Pendahuluan
A. Pengertian Jama’atul Muslimin
Jama’ah menurut bahasa adalah sejumlah besar manusia atau sekelompok manusia yang berhimpun untuk
tujuan yang sama. Jama’ah menurut syari’ah sesuai kesimpulan hadist-hadist oleh syatibi yaitu :
1. Jama’ah adalah para penganut Islam apabila bersepakat atas suatu perkara; dan para pengikut agama
lain diwajibkan mengikuti mereka.
Jama’ah adalah jama’atul muslimin. Sehingga Jama’atul Muslimin adalah masyarakat umum dari
penganut Islam yang apabila bersepakat atas suatu perkara, dan menyepakati untuk memilih
seorang amir.
“Wahai masyarakat Arab, bumi adalah bumi, tidak ada Islam kecuali dengan jama’ah, tidak ada
jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan kekuatan.”
(Umar bin Khattab ra)
“Dari Abu mamah al-Bahili dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : ikatan-ikatan islam akan lepas
satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh (lepasnya) ikatan berikutnya. Ikatan islam
pertama kali lepas adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah sholat.”
2. Jama’ah ini adalah jama’ah yang diperintahkan oleh Al Qur’an dan as Sunnah untuk dijaga,
dipelihara kesatuannya, dilindungi keutuhannya dan decegah dari setiap ancaman dan
rongrongan yang akan merusaknya. (QS: 3: 103, 105, QS 30:31-32)
Sesuai dengan pengertian syar’i, untuk saat sekarang ini Jama’atul Muslimin boleh dikatakan tidak ada
lagi. Karena yang ada pada saat ini hanyalah jama’ah bagi sebagian kaum muslimin (Jama’atu min
Jama’atil Muslimin), dan Negara bagi sebagian kaum muslimin bukan jama’ah seluruh kaum muslimin
dan bukan Negara seluruh kaum muslimin. Tidak adanya jama’atul muslimin saat ini menjadikan
kondisi umat memprihatinkan, hukum-hukum Islam tidak ditegakkan dan sistem-sistem diimpor dari
Timur dan Barat. Karena itulah pentingnya saat ini umat Islam secara keseluruhan untuk mewujudkan
jama’ah ini di dalam umat yang menyepakati seorang amir bagi mereka sehingga ia menjadi pemerintah
dan khilafah Islam yang harus memperoleh loyalitas dan pembelaan di semua lapisan.
Tidak ada khalifah tanpa jama’ah dan tidak ada jama’ah tanpa pemerintahan. Tidak ada pemerintahan
tanpa kepemimpinan dan tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan. Karena itu penegakan
pemerintahan merupakan dharurah dan faridhah untuk meningkatkan kualitas intelektual dan
Page 2
pembinaan generasi Muda Muslim. Mewujudkannya merupakan fardhu ‘ain bagi umat Islam seluruhnya
dan merupakan tuntutan zaman sehingga negara itu tegak.
BAGIAN PERTAMA
STRUKTUR ORGANISASI JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. UMAT ISLAM
Sesungguhnya seluruh wilayah bumi ini pada asalnya milik kaum muslimin dan karenanya setiap pendudukan
oleh ahlul bathil terhadap sebagian sebagian bumi ini merupakan perampasan secara tidak sah akan hak umat
Islam.
“Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi” (QS. An-Nuur : 42)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal shaleh
bahwa Dia akan sungguh-sungguh menjadikan mereka berkuasa di bumi” (QS. An-Nuur : 55)
Umat Islam mempunyai akar sejarah yang sangat tua di muka bumi ini, yakni sejak periode pertama manusia di
muka bumi. Bermula dari Adam, diiringi para rasul dan kaum muslimin sesudah mereka, hingga datang penutup
para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW. Dialan penyempurna batu bata terakhir bangunan megah bagi umat Islam
yang agung ini.
Pertama, periode sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Pada periode ini kenabian dan kerasulan diutus
pada kaum tertentu, dengan diutusnya Nabi dan Rasul pada kaum tertentu atau Negara tertentu.
