basyir, ia berkata : Kami duduk-duduk di Masid Rasulullah SAW, Basyir
adalh seorang yang tak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsalabah seraya berkata : wahai
basyir bin saad, apakah kamu hafal hadist Rasulullah SAW tentang para penguasa? Maka
Hudzaifah tampil seraya berkata, aku hafal khutbahnya. Lalu Abu Tsalabah duduk
mendengarkan Hudzaifah berkata : Rasulullah bersabda: (1) Muncul kenabian ditengah-tengah
kamu selama masa yang dikehendak Allah, kemudian ia mencabutnya ketika Ia meghendakinya.
(2) Kemudian akan muncul khilafah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang
dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (3) Kemudian
muncul raja yang menggigit selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (4) Kemudian muncul raja yang diktator selama masa
yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (5) Kemudian
akan muncul lagi khilafah dengan sistem kenabian
B. Definisi Imamah
Imam menurut Bahasa ialah setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik mereka berada
di jalan yang lurus atau sesat. Berdasarkan ahli tafsir, imam adalah lafazh yang berarti
kepemimpinan tertinggi diantara mereka; ke atas pundaknya diletakkan tanggung awab kebaikan
mereka dalam agama dan dunia.
C. Hukum Mengangkat Imam
Kesepakatan semua pihak atas wajibnya mengangkat imam, dan umat wajib tunduk kepada
seorang imam yang menegakkan hukum-hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
D. Jenis Kewajiban
Menegakkan khilafah merupakan fardhu kifayah. Fardhu (kewajiban) yang dibebankan
kepada umat ini belum gugur, karena sampai saat ini belum diangkat seorang khaliah. Fardhu
kifayah itu gugur apabila telah ada sebagian orang yang telah melasankannya. Jika sebagian umat
ini belum selesai menegakka fardhu kifayah tersebut, maka seluruh umat dituntut untuk
menegakkannya.
E. Syarat-syarat Imamah atau Khalifah
1. Kesempurnaan moral
2. Ilmu yang dapat mengantarkan kepada ijtihad dalam berbagai kasus dan hukum
3. Sehat panca indera
4. Tidak memliki cacat anggota badan yang akan menghalang kesigapan gerak dan kecekatan kerja
5. Mempunyai pandangan yang dapat membawa kepada kebijakan rakyat
6. Memiliki keberanian dan kegigihan untuk melindungi kawan dan memerangi lawan
7. Berketurunan Quraisy, namun untuk syarat ini masih banya perdebatan. Menurut Ibnu Hajar,
orang Quraisy diistimewakan dalam kepemimpinan karena keistiqomahan mereka kepada agama
Allah SWT. Namun apabila terdapat orang yang lebih mampu daripada orang Quraisy, maka ia
harus diutamakan. Karena sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW. Dari Anas ra, ia
berkata : bersabda Rasulullah saw : Dengarlah dan taatlah, sekalipun kamu dipimpin oleh
seorang budak Habasy yang berambut seperti Anggur
IV. Tujuan Jamaatul Muslimin dan Saranaya
A. Tujuan-tujuan Khusus bagi Umat Islam
1. Membina pribadi Muslim dan mengembalikan kepribadian Islam
2. Membina keluarga Islam dan mengembalikan kepada karakter aslinya
3. Membina masyarakat Islam yang akan mencerminkan dawah dan perilaku Islam
4. Mempersatukan umat Islam di seluruh penjuru dunia
B. Tujuan-tujuan Umum bagi Jamaatul Muslimin
1. Supaya Manusia menyembah Rabb yang Maha Satu (QS. Ad-Dzariat ; 56, QS. An-Nahl : 36, QS.
Fathir : 24, QS. Al-Baqarah : 21)
2. Menjalankan ptinsp amar maruf nahi munkar (QS. Ali Imran : 110)
3. Menyampaikan Dawah Islam kepada semua manusia (QS. Al-Baqarah : 143) dan beberapa hadist
4. Menghapuskan fitnah dari seluruh dunia (QS. Al-Anfal : 39)
5. Menaklukkan Roma, Ibukota Italia
6. Memerangi semua manusia sehingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar
C. Bebarapa Sarana Terpenting Jamaatul Muslimin
1. Sarana dalam Mencapai Tujuan Khusus
a. Wajib mengembalikan media massa, pengajaran, ekonomi, dan alat-alat negara lainnya kepada
Islam, supaya pengarahannya diatur sesuai batas-batas dan syariat Islam
b. Menghancurkan semua unsur kemunafikan dan kefasikan di dalam umat dan membersihkan
masyarakat daripadanya.
c. Mempersiapkan umat Islam sebaik-baiknya sehingga sesuai berbagai tuntutan di masa mendatang
2. Sarana dalam Mencapai Tujuan Umum
a. Menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada semua manusia melalui berbagai media massa di dalam
negara islam
b. Menuntut semua manusia agar masuk Islam
c. Menuntut semua negara agar tunduk kepada ajaran-ajaran Islam
d. Mengumumkan jihad bersenjata dan terus menerus sampai tercapai kemenangan atas semua pihak
yang menentang dan menolak tuntutan-tuntutan jamaatul muslimin
BAGIAN KEDUA
JALAN MENUJU JAMAATUL MUSLIMIN
I. Hukum-hukum Islam
A. Tak Ada Parsialisasi dalam Hukum Islam
Sejak dakwah islam dibawah pimpinan Rasulullah saw mulai digelar di Makkah, turunlah
pengarahan-pengarahan Rabbani secara bertahap sesuai dengan keperluan jamaah. Kaidah
tersebut berbeda keadaanya dengan masa sekarang dalam kaitannya dengan jamaatul muslimin,
sebab pengarahan-pengarahan Rabbani dan sunnah Nabawiyah telah diturunkan secara sempurna.
Karena itu, islam menolak adanya sektoralisasi ajaran Islam.
B. Kapan Diterapkan Hukum Islam
Individu atau jamaah di dalam umat islam boleh melaksanakan hukum-hukum islam sesuai
dengan tuntutan keadaan dan posisinya dalam kehidupan dan perkembangan kehidupannya,
dengan syarat bahwa individu atau jamaah tersebut meyakini semua hukum islam dan
keberlangsungannya,
C. Pembagian Hukum Islam
Hukum Islam dari segi hakikat dan tata cara terbagi dua, yaitu substansi hukum dan cara
pelaksanaan hukum. Contoh: membaca Al-Fatihah dalam shalat adalah substansi hukum,
sedangkan cara membacanya adalah cara pelaksanaan hukum. Dari segi pelakunya dibagi menjadi
dua, yaitu individu dan jamaah. Dalam hal ini yang dimaksud jamaah adalah jamaah dawah.
BAGIAN KETIGA
RAMBU-RAMBU SIRAH NABI SAW DALAM MENEGAKAN JAMAAH
BAGIAN KEEMPAT
TABIAT JALAN MENUJU JAMAATUL MUSLIMIN