Anda di halaman 1dari 16

Menuju Jama’atul Muslimin

Resume : Ali Syamsudin

Pendahuluan
A. Pengertian Jama’atul Muslimin
Jama’ah menurut bahasa adalah sejumlah besar manusia atau sekelompok manusia yang berhimpun untuk
tujuan yang sama. Jama’ah menurut syari’ah sesuai kesimpulan hadist-hadist oleh syatibi yaitu :

1. Jama’ah adalah para penganut Islam apabila bersepakat atas suatu perkara; dan para pengikut agama
lain diwajibkan mengikuti mereka.

2. Jama’ah adalah masyarakat umum dari penganut Islam.

3. Jama’ah adalah kelompok ulama mujahidin.

4. Jama’ah adalah jama’atul muslimin apabila menyepakati seorang amir

5. Jama’ah adalah para sahabat Rasulullah SAW secara khusus.

Jama’ah adalah jama’atul muslimin. Sehingga Jama’atul Muslimin adalah masyarakat umum dari
penganut Islam yang apabila bersepakat atas suatu perkara, dan menyepakati untuk memilih
seorang amir.

B. Kedudukan Jama’atul Muslimin Menurut Ajaran Islam [Insert Dates]


1. Jama’atul muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dalam Syari’at Islam.

“Wahai masyarakat Arab, bumi adalah bumi, tidak ada Islam kecuali dengan jama’ah, tidak ada
jama’ah kecuali dengan kepemimpinan, dan tidak ada kepemimpinan kecuali dengan kekuatan.”
(Umar bin Khattab ra)

“Dari Abu mamah al-Bahili dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : ikatan-ikatan islam akan lepas
satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh (lepasnya) ikatan berikutnya. Ikatan islam
pertama kali lepas adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah sholat.”

2. Jama’ah ini adalah jama’ah yang diperintahkan oleh Al Qur’an dan as Sunnah untuk dijaga,
dipelihara kesatuannya, dilindungi keutuhannya dan decegah dari setiap ancaman dan
rongrongan yang akan merusaknya. (QS: 3: 103, 105, QS 30:31-32)

C. Adakah Jama’atul Muslimin di Dunia Sekarang?

Sesuai dengan pengertian syar’i, untuk saat sekarang ini Jama’atul Muslimin boleh dikatakan tidak ada
lagi. Karena yang ada pada saat ini hanyalah jama’ah bagi sebagian kaum muslimin (Jama’atu min
Jama’atil Muslimin), dan Negara bagi sebagian kaum muslimin bukan jama’ah seluruh kaum muslimin
dan bukan Negara seluruh kaum muslimin. Tidak adanya jama’atul muslimin saat ini menjadikan
kondisi umat memprihatinkan, hukum-hukum Islam tidak ditegakkan dan sistem-sistem diimpor dari
Timur dan Barat. Karena itulah pentingnya saat ini umat Islam secara keseluruhan untuk mewujudkan
jama’ah ini di dalam umat yang menyepakati seorang amir bagi mereka sehingga ia menjadi pemerintah
dan khilafah Islam yang harus memperoleh loyalitas dan pembelaan di semua lapisan.

Tidak ada khalifah tanpa jama’ah dan tidak ada jama’ah tanpa pemerintahan. Tidak ada pemerintahan
tanpa kepemimpinan dan tidak ada kepemimpinan tanpa ketaatan. Karena itu penegakan
pemerintahan merupakan dharurah dan faridhah untuk meningkatkan kualitas intelektual dan
Page 2

pembinaan generasi Muda Muslim. Mewujudkannya merupakan fardhu ‘ain bagi umat Islam seluruhnya
dan merupakan tuntutan zaman sehingga negara itu tegak.

BAGIAN PERTAMA
STRUKTUR ORGANISASI JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. UMAT ISLAM

A. Umat Menurut Bahasa


Umat menurut bahasa adalah kaum, jama’ah dan golongan manusia. Raghib al-Ashfahanny mengatakan : “umat
adalah setiap jama’ah yang disatukan oleh satu hal, satu zaman, satu agama atau satu tempat, baik faktor
pemersatu itu dipaksakan maupun berdasarkan suatu pilihan.”

B. Umat Islam Secara Geografis

Sesungguhnya seluruh wilayah bumi ini pada asalnya milik kaum muslimin dan karenanya setiap pendudukan
oleh ahlul bathil terhadap sebagian sebagian bumi ini merupakan perampasan secara tidak sah akan hak umat
Islam.

“Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi” (QS. An-Nuur : 42)

“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang beriman diantara kamu dan mengerjakan amal-amal shaleh
bahwa Dia akan sungguh-sungguh menjadikan mereka berkuasa di bumi” (QS. An-Nuur : 55)

C. Akar Sejarah Umat Islam

Umat Islam mempunyai akar sejarah yang sangat tua di muka bumi ini, yakni sejak periode pertama manusia di
muka bumi. Bermula dari Adam, diiringi para rasul dan kaum muslimin sesudah mereka, hingga datang penutup
para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW. Dialan penyempurna batu bata terakhir bangunan megah bagi umat Islam
yang agung ini.

D. Periode Umat Islam

Sepanjang sejarahnya, umat Islam dibagi menjadi 2 periodisasi:

Pertama, periode sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW. Pada periode ini kenabian dan kerasulan diutus
pada kaum tertentu, dengan diutusnya Nabi dan Rasul pada kaum tertentu atau Negara tertentu.

Kedua, dimulai dengan bi’tsah Nabi Muhammad SAW, pada tahun ini dimulai da’wah beralih dari rangka ke
rangka kekauman yang terbatas, menjadi kerangka kekauman yang bersifat umum.

E. Pembagian Umat

Pertama, umat yang menyambut dan menerima da’wah Rasulullah dan masuk Islam secara Kaffah. Golongan ini
disebut umat Muhammad SAW yang menerima dakwah.

Kedua, golongan yang tidak mau menyambut dan menerima da’wah Muhammad SAW dan tidak masuk ke dalam
Islam secara Kaffah. Inilah golongan yang harus di da’wahi, karena sejatinya ia wajib menerima da’wah, sehingga
umat Islam harus memasukkannya ke dalam dien Allah.

F. Karakterisktik Umat Islam

1. Aqidah yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan dan pengakuan terhadap keesaan Allah dalam
Uluhiyah dan Rububiyah, dan nama-nama serta sifat-sifat-Nya.