Kedua, dimulai dengan bi’tsah Nabi Muhammad SAW, pada tahun ini dimulai da’wah beralih dari rangka ke
rangka kekauman yang terbatas, menjadi kerangka kekauman yang bersifat umum.
E. Pembagian Umat
Pertama, umat yang menyambut dan menerima da’wah Rasulullah dan masuk Islam secara Kaffah. Golongan ini
disebut umat Muhammad SAW yang menerima dakwah.
Kedua, golongan yang tidak mau menyambut dan menerima da’wah Muhammad SAW dan tidak masuk ke dalam
Islam secara Kaffah. Inilah golongan yang harus di da’wahi, karena sejatinya ia wajib menerima da’wah, sehingga
umat Islam harus memasukkannya ke dalam dien Allah.
1. Aqidah yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan dan pengakuan terhadap keesaan Allah dalam
Uluhiyah dan Rububiyah, dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.
3. Manhaj umat Islam bersifat Rabbani secara murni karena ia diturunkan dan dipelihara oleh Allah.
4. Kesempurnaan manhajnya, bebas dari hawa nafsu dan kelemahan manusia dan yang
menjadikan umat islam lurus dan kokoh dalammencapai tujuannya.
5. Prinsip pertengahan dan keadilan dalam setiap persoalan. Sayyid Quthb menyebutkan hal-hal
yang membuat Islam menjadi “umat pertengahan” adalah :
a. Pertengahan dalam masalah pandangan dan keyakinan
1. Kesatuan Aqidah Kalimat Tauhid “Laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah”
2. Kesatuan Ibadah Rukun Islam
3. Kesatuan Adat dan Perilaku bersumber dari Rasulullah SAW
4. Kesatuan Sejarah sejarah Islam yang gemilang
5. Kesatuan Bahasa bahasa Arab yang menjadi bahasanya Al Qur’an
6. Kesatuan Jalan jalan para Nabi dan Rasul
7. Kesatuan Dustur (UU) Al Qur’an dan As Sunnah
8. Kesatuan Pimpinan Rasulullah SAW dan Khalifah
D. Hukum Syura
Kedudukan syura dalam alqur’an dan assunnah, disamping perannya yang amat besar dalam
mewujudkan sistem pemerintahan, memadukan masyarakat dan memadukan urusan rakyat, dengan
cepat maka para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas penguasa Islam di setiap
tempat dan setiap zaman.
J. Prinsip Mayoritas
Anas bin Malik ra berkata : saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Umatku tidak akan
bersepakat atas kesesatan; maka jika kamu melihat perselisihan, hendaklah kamu berpegang dengan
kelompok yang terbanyak”
Wajib mengambil dan mengikuti pendapat mayoritas dalam Majelis Syura berdasarkan dalil di atas dan
beberapa dalil lainnya. Mengenai wajibnya mengambil dan mengikuti pendapat mayoritas ini tidak
termasuk dalam kerangka parlemen di Negara-negara demokrasi.
Di dalam Islam, tidak ada syura menyangkut masalah yang ada nash-nya, dan tidak ada artinya
pendapat mayoritas di hadapan nash.
Page 5
Firman Allah : “Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi
peringatan”(QS. Fathr : 24).
Khalifah bermula dari Nabi Adam, kemudian anak keturunannya dari para Nabi, Rasul dan pengikut-
pengikutnya yang baik. Nabi Muhammad SAW datang sebagai penutup mata rantai kenabian dan
kerasulan yang mulia ini. Kemudian dilanjutkan dengan masa khulafa’ur Rasyiddin, Abu Bakar, Umar
Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah itu umat islam memasuki era
pemerintahan baru dimana khalifah dijadikan warisan diantara Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah
dan setelah itu muncul Khilafah Utsmaniya. Hal ini mencerminkan hadist yang pernah disabdakan
Rasulullah.
“Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata : Kami duduk-duduk di Masjid Rasulullah saw, Basyir adalah
seorang yang tidak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsa’labah seraya berkata, “Wahai Basyir bin
Sa’d, apakah kamu hafal hadits Rasulullah saw tentang para penguasa?” Maka Hudzaifah tampil seraya
berkata, “Aku hafal khutbahnya.” Lalu AbuTsa’labah duduk mendengarkan Hudzaifah berkata:
Rasulullah saw bersabda:
(1) Muncul kenabian ditengah-tengah kamu selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(2) Kemudian akan muncul khalifah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang dikehendaki
Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(3) Kemudian muncul “raja yang menggigit” selama masa yang dikehendak Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(4) Kemudian akan muncul “raja yang diktator” selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketiaka Ia menghendakinya.
(5) kemudian akan muncul (lagi) khilafah sesuai dengan sistem kenabian …” (HR Ahmad)
Menurut para ulama, sekarang merupakan periode keempat, yaitu periode “raja yang diktator”. Namun
kita tidak tahu kapan Allah akan mencabutnya, sehingga munculah kembali kekhalifaan uamt Islam.
B. Definisi Imamah
Imam menurut Bahasa ialah setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik mereka berada di jalan
yang lurus atau sesat.
Berdasarkan ahli tafsir, imam adalah lafazh yang berarti kepemimpinan tertinggi diantara mereka; ke
atas pundaknya diletakkan tanggung awab kebaikan mereka dalam agama dan dunia.
D. Jenis Kewajiban
Dalam hal ini kewajiban mengangkat Imam merupakan kewajiban kolektif umat Islam, atau fardhu
kifayah. Fardhu (kewajiban) yang dibebankan kepada umat ini belum gugur, karena sampai saat ini
belum diangkat seorang khalifah. Fardhu kifayah itu gugur apabila telah ada sebagian orang yang telah
melasankannya. Jika sebagian umat ini belum selesai menegakka fardhu kifayah tersebut, maka seluruh
umat dituntut untuk menegakkannya.
Page 6
BAGIAN DUA
JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. HUKUM-HUKUM ISLAM
A. Tidak Ada Sektoralisasi Hukum Islam
1. Sejak awal Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW mulai digelar di Makkah, turunlah
pengarahan-pengarahan Rabbani seuai dengan keperluan jama’ah, dan tuntutan tahapan yang
dihadapi oleh jama’ah.
2. Namun hal itu tidak berlaku sekarang, karena pengarahan-pengarahan rabbani dan sunnah
nabawi yang sudah turun secara sempurna. Sehingga muslim dituntut melaksanakan seluruh
pengarahan rabbani dan sunnah nabawiyah dengan utuh tanpa adanya sektoralisasi.
Yang dimaksud “jama’ah dari umat Islam” yang dimaksud disini adalah kelompok atau golongan yang
membawa da’wah untuk menegakkan Jama’atul Muslimin pada masa ketiadaannya, yaitu ada
pemerintah yang memerintah umat dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Dan apabila pemerintah
(khalifah) ini telah terwujud, Islam melarang adanya lebih dari jama’ah atau partai.
b. Rasulullah mengetahui hal ini dari kitab qauliyah dan kauniyah, dari kitab yang terlihat
beliau memahami bahwa setiap hal yang ada di bumi ini saling membantu antara yang satu dengan
yang lainnya menjadi satu kekuatan (jama’ah) untuk melaksanakan satu misi.
c. Rasulullah mengetahui hal ini melalui kehidupan para Nabi dan Rasul sebelumnya didalam wahyu
yang diturunkan. Beliau mengetahui bahwa setiap Nabi yang mendapat sambutan baik dari
kaumnya, kemudian membentuk suatu jama’ah untuk mengemban tugas dakwah, sehingga kekallah
dakwah dan lembaran-lembaran ajarannya.
d. Nabi SAW mengungkapkan makna ini seperi sabdanya, yang diriwayatkan oleh ibnu Abbas r.a
tentang Da’wah para nabi dan para jama’ahnya beserta balasanya di hari akhir nanti : ada Nabi yang
Page 8
datang seorang diri, ada Nabi yang datang dengan satu atau dua orang saja, Nabi Musa dengan
jumlah jam’ah yang besar, dan pada akhirnya terlihat jama’ah Nabi Muhammad yang lebih besar lagi.
BAGIAN TIGA
RAMBU – RAMBU SIRAH NABI SAW DALAM MENEGAKKAN JAMA’AH
I. RAMBU PERTAMA DALAM SIRAH NABI SAW : MENYEBARKAN PRINSIP DA’WAH
A. Jalan yang Ditempuhnya dalam Penyebaran
III. RAMBU KETIGA DALAM SIRAH NABI SAW : KONFRONTASI BERSENJATA TERHADAP MUSUH
DA’WAH
A. Kedudukan Rambu Ini Diantara Kedua Rambu Sebelumnya, Dan Pengertiannya
Karakter rambu pertama adalah membagi manusia menjadi dua kelompok :
Pertama, Kelompok yang menerima prinsip-prinsip dakwah.
Menjadi bagian rambu kedua, yakni harus dibina dan dibentuk dengan prinsip-prinsip dakwah.
Penyebaran dakwah + manusia = penerimaan da’wah atau penentang da’wah. Kemudian para penerima
da’wah dimasukka kedalam proses takwin, dan para penentang da’wah dihadapi dengan kekuatan
senjata setelah ditegakkan hujjah kepada mereka.
IV. RAMBU KEEMPAT DALAM SIRAH NABI SAW : SIRRIYAH DALAM KERJA MEMBINA JAMA’AH
A. Pengertian Sirriyah
Maksud sirriyah dalam kerja membina jama’ah ialah membatasi pengetahuan program kerja pada
lingkungan pimpinan, setiap individu tidak boleh mengetahui tugas anggota yang lain, tetapi harus
mengetahui tugas pribadinya untuk mencegah kebocoran tugas.
V. RAMBU KELIMA DALAM SIRAH NABI SAW : BERSABAR ATAS GANGGUAN MUSUH
A. Bersabar Pada Tahapan Takwin
Faktor terpenting yang dapat melindungi jama’ah pada tahapan takwin adalah kesabaran seluruh
anggota jama’ah dan keberhasilan mereka meredam emosi dalam menghadapi setiap gangguan dan
ejekan musuh.
VI. RAMBU KEENAM DALAM SIRAH NABI SAW : MENGHINDARI MEDAN PERTEMPURAN
A. Pengertian Menghindari Medan Pertempuran
Fikrah menghindarkan anggota jama’ah dari medan pertempuran dengan melakukan hijrah, adalah
faktor yang dapat memelihara anggota jama’ah dari kekejaman Quraisy dan meloloskan jama’ah dari
penghancuran dan pemberangusan.
BAGIAN KEEMPAT
TABI’AT JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN
2. Fitnah yang menimpa keluarga dan orang-orang yang dicintai lantaran dirinya, sementara itu
tidak mampu membela mereka, padahal mereka memintanya berdamai dan menyerah demi cinta
dan keselamatan keluarga.
3. Pemihakan dunia kepada orang-orang yang menolak kebenaran, dan anggapan manusia bahwa
mereka adalah orang-orang yang sukses sehingga mendapatkan perhatian masyarakat.
Sementara itu orang yang beriman terabaikan dan tak seorangpun mau membelanya.
4. Keasingandi tengah lingkungan aqidah, sehingga bia ia memandang orang dan masyarakat
disekitarnya, terlihatlah mereka sedang tenggelam dalam kesesatan
5. Ia mendapati bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia ini tenggelam dalam kenistaan, tetapi
mereka maju dan berperadaban modern, bahkan memiliki kekuatan dan kekayaan yang
digunakan untuk memusuhi Allah dan agama-Nya.
6. Fitnah popularitas dan daya tarik kehidupan dunia. Ini merupakan bencana besar karena justru
mendapatkan dukungan fitrah dan tabiat kemanusiaannya.
