Anda di halaman 1dari 28

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga

makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan

banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan

memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk

maupun menambah isi makalah menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, saya yakin

masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat

mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi

kesempurnaan makalah ini.

Depok, 22 November 2015

Penulis,

I gusti agung ayu made dessy nataliasari

Daftar isi

- Kata Pengantar .................................................................................................................1

- Daftar Isi ........................................................................................................................ 2

- Bab I Pendahuluan ..3

Latar Belakang .........................................................................................3


Rumusan Masalah ...5
Tujuan Penulisan 6

- Bab II Isi ..7

Pengertian Tata Ruang Kota 7


Ilmu Yang Mempelajari Tata Ruang Kota .9
Fungsi Serta Manfaat Tata Ruang Kota .12
Masalah Tata Ruang Kota di Indonesia 13
Dampak Pembangunan terhadap Tata Ruang Kota 18
Solusi Perencanaan Tata Ruang Kota .24

- Bab III Penutup 31

Kesimpulan ..31
Saran 32

- Dokumentasi ..33

- Daftar Pustaka 34

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terdiri dari banyak pulau

yang dikelilingi oleh lautan yang tersebar dari Sabang sampai Merauke. Dengan

adanya wilayah yang begitu luas pastinya menjadikan wilayah Indonesia memiliki

banyak kota yang tersebar di masing-masing pulau, namun tata kota di Indonesia

masih harus mendapatkan penanganan yang serius karena belakangan ini surat

kabar atau pun media semakin sering memberitakan tentang banjir, kemacetan,

polusi udara, kemiskinan, dan tentang masyarakat ataupun lingkungan di wilayah

perkotaan seperti Jakarta, Surabaya, Bandung dan kota besar lainnya. Masalah

tersebut dampak dari perbuatan manusia sendiri yang bertindak tanpa


perencanaan atau tanpa pikir panjang dampak ke depannya pada masyarakat dan

lingkungan sekitarnya.

Selain itu berbagai masalah perkotaan timbul akibat perencanaan tata

ruang kota yang tidak jelas, serta inkonsistensi pembuat kebijakan dalam

melaksanakan perencanaan pembangunan. Jika dari manusianya sendiri saja

kurang kesadaran akan pentingnya perencanaa tata ruang kota bagaimana nasib

pembangunan Negara kedepannya. Padahal pemerintah atau pun pemda telah

membuat berbagai peraturan tertulis maupun himbauan kepada masyarakat

tentang aturan-aturan mengenai lingkungan dalam hidup bermasyarakat.

Salah satunya adalah tentang tata ruang wilayah perkotaan. Tetapi

kebijakan atau kesepakatan bersama tidak akan berguna jika tidak diimbangi

dengan konsistensi pelaksanaan secara berkelanjutan oleh para pelaku yang

seharusnya bisa membawa perubahan jika melaksanakan perannya dengan

maksimal. Seperti yang kita ketahui kepala daerah masih banyak yang belum

mengenal konsep pembangunan perkotaan yang berkelanjutan yang berwawasan

lingkungan dan mereka melakukan pembangunan daerahnya tanpa ada

perencanaan ke depannya padahal untuk menciptakan kota yang nyaman, penataan

kota harus direncanakan secara matang tidak asal, tetapi ini lah yang terjadi di

daerah-daerah yang ada di Indonesia.

Sebagian dari daerah yang ada di Indonesia sudah mulai memperhatikan

perencanaan tata ruang kota misalnya di Jawa Timur yang sudah memiliki

Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW), namun pelaksanaannya tidak sesuai dengan

yang telah ditetapkan pemerintah. Karena itu banyak pelanggaran-pelanggaran

yang dilakukan dan dibiarkan. Dapat dicontohkan masalah lumpur Lapindo yang

belum ada rencana pengganti ruangan yang telah rusak, seperti jalan akses ke
Surabaya maupun kota-kota lain, sehingga mengganggu ekonomi masyarakat.

Masalah lainnya berkaitan dengan pembangunan Jalan Lingkar Selatan (JLS) yang

tak kunjung selesai.

Seharusnya kita mencontoh Negara-negara maju seperti Belanda yang

membuat rencana tata ruang kota dengan matang hingga beratus-ratus tahun

tidak berubah, tetapi itu kembali lagi kepada kita yang melaksanakannya. Bukti

nyata dari masalah-masalah inkonsistensi pemerintah dalam penataan kota adalah

urbanisasi yang tidak terkontrol oleh pemerintah. Pemerintah terus melakukan

pembiaran yang akan berakibat anggapan bahwa jika pemerintah diam berarti

masyarakat berada di posisi yang benar. Selain masalah tersebut adalah masalah

transportasi yaitu semakin banyaknya masyarakat yang mempunyai kendaraan

bermotor pribadi.

Masalah-masalah tersebut menambah kacaunnya keadaan tata kota yang

dari infrastrukturnya masih belum baik. Dari pernyataan di atas pemerintah

memang mempunyai tanggung jawab besar terhadap masalah perencanaan tata

kota yang masih kacau tersebut. Karena akibat kurang matangnya perencanaan

tata ruang dan inkonsistensi pemerintah berdampak kurang terkendalinya

pergerakan masyarakat entah itu masalah urbanisasi, membludaknya kendaraan

bermotor pribadi atau dampak lain masalah tata kota. Tetapi di sini tidak hanya

menjadi masalah pemerintah tetapi sudah menjadi masalah kota tersebut

menyangkut semua yang ada di dalamnya termasuk penduduk yang bertempat

tinggal. Pemerintah hanyalah sebagai perwakilan yang masyarakat percaya

sebagai yang dituakan atau pemberi fasilitas dan pembangun situasi dan kondisi

di masyarakat. Sedang subyek yang sesungguhnya adalah masyarakat yang

bertempat tinggal. Oleh karena itu harus terjadi kerja sama yang baik antara

pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi masalah tersebut.


B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud dengan Tata Ruang Kota?
2. Bidang atau ilmu apa yang mempelajari Tata Ruang Kota?
3. Apa saja masalah tata ruang kota di Indonesia ?
4. Dampak apa saja yang di timbulkan jika Tata Ruang Kota tidak di laksanakan?
5. Bagaimana solusi mengenai hal tersebut?

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan makalah ini adalah :

1. Kita bisa mengetahui pengertian mengenai Tata Ruang Kota di Indonesia.


2. Kita bisa mengetahui bidang atau ilmu yang mempelajari tentang Tata Ruang Kota
3. Kita bisa mengetahui masalah Tata Ruang Kota di Indonesia.
4. Kita bisa mengetahui dampak yang ditimbulkan jika dalam suatu kota tidak

menggunakan Tata Ruang Kota secara baik.


5. Kita bisa mengetahui solusi yang bisa di lakukan untuk melaksanakan tata kota

tersebut.

BAB II
ISI

A. PENGERTIAN TATA RUANG KOTA


Ruang didefinisikan sebagai wadah yang meliputi ruang darat, ruang laut,

dan ruang udara, termasuk ruang di dalam bumi sebagai satu kesatuan wilayah,

tempat manusia dan makhluk lain hidup, melakukan kegiatan, dan memelihara

kelangsungan hidupnya. Tata Ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang.

Tata ruang atau dalam bahasa Inggrisnya Land use adalah wujud struktur ruang

dan pola ruang disusun secara nasional, regional dan lokal. Secara nasional

disebut Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional, yang dijabarkan ke dalam Rencana

Tata Ruang Wilayah Provinsi, dan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) tersebut
perlu dijabarkan ke dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Kota (RTRWK).

Peraturan Menteri Pekerjaan Umum (PerMen PU) No.17/PRT/M/2009 tentang

Pedoman Penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota merupakan tindak lanjut

dari pelaksanaan ketentuan Pasal 18 ayat (3) Undang-Undang Nomor 26 tahun

2007 tentang Penataan Ruang. Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RTRW

Kota adalah rencana tata ruang yang bersifat umum dari wilayah kota, yang

merupakan penjabaran dari RTRW provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan,

strategi penataan ruang wilayah kota, rencana struktur ruang wilayah kota,

rencana pola ruang wilayah kota, penetapan kawasan strategis kota, arahan

pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan pengendalian pemanfaatan ruang

wilayah kota. Adapun tujuan dari penataan ruang wilayah dan kota yang di

tetapkan oleh pemerintah daerah kota adalah arahan perwujudan visi dan misi

pembangunan jangka panjang kota pada aspek keruangan, yang pada dasarnya

mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional yang aman, nyaman, produktif,

dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan

Nasional. Selain dari pemerintah daerah, Tujuan penyusunan rencana tata ruang

menurut Buyung Azhari [1] adalah:

terselenggaranya pemanfaatan ruang yang berwawasan lingkungan

berlandaskan Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional;

terselenggaranya pengaturan pemanfaatan ruang kawasan lindung dan

kawasan budidaya;

tercapainya pemanfaatan ruang yang berkualitas untuk

o mewujudkan kehidupan bangsa yang cerdas, berbudi luhur, dan

sejahtera;
o mewujudkan keterpaduan dalam penggunaaan sumber daya alam dan

sumber daya buatan dengan memperhatikan sumber daya manusia;

o meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan sumber daya

buatan untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia;

o mewujudkan perlindungan fungsi ruang dan mencegah serta

menanggulangi dampak negatif terhadap lingkungan (contoh yang

paling sering kita alami adalah banjir, erosi dan sedimentasi); dan

o mewujudkan keseimbangan kepentingan kesejahteraan dan

keamanan

Tata ruang antara daerah perkotaan dan pedesaan pastilah berbeda, Tata

ruang perkotaan lebih kompleks dari tata ruang perdesaan, sehingga perlu lebih

diperhatikan dan direncanakan dengan baik. Kawasan/zona di wilayah perkotaan

dibagi dalam beberapa zona sebagai berikut:

1. Perumahan dan permukiman


2. Perdagangan dan jasa
3. Industri
4. Pendidikan
5. Perkantoran dan jasa
6. Terminal
7. Wisata dan taman rekreasi
8. Pertanian dan perkebunan
9. Tempat pemakaman umum
10. Tempat pembuangan sampah

B. ILMU YANG MEMPELAJARI TATA RUANG KOTA


Tata ruang kota pun tidak sembarangan di dalam menata suatu kota. Tata

ruang sendiri pun ada bidang ilmu yang mempelajari secara dalam bagaimana kota

tersebut akan di tata. Bidang ilmu itu sendiri adalah Planologi. Planologi berasal

dari kata plan artinya rencana. sehingga Planologi bermakna studi tentang
rencana. Orang yang profesional dalam bidang Planologi disebut Planolog, meski

saat ini lebih populer disebut Planner. Program studi Planologi lebih dikenal

dengan PWK (Perencanaan Kota dan Kota). Planologi memang sangat berhubungan

dengan tata kota, namun Planologi tidak hanya mengkaji dan mempelajari

masalaah penataan kota. Cangkupan tanggung jawab dari disiplin ilmu adalah mulai

dari menentukan penggunaan suatu lahan hingga menentukan kebijakan suatu

negara. Maka dari itu Planologi seringkali bersinggunan dengan permasalahan

sosial, ekonom, dan politik.

Secara garis besar Planologi atau Perencanaan Wilayah dan Kota adalah

suatu proses yang bersinambung yang mencakup keputusan-keputusan atau

pilihan-pilihan berbagai alternatif penggunaan sumber daya untuk mencapai

tujuan-tujuanpada masa yang kan datang. Dalam merencanakan suatu kota

ternyata banyak sekali yang harus di pertimbangkan oleh perencana misalnya

kondisi ekonomi, sosial, budaya suatu wilayah dan yang lain-lain.

Hasil dari Perencanaan Kota dan Wilayah tentunya ada berbagai tingkatan,

yaitu :

i. Rencana Tata Ruang Nasional.

ii. Rencana Tata Ruang Propinsi.

iii. Rencana Tata Ruang Kota dan Wilayah. (RTRW)

iv. Rencana Detail Tata Ruang (RDTR).

Berikutnya apabila kita ingin menjadi sarjana atau ahli di bidang Planologi

maka harus memiliki Kompetensi. Kompetensi umum yang harus dimiliki oleh

lulusan dibidang Planologi adalah :

a. Memahami yang dimaksud dengan Perencanaan Wilayah dan Kota.

b. Memahami bahwa masa depan dapat berorientasi utopian dan visionary, tetapi

juga mengerti bahwa rencana adalah suatu produk yang harus dilaksanakan.
c. Mampu menghasilkan produk yang berorientasi preskriptif, yaitu kemampuan

membuat intervensi bagi peningkatan kesejahteraan di masa depan

d. Memegang nilai-nilai kemanusiaan (humanity), membela kepentingan umum (public

interest), dan berlaku adil (justice) dan setara (equity) dalam mempraktekkan

ilmunya bagi kepentingan umum.

Menurut Conyer, 1984, definisi Perencanaan adalah proses kontinyu dalam

pengambilan keputusan atau pilihan mengenai bagaimana memanfaatkan sumber

daya yang ada semaksimal mungkin guna mencapai tujuan-tujuan tertentu di masa

depan.

Dari definisi tersebut maka di dalam perencanaan tentu terdapat elemen-

elemennya yaitu :

i. Merencana berarti memilih

ii. Perencanaan sebagai alat untuk mengalokasikan sumber daya

iii. Perencanaan sebagai alat untuk mencapai tujuan

iv. Perencanaan itu berorientasi ke depan.

Dalam hal ini, Perencana kota adalah bukan orang yang merancang suatu

kota, tetapi yang sebenarnya adalah hanya menyediakan suatu rencana

berdasarkan prinsip supply and demand yang akan digunakan untuk membuat

kota tersebut lebih maju dalam segala bidang.

Planologi dikategorikan sebagai engineer, karena planolog bertanggung

jawab untuk mengoptimasi setiap fungsi yang berhubungan dengan masyarakat.

Contohnya planolog harus mengambil keputusan yang tepat dalam penggunaan

suatu lahan, agar hasil yang didapat dari lahan tersebut maksimal tanpa harus

merugikan atau mengorbankan aspek lain. Sebagai engineer, planolog juga

diharuskan berfikir inovatif karena planolog bertanggung jawab untuk


mengeluarkan potensi suatu daerah, tanpa merusak ciri khas daerah tersebut.

Contohnya planolog dituntut untuk meningkatkan taraf hidup suatu desa tanpa

harus merubah desa tersebut menjadi sebuah kawasan industi perkotaan.

Seorang atau planner harus memiliki wawasan yang luas, baik itu sains

pasti maupun sains sosial. Hal ini dikarenakan seorang planolog harus bisa melihat

suatu permasalahan dari berbagai sisi, agar keputusan yang dibuat nanti tidak

merugikan atau bentrok pada salah satu aspek kehidupan. Permasalahan sampah

dan lingkungan merupakan bukti mudah bahwa seorang planolog memerlukan

wawasan sains yang luas untuk mengatasinya. Sense of beauty juga penting bagi

seorang planolog. keindahan suatu kawasan tidak hanya ditentukan dari

keindahan bangunan didalamnya, tapi juga peletakan dan asosiasi antar bangunan

dan kawasan. pengetahuan akan landscape akan sangat membantu planolog untuk

mengembangkan sisi pariwisata dan keindahan suatu kawasan.

C. FUNGSI SERTA MANFAAT TATA RUANG KOTA


Tata ruang kota juga pasti mempunyai fungsi tersendiri. Fungsi dari tata

ruang kota adalah sebagai berikut :

acuan dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD)

dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD);


acuan dalam pemanfaatan ruang/pengembangan wilayah provinsi;
acuan untuk mewujudkan keseimbangan pembangunan dalam wilayah provinsi;
acuan lokasi investasi dalam wilayah provinsi yang dilakukan pemerintah,

masyarakat, dan swasta;


pedoman untuk penyusunan rencana tata ruang kawasan strategis provinsi;
dasar pengendalian pemanfaatan ruang dalam penataan/pengembangan wilayah

provinsi yang meliputi indikasi arahan peraturan zonasi, arahan perizinan, arahan

insentif dan disinsentif, serta arahan sanksi; dan


acuan dalam administrasi pertanahan.

Selain mempunyai fungsi, tata ruang kota juga pasti memiliki manfaat.

Diantaranya:
o mewujudkan keterpaduan pembangunan dalam wilayah provinsi;
o mewujudkan keserasian pembangunan wilayah provinsi dengan wilayah sekitarnya;

dan
o menjamin terwujudnya tata ruang wilayah provinsi yang berkualitas.

D. MASALAH TATA RUANG KOTA DI INDONESIA


Akibat tumpang tindihnya berbagai kebijakan sektoral yang terkait

perencanaan ruang, konflik ruang di berbagai daerah berpotensi untuk tercipta.

Indonesia dalam beberapa tahun ke depan bisa masuk ke dalam perangkap negeri

tanpa perencanaan tata ruang. Saat ini, sudah ada UU No 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang, UU No 27 Tahun 2007 tentang Perencanaan Pesisir, UU

25 Tahun 2004 tentang Perencanaan Pembangunan Nasional, UU No 12 2008

(Perubahan kedua atas UU No 32 Tahun 2004), dan berbagai kebijakan sektoral

lainnya yang terkait dengan ruang.

Contoh kasus yang terjadi adalah pada perencanaan kawasan pesisir

terjadi tumpang tindih, irisan area yang menjadi subyek dari rencana tata ruang

wilayah, dan rencana pengelolaan kawasan pesisir. Konflik ini senada dengan

konflik tata ruang mengenai hutan di berbagai daerah. Akibatnya, sampai

sekarang ternyata penyusunan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Pemerintah

Provinsi/Kabupaten/Kota menjadi peraturan daerah (Perda) sangat lambat.

Menurut catatan Ditjen Penataan Ruang, Kementerian Pekerjaan Umum, baru 51

persen provinsi yang sudah memiliki Perda RTRW, 62,6 persen kabupaten yang

telah memiliki Perda RTRW dan 72 persen kota yang telah memiliki Perda RTRW.

Kondisi ini amat mengkhawatirkan karena bisa dipastikan, tidak ada kepastian

hukum dan ini jelas-jelas menghambat investasi.

Oleh karena itu, pemerintah dan Badan Koordinasi Penataan Ruang

Nasional (BKPRN) perlu segera mencari solusi konkret agar Indonesia terhindar
dari kondisi berjalan tanpa rencana tata ruang yang jelas. Beberapa tindakan

mendesak itu antara lain yakni mempercepat terbitnya dokumen peraturan

perundangan sebagai bentuk operasionalisasi Inpres No 8/2013 tentang

percepatan penyelesaian dan penyusunan perda RTRW.

Masalah tata ruang sendiri sebenarnya adalah problema klasik di

Indonesia. Indonesia saat ini dapat dikatakan dalam keadaan darurat tata ruang

sehingga berdampak kepada beragam hal seperti pemenuhan jumlah perumahan

yang dibutuhkan. Kondisi darurat tata ruang itu perlu diperhatikan karena hal

tersebut dinilai merupakan basis dari semua pembangunan termasuk sektor

properti atau perumahan. Pemerintah saat ini tidak pernah bisa menyediakan

lahan yang dibutuhkan guna membangun berbagai basis perumahan seperti rumah

susun khususnya untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

Saat ini jenis perumahan yang paling pas untuk dibangun adalah rumah

susun di tengah kota yang mampu mendekatkan kaum pekerja dengan tempat

kerja. Selain itu, kedekatan antara rumah seseorang dengan tempat kerja

mereka juga dinilai dapat menghemat BBM yang digunakan karena kedekatan

antara kedua lokasi tersebut. Masalah lain yang timbul akibat kesalahan dalam

hal tata ruang adalah munculnya musibah seperti banjir. Contohnya, dalam

perencanaan pada zaman penjajahan Belanda, Jakarta memiliki sekitar 300

waduk. Namun kini waduk yang tersisa tinggal 30. Selain itu, hutan bakau serta

ruang terbuka hijau yang dulu banyak dimiliki Jakarta kini sudah beralih menjadi

perumahan, pusat perbelanjaan, hingga properti lainnya.

Selain itu, persoalan kemacetan lalu lintas di kota Jakarta tidak terlepas

dari kondisi dan perkembangan tata ruang wilayah Provinsi DKI Jakarta kota ini.

Transportasi dan tata ruang merupakan dua aspek yang saling mempengaruhi satu
sama lain, karena transportasi dalam hal ini lalu lintas atau traffic merupakan

fungsi dari tata guna lahan. Inventarisasi dan harmonisasi muatan materi

kebijakan/peraturan terkait aspek transportasi dan tata ruang.

Atas dasar itu perlu dilakukan inventarisasi materi kebijakan atau

peraturan perundang-undangan dari kedua aspek tersebut yang saling terkait.

Perlu didiskusi tentang arah untuk mengidentifikasi materi muatan dalam

Rancangan Peraturan Daerah tentang Rencana Tata Ruang Wilayah DKI Jakarta

2030 sebagai revisi Perda No. 6 Tahun 1999 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah (RTRW) Provinsi DKI Jakarta. Sehingga untuk kebutuhan tersebut,

sebelumnya juga perlu mengidentifikasi materi muatan Undang-Undang Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Undang-Undang Nomor

26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, dan Rancangan Peraturan Daerah

tentang RTRW DKI Jakarta 2030.

Hasil inventarisasi menunjukkan bahwa UU No. 22 Tahun 2009

mengamanatkan perlu ada keterpaduan antara rencana jaringan lalu lintas dan

angkutan jalan terhadap rencana tata ruang wilayah. Walaupun tidak secara

eksplisit menyatakan tentang keterpaduan antara kedua aspek tersebut, namun

UU No. 26 Tahun 2007 mengamanatkan muatan rencana tata ruang memuat

rencana jaringan sistem prasarana termasuk sistem jaringan transportasi.

Raperda RTRW 2030 memuat tentang sistem dan jaringan transportasi

pada Pasal 17 hingga Pasal 37. Muatan materi yang perlu mendapat perhatian

secara khusus adalah sistem pusat kegiatan yang direncanakan pada Pasal 16.

Perlu dipertimbangkan oleh pemrakarsa Raperda (Bappeda Provinsi DKI Jakarta):

apakah sistem dan jaringan transportasi yang diuraikan pada Pasal 17 mampu

mewadahi kebutuhan mobilitas akibat pengembangan sistem pusat kegiatan


sebagaimana dijabarkan pada Pasal 16. Di mana arahan pengembangan sistem dan

jaringan transportasi dimaksud raperda tersebut secara garis besar telah diatur

dalam Peraturan Daerah No. 12 Tahun 2003 tentang Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan, Kereta Api, Sungai, dan Danau.

Kondisi empiris menunjukkan bahwa bangkitan lalu lintas akibat

perkembangan tata guna lahan (Tata Ruang DKI Jakarta dipayungi Perda No. 9

Tahun 1999) tidak mampu diwadahi/dilayani oleh pertumbuhan jaringan

transportasi (Lalu Lintas dan Angkutan Jalan di DKI Jakarta dipayungi Perda No.

12 Tahun 2003). Komisi Hukum dan Humas menyarankan agar materi muatan

Raperda RTRW 2030 perlu ditinjau kembali terutama konsekuensi rencana

sistem pusat kegiatan terhadap rencana sistem dan jaringan transportasi. Atau

masalah bangkitan lalu lintas terhadap daya dukung sarana dan prasarana

transportasi kota.

Pembenahan transportasi kota Jakarta harus diikuti pembenahan

mendasar masalah Tata Ruang Wilayah Provinsi DKI Jakarta. Penataan ruang

Provinsi DKI Jakarta harus memprioritaskan kepentingan Provinsi DKI Jakarta

sebagai Ibukota NKRI. Pembiasan dan penyimpangan tata ruang yang telah

terjadi dan mengganggu eksistensi Kota Jakarta sebagai Ibukota NKRI harus

dibenahi. Fungsi Kota Jakarta sebagai Pusat Pemerintahan Negara harus

diprioritaskan. Perubahan (revisi) mendasar tata ruang Ibukota Negara harus

segera dilakukan untuk mencegah terjadinya kegagalan sistem sebuah Ibukota

Negara sehingga diperlukan pemindahan Ibukota Negara yang tentu berimplikasi

terhadap banyak hal.


Didasari pemahaman bahwa akar masalah kemacetan lalu lintas DKI

Jakarta berpangkal dari masalah penataan ruang yang diikuti berbagai masalah

lanjutan transportasi, maka Komisi Hukum dan Humas merekomendasikan bahwa

DTKJ perlu memberi masukan baik secara lisan maupun tertulis terhadap

Raperda Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) DKI Jakarta 2010-2030.