2. Aqidah yang bersifat komprehensif dan menyeluruh.


Page 3

3. Manhaj umat Islam bersifat Rabbani secara murni karena ia diturunkan dan dipelihara oleh Allah.

4. Kesempurnaan manhajnya, bebas dari hawa nafsu dan kelemahan manusia dan yang
menjadikan umat islam lurus dan kokoh dalammencapai tujuannya.
5. Prinsip pertengahan dan keadilan dalam setiap persoalan. Sayyid Quthb menyebutkan hal-hal
yang membuat Islam menjadi “umat pertengahan” adalah :
a. Pertengahan dalam masalah pandangan dan keyakinan

b. Pertengahan dalam pengorganisasian dan konsolidasi


c. Pertengahan dalam segi pikiran dan perasaan
d. Pertengahan dalam berbagai hubungan dan keterikatan,
e. Pertengahan dalam zaman
f. Pertengahan dalam letak kawasan

G. Unsur Kesatuan Umat Islam

1. Kesatuan Aqidah  Kalimat Tauhid “Laa ilaha illa Allah Muhammad Rasulullah”
2. Kesatuan Ibadah  Rukun Islam
3. Kesatuan Adat dan Perilaku  bersumber dari Rasulullah SAW
4. Kesatuan Sejarah  sejarah Islam yang gemilang
5. Kesatuan Bahasa  bahasa Arab yang menjadi bahasanya Al Qur’an
6. Kesatuan Jalan jalan para Nabi dan Rasul
7. Kesatuan Dustur (UU)  Al Qur’an dan As Sunnah
8. Kesatuan Pimpinan  Rasulullah SAW dan Khalifah

II. SYURA (MUSYAWARAH)


A. Syura menurut Bahasa dan Kedudukannya di Dalam Kehidupan Manusia
Syura ialah mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan diketahui
berbagaiaspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan.

Syura secara bahasa :


- Memintakeluarkan
- Menguji sesuatu untuk mengetahui ihwalnya
Syura berfungsi sebagai ahlul aqdi wal hilli (dewan perwakilan rakyat).
Musyawarah dapat berarti meminta pendapat dari para ahli tentang suatu masalah, meminta
penjelasan, dan menguji berbagai masalah dengan pendapat orang lain.
Majelis Syura ialah majelis yang dibentuk untuk membahas urusan-urusan Negara.

B. Syura adalah Tabiat Manusia


Prinsip syuro merupakan fitrah manusia, sadar atau tidak manusia seringkali melakukan aktifitas
musyawarah ini, walaupun dalam bentuk yang kecil. Sepertimenentukan akan makan malam dengan
apa bersama teman, apalagi dalam bentuk yang besar seperti menentukan sebuah peraturan atau
undang-undang.

C. Pentingnya Syura dalam Islam


Syuro merupakan dasar yang utama dan sifat yang melekat dalam tubuh umat Islam. Tanpa syura, umat
Islam akan kehilangan kemaslahatan dan kebaikannya, seperti halnya jika umat Islam meninggalkan
zakat atau puasa.
Syura disebutkan Allah SWT bersama iman, tawwakal kepada-Nya, menjauhi dosa-dosa besar dan wajib
berpegang teguh kepada adab Islam pada waktu marah. Juga disebutkan perintah menyambut seruan
Allah, kewajiban menegakkan sholat, infaq dan jihad (QS Asy Syura : 36-39).
Rasulullah SAW mengatakan bahwa apabila musyawarah diantara umat Islam dalam keadaan
kepemimpinan yang baik dan orang kaya yang murah hati, maka permukaan bumi (hidup) lebih baik
dari perut bumi (mati).
Page 4

D. Hukum Syura
Kedudukan syura dalam alqur’an dan assunnah, disamping perannya yang amat besar dalam
mewujudkan sistem pemerintahan, memadukan masyarakat dan memadukan urusan rakyat, dengan
cepat maka para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas penguasa Islam di setiap
tempat dan setiap zaman.

E. Pemahaman yang Keliru Tentang Syura


Sebagian orang mengira bahwa kekalahan di perah Uhud yang menyebabkan Rasulullah SAW terluka,
terbunuhnya Hamzah dan banyak sahabat lainnya adalah karena Syura sebelum perang adalah keliru,
kekalahan tersebut karena tidak taat dengan perintah Pemimpin.

F. Syura pada Masa Rasulullah SAW


Allah telah menjadikan syura sebagai sifat kaum muslimin, dan memerintahkan Rasul-Nya agar
bermusyawarah dengan para sahabatnya, serta mengikuti pendapat-pendapat mereka yang benar,
supaya umat sesudahnya mengikuti sunnahnya.

G. Syura pada Masa Dua Khalifah Rasulullah SAW


Di masa khalifah Abu Bakar, diadakan syura berkali-kali, diantaranya syura untuk menyelamatkan
tentara usamah, syura mengenai penghimpunan Al-uran, dan beberapa syura yang diadakan untuk
membahas urusan kaum muslimin. Khalifah umar membuat beberapa kaidah bagi syura, antara lain
ketentuan bahwa ahli syura hendaklah orang-orang yang berilmu dan meguasai permasalahan,
membagi manusia menurut siapa yag lebih dahulu masuk islam, dan kaidah lainnya menyuruh
bermusyawarah dengan orang-orang yang berhak mengambil keputusan agar tidak diputuskan
secara individu atau mengikuti keinginan individu.

H. Syarat-syarat Anggota Syura


1. Orang yang dapat membuat perjalanan umat ini sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
2. Memiliki lembaran putih dan terpelihara akhlaknya
3. Orang-orang adil dan terpercaya dari para ahli ilmu, mereka bertaqwa, amanah, dan hanya
takut kepada Allah
4. Bijak dan mampu meluruskan imam ketika menyimpang, dan mendukungnya ketika lemah.
Dalam majelis syura hendaknya dibentuk lajnah-lajnah (komisi) khusus untukk urusan-urusan
tertentu, supaya dapat memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap berbagai masalah
secara tepat dan ilmiah.

I. Dalam Masalah Apa Musyawarah Diadakan?


Urusann yang boleh dimusyawarahkan adalah setiap perkara yang tidak ada nash-nya. Oleh karenanya
pemimpin Islam boleh mengemukakan dalam Majlis Syura semua persoalan negara, baik masalah-
masalah keagamaan dan yang masuk dalam masalah ijthihad ataupun masalah-masalah duniawi.

J. Prinsip Mayoritas
Anas bin Malik ra berkata : saya pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda : “Umatku tidak akan
bersepakat atas kesesatan; maka jika kamu melihat perselisihan, hendaklah kamu berpegang dengan
kelompok yang terbanyak”

Wajib mengambil dan mengikuti pendapat mayoritas dalam Majelis Syura berdasarkan dalil di atas dan
beberapa dalil lainnya. Mengenai wajibnya mengambil dan mengikuti pendapat mayoritas ini tidak
termasuk dalam kerangka parlemen di Negara-negara demokrasi.

Di dalam Islam, tidak ada syura menyangkut masalah yang ada nash-nya, dan tidak ada artinya
pendapat mayoritas di hadapan nash.
Page 5

III. IMAMAH ‘UZHMA

A. Lintasan Sejarah Khilafah

Firman Allah : “Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang pemberi
peringatan”(QS. Fathr : 24).

Khalifah bermula dari Nabi Adam, kemudian anak keturunannya dari para Nabi, Rasul dan pengikut-
pengikutnya yang baik. Nabi Muhammad SAW datang sebagai penutup mata rantai kenabian dan
kerasulan yang mulia ini. Kemudian dilanjutkan dengan masa khulafa’ur Rasyiddin, Abu Bakar, Umar
Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah itu umat islam memasuki era
pemerintahan baru dimana khalifah dijadikan warisan diantara Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah
dan setelah itu muncul Khilafah Utsmaniya. Hal ini mencerminkan hadist yang pernah disabdakan
Rasulullah.

“Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata : Kami duduk-duduk di Masjid Rasulullah saw, Basyir adalah
seorang yang tidak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsa’labah seraya berkata, “Wahai Basyir bin
Sa’d, apakah kamu hafal hadits Rasulullah saw tentang para penguasa?” Maka Hudzaifah tampil seraya
berkata, “Aku hafal khutbahnya.” Lalu AbuTsa’labah duduk mendengarkan Hudzaifah berkata:
Rasulullah saw bersabda:
(1) Muncul kenabian ditengah-tengah kamu selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(2) Kemudian akan muncul khalifah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang dikehendaki
Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(3) Kemudian muncul “raja yang menggigit” selama masa yang dikehendak Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketika Ia menghendakinya.
(4) Kemudian akan muncul “raja yang diktator” selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketiaka Ia menghendakinya.
(5) kemudian akan muncul (lagi) khilafah sesuai dengan sistem kenabian …” (HR Ahmad)
Menurut para ulama, sekarang merupakan periode keempat, yaitu periode “raja yang diktator”. Namun
kita tidak tahu kapan Allah akan mencabutnya, sehingga munculah kembali kekhalifaan uamt Islam.

B. Definisi Imamah
Imam menurut Bahasa ialah setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik mereka berada di jalan
yang lurus atau sesat.
Berdasarkan ahli tafsir, imam adalah lafazh yang berarti kepemimpinan tertinggi diantara mereka; ke
atas pundaknya diletakkan tanggung awab kebaikan mereka dalam agama dan dunia.

C. Hukum Mengangkat Imam


Mengenai hukum mengangkat Imam, Ibnu Hazm mengutip kesepakatan semua pihak dari Ahli Sunnah,
Murji’ah, Syi’ah dan Khawarij atas wajibnya mengangkat imam. Dan Allah telah mewajibkan mentaati
ulil amri (imam) setelah taat pada Allah dan Rasul-Nya.

D. Jenis Kewajiban
Dalam hal ini kewajiban mengangkat Imam merupakan kewajiban kolektif umat Islam, atau fardhu
kifayah. Fardhu (kewajiban) yang dibebankan kepada umat ini belum gugur, karena sampai saat ini
belum diangkat seorang khalifah. Fardhu kifayah itu gugur apabila telah ada sebagian orang yang telah
melasankannya. Jika sebagian umat ini belum selesai menegakka fardhu kifayah tersebut, maka seluruh
umat dituntut untuk menegakkannya.
Page 6

E. Syarat-syarat Imam atau Khilafah


1. ‘Adalah (adil) berikut semua persyaratannya (kesempurnaan moral)
2. Ilmu yang dapat mengantarkan kepada ijtihad dalam berbagai kasus dan hukum.
3. Sehat jasmani.
4. Tidak memililki cacat fisik.
5. Mempunyai pandangan yang bijak.
6. Memiliki ketegasan dan keberanian.
7. Keturunan Quraisy,
namun untuk syarat ke-7 ini masih banyak perdebatan. Menurut Ibnu Hajar, orang Quraisy
diistimewakan dalam kepemimpinan karena keistiqomahan mereka kepada agama Allah SWT. Namun
apabila terdapat orang yang lebih mampu daripada orang Quraisy, maka ia harus diutamakan. Karena
sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW. Dari Anas ra, ia berkata : bersabda Rasulullah saw :
“Dengarlah dan taatlah, sekalipun kamu dipimpin oleh seorang budak Habasy yang berambut seperti
Anggur”

IV. TUJUAN JAMA’ATUL MUSLIMIN DAN SARANANYA


A. Tujuan-tujuan Khusus bagi Umat Islam
1. Membina pribadi Muslim dan mengembalikan kepribadian Islam
2. Membina keluarga Islam dan mengembalikan kepada karakter aslinya
3. Membina masyarakat Islam yang akan mencerminkan da’wah dan perilaku Islam
4. Mempersatukan umat Islam di seluruh penjuru dunia

B. Tujuan-tujuan Umum bagi Jama’atul Muslimin


1. Supaya Manusia menyembah Rabb yang Maha Satu (QS. Ad-Dzariat ; 56, QS. An-Nahl : 36, QS.
Fathir : 24, QS. Al-Baqarah : 21)
2. Menjalankan ptinsp amar ma’ruf nahi munkar (QS. Ali Imran : 110)
3. Menyampaikan Da’wah Islam kepada semua manusia (QS. Al-Baqarah : 143) dan beberapa
hadist
4. Menghapuskan fitnah dari seluruh dunia (QS. Al-Anfal : 39)
5. Menaklukkan Roma, Ibukota Italia
6. Memerangi semua manusia sehingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar

C. Bebarapa Sarana Terpenting Jama’atul Muslimin


1. Sarana dalam Mencapai Tujuan Khusus
a. Wajib mengembalikan media massa, pengajaran, ekonomi, dan alat-alat negara lainnya
kepada Islam, supaya pengarahannya diatur sesuai batas-batas dan syari’at Islam.
b. Menghancurkan semua unsur kemunafikan dan kefasikan di dalam umat dan
membersihkan masyarakat daripadanya.
c. Mempersiapkan umat Islam sebaik-baiknya sehingga sesuai berbagai tuntutan di masa
mendatang.
2. Sarana dalam Mencapai Tujuan Umum
a. Menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada semua manusia melalui berbagai media massa
di dalam negara islam.
b. Menuntut semua manusia agar masuk Islam
c. Menuntut semua negara agar tunduk kepada ajaran-ajaran Islam
d. Mengumumkan jihad bersenjata dan terus menerus sampai tercapai kemenangan atas
semua pihak yang menentang dan menolak tuntutan-tuntutan jama’atul muslimin.
Page 7

BAGIAN DUA
JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN

I. HUKUM-HUKUM ISLAM
A. Tidak Ada Sektoralisasi Hukum Islam
1. Sejak awal Islam di bawah pimpinan Rasulullah SAW mulai digelar di Makkah, turunlah
pengarahan-pengarahan Rabbani seuai dengan keperluan jama’ah, dan tuntutan tahapan yang
dihadapi oleh jama’ah.
2. Namun hal itu tidak berlaku sekarang, karena pengarahan-pengarahan rabbani dan sunnah
nabawi yang sudah turun secara sempurna. Sehingga muslim dituntut melaksanakan seluruh
pengarahan rabbani dan sunnah nabawiyah dengan utuh tanpa adanya sektoralisasi.

B. Kapan Diterapkan Hukum Islam ?


Individu atau jama’ah boleh menerapkan hukum Islam seuai dengan tuntutan keadaan dan posisinya
dalam kehidupan dan perkembangan kehidupannya, dengan syarat individu atau jama’ah tersebut
meyakini akan semua hukum Islam dan keberlangsungannya.