7. Fitnah lambatnya kemenangan dan panjangnya perjalanan
8. Fitnah kebanggan diri dan penyandaran segala sesuatu kepada dirinya setelah tercapai
kemenangan.
Kelompok ini antara lain : Hizbut Tahrir d Suriah dan Yordania, Da’wah ikhwanul muslimin di
Mesir, Suriah, Sudan, dan negeri islam lainnya, Partai Msyumi di Indonsa, Jama’at Islami di India
dan Pakistan, Fadayyan Islam di Iran.
b. Perjuangan kolektif yang tujuan langsungnya da’wah sosial, budaya dan sufi
Kelompok ini antara lain adalah Anshar As-Sunnah d Mesir, Jam’iyyah Syar’iyyah juga di Mesir,
atau da’wah sufi seperti Jama’ah Tablig, Al-Mahdiyah di Sudan, serta As-Sanusiyah di Maroko
dan Hijaz.
1. Berbagai kondisi telah membatasi arah da’wahnya sehingga menjadi aliran tertentu yang
merupakan bagian dari alran-aliran yang dominan dalam umat islam.
Misalnya: Jama’ah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah merupakan aliran salafi dalam umat.
Da’wah sufiyyah diwakili oleh Jama’ah Tablig. Sedangkan aliran politik diwakili oleh Hizbut
Tahrir.
2. Kelompok kedua adalah yang berupaya mencakup seluruh aliran yang dominan di
kalangan umat islam, disampng menyeru kepada aspek politik dengan diteggakkannya
khilafah islamiyah. Kelompok ini merupakan aliran sufi dalam aspek penyucian jiwa, dan
aliran salafiyyah dalam aspek tuntunan kepada umat untuk kemmbali kepada Kitab dan
Sunnah. Kelompok atau da’wah ini diwakili oleh Jama’at Islami di India dan Pakistan yang
didirikan oleh da’I muslim Abul ‘Ala Al-Maududi, Jama’ah ikhwanul muslimn di dunia arab,
Partai Masyumi di Kepulauan Khatulistiwa, dan Fadaiyyan Islam d Iran.
Dalam ruang yang terbatas ini kita akan membahas kedua bagian kelompok yang tetap bertahan
dan terus berda’wah dengan mengambil satu contoh dari setiap aliran tersebut untuk mengenal
dan memberikan penilaian atasnya. Untuk itu, kita akan mengambil :
kelompok petama: aliran terbatas, Jama’ah Anshar As-sunnah Al-Muhammadyah dari aliran salaf,
Jam’ah Tablig dari aliran sufi, dan Hizbut Tahrir dari aliran politik.
kelompok kedua, yang mencakup seluruh aliran tersebut, kita akan mengambil Jama’ah
Ikhwanul Muslimin, karena referens tentang jama’ah ini cukup banyak d negeri Arab. Selain itu
karena seluruh jama’ah islamiyah di dunia Islam terpengaruh oleh ikhwanul muslimin serta
berjalan sesuai dengan strategi dan pemikirannya. Ikhwanul musliminpun merupakan jama’ah
islamiyah terbesar, mempunyai aliran totalitas, berusaha memfokuskan tujuan dan kerja keras
perjuangan mereka untuk membentuk jama’atul muslimin, serta sarana ke arah itu.
mewujudkan prinsp tersebut dinilai kurang dan terbatas dan agaknya tidak mungkin mengantarkan
pada tujuan JASM. Keterbatasan sarana dalam tubuh JASM disebabka dua faktor.
Faktor pertama : lapangan JASM dibatasi oleh negara. Pasal keduan Anggaran Dasar (AD) JASM
mengatakan bahwa JASM tidak boleh berdebat dalam urusan politk atau aqdah agama. Pasal 3 dar
AD JASM menetapkan tidak boleh terlibat dalam urusan politk dan tidak boleh menyentuh agama
lain penduduk Mesir lain, sepert Kristen, Yahudi, dll.