E. DAMPAK PEMBANGUNAN TERHADAP TATA RUANG KOTA


Kebijakan nasional penataan ruang secara formal ditetapkan bersamaan

dengan diundangkannya undang-undang nomor 24 tahun 1992 tentang penataan

ruang [uu 24/1992], yang kemudian diperbaharui dengan undang-undang nomor

26 tahun 2007 [uu 26/2007]. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mewujudkan

kualitas tata ruang nasional yang semakin baik, yang oleh undang-undang

dinyatakan dengan kriteria aman, nyaman, produktif dan berkelanjutan. Namun,

setelah lebih dari 25 tahun diberlakukannya kebijakan tersebut, kualitas tata

ruang masih belum memenuhi harapan. Bahkan cenderung sebaliknya, justru yang

belakangan ini sedang berlangsung adalah indikasi dengan penurunan kualitas dan

daya dukung lingkungan. Pencemaran dan kerusakan lingkungan bahkan makin

terlihat secara kasat mata baik di kawasan perkotaan maupun di kawasan

perdesaan.

Dengan diberlakukannya kebijakan nasional penataan ruang tersebut, maka

tidak ada lagi tata ruang wilayah yang tidak direncanakan. Tata ruang menjadi

produk dari rangkaian proses perencanaan tata ruang, pemanfaatan ruang dan

pengendalian pemanfaatan ruang. Oleh karena itu, penegasan sanksi atas

pelanggaran tata ruang sebagaimana diatur dalam UU 26/2007 menuntut proses

perencanaan tata ruang harus diselenggarakan dengan baik agar penyimpangan


pemanfaatan ruang bukan disebabkan oleh rendahnya kualitas rencana tata ruang

wilayah.

Peningkatan aktivitas pembangunan membutuhkan ruang yang semakin

besar dan dapat berimplikasi pada perubahan fungsi lahan/kawasan secara

signifikan. Euphoria otonomi daerah yang lebih berorientasi pada peningkatan

pendapatan asli daerah (PAD) juga memotivasi pertumbuhan penyediaan sarana

dan prasarana di daerah, yang faktanya menyebabkan peningkatan pengalihan

fungsi ruang dan kawasan dalam jangka panjang. Di antara kenyataan perubahan

lahan dapat ditemui pada pembangunan kawasan perkotaan yang membutuhkan

ruang yang besar untuk menyediakan lahan untuk sarana dan prasarana

permukiman, perkantoran, perindustrian, pusat-pusat perdagangan (central

business district, CBD) dan sebagainya. Demikian halnya pada pola perubahan

kawasan seperti kawasan hutan menjadi lahan pertanian atau perkebunan, yang

menyebabkan penurunan fungsi hutan sebagai kawasan penyangga, pemelihara

tata air, pengendali perubahan iklim mikro dan sebagainya. Perubahan fungsi

ruang kawasan meyebabkan menurunnya kualitas lingkungan, seperti terjadinya

pencemaran, kemacetan, hilangnya ruang publik dan ruang terbuka hijau, serta

terjadinya berbagai bencana alam seperti banjir, longsor, kekeringan dan

sebagainya. Pemanfaatan sumberdaya ruang juga dapat memicu perbedaan

persepsi dan persengketaan tentang ruang, seperti munculnya kasus-kasus

persengketaan batas wilayah pada berbagai daerah dan juga internasional. Hal

tersebut seolah-olah menunjukkan adanya trede off antara perkembangan

ekonomi dengan kelestarian lingkungan.

Permasalahan konflik antara perkembangan ekonomi dengan kelestarian

lingkungan semakin jelas terlihat dewasa ini pada hal dalam penataan ruang

kebijakan-kebijakan telah mengakomodasi prinsip-prinsip utama menuju


pembangunan berkelanjutan (sustainable development) seperti prinsip-prinsip

keterpaduan, keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup. Pada makalah ini

akan dijelaskan mengenai permasalahan- permasalahan dalam penataan ruang dan

solusi-solusi yang dapat digunakan untuk melakukan harmonisasi pemanfaatan

sumber daya alam, lahan dan perkembangan aspek sosial-ekonomi dalam penataan

ruang. Pada dasarnya pengembangan wilayah adalah usaha pembangunan daerah

yang memperhitungkan keterpaduan program sektoral seperti pertanian,

pertambangan, aspirasi masyarakat dan potensi loin dengan memperhatikan

kondisi lingkungan. Pembangunan industri dasar berorientasi pada lokasi

tersedianya sumber pembangunan lain. Pada umumnya lokasi industri dasar belum

tersentuh pembangunan, baik dalam arti kualitatif maupun kuantitatif bahkan

masih bersifat alami. Adanya pembangunan industri ini akan mengakibatkan

perubahan lingkungan seperti berkembangnya jaringan infra struktur dan akan

menumbuhkan kegiatan lain untuk menunjang kegiatan yang ada.

Pembangunan di satu pihak menunjukkan dampak positif terhadap

lingkungan dan masyarakat seperti tersedianya jaringan jalan, telekomunikasi,

listrik, air, kesempatan kerja serta produknya sendiri memberi manfaat bagi

masyarakat luas dan juga meningkatkan pendapatan bagi langsung dapat

menikmati sebagian dari hasil pembangunannya. Di pihak lain apabila

pembangunan ini tidak diarahkan akan menimbulkan berbagai masalah seperti

konflik kepentingan, pencemaran lingkungan, kerusakan, pengurasan sumberdaya

alam, masyarakat konsumtif serta dampak sosial lainnya yang pada dasarnya

merugikan masyarakat.

Pembangunan industri pada gilirannya membentuk suatu lingkungan

kehidupan zona industri. Dalam zona industri kehidupan masyarakat makin

berkembang; zona industri secara bertahap dilengkapi pembangunan sektor


ekonomi lain seperti peternakan, perikanan, home industry, dan pertanian

sehingga diperlukan rencana pembangunan wilayah berdasarkan konsep tata

ruang.

Tujuan rencana tata ruang ini untuk meningkatkan asas manfaat berbagai

sumberdaya yang ada dalam lingkungan seperti meningkatkan fungsi perlindungan

terhadap tanah, hutan, air, flora, fungsi industri, fungsi pertanian, fungsi

pemukiman dan fungsi lain. Peningkatan fungsi setiap unsur dalam lingkungan

artinya meningkatkan dampak positif semaksimum mungkin sedangkan dampak

negatif harus ditekan sekecil mungkin. Konsepsi pembangunan wilayah dengan

dasar tata ruang sangat dibutuhkan dalam upaya pembangunan industri

berwawasan lingkungan.

Secara umum, kegiatan eksploitasi dan pemakaian sumber energi dari alam untuk

memenuhi kebutuhan manusia akan selalu menimbulkan dampak negatif terhadap

lingkungan (misalnya udara dan iklim, air dan tanah). Berikut ini disajikan

beberapa dampak negatif penggunaan energi fosil terhadap manusia dan

lingkungan:
a. Dampak Terhadap Udara dan Iklim
Selain menghasilkan energi, pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak

bumi, batu bara) juga melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2),

nitrogen oksida (NOx),dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan pencemaran

udara (hujan asam, smog dan pemanasan global). Emisi NOx (Nitrogen oksida)

adalah pelepasan gas NOx ke udara. Di udara, setengah dari konsentrasi NOx

berasal dari kegiatan manusia (misalnya pembakaran bahan bakar fosil untuk

pembangkit listrik dan transportasi), dan sisanya berasal dari proses alami

(misalnya kegiatan mikroorganisme yang mengurai zat organik). Emisi SO2

(Sulfur dioksida) adalah pelepasan gas SO2 ke udara yang berasal dari

pembakaran bahan bakar fosil dan peleburan logam.


Emisi CO2 adalah pemancaran atau pelepasan gas karbon dioksida (CO2) ke

udara. Emisi CO2 tersebut menyebabkan kadar gas rumah kaca di atmosfer

meningkat, sehingga terjadi peningkatan efek rumah kaca dan pemanasan global.

CO2 tersebut menyerap sinar matahari (radiasi inframerah) yang dipantulkan

oleh bumi sehingga suhu atmosfer menjadi naik. Hal tersebut dapat

mengakibatkan perubahan iklim dan kenaikan permukaan air laut. Emisi CH4

(metana) adalah pelepasan gas CH4 ke udara yang berasal, antara lain, dari gas

bumi yang tidak dibakar, karena unsur utama dari gas bumi adalah gas metana.

Metana merupakan salah satu gas rumah kaca yang menyebabkan pemasanan

global.

Batu bara selain menghasilkan pencemaran (SO2) yang paling tinggi, juga

menghasilkan karbon dioksida terbanyak per satuan energi. Membakar 1 ton batu

bara menghasilkan sekitar 2,5 ton karbon dioksida. Untuk mendapatkan jumlah

energi yang sama, jumlah karbon dioksida yang dilepas oleh minyak akan mencapai

2 ton sedangkan dari gas bumi hanya 1,5 ton.

b. Dampak Terhadap Perairan


Eksploitasi minyak bumi, khususnya cara penampungan dan pengangkutan minyak

bumi yang tidak layak, misalnya: bocornya tangker minyak atau kecelakaan lain

akan mengakibatkan tumpahnya minyak (ke laut, sungai atau air tanah) dapat

menyebabkan pencemaran perairan. Pada dasarnya pencemaran tersebut

disebabkan oleh kesalahan manusia.

c. Dampak Terhadap Tanah


Dampak penggunaan energi terhadap tanah dapat diketahui, misalnya dari

pertambangan batu bara. Masalah yang berkaitan dengan lapisan tanah muncul

terutama dalam pertambangan terbuka (Open Pit Mining). Pertambangan ini

memerlukan lahan yang sangat luas. Perlu diketahui bahwa lapisan batu bara

terdapat di tanah yang subur, sehingga bila tanah tersebut digunakan untuk
pertambangan batu bara maka lahan tersebut tidak dapat dimanfaatkan untuk

pertanian atau hutan selama waktu tertentu.

Ada dua definisi KLHS yang lazim diterapkan, yaitu definisi yang menekankan

pada pendekatan telaah dampak lingkungan (EIA-driven) dan pendekatan

keberlanjutan (sustainability-driven). Pada definisi pertama, KLHS berfungsi

untuk menelaah efek dan/atau dampak lingkungan dari suatu kebijakan, rencana

atau program pembangunan. Sedangkan definisi kedua, menekankan pada

keberlanjutan pembangunan dan pengelolaan sumberdaya.

F. SOLUSI PERENCANAAN TATA RUANG KOTA


Perencanaan Tata Ruang dilakukan guna menentukan arah pengembangan

yang akan dicapai dilihat dari segi ekonomi, sosial, budaya, daya dukung dan daya

tamping lingkungan, serta fungsi pertahanan keamanan; mengidentifikasi

berbagai potensi dan masalah pembangunan dalam suatu wilayah perencanaan;

perumusan perencanaan tata ruang, dan penetapan rencana tata ruang.

Menurut Budihardjo, penyusunan rencana tata ruang harus dilandasi

pemikiran perspektif menuju keadaan pada masa depan yang didambakan,

bertitik tolak dari data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknlogi yang dapat

dipakai, serta memperhatikan keragaman wawasan kegiatan tiap sektor.

Perencanaan kota adalah kegiatan penyusunan dan peninjauan kembali

rencana-rencana kota. Sedangkan rencana kota merupakan rencana yang disusun

dalam rangka pengaturan pemanfaatan ruang kota yang terdiri atas Rencana

Umum Tata Ruang Kota (RUTRK), Rencana Detail Tata Ruang Kota (RDTRK) dan

Rencana Teknik Ruang Kota (RTRK).

Dalam pelaksanaan pembangunan di daerah kota diperlukan rencana tata

ruang yang menjadi pedoman bagi pemerintah daerah untuk menetapkan lokasi

kegiatan dan pembangunan dalam memanfaatkan ruang. Pedoman tersebut


digunakan pula dalam penyusunan program pembangunan yang berkaitan dengan

pemanfaatan ruang di daerah tersebut dan sekaligus menjadi dasar dalam

pemberian rekomendasi pengarahan pemanfaatan ruang, sehingga sesuai dengan

rencana tata ruang kota yang sudah ditetapkan.

Perencanaan tata ruang dan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan

dua sisi dari suatu mata uang. Pengendalian pemanfaatan tata ruang akan

berlangsung secara efektif dan efisien bilamana telah didahului dengan

perencanaan tata ruang yang valid dan berkualitas. Sebaliknya rencana tata

ruang yang tidak dipersiapkan dengan mantap akan membuka peluang terjadinya

penyimpangan fungsi ruang secara efektif dan efisien dan pada akhirnya akan

menyulitkan tercapainya tertib ruang sebagaimana telah ditetapkan dalam

rencana tata ruang.


Lebih lanjut disebutkan bahwa pada kenyataan banyak campur tangan pemerintah

dalam pembangunan kota justru tidak tepat dan tidak memuaskan. Bahkan dapat

diperkirakan bahwa sebab utama kegagalan pengendalian pemanfaatan ruang

adalah karena tidak adanya kurangnya kemampuan politik yang kuat dan dukungan

masyarakat yang memadai.

Rencana Tata Ruang Wilayah selanjutnya dapat disingkat RTRW

merupakan hasil perencanaan pembangunan yang telah ditetapkan di peringkat

Kota. Kawasan adalah ruang yang merupakan kesatuan geografis beserta segenap

unsur terkait padanya yang batas dan sistemnya ditentukan berdasarkan aspek

fungsional serta memiliki ciri tertentu. Kawasan Lindung adalah kawasan yang

ditetapkan dengan fungsi utama melindungi kelestarian lingkungan hidup yang

mencakup sumber daya alam dan sumber daya buatan. Kawasan Budi Daya adalah

kawasan yang ditetapkan dengan fungsi utama untuk dibudidayakan atas dasar

kondisi dan potensi sumber daya alam, sumber daya manusia dan sumber daya

buatan.
Kawasan Hijau adalah ruang terbuka hijau yang terdiri dari kawasan hijau

lindung dan hijau binaan Kawasan Hijau Lindung adalah bagian dari kawasan hijau

yang memiliki karakteristik alamiah yang perlu dilestarikan untuk tujuan

perlindungan habitat setempat maupun untuk tujuan perlindungan wilayah yang

lebih luas. Kawasan Hijau Binaan adalah bagian dari kawasan hijau di luar

kawasan hijau lindung untuk tujuan penghijauan yang dibina melalui penanaman,

pengembangan, pemeliharaan maupun pemulihan vegetasi yang diperlukan dan

didukung fasilitasnya yang diperlukan baik untuk sarana ekologis maupun sarana

sosial Kota yang dapat didukung fasilitas sesuai keperluan untuk fungsi

penghijauan tersebut yang diatur dalam Pasal 15 Perda No. 6 Tahun 2006 yang

terdiri dari 13 ayat dan Pasal 49 sampai Pasal 50 yang mengatur mengenai

rencana pengembangan kawasan hijau di Kota Makassar.

Kawasan Tangkapan Air adalah kawasan atau areal yang mempunyai

pengaruh secara alamiah atau binaan terhadap keberlangsungan badan air seperti

waduk, situ, sungai, kanal, pengolahan air limbah dan lain-lain, hal ini diatur dalam

Pasal 44 Perda Nomor 6 Tahun 2006. Kemudian Pasal 51 dan 52 mengatur

tentang Kawasan Permukiman adalah kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan

bagi pengembangan permukiman atau tempat tinggal/hunian beserta prasarana

dan sarana. Dalam Pasal 53 diatur tentang Kawasan Bangunan Umum adalah

kawasan yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pengembangan perkantoran,

perdagangan, jasa, pemerintahan dan fasilitas umum/fasilitas sosial beserta

fasilitas penunjangnya dengan Koefisien Dasar Bangunan lebih besar dari 20%

(dua puluh persen).

Kawasan Bangunan Umum Koefisien Dasar Bangunan Rendah (KDB) adalah

kawasan yang secara keseluruhan Koefisien Dasar Bangunannya maksimum 20%

(dua puluh persen) diatur dalam Pasal diatur dalam Pasal 54. Kawasan Pusat Kota

adalah KT yang tumbuh sebagai pusat Kota dengan percampuran berbagai


kegiatan, memiliki fungsi strategis dalam peruntukannya. Kawasan Permukiman

Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan bagi pemusatan dan

pengembangan permukiman atau tempat tinggal/hunian beserta prasarana dan

sarana lingkungannya yang terstruktur secara terpadu; Kawasan Pelabuhan

Terpadu adalah KT yang diarahkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat

dalam satu sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan

kegiatan yang lengkap berkaitan dengan aktivitas kepelabuhanan dan segala

persyaratannya. Pasal 57 ayat 4 mengatur Kawasan Bandara Terpadu KT yang

dan diperuntukkan sebagai kawasan yang memberi dukungan kuat dalam satu

sistem ruang yang bersinergi terhadap berbagai kepentingan dan kegiatan yang

lengkap berkaitan dengan aktivitas bandara dan segala persyaratannya. Kawasan

Maritim Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan

dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan kemaritiman yang

dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling

bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid hal ini diatur dalam Pasal 57 ayat 5

Perda No.6 Tahun 2005.

Kawasan Industri Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan

sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan

industri yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang

saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid yang diatur dalam Pasal 57

ayat 6 Perda No.6 Tahun 2006.Pasal 57 ayat 7 mengatur mengenai Kawasan

Pergudangan Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan sebagai

kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan pergudangan

yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling

bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Selanjutnya Pasal 57 ayat 8 diatur

akan
Kawasan Pendidikan Tinggi Terpadu adalah KT yang diarahkan dan

diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai

kegiatan pendidikan tinggi yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang

yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid. Dalam

Pasal 57 ayat 9 mengatur . Kawasan Penelitian Terpadu adalah yang diarahkan

diperuntukkan sebagai kawasan dengan dan pengembangan berbagai kegiatan

yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang saling

bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

Kawasan Budaya Terpadu adalah KT yang diarahkan dan diperuntukkan

sebagai dengan pemusatan dan pengembangan berbagai kegiatan budaya yang

dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang lengkap yang bersinergi

dalam satu sistem ruang yang solid. Kawasan Olahraga Terpadu adalah KT yang

diarahkan dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan

pengembangan berbagai kegiatan olahraga yang dilengkapi dengan kegiatan-

kegiatan penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang

yang solid dan diatur dalam Pasal 57 ayat 11 Perda No. 6 Tahun 2006.

Pada Pasal 57 ayat 12 dan 13 Perda No. 6 Tahun 2006 diatur akan

Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu Adalah KT yang diarahkan dan

diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai

kegiatan bisnis dan pariwisata yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan

penunjang . Kawasan Bisnis dan Pariwisata Terpadu adalah KT yang diarahkan

dan diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan

berbagai kegiatan bisnis dan pariwisata yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan

penunjang yang lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang

solid. Kawasan Bisnis Global Terpadu adalah KT yang diarahkan dan

diperuntukkan sebagai kawasan dengan pemusatan dan pengembangan berbagai


kegiatan bisnis global yang dilengkapi dengan kegiatan-kegiatan penunjang yang

lengkap yang saling bersinergi dalam satu sistem ruang yang solid.

Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan

baku, barang setengah jadi dan atau barang jadi menjadi barang dengan nilai

yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan

perekayasaan industri; Industri selektif adalah kegiatan industri yang kriteria

pemilihannya disesuaikan dengan kondisi Makassar sebagai Kota Maritim, Niaga,

Pendidikan Budaya dan Jasa, yakni industri yang hemat lahan, hemat air, tidak

berpolusi, dan menggunakan teknologi tinggi. Tujuan adalah Nilai-nilai dan kinerja

yang mesti dicapai dalam pembangunan Wilayah Kota berkaitan dalam kerangka

visi dan misi yang telah ditetapkan. Strategi Pengembangan adalah Langkah-

langkah penataan ruang dan pengelolaan Kota yang perlu dilakukan untuk

mencapai visi dan misi pembangunan Wilayah Kota yang telah ditetapkan.

Ruang Terbuka Hijau yang diatur dalam Pasal 15 Perda No. 6 Tahun 2006

selanjutnya dapat disebut RTH adalah Kawasan atau areal permukaan tanah yang

didominasi oleh tumbuhan yang dibina untuk fungsi perlindungan habitat

tertentu, dan atau sarana Kota/lingkungan, dan atau pengaman jaringan

prasarana, dan atau budidaya pertanian. Sedangkan rencana struktur

pemanfaatan ruang wilayah kota menurut peraturan daerah nomor 6 tahun 2006

Pasal 13 dijabarkan kedalam struktur pemanfaatan ruang kota meliputi : 1.

Rencana persebaran penduduk; 2. Rencana pengembangan kawasan hijau; 3.

Rencana pengembangan kawasan permukiman; 4. Rencana pengembangan kawasan

bangunan umum; 5. Rencana pengembangan kawasan industri; 6. Rencana

pengembangan kawasan pergudangan; 7. Rencana pengembangan sistem pusat

kegiatan; 8. Rencana pengembangan sistem prasarana; 9. Rencana intensitas

ruang.
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

Rencana Tata Ruang Wilayah Kota atau RTRW Kota adalah rencana tata ruang

yang bersifat umum dari wilayah kota, yang merupakan penjabaran dari RTRW

provinsi, dan yang berisi tujuan, kebijakan, strategi penataan ruang wilayah kota,

rencana struktur ruang wilayah kota, rencana pola ruang wilayah kota, penetapan

kawasan strategis kota, arahan pemanfaatan ruang wilayah kota, dan ketentuan

pengendalian pemanfaatan ruang wilayah kota. Adapun tujuan dari penataan

ruang wilayah dan kota yang di tetapkan oleh pemerintah daerah kota adalah

arahan perwujudan visi dan misi pembangunan jangka panjang kota pada aspek

keruangan, yang pada dasarnya mendukung terwujudnya ruang wilayah nasional

yang aman, nyaman, produktif, dan berkelanjutan berlandaskan Wawasan

Nusantara dan Ketahanan Nasional.

Planologi berasal dari kata plan artinya rencana. sehingga Planologi bermakna

studi tentang rencana. Orang yang profesional dalam bidang Planologi disebut

Planolog, meski saat ini lebih populer disebut Planner. Program studi Planologi

lebih dikenal dengan PWK (Perencanaan Kota dan Kota). Planologi memang sangat

berhubungan dengan tata kota, namun Planologi tidak hanya mengkaji dan

mempelajari masalaah penataan kota. Cangkupan tanggung jawab dari disiplin ilmu

adalah mulai dari menentukan penggunaan suatu lahan hingga menentukan

kebijakan suatu negara. Maka dari itu Planologi seringkali bersinggunan dengan

permasalahan sosial, ekonom, dan politik.

Jadi kesimpulannya, tata ruang di Indonesia masih kurang baik karena masih

banyak masalah yang ditimbulkan karena tata ruang yang salah. Dampaknya pun
sangat luas, sampai-sampai bias mengakibatkan bencana. Seperti contohnya

banjir dll. Kesalahan tata ruang lingkungan dapat menimbulkan dampak pada

udara dan iklim, perairan, lahan dan lain-lain.

B. SARAN
Pemerintah seharusnya lebih peduli terhadap permasalahan tata ruang
kota di Indonesia, karena sudah banyak yang ditimbulkan masalahnya. Jika di
biarkan saja mungkin kedepannya bisa sangat fatal, karena Negara Indonesia
merupakan Negara yang sedang berkembang. Perindustrian dan pembangunan pun
sedang gencar-gencarnya di buat. Maka dari itu harus ada peraturan yang di buat
secara tegas agar tata ruang kota ini bisa terlaksana secara lancar. Jika tidak
ada tata ruang kota di Negara ini maka pembangunan pun tidak ada aturannya,
sehingga bisa menimbulkan banyak dampak yang negatif seperti yang sudah
disebutkan di atas tadi.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.mongabay.co.id/sistem-perencanaan-tata-ruang-di-indonesia/
aguseka1991.blogspot.co.id/2012/12/permasalahan-tata-ruang-kota-di.html
http://economy.okezone.com/read/2014/09/13/471/1038533/5-tantangan-
permasalahan-tata-ruang-di-indonesia
http://www.penataanruang.com/istilah-dan-definisi.html
http://ariefachmads.blogspot.co.id/2012/03/what-is-planologi-atau-
perencanaan.html
http://www.penataanruang.com/fungsi-dan-manfaat2.html
https://id.wikipedia.org/wiki/Rencana_Tata_Ruang_Wilayah_Kota
http://beritadaerah.co.id/2013/11/07/infrastruktur-indonesia-dihadapkan-
masalah-tata-ruang/
https://id.wikibooks.org/wiki/Pembenahan_Transportasi_Jakarta/Tata_Ruang
http://metro.tempo.co/read/news/2014/01/21/214547069/seberapa-besar-
pengaruh-tata-ruang-pada-banjir
http://metro.tempo.co/read/news/2013/01/31/083458088/benahi-tata-ruang-
solusi-jitu-masalah-ibu-kota
http://www.republika.co.id/berita/nasional/jabodetabek-
nasional/14/02/01/n0atbl-perbaikan-tata-ruang-solusi-atasi-banjir

Anda mungkin juga menyukai