DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
NAMA
1. Alamsyah
2.
3.
4.
5.
NIM
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2016
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pelaksanaan Kerja Praktek ini.
Kerja Praktek ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib ditempuh
di Departemen Elektro Politeknik Negeri Bandung. Laporan Kerja Praktek ini
disusun sebagai pelengkap kerja praktek yang telah dilaksanakan lebih kurang 1
bulan di PT Astra Jaya Indonesia khususnya di divisi Telekomunikasi.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.
Terimakasih.
Mataram, Desember 2016
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.......................................................................................
KATA PENGANTAR......................................................................................
ii
DAFTAR ISI....................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.
Latar Belakang............................................................................................
Deskripsi Objek Penelitian.........................................................................
Metode Penelitian.......................................................................................
Tujuan Penelitian........................................................................................
1
1
2
3
BAB II PEMBAHASAN
A. Letak Geografis dan Aksebilitas Wilayah.............................................
B. Hasil Observasi dan Penelitian Lapangan............................................
1. Sejarah Dusun Sade........................................................................
2. Seni dan Budaya.............................................................................
3. Kepercayaan Dusun Sade...............................................................
4. Artefak............................................................................................
4
4
4
6
14
15
21
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Antropologi budaya sebagai sebuah cabang ilmu sosial memiliki lahan
kajian yang cukup luas, terutama di bidang kebudayaan manusia. Untuk
mengetahui bagaimana suatu kebudayaan itu berkembang dan mempengaruhi
kehidupan manusia. Tentu saja kajian seperti itu tidak dapat dilakukan di
bangku kuliah, sebuah kajian intensif di lapangan diperlukan untuk menguji
semua teori-teori yang ada.
Laporan ini bermaksud untuk menjabarkan sebuah hasil penelitian
kami di dalam sebuah karya tulis. Laporan ini mengangkat aspek-aspek yang
berhubungan
dengan
kehidupan
manusia
dan
semua
aspek
yang
Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat - NTB. Jika anda
ingin berkunjung atau menuju Pantai Kuta Lombok, maka anda akan
melewati dan akan melihat Dusun Sade Lombok ini, karena Dusun Sade ini
letaknya berada di pinggir jalan. Dusun Sade atau Sade Village ini adalah
merupakan salah satu Desa Tradisional Sasak (suku asli Pulau Lombok) atau
sebuah perkampungan suku Sasak asli yang masih mencoba mempertahankan
dan menjaga keaslian sisa-sisa kebudayaan Sasak lama sejak zaman
pemerintahan Kerajaan Pejanggik di Praya, Kabupaten Lombok Tengah
sampai sekarang. Masyarakat yang tinggal di Dusun Sade Lombok ini adalah
suku Sasak dengan sistim sosial dan kehidupan keseharian mereka yang
masih sangat kental dan memegang teguh adat tradisi Sasak tempo dulu.
Bahkan arsitektur rumah adat khas Sasak juga masih bisa anda lihat berdiri
kokoh dan terawat dengan baik.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan ialah metode observasi partisipan
dengan teknik wawancara, dengan berlandaskan pada questioner yang telah
ditentukan sebelumnya oleh dosen pembimbing. Dengan mengambil informasi
secara acak dari beberapa informan dari RT-RT sekitar Dusun Sade.
Penelitian atau observasi dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut :
1. Tahap 1, Observasi Lapangan
Tahap ini dilakukan dengan mengamati secara visual kondisi lingkungan
tempat tinggal masyarakat Dusun Sade.
2. Tahap 2, Wawancara
Tahap ini dilakukan dengan mewancarai secara langsung masyarakat
Dusun Sade sesuai dengan poin-poin di dalam questioner.
D. Tujuan Penulisan
Adapun poin-poin masalah yang kami angkat di dalam laporan ini
ialah :
1.
2.
3.
4.
BAB II
LAPORAN HASIL PENELITIAN
: Dusun Penyalu
2. Sebelah Timur
: Dusun Lentak
3. Sebelah Utara
: Dusun Selak
4. Sebelah Selatan
: Dusun Selemang
Gambar 1
yang
memang
benar-benar
kuat
sehingga
tidak
perlu
yang
terdapat
di
sekitar
pulau
serta percaya diri jika sedang berkumpul dengan orang lain yang
tidak menggunakan pakaian tenun ikat.
c. Pernak-Pernik
Pernak-pernik adalah cindramata tambahan selain ikat tenun
yang disuguhkan oleh masyarakat setempat.Ada beberapa jenis pernakpernik yang dijual, sepeti kalung, gelang, anting dan jenis-jenis mainan
anak-anak lainya yang terbuat dari kayu, bebatuan dan tulang belulang
yang diambil dari hewan.
10
11
12
terkait
langsung
maupun
tidak
langsung
dengan
usaha
13
14
15
Hal lain yang cukup menarik diperhatikan dari rumah adat Sasak
adalah pola pembangunannya. Dalam membangun rumah, orang Sasak
menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Artinya,
pembangunan tidak semata-mata untuk mememenuhi kebutuhan keluarga
tetapi juga kebutuhan kelompok. Karena konsep itulah, maka komplek
perumahan adat Sasak tampak teratur seperti menggambarkan kehidupan
harmoni penduduk setempat.