Faktor kedua: pemerintahan Mesir menganggap JASM sebagai yayasan sosial yang berafiliasi
kepada kementrian sosial. Hal ini juga dinyatakan dalam pasal 28 AD JASM, Menteri sosial berhak
mengangkat, sebagai wakil kementriannya dan wakil lembaga manapun, seorang dalam anggota
majelis idarah.
Adapun usaha JASM berupa menghimpun dana untuk pembangunan masjid, klinik, serta membuka
ruang-ruang belajar, sungguh merupaan upaya yang sangat baik dan agung.
Demikianlah penilaian terhadap JASM. Kami berdoo’a semoga Allah membimbing tokohnya ke jalan
yang lebh utama dan lebih mula lagi.
2. Segi Pemikiran
HT tidak mempunya fase takwin, yaitu fase ketika rasulullah tinggal di Mekah selama 13 tahun
kemudian menghabskan sisa usianya d Madinah Al-Munawwarah. Tidak adanya fase ini dalam
strategi HT mengakibatkan munculnya pemmikiran yang menyimpang dari slam, bahkan sunnah
kauniyah dan tabiat manusia.
a. Status HT sebagai kutlah siyasiyah, bukanl kutlah akhlaqiyah, merupakan penyimpangan dari
ajaran Islam yang benar
b. Status HT sebagai kutlah siyasiyah, bukan kutlah ibadiyah dan amaliyah, merupakan
penyimpangan dar agama islam yang benar, bahkan melenceng dari agama.
c. Sikap HT yang tidak meyakini kecuali apa yang diterima oleh akal para tokohnya merupakan
tindakan yang mengabaikan sebagian besar hukum islam
d. Sikap HT menjauhi amar ma’ruf dan nahi munkar memberinya sebagian besar atribut Ban
Israel.
Hal-hal tersebut sangat penting dan perlu diperbaiki oleh para pimpinan HT agar manhaj HT sesuai
dengan islam, dan agar HT setelah dikoreksi menjadi gerakan Islam yang benar. Allah ta’ala adalah
dzat yang memberi petunjuk.
D. Jama’ah Tabligh
JT telah menetapkan 6 tujuan. Tujuan ini tetap utuh dar sejak berdiri hingga kini dan tidak
mengalami perubahan, bersifat mengikat bagi anggotanya, serta mengharuskan mereka berjalan
diatas jalurnya. Kami tidak tahu darimana para elite pimpinan JT mendapatkan batasan tersebut
dalam islam. Benar, bahwa masing-masing dari 6 tujuan ini memiliki dalil-dalil yang
menganjurkannya. Namun, pembatasan da’wah dalam bingkai 6 ajaran itu saja dan menjadikannya
sebaga agama keseluruhan adalah hal yang bertentangan dengan ajaran agama yang diturunkan
Page 16
untuk diterapkan dalam keseluruhan gerak hidup manusia pada setiap masa dan tempat.
Sedangkan sejumlah prinsip dan pemikiran yang dan pemikiran yang diadopsi JT bertentangan
secara nyata dengan Islam.
a. Upaya JT mewajibkan taklid kepada anggotanya bertentangan dengan ittiba’
b. Pengharaman ijtihad kepada anggota JT bertentangan engan hukuk agama
c. Menjadikan nah munkar sbaga hal yang dilarang dalam AD bertentangan dengan Al-Qur’an
dan Sunnah
d. Larangan mencari ilmu bagi anggota juga bertentangan dengan Islam
e. Larangan terjun ke dunia poltik dalam AD juga bertentangan dengan hukum dan kewajiban
agama. Sebab menegakkan khilah adalah persoalan politik
E. Kesimpulan
Tujuan, sasaran, ajaran, dan sarana tujuan telah ditegaskan oleh pembuat syari’at, dan telah
dijelaskan secara rnc pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Metode jama’ah yang mengambil
setengah-setengah ajaran Islam adalah tertolak. Dia harus memperbaiki m etodenya sesuai dengan
prinsip yang mencakup Islam dan keluasan ajarannya. Seperti firman Allah (QS. Al-Baqarah : 85-86)