C. Pembagian Hukum Islam


Hukum Islam dari segi hakikat dan caranya terbagi menjadi dua ,
Pertama, substansi hukum. Contohnya : membaca Al Fatihah dan tasyahud dalam shalat.
Kedua, cara pelaksanaan hukum. Contohnya : cara membaca Al Fatihah dan tempat tasyahud dalam
shalat
Sementara Hukum Islam dari segi pelakunya terbagi menjadi dua :
1. Hukum khusus bagi Muslim sebagai individu.
2. Hukum khusus bagi jama’ah dalam jama’ah dari umat Islam.

Yang dimaksud “jama’ah dari umat Islam” yang dimaksud disini adalah kelompok atau golongan yang
membawa da’wah untuk menegakkan Jama’atul Muslimin pada masa ketiadaannya, yaitu ada
pemerintah yang memerintah umat dengan Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Dan apabila pemerintah
(khalifah) ini telah terwujud, Islam melarang adanya lebih dari jama’ah atau partai.

II. KESADARAN PARA RASUL DAN PENGIKUT-PENGIKUTNYA TERHADAP LANGKAH INI


A. Kesadaran Rasulullah SAW Akan Pentingnya Langkah Ini
a. Rasulullah menyadari bahwa tugas yang diserahkan kepadanya tidak mungkin dilakukan oleh satu
orang manusia, tetapi memerlukan suatu jama’ah yang kuat yang akan menerapkannya pada dirinya
kemudian kepada segenap alam. Sayyid Quthb ketika menafsirkan ayat “Qaulan tsaqila” (perkataan
yang berat) dalam Surat Al Muzzammil:5 mengatakan bahwa berat dalam ayat ini bukan pada lafaz
atau maknanya, tetapi berat pada tanggung jawab dan konsekwensinya. Maka langkah pertama
Rasulullah SAW adalah menegakkan dan mewujudkan jama’ah tersebut.

b. Rasulullah mengetahui hal ini dari kitab qauliyah dan kauniyah, dari kitab yang terlihat
beliau memahami bahwa setiap hal yang ada di bumi ini saling membantu antara yang satu dengan
yang lainnya menjadi satu kekuatan (jama’ah) untuk melaksanakan satu misi.

c. Rasulullah mengetahui hal ini melalui kehidupan para Nabi dan Rasul sebelumnya didalam wahyu
yang diturunkan. Beliau mengetahui bahwa setiap Nabi yang mendapat sambutan baik dari
kaumnya, kemudian membentuk suatu jama’ah untuk mengemban tugas dakwah, sehingga kekallah
dakwah dan lembaran-lembaran ajarannya.

d. Nabi SAW mengungkapkan makna ini seperi sabdanya, yang diriwayatkan oleh ibnu Abbas r.a
tentang Da’wah para nabi dan para jama’ahnya beserta balasanya di hari akhir nanti : ada Nabi yang
Page 8

datang seorang diri, ada Nabi yang datang dengan satu atau dua orang saja, Nabi Musa dengan
jumlah jam’ah yang besar, dan pada akhirnya terlihat jama’ah Nabi Muhammad yang lebih besar lagi.

B. Ibrahim as Menyadari Hakikat Ini (Membentuk Jama’ah)


Dalam perjalanan kepada Rabbnya Ibrahim a.s mengumumkan hakikat yang merupakan syarat
kemenangan da’wah ini, yaitu menegakkan jama’ah yang akan membawa da’wah dan membelanya.
Jika jama’ah ini tidak tegak, maka tidak akan pernah ada kemenangan bagi dakwah. Hakikat ini telah
dipahami Rasulullah SAW sejak awal dan harus pula dipahami oleh setiap da’i Islam.

C. Rasulullah Menjelaskan Pentingnya Hakikat Ini


Rasulullah mengungkapkan pentingnya jama’ah ini bagi keberhasilan da’wah dan menyatakan
bahwa jama’ah inilah yang akan menentukan eksis atau tidaknya da’wah Islam, sebagaimana do’a
beliau dalam Perang Badar :
“Ya Allah, jika kelompok (jama’ah) dari orang-orang Islam ini hancur, maka Engkau tidak akan
disembah lagi selamanya.” (HR Muslim)

D. Kesepakatan Para Pemimpin Islam Masa Kini


Para pemikir Islam pada masa sekarang ini telah sepakat atas wajibnya penegakan jama’ah ini. Jika
telah jelas hakikat ini dari Sirah Rasulullah SAW, dan kewajiban ini pun telah dipahami oleh para da’i
Islam, maka setiap Muslim yang menyadari kewajiban dakwah Islam atas dirinya dan ingin bergerak
untuk mendakwahkan ini, wajib menjadikan langkah pertamanya dalam kehidupan ini sebagaimana
langkah Rasulullah SAW, yaitu mencari jama’ah, atau mewujudkannya, untuk membantunya
melaksanakan kewajiban dakwah yang tidak ringan tersebut.

III. PARA DA’I ISLAM DAN LANGKAH PERTAMA RASULULLAH SAW


Klasifikasi Para Da’i Berkaitan dengan Langkah Ini
Pertama, para da’i di negara yang sudah ada satu atau beberapa jama’ah Islam
Kedua, para da’i di Negara yang belum ada sama sekali jama’ah yang berdakwah kepada Islam.

a.1. Kewajiban Para Da’i di Negara yang Terdapat Satu Jama’ah


Para da’i Islam di suatu Negara yang sudah ada satu atau beberapa jama’ah yang menyeru kepada Islam
adalah tidak dibenarkan sama sekali mendirikan jama’ah baru di Negara tersebut. Sebab berpotensi
menimbulkan pertikaian dan pertentangan yang tidak terbatas.

a.2. Kewajiban Para Da’i di Negara yang Terdapat Beberapa Jama’ah


Apabila di negara tersebut terdapat beberapa jama’ah yang berdakwah kepada Islam, maka sikap yang
harus diambil para da’i adalah menimbang prinsip-prinsip dan pemikiran semua jama’ah yang ada
dengan neraca Islam yang hanif. Sehingga dapat diketahui manakah jama’ah yang lebih dekat prinsip-
prinsip dan pemikirannya dengan Islam. Selanjutnya mereka bergabung didalamnya dan berusaha
menyatukan seluruh jama’ah yang ada.

b. Kewajiban Para Da’i di Negara yang Belum Terdapat Jama’ah


Kewajiban pertama bagi mereka ialah mendirikan jama’ah sesuai rambu-rambu Sirah Rasulullah SAW.

BAGIAN TIGA
RAMBU – RAMBU SIRAH NABI SAW DALAM MENEGAKKAN JAMA’AH
I. RAMBU PERTAMA DALAM SIRAH NABI SAW : MENYEBARKAN PRINSIP DA’WAH
A. Jalan yang Ditempuhnya dalam Penyebaran

1. Kontak Pribadi (Ittishal Fardi)


Cara ini oleh para ahli sirah Rasulullah disebut tahapan “sirriyah (rahasia) dalam da’wah”
Da’wah Islam perlu menempuh jalan ini dalam dua keadaan :
Page 9

Pertama, pada permulaan da’wah dan penegakan jama’ah


Kedua, pada saat pemerintah berkuasa melarang para aktivis da’wah melakukan aktifitas
da’wah secara terang-terangan atau mengadakan pengajian umum.

2. Kontak Umum (Ittisal Jama’i)


Cara ini oleh para ahli sirah disebut tahapan da’wah secara terang-terangan.
Pada tahapan ini menggunakan berbagai sarana untuk menyampaikan da’wahnya.
a. Mengumpulkan manusia dalam suatu jamuan makan dirumahnya
b. Mengumpulkan manusia diberbagai tempat, contoh di bukit Shafa
c. Pergi ketempat-tempat pertemuan manusia dan menyampaikan da’wah Allah kepada
mereka
d. Pergi ke berbagai negara untuk menyampaikan da’wah
e. Mengirim surat kepada para kepala suku dan raja

B. Aspek Penataan dalam Penyebaran Da’wah


a. Hendaknya para da’I menetukan prinsip yang akan dimulai penyebarannya sesuai dengan
kepentingan dalam da’wah.
b. Membuat kesepakatan bersama orang yang telah menerima da’wahnya dan menyetujui prinsip yang
ditentukannya agar masing-masing pribadi merekrut satu orang dalam jangka waktu tertentu
secara estafet.

II. RAMBU KEDUA DALAM SIRAH NABI SAW : PEMBENTUKAN DA’WAH


A. Pengertian Takwin (Pembentukan)
Pembentukan (takwin) ini merupakan tindak lanjut dari rambu pertama, sirah Rasulullah SAW baik
dalam kontak pribadi maupun jama’i. Rambu ini khusus bagi penerima da’wah pada rambu pertama,
sehingga pembentukan ini ditujukan pada orang-orang yang telah menerima da’wah tersebut atas
dasar-dasar da’wah, dan menshibghah mereka sesuai dengan kandungan pemikiran-pemikiran dan
ajaran da’wah.

B. Contoh Gerakan dalam Rambu Ini


Rambu kedua ini merupakan penyempurna dan penyambung rambu pertama. Karena itu orang yang
berhenti pada rambu pertama saja dan tidak mau beralih ke rambu kedua bersama-sama orang yang
menerima da’wahnya pada rambu pertama, adalah orang yang berda’wah tidak sesuai dengan
manhaj Rasulullah SAW

C. Syi’ar Tahapan Ini


Syiar tahapan ini adalah sesuai dengan pengarahan Allah kepada Nabi dan para da’i dalam
QS. Al-Kahfi : 28 yang berisi :
- Bersabar atas kekurangan dan kesalahan-kesalahan orang yang menerima da’wahnya Nabi SAW,
bersabar atas banyaknya pertanyaan mereka, bersabar atas keraguan mereka dalam menerima
pengarahan.
- Tekun meminta kesabaran mereka dalam menghadapi fitnah para musuh dakwah; disamping
menjelaskan karakterisitik jalan dakwah yang penuh kesulitan;
- Himbauan agar Nabi tidak terpedaya oleh para penipu yang ingin menjauhkannya dari para
pengikut dakwahnya.

D. Sasaran Tahapan Ini


Sasaran yang terpenting pada tahapan ini adalah mengubah akal ummi (jalalah) kepada ilmu, hikmah,
dan ma’rifah, dan mengubah moral dan perilakunya dari kesesatan dan kemerosotan kepada
kebersihan dan kesucian. Dan semua ini tidak dapat diwujudkan kecuali melalui tarbiyah (pembinaan)
dan ta’lim sebagai esensi takwin (pembentukan).
Page 10

E. Sisi Penataan dalam Rambu Ini


Pada tahapan ini Rasulullah menempuh cara-cara tertentu, yaitu :
a. Takwin dalam Tahapan Sirriyah
Rasulullah membagi orang yang telah yang menerima da’wahnya dalam kelompok kecil (khalaya) 3 - 5
orang, yang mengadakan pertemuan setiap hari atau berkala pada tempat dan waktu yang berlainan.

b. Takwin Pada Tahapan ‘Alaniyah (terang-terangan)


Rasulullah menerapkan beberapa cara yang berbeda dengan dakwah sirriyah :
1) Membuat beberapa halaqah jama’iyah dalam jumlah besar.
Rumah Al Arqam bin Abi’l Arqam merupakan halaqoh takwin terbesar di masa Rasulullah SAW,
sebab di tempat ini berkumpul para sahabat yang berjumlah 40 orang lelaki dan perempuan untuk
program takwin dari Rasulullah SAW.
2) Mengadakan perjalanan (rihlah) jama’iyah tertentu
3) Mengkondisikan situasi umum terhadap da’wah melalui khutbah-khutbah dan ceramah-ceramah
umum

c. Takwin dalam Tahapan Sirriyah dan alaniyah


1) Dilakukan terang-terangan (‘alaniyah) dan diketahui semua orang. seperti yang dilakukan pada
tokoh Quraisy yang masuk Islam secara terang-terangan dan mengajak untuk melaksanakan dan
menerimanya. Demikian pula kisah Abu Bakar ra.
2) Dilakukan secara sembunyi (sirriyah) dan tidak diketahui oleh semua orang, seperti yang dilakukan
pada kaum yang lemah yang tidak memiliki dukungan di hadapan serangan dan kekejaman kafir
Quraisy.

III. RAMBU KETIGA DALAM SIRAH NABI SAW : KONFRONTASI BERSENJATA TERHADAP MUSUH
DA’WAH
A. Kedudukan Rambu Ini Diantara Kedua Rambu Sebelumnya, Dan Pengertiannya
Karakter rambu pertama adalah membagi manusia menjadi dua kelompok :
Pertama, Kelompok yang menerima prinsip-prinsip dakwah.
Menjadi bagian rambu kedua, yakni harus dibina dan dibentuk dengan prinsip-prinsip dakwah.

Kedua, Kelompok yang menentang prinsip-prinsip dakwah.


Menjadi bagian rambu ketiga, yakni harus dihadapi dengan kekuatan bersenjata agar mereka mau
menyerah kepada kekuatan dakwah.
Fungsi rambu ketiga ialah mempertahankan kelompok yang masuk ke dalam takwin.

Penyebaran dakwah + manusia = penerimaan da’wah atau penentang da’wah. Kemudian para penerima
da’wah dimasukka kedalam proses takwin, dan para penentang da’wah dihadapi dengan kekuatan
senjata setelah ditegakkan hujjah kepada mereka.

B. Menghadapi Penentang Da’wah Dalam Dua Periode


Sirah Rasulullah SAW dapat dibagi dalam dua periode :
1. Diawali dari kenabian sampai hijrah.
Diantara rambu yang paling menonjol pada masa sebelum hijrah adalah penyebaran da’wah,
pembentukan nilai-nilai da’wah, dan pelarangan segala bentuk serangan fisik.