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari
beberapa
macam,
diantaranya
adalah:
Bale
Tani,
Bale
Jajar,
16
Tajuk. Nama bangunan tersebut disesuaikan dengan fungsi dari masingmasing tempat.
a. Bale Tani
Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal
masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani. Bale Tani
berlantaikan tanah dan terdiri dari beberapa ruangan, yaitu: satu ruang
untuk serambi (sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalem bale).
Walaupun dalem bale merupakan ruangan untuk tempat tidur, tetapi
kamar tersebut tidak digunakan sebagai tempat tidur. Dalem bale
digunakan sebagai tempat menyimpan barang (harta benda) yang
dimilikinya atau tempat tidur anak perempuannya, sedangkan anggota
keluarga yang lain tidur di serambi. Untuk keperluan memasak
(dapur), keluarga Sasak membuat tempat khusus yang disebut pawon.
Fondasi bale tani terbuat dari tanah, Design atapnya dengan
sistem jurai yang terbuat dari alang-alang di mana ujung atap bagian
serambi (sesangkok) sangat rendah, tingginya sekitar kening orang
dewasa. Dinding rumah bale tani pada bagian dalem bale terbuat dari
bedek, sedangkan pada sesangkok tidak menggunakan dinding. Posisi
dalem bale lebih tinggi dari pada sesangkok oleh karena itu untuk
masuk dalem bale dibuatkan tangga (undak-undak) yang biasanya
dibuat tiga trap dengan pintu yang dinamakan lawang kuri.
b. Bale Jajar
Bale jajar merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak
golongan ekonomi menengah ke atas. Bentuk bale jajar hampir sama
dengan bale tani, yang membedakan adalah jumlah dalem balenya. Bale
jajar mempunyai dua kamar (dalem bale) dan satu serambi (sesangkok),
kedua kamar tersebut dipisah oleh lorong/koridor dari sesangkok menuju
dapur di bagian belakang. Ukuran kedua dalem bale tersebut tidak sama,
17
18
19
d. Sekenam
Sekenam bentuknya sama dengan berugaq/sekepat, hanya saja
sekenam mempunyai mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di
bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat
kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan
sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
e. Bale Bonter
Bale bonter merupakan bangunan tradisional Sasak yang umumnya
dimiliki oleh para perkanggo/Pejabat Desa, Dusun/kampong. Bale bonter
biasanya dibangun di tengah-tengah pemukiman dan atau di pusat
pemerintahan Desa/kampung. Bale bonter dipergunakan sebagai temopat
pesangkepan/persidangan adat, seperti: tempat penyelesaian masalah
pelanggaran hukum adat, dan sebagainya.
Bale bonter juga disebut gedeng pengukuhan dan tempat
menyimpanan benda-benda bersejarah atau pusaka warisan keluarga. Bale
bonter berbentuk segi empat bujur sangkar, memiliki tiang paling sedikit 9
buah dan paling banyak 18 buah. Bangunan ini dikelilingi dinding bedek
sehingga jika masuk ke dalamnya seperti aula, atapnya tidak memakai
nock/sun, hanya pada puncak atapnya menggunakan tutup berbentuk
kopyah berwarna hitam.
f. Bale Beleq Bencingah
Bale beleq adalah salah satu sarana penting bagi sebuah Kerajaan.
Bale beleq diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan
sehingga sering juga disebut Bencingah. Adapun upacara kerajaan yang
biasa dilakukan di bale beleq diantaranya adalah:
1)
2)
20
3)
4)
5)
Dan sebagainya.
g. Bale Tajuk
Bale tajuk merupakan salah satu sarana pendukung bagi bangunan
rumah tinggal yang memiliki keluarga besar. Bale tajuk berbentuk segi
lima dengan tiang berjumlah lima buah dan biasanya berada di tengah
lingkungan keluarga Santana. Tempat ini dipergunakan sebagai tempat
pertemuan keluarga besar dan pelatihan macapat takepan, untuk
menambah wawasan dan tata krama.
h. Bale Gunung Rate dan Bale Balaq
Selain jenis bangunan yang telah disebut di atas, adapula jenis
bangunan lain yang dibangun berdasarkan kondisi-kondisi khusus, seperti
bale gunung rate dan bale balaq. Bale gunung rate biasanya dibangun
oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, sedangkan bale balaq
dibangun dengan tujuan untuk menghindari bencana banjir, oleh karena itu
biasanya berbentuk rumah panggung.
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang ada bahwa pemberdayaan masyarakat
Dusun Wisata Sade bentuknya dengan memanfaatkan dusun wisata untuk menjual
tenun ikat dan pernak-pernik lainya kepada para wisatawan yang berdatangan
sehingga masyarakat bisa mandiri dan berdaya bersama. Dan juga partisipasi
masyarakat untuk kerja sama terbentuk dengan adanya kelompok-kelompok
pengerajin seperti kelompok pengerajin tenun ikat, kelompok pengerajin bahan
pernak-pernik dan kelompok pemandu wisata atau dikenal dengan guide. Dengan
adanya kelompok tersebut terjalin hablun minan naas atau hubungan dengan
masyarakat yang kuat, sehingga masyarakat setempat dapat saling memahami
kebutuhan dan keperluan masing-masing.
22