Anda di halaman 1dari 25

LAPORAN PENELITIAN

BUDAYA DESA SADE

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK
NAMA
1. Alamsyah
2.
3.
4.
5.

NIM

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MATARAM
2016
1

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunianya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Pelaksanaan Kerja Praktek ini.
Kerja Praktek ini merupakan salah satu matakuliah yang wajib ditempuh
di Departemen Elektro Politeknik Negeri Bandung. Laporan Kerja Praktek ini
disusun sebagai pelengkap kerja praktek yang telah dilaksanakan lebih kurang 1
bulan di PT Astra Jaya Indonesia khususnya di divisi Telekomunikasi.
Dengan selesainya laporan kerja praktek ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang telah memberikan masukan-masukan kepada penulis.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari laporan ini, baik dari
materi maupun teknik penyajiannya, mengingat kurangnya pengetahuan dan
pengalaman penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
penulis harapkan.

Terimakasih.
Mataram, Desember 2016

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.......................................................................................

KATA PENGANTAR......................................................................................

ii

DAFTAR ISI....................................................................................................

iii

BAB I PENDAHULUAN
A.
B.
C.
D.

Latar Belakang............................................................................................
Deskripsi Objek Penelitian.........................................................................
Metode Penelitian.......................................................................................
Tujuan Penelitian........................................................................................

1
1
2
3

BAB II PEMBAHASAN
A. Letak Geografis dan Aksebilitas Wilayah.............................................
B. Hasil Observasi dan Penelitian Lapangan............................................
1. Sejarah Dusun Sade........................................................................
2. Seni dan Budaya.............................................................................
3. Kepercayaan Dusun Sade...............................................................
4. Artefak............................................................................................

4
4
4
6
14
15

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan...........................................................................................
DAFTAR PUSTAKA

21

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Antropologi budaya sebagai sebuah cabang ilmu sosial memiliki lahan
kajian yang cukup luas, terutama di bidang kebudayaan manusia. Untuk
mengetahui bagaimana suatu kebudayaan itu berkembang dan mempengaruhi
kehidupan manusia. Tentu saja kajian seperti itu tidak dapat dilakukan di
bangku kuliah, sebuah kajian intensif di lapangan diperlukan untuk menguji
semua teori-teori yang ada.
Laporan ini bermaksud untuk menjabarkan sebuah hasil penelitian
kami di dalam sebuah karya tulis. Laporan ini mengangkat aspek-aspek yang
berhubungan

dengan

kehidupan

manusia

dan

semua

aspek

yang

mempengaruhi kehidupan budaya manusia.


Aspek-aspek yang diangkat ialah seputar sejarah, sistem sosial budaya,
kepercayaan dan artefak. Aspek-aspek tersebut diteliti dengan menggunakan
metode wawancara.
B. Deskripsi Objek Penelitian
Kabupaten
: Lombok Tengah
Kecamatan
: Pujut
Desa
: Rambitan
Dusun
: Sade
+
Jumlah Penduduk
: 170 Kepala Keluarga atau sekitar 700 jiwa
Pulau Lombok yang terletak di sebelah timur Pulau Bali ini selain
memiliki alam dan panorama pantai yang sangat indah dan mempesona,
Pulau Lombok ini juga memiliki kekayaan budaya tradisional yang sangat
beraneka ragam. Salah satu dari kekayaan budaya tradisional yang terdapat di
Pulau Lombok ini dan juga masih terpelihara dengan baik adalah Dusun
Tradisional Sasak Sade. Dusun Sade atau Sade Village ini berada di Desa
Rambitan, Kecamatan Pujut. Desa ini terletak di wilayah bagian selatan

Kabupaten Lombok Tengah, Provinsi Nusa Tenggara Barat - NTB. Jika anda
ingin berkunjung atau menuju Pantai Kuta Lombok, maka anda akan
melewati dan akan melihat Dusun Sade Lombok ini, karena Dusun Sade ini
letaknya berada di pinggir jalan. Dusun Sade atau Sade Village ini adalah
merupakan salah satu Desa Tradisional Sasak (suku asli Pulau Lombok) atau
sebuah perkampungan suku Sasak asli yang masih mencoba mempertahankan
dan menjaga keaslian sisa-sisa kebudayaan Sasak lama sejak zaman
pemerintahan Kerajaan Pejanggik di Praya, Kabupaten Lombok Tengah
sampai sekarang. Masyarakat yang tinggal di Dusun Sade Lombok ini adalah
suku Sasak dengan sistim sosial dan kehidupan keseharian mereka yang
masih sangat kental dan memegang teguh adat tradisi Sasak tempo dulu.
Bahkan arsitektur rumah adat khas Sasak juga masih bisa anda lihat berdiri
kokoh dan terawat dengan baik.
C. Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan ialah metode observasi partisipan
dengan teknik wawancara, dengan berlandaskan pada questioner yang telah
ditentukan sebelumnya oleh dosen pembimbing. Dengan mengambil informasi
secara acak dari beberapa informan dari RT-RT sekitar Dusun Sade.
Penelitian atau observasi dilakukan dalam dua tahap sebagai berikut :
1. Tahap 1, Observasi Lapangan
Tahap ini dilakukan dengan mengamati secara visual kondisi lingkungan
tempat tinggal masyarakat Dusun Sade.
2. Tahap 2, Wawancara
Tahap ini dilakukan dengan mewancarai secara langsung masyarakat
Dusun Sade sesuai dengan poin-poin di dalam questioner.