2. Sejak Rasulullah SAW menetap di Madinah hingga wafatnya.


Syi’ar dan sifat pada periode pertama ialah pelarangan segala bentuk serangan atau perlawanan fisik,
dengan tujuan untuk menjauhi medan perlawanan, menghindari permusuhan, melakukan
pembentukan kader-kader dakwah dan menyerahkan perlawanannya pada Allah.
Sementara pada periode kedua Syi’ar dan sifatnya adalah memerintahkan agar memaafkan, berlapang
dada dan bersabar terhadap provokasi pihak musuh, sampai dating perintah Allah untuk ‘mengambil
tindakan’ (perang) terhadap mereka.
Page 11

C. Kapan Diadakan Konfrontasi ?


Penentuan titik tolak melakukan kofrontasi melawan kebatilan adalah wewenang khusus pimpinan
jama’ah. Berikut pengarahan Islam untuk menentukan titik tolak dalam melakukan konfrontasi
bersenjata melawan kebhatilan :
1. Independensi Bumi Tempat Tegaknya Jama’ah
a. Pengertian Independensi(Istiqaliyah)
Jama’ah tersebut harus berkuasa penuhh terhadap bumi tempat berpijak dan melakukan aktifitasnya,
dan memenuhi syarat-syarat melakukan konfrontasi bersenjata seperti kemandirian ekonomi,
kemanan jalur-jalur komunikasi, dan sarana pertahanan memadai.

b. Mencari Bumi (Basis Geografis) dalam Sirah Rasulullah SAW


Sejak pertama diangkat sebagai seorang nabi, Rasulullah saw berusaha mencari basis geografis yang
dapat dijadikan tempat untuk melakukan jihad bersenjata.

2. Jumlah yang memadai


Maksudnya anggota jama’ah yang akan bertempur hendaknya mencapai jumlah persentase tertentu
dibandingkan tentara musuh.

IV. RAMBU KEEMPAT DALAM SIRAH NABI SAW : SIRRIYAH DALAM KERJA MEMBINA JAMA’AH
A. Pengertian Sirriyah
Maksud sirriyah dalam kerja membina jama’ah ialah membatasi pengetahuan program kerja pada
lingkungan pimpinan, setiap individu tidak boleh mengetahui tugas anggota yang lain, tetapi harus
mengetahui tugas pribadinya untuk mencegah kebocoran tugas.

B. Kesalahan Memahami Sirriyah


1. Memasukkan ajaran-ajaran Islan yang harus disebarluaskan sebagai sesuatu yang harus
dirahasiakan.

2. “mengobral” segala sesuatu di setiap tempat dan kepada siapa saja.

Menurut penulis, amal islami terbagi dua :


1. Bagian yang bersifat struktural (tanzhimi) yang wajib sirahasiakan
2. Bagian yang bersifat pemikiran (fikri) dan nilai (ruhi) yang harus dijelaskan sesuai dengan
program.

C. Pemahaman yang Dangkal tentang Sirriyah


Banyak orang memahami bahwa sirriyatul harkah (kerahasiaan gerakan) dalam kehidupan Rasulullah
SAW merupakan suatu tahapan pada kondisi tertentu dan waktu tertentu, sehingga sebagian ahli
sejarah membatasinya dengan tga tahun saja. Sesungguhnya adalah sifat yang lekat atau tak
terpisahkan dari da’wah rasulullah saw dalam semua tahapannya sepanjang kehidupan rasulullah saw
di Makkah dan Madinah.
Apabila sifat sirriyah ini nampak jelas pada periode Makkah dan Madinah sifat sirriyah ini justru lebih
banyak kita temukan dan lebih rapi penataannya. Karena periode Madinah merupakan tahapan perang
dan jihad, sedangkan perang adalah tipu daya.

D. Kesimpulan Rambu Ini


Kesimpulan rambu ini : Sirriyah merupakan ‘kotak’ tempat menyimpan program amal jama’i dan ‘tirai’
yang menutupi dan melindungi program tersebut, dan merupakan hal yang penting serta harus
dipegang teguh sepanjang gerakan pembinaan jama’ah.
Sirriyah di sini hanya menyangkut aspek penataan (tanzhim) saja, bukan menyangkut aspek pemikiran
atau nilai-nilai Islam yang harus dikemukakan.
Page 12

V. RAMBU KELIMA DALAM SIRAH NABI SAW : BERSABAR ATAS GANGGUAN MUSUH
A. Bersabar Pada Tahapan Takwin
Faktor terpenting yang dapat melindungi jama’ah pada tahapan takwin adalah kesabaran seluruh
anggota jama’ah dan keberhasilan mereka meredam emosi dalam menghadapi setiap gangguan dan
ejekan musuh.

B. Fenomena Pengulangan Perintah Bersabar


Berulang-ulangnya perintah bersabar pada ayat-ayat Makiyyah (Al Muzzammil:10 dan
Al Mudatsir :7) menunjukkan pentingnya sifat ini dalam memelihara eksistensi jama’ah dan
perlunya sifat ini dimiliki oleh seluruh angoota jama’ah, terutama pada tahapan takwiniyah.

VI. RAMBU KEENAM DALAM SIRAH NABI SAW : MENGHINDARI MEDAN PERTEMPURAN
A. Pengertian Menghindari Medan Pertempuran
Fikrah menghindarkan anggota jama’ah dari medan pertempuran dengan melakukan hijrah, adalah
faktor yang dapat memelihara anggota jama’ah dari kekejaman Quraisy dan meloloskan jama’ah dari
penghancuran dan pemberangusan.

B. Pentingnya Rambu Ini dalam Melindungi Pembinaan Jama’ah


Sesungguhnya fikrah menjauhi konfrontasi pada tahapan takwin dimana jama’ah belum kuat
melakukan konfrontasi adalah sikap yang diwajibkan Islam dan dituntut oleh keadaan jama’ahnya
pada tahapannya yang masih awal.

C. Pelaksanaan Rambu ini dalam Kehidupan Rasulullah saw


Pelaksanaan rambu ini dimulai dengan pemberian izin secara umum kepada para anggota jam’ah
yang ada di Makkah untuk hijrah ke Habasyah.

D. Rambu ini Berhasil Menggagalkan Usaha Pembunuhan Rasulullah SAW


Perintah untuk meninggalkan kota Makkah (dalam menghindari pertempuran) ditujukan kepada
semua lapisan dalam jama’ah. Berkata Ibnu Katsir, “Tidak seorangpun tertinggal kecuali orang yang
terfitnah dan tertahan.” Pada saat itu seluruh anggota Darun Nadwah bersepakat membunuh
Rasulullah SAW.

BAGIAN KEEMPAT
TABI’AT JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN

I. Tabi’at Jalan Menuju Jama’atul Muslimin


A. Memahami Tabi’at Jalan
Dalam menempuh jalan ini Rasulullah saw mengalami berbagai ejekan, penghinaaan dan
penganiayaan. Diujung jalan Rasulullah saw juga menyaksikan hasil perjuangan dan kesudahan para
tiran dan orang-orang yang menolak islam. Disamping itu Rasulullah saw mendapati sisi lain tabi’at
jalan ini, jalan kemenangan dan kekuasaan. Tapi sisi inilah yang justru dikhawatirkan bahayanya
atas kaum muslimin, yang jika terpperdaya maka mereka akan berjatuhan ditengah jalan.

B. Macam-macam Tabi’at Jalan


Tabiat jalan ini telah banyak dibicarakan oleh Al-Qur’an, dan bentuknyapun beragam. Sayyid Quthb
menyimpulkan bentuk-bentuk ujian tersebut antara lain :
1. Penganiayaan dari kebatilan dan para pelaku kebatilan, kemudian dia tidak mendapat penolong
yang membela dan mendukungnya.
Page 13

2. Fitnah yang menimpa keluarga dan orang-orang yang dicintai lantaran dirinya, sementara itu
tidak mampu membela mereka, padahal mereka memintanya berdamai dan menyerah demi cinta
dan keselamatan keluarga.
3. Pemihakan dunia kepada orang-orang yang menolak kebenaran, dan anggapan manusia bahwa
mereka adalah orang-orang yang sukses sehingga mendapatkan perhatian masyarakat.
Sementara itu orang yang beriman terabaikan dan tak seorangpun mau membelanya.
4. Keasingandi tengah lingkungan aqidah, sehingga bia ia memandang orang dan masyarakat
disekitarnya, terlihatlah mereka sedang tenggelam dalam kesesatan
5. Ia mendapati bangsa-bangsa dan negara-negara di dunia ini tenggelam dalam kenistaan, tetapi
mereka maju dan berperadaban modern, bahkan memiliki kekuatan dan kekayaan yang
digunakan untuk memusuhi Allah dan agama-Nya.
6. Fitnah popularitas dan daya tarik kehidupan dunia. Ini merupakan bencana besar karena justru
mendapatkan dukungan fitrah dan tabiat kemanusiaannya.
7. Fitnah lambatnya kemenangan dan panjangnya perjalanan
8. Fitnah kebanggan diri dan penyandaran segala sesuatu kepada dirinya setelah tercapai
kemenangan.

C. Tujuan Tabi’at Ini


Tujuan tabi’at jalan ini ialah membentuk manusia yang baik melalui perbuatan-perbuatannya, agar
demikian pergerakan manusia di muka bumi inipun menjadi baik

II. Contoh-contoh Tabi’at Jalan


A. Contoh-contoh sebelum kenabian
Tabi’at jalan dakwah adalah sunatullah di mana manusia dan jama’ah Islam tunduk kepada
ketentuan-ketentuannya. Karena itu contoh-contoh jalan ini sudah dimulai sejak manusia pertama.
1. Kisah kedua anak adam’ (QS.Al-Madah : 27-30)
2. Kisah seorang Mu’mmin, Habib An-Najjar (QS. Yasn : 25-27)
3. Kisah Ashhabul Ukhdud (QS. Al-Buruuj dan Hadst Rasulullah saw)

B. Contoh di Masa Kenabian


1. Gangguan Kaum Musyrikin kepada Rasulullah saw
2. Bujukan Kaum Musyrikin Kepada Rasulullah saw

C. Contoh-contoh Gangguan Kaum Musyrikin Kepada Para Sahabat


Kisah Abu dzar Al giffari, kisah keluarga amar bin yasir, ksah bilal bin rabbah, dll

III. Jama’ah-jama’ah Terpenting yang Aktif di Medan Da’wah Islam


A. Perjuangan Islam Setelah Runtuhnya Khilafah Utsmaniyah
1. Perjuanga Individual (Amal Fardi)
Setelah Khilafah Utsmaniyah jatuh pada 1924, tokoh-tokoh Islam dan para ulama berjuang
mengembalikan khilafah islamyah ke dalam kehidupan kaum muslimin. Dalam perjuangan
individual seorang ulama menyeru terbentuknya khlafah islamiyah melalui khotbah, makalah-
makalah, artkel di surat kabar, atau mengarang buku. Namun, seruan tersebut biasanya tidak
memiliki jama’ah atau organisasi.
2. Perjuangan Kolektif (Amal Jama’i)
Ditinjau dari tujuannya, perjuangan kolektf terbagi atas beberapa bagian:
a. Perjuanga kolektif yang tujuan langsungnya menegakkan khilafah
Page 14

Kelompok ini antara lain : Hizbut Tahrir d Suriah dan Yordania, Da’wah ikhwanul muslimin di
Mesir, Suriah, Sudan, dan negeri islam lainnya, Partai Msyumi di Indonsa, Jama’at Islami di India
dan Pakistan, Fadayyan Islam di Iran.

b. Perjuangan kolektif yang tujuan langsungnya da’wah sosial, budaya dan sufi
Kelompok ini antara lain adalah Anshar As-Sunnah d Mesir, Jam’iyyah Syar’iyyah juga di Mesir,
atau da’wah sufi seperti Jama’ah Tablig, Al-Mahdiyah di Sudan, serta As-Sanusiyah di Maroko
dan Hijaz.

Ditinjau berdasarkan keberlangsungannya, perjuangan kolektif dibagi menjadi dua bagian.


a. Kelompok yang terus didera kesulitan dan siksaan sehingga tidak mampu lagi bertahan dan
berhenti d tengah jalan, berakhir dengan berhentinya lembaga, sepert wahabiyah dan
sanusiyah.
b. Kelompok yang masih tetap bertahan dan terus berda’wah menyingkirkan berbagai
kesulitan dan siksaan yang menghadang jalan menuju tujuannya. Dilhat dari sisi
keterbatasan dan totalitas da’wahnya, kelompok ini terbagi menjadi dua bagian :

1. Berbagai kondisi telah membatasi arah da’wahnya sehingga menjadi aliran tertentu yang
merupakan bagian dari alran-aliran yang dominan dalam umat islam.
Misalnya: Jama’ah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah merupakan aliran salafi dalam umat.
Da’wah sufiyyah diwakili oleh Jama’ah Tablig. Sedangkan aliran politik diwakili oleh Hizbut
Tahrir.

2. Kelompok kedua adalah yang berupaya mencakup seluruh aliran yang dominan di
kalangan umat islam, disampng menyeru kepada aspek politik dengan diteggakkannya
khilafah islamiyah. Kelompok ini merupakan aliran sufi dalam aspek penyucian jiwa, dan
aliran salafiyyah dalam aspek tuntunan kepada umat untuk kemmbali kepada Kitab dan
Sunnah. Kelompok atau da’wah ini diwakili oleh Jama’at Islami di India dan Pakistan yang
didirikan oleh da’I muslim Abul ‘Ala Al-Maududi, Jama’ah ikhwanul muslimn di dunia arab,
Partai Masyumi di Kepulauan Khatulistiwa, dan Fadaiyyan Islam d Iran.

Dalam ruang yang terbatas ini kita akan membahas kedua bagian kelompok yang tetap bertahan
dan terus berda’wah dengan mengambil satu contoh dari setiap aliran tersebut untuk mengenal
dan memberikan penilaian atasnya. Untuk itu, kita akan mengambil :
kelompok petama: aliran terbatas, Jama’ah Anshar As-sunnah Al-Muhammadyah dari aliran salaf,
Jam’ah Tablig dari aliran sufi, dan Hizbut Tahrir dari aliran politik.

kelompok kedua, yang mencakup seluruh aliran tersebut, kita akan mengambil Jama’ah
Ikhwanul Muslimin, karena referens tentang jama’ah ini cukup banyak d negeri Arab. Selain itu
karena seluruh jama’ah islamiyah di dunia Islam terpengaruh oleh ikhwanul muslimin serta
berjalan sesuai dengan strategi dan pemikirannya. Ikhwanul musliminpun merupakan jama’ah
islamiyah terbesar, mempunyai aliran totalitas, berusaha memfokuskan tujuan dan kerja keras
perjuangan mereka untuk membentuk jama’atul muslimin, serta sarana ke arah itu.

B. Jama’ah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah (JASM)


Tujuan dan prinsp ajaran Jama’ah Anshar As-Sunnah Al-Muhammadiyah sangat luhur dan mulia.
Banyak diantaranya yang sama dengan sebagan jama’ah islam kontemporer. Namun sarana untuk
Page 15

mewujudkan prinsp tersebut dinilai kurang dan terbatas dan agaknya tidak mungkin mengantarkan
pada tujuan JASM. Keterbatasan sarana dalam tubuh JASM disebabka dua faktor.
Faktor pertama : lapangan JASM dibatasi oleh negara. Pasal keduan Anggaran Dasar (AD) JASM
mengatakan bahwa JASM tidak boleh berdebat dalam urusan politk atau aqdah agama. Pasal 3 dar
AD JASM menetapkan tidak boleh terlibat dalam urusan politk dan tidak boleh menyentuh agama
lain penduduk Mesir lain, sepert Kristen, Yahudi, dll.
Faktor kedua: pemerintahan Mesir menganggap JASM sebagai yayasan sosial yang berafiliasi
kepada kementrian sosial. Hal ini juga dinyatakan dalam pasal 28 AD JASM, Menteri sosial berhak
mengangkat, sebagai wakil kementriannya dan wakil lembaga manapun, seorang dalam anggota
majelis idarah.
Adapun usaha JASM berupa menghimpun dana untuk pembangunan masjid, klinik, serta membuka
ruang-ruang belajar, sungguh merupaan upaya yang sangat baik dan agung.
Demikianlah penilaian terhadap JASM. Kami berdoo’a semoga Allah membimbing tokohnya ke jalan
yang lebh utama dan lebih mula lagi.

C. Hizbut Tahrir (HT)


1. Sisi Tujuan dan Sarana
HT mempunyai kesamaan dengan JASM dan Jama’ah Tablig dari sisi sarana. Yaitu hanya
membatas diri pada sebagian tujuan dan arahan islam, dengan mengabaikan tujuan atau arahan
lainnya. Disamping kesamaan tersebut, ada beberapa tambahan yang terdapat pada HT :
a. Keterbatasan Tujuan
b. Membalik urutan sarana Rasulullah saw untuk mencapai pemerintahan
Fase terakhir dalam dakwah rasulullah saw untuk meraih pemerintahan islam yakni jihad, justru
menjadi yang pertama dan satu-satunya dalam HT.

2. Segi Pemikiran
HT tidak mempunya fase takwin, yaitu fase ketika rasulullah tinggal di Mekah selama 13 tahun
kemudian menghabskan sisa usianya d Madinah Al-Munawwarah. Tidak adanya fase ini dalam
strategi HT mengakibatkan munculnya pemmikiran yang menyimpang dari slam, bahkan sunnah
kauniyah dan tabiat manusia.
a. Status HT sebagai kutlah siyasiyah, bukanl kutlah akhlaqiyah, merupakan penyimpangan dari
ajaran Islam yang benar
b. Status HT sebagai kutlah siyasiyah, bukan kutlah ibadiyah dan amaliyah, merupakan
penyimpangan dar agama islam yang benar, bahkan melenceng dari agama.
c. Sikap HT yang tidak meyakini kecuali apa yang diterima oleh akal para tokohnya merupakan
tindakan yang mengabaikan sebagian besar hukum islam
d. Sikap HT menjauhi amar ma’ruf dan nahi munkar memberinya sebagian besar atribut Ban
Israel.
Hal-hal tersebut sangat penting dan perlu diperbaiki oleh para pimpinan HT agar manhaj HT sesuai
dengan islam, dan agar HT setelah dikoreksi menjadi gerakan Islam yang benar. Allah ta’ala adalah
dzat yang memberi petunjuk.

D. Jama’ah Tabligh
JT telah menetapkan 6 tujuan. Tujuan ini tetap utuh dar sejak berdiri hingga kini dan tidak
mengalami perubahan, bersifat mengikat bagi anggotanya, serta mengharuskan mereka berjalan
diatas jalurnya. Kami tidak tahu darimana para elite pimpinan JT mendapatkan batasan tersebut
dalam islam. Benar, bahwa masing-masing dari 6 tujuan ini memiliki dalil-dalil yang
menganjurkannya. Namun, pembatasan da’wah dalam bingkai 6 ajaran itu saja dan menjadikannya
sebaga agama keseluruhan adalah hal yang bertentangan dengan ajaran agama yang diturunkan
Page 16

untuk diterapkan dalam keseluruhan gerak hidup manusia pada setiap masa dan tempat.
Sedangkan sejumlah prinsip dan pemikiran yang dan pemikiran yang diadopsi JT bertentangan
secara nyata dengan Islam.
a. Upaya JT mewajibkan taklid kepada anggotanya bertentangan dengan ittiba’
b. Pengharaman ijtihad kepada anggota JT bertentangan engan hukuk agama
c. Menjadikan nah munkar sbaga hal yang dilarang dalam AD bertentangan dengan Al-Qur’an
dan Sunnah
d. Larangan mencari ilmu bagi anggota juga bertentangan dengan Islam
e. Larangan terjun ke dunia poltik dalam AD juga bertentangan dengan hukum dan kewajiban
agama. Sebab menegakkan khilah adalah persoalan politik

E. Kesimpulan
Tujuan, sasaran, ajaran, dan sarana tujuan telah ditegaskan oleh pembuat syari’at, dan telah
dijelaskan secara rnc pada Kitabullah dan Sunnah Rasulullah. Metode jama’ah yang mengambil
setengah-setengah ajaran Islam adalah tertolak. Dia harus memperbaiki m etodenya sesuai dengan
prinsip yang mencakup Islam dan keluasan ajarannya. Seperti firman Allah (QS. Al-Baqarah : 85-86)

F. Jama’ah Ikhwanul Muslimin (JIM)


1. JIM menjadikan al-Kitab, As-Sunnah dan salafu saleh sebagai rujukan utamanya
2. Dibandingkan jama’ah islam yang lan, JIM memiliki kelebhan karena memperjuangkan
seluruh ajaran islami.
3. JIM adalah jama’ah yang senantiasa berkembang dalam strategi amalyahnya
4. JIM adalah jama’ah yang dari tujuan-tujuannya tampak jelas keterkaitannya dengan islam.
5. Kendati JIM memiliki sifat terpuji, ia tetap merupakan sekumpulan orang yang tunduk, dalam
strategi dan itihadnya, kepada sifat manusia yang serba terbatas, lemah dan bisa salah. Dari
penjelasan JIM, kami memperoleh kesimpulan sebagai berikut :
a. JIM menetapkan fase konfrontasi dengan kebatilan sebelum menetapkan pilihan
belahan bumi tempat berpijak.
b. Terlalu percaya dan berprasangka bak kepada kepemmpinan lain yang ssemasa
dengannya

Anda mungkin juga menyukai