D. Tujuan Penulisan
Adapun poin-poin masalah yang kami angkat di dalam laporan ini
ialah :
1.
2.
3.
4.

Deskripsi Sejarah Masyarakat Dusun Sade


Deskripsi Sistem Sosial (kebudayaan) Masyarakat Dusun Sade
Deskripsi Sistem Ide (kepercayaan) Masyarakat Dusun Sade
Deskripsi Sistem Artefak (bangunan) Masyarakat Dusun Sade

BAB II
LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Letak Geografis dan Aksebilitas Wilayah


Kampung Sade merupakan salah satu dusun yang terdapat di Desa
Rembitan, Kec. Pujut, Kabupaten Lombok Tengah. Secara geografis kampung
Sade terletak pada 0850 LS dan 116 BT dengan batas wilayah sebagai
berikut:
1. Sebelah Barat

: Dusun Penyalu

2. Sebelah Timur

: Dusun Lentak

3. Sebelah Utara

: Dusun Selak

4. Sebelah Selatan

: Dusun Selemang

Permukiman kampung Sade terletak pada ketinggian 120-126m dpl.


Dengan topografi yang berbukit dan bergelombang.Disebelah utara dan
selatan pemukiman terletak persawahan dan ladag penduduk. Pemukiman
kampung Sade terletak pada sebuah bukit sehingga permukiman dibuat
berteras untuk menghindari terjadinya erosi, berbeda dengan lahan
persawahan yang merupakan lahan datar.
Perjalanan menuju Dusun Sade dapat diakses dengan mudah lewat
jalan darat. Dengan jarak ke ibukota kecamatan terdekat sekitar 15Km.
Sedangakan dengan jarak ke Kota Mataram sekitar 50Km. Apabila ada
penduduk yang tidak memiliki kendaraan pribadi, maka dapat menggunakan
fasilitas kendaraan umum yang menuju ke Dusun Tradisional Sasak Sade.
B. Hasil Observasi dan Penelitian Lapangan
Melalui pengamatan secara langsung dapat disimpulkan beberapa hal :
1. Sejarah Dusun Sade
Dusun Sade sudah ada sejak tahun 1975 dan untuk pertama kali
dikunjungi oleh wisatawan dari Belanda. Sejarah adanya Dusun Sade, dulu
kala ditemukan oleh seorang kakek yang sengaja bertapa di kaki

pegunungan, lalu kemudian sang kakek menamakan bukit itu menjadi


Sade. Menurut keterangan informan,
ceritanya begini mas, dulu ada seorang kakek yang senang
menjelajahi pegunungan, tapi ada satu pegunungan yang
membuat beliau nyaman, yaitu Sade, Sade artinya adalah obat.
Obat dari segala penyakit dan masalah
Menurut keterangan informan di atas, jelas kalau Dusun Sade
dulunya adalah sebuah pegunungan, seperti keberadaan dusun-dusun
lainya yang ada di sekitar Dusun Sade saat ini. Masyarakat yang ada di
Dusun Wisata Sade merupakan satu rumpunan atau satu keturunan
keluarga, karenanya rasa kekeluargaan yang dimiliki oleh masyarakat
Dusun Sade sangatlah erat karena mereka berasal dari satu keluarga yang
bekembang dan bertahan untuk melindungi kebudayaan nenek moyang
mereka. Mengenai Sade yang berarti obat, sesuai dengan keterangan
informan,
Sade artinya obat, obat dari dukun karena zaman dulu belum
ada dokter, dan semua masyarakat berobat di sini bahkan sampai
sekarang masih memakai obat dari dukun mas
Dari pernyataan Inaq Nayem sade mempunyai arti obat, yaitu obat
dari dukun yang dapat mengobati penyakit masyarakat, walaupun pada era
modern sekalipun masyarakat Dusun Sade masih mempercayai obatobatan dari dukun setempat daripada obat medis yang jauh lebih
berkembang.
Masyarakat di Dusun Sade kebanyakan adalah para pengerajin ikat
tenun dan para buruh tani. Dengan kreatifitas tenun ikat mereka bias
berdaya ditengah tekanan ekonomi masyarakat. Dalam wawancara saya
dijelaskan,
yang membuat masyarakat berdaya di Dusun Sade adalah
tenun ikat mas, dan ada juga aksesoris lainya yang terbuat dari
tanduk kerbau, kayu tua dan tulang hewan

2. Seni dan Budaya


Seni dan budaya merupakan cerminan bagi setiap etnis yang juga
menjadi pembeda dari jenis etnis-etnis lainya. Banyak sekali ragam bentuk
seni dan budaya yang dikembangkan oleh masyarakat Dusun Sade, antara
lain:
a. Peresean
Peresean merupakan hiburan (permainan rakyat masyarakat
suku sasak untuk adu ketangkasan) yang dilakukan oleh 2 (dua) orang
pemain (pepadu) dengan menggunakan rotan sebagai alat pemukul dan
perisai yang terbuat dari bahan kulit sebagai tameng. Seni ketangkasan
ini merupakan warisan yang ditradisikan oleh nenek moyang suku
Sasak, pada zaman dahulu permainan ini dihajadkan untuk memilih
perajurit kerajaan yang tangguh dan tampil dalam seni bela diri.

Gambar 1

Sumber: Google Images


Seni bela diri yang disebut dengan Peresean ini adalah salah
satu seni-budaya yang paling menarik wisatawan, karena jarang sekali
ada tenpat wisata yang mempertunjukkan keahlian berperang para
prajurit kerajaan yang di adu duel dan disaksikan oleh para wisatawan.
Mengenai keselamatan, para pendekar mempunyai cara sendiri untuk
bertahan melawan musuh, biasanya banyak yang menggunakan
minyak-minyakan yang sakral konon bisa menahan rasa sakit dan ada
juga

yang

memang

benar-benar

kuat

sehingga

tidak

perlu

menggunakan minyak-minyakan. Peresean ini rutin dilakukan setiap


ada upacara adat dilaksanakan.
b. Tenun Ikat
Kerajinan tenun ikat di Dusun sade memiliki khas yang
berbeda dibandingkan dengan tempat lain baik dari jenis pewarnaanya
dan jenis tenunan. Tenun khas dasar Dusun Sade memiliki warna dasar
merah dan diberi kembang dengan menggunakan benang emas. Kain
tenun ikat ini banyak kita jumpai ketika sudah masuk ke Dusun Sade
bahkan hampir setiap rumah menjual tenun ikat.

Kerajinan tenun ikat biasanya dilakukan oleh para perempuan


baik yang sudah kawin maupun yang masih gadis sehingga hampir
setiap rumah kita jumpai alat tenun. Pembuatan tenun masih
menggunakan alat tehnologi sederhana yang terbuat dari kayu.Meski
demikian hasil tenun mereka tidak kalah dengan hasil tenun yang
menggunakan alat modern.
Gambar 2

Sumber: Google Images


Adapun langkah-langkah untuk membuat tenun ikat adalah
sebagai berikut:
1) Alat-Alat
a) Seksekan yakni alat untuk merajut benang yang berbentuk
vertikal.
b) Berira yakni alat yang terbuat dari kayu pinang atau enau
berbentuk segi empat panjang dan pipih, ukurang panjangnya
satu meter atau lebih, berguna untuk merapatkan benang yang
sudah dirajut.

c) Pemintal benang yakni alat untuk menggulung benang yang


akan dirajut secara horizontal, jumlah alat ini dua buah, yang
dimasukan secara berlawanan pada rajutan benang vertikal.
d) Alat pemintal benang yang disebut andir.
2) Bahan-Bahan
a) Benang yang terbuat dari kapas asli yang telah dipintal.
b) Benang emas yang dibeli di toko-toko.
c) Celup atau zat pewarna untuk memberikan warna pada benang
3) Cara Pembuatan
a) Kapas dipintal terlebih dahulu agar menjadi benang dengan
menggunakan alat pemintal benang yang disebut dengan andir.
b) Benang yang sudah dipintal diberikan zat pewarna dengan cara
direbus agar warna tidak cepat pudar.
c) Benang yang sudah dicelup kemudian dijemur sampai kering.
d) Benang-benang tersebut kemudian digulung dengan
menggunakan alat penggulung benang yang terbuat dari kayu
yang disebut dengan ompoq-ompoq.
e) Benang yang sudah diompoq kemudian disusun secara vertikal
pada alat yang disebut sesekan.
f) Selain benang yang disusun secara vertikal juga disediakan
benang dalam gulungan sebanyak dua gulung yang akan
dimasukan secara horizontal dengan arah yang berlawanan.
g) Setelah benang vertikal selesai disusun, masukanlah benang
yang digulung ke dalam sela-sela benang vertikal tadi secara
horizontal dengan arah yang berlawanan.
h) Setiap kali memasukan benang secara horizontal, maka
masukanlah berira untuk merapatkan benang tersebut.
i) Lakukanlah berulang-ulang sehingga menjadi sehelai kain.
Kain tenun banyak digunakan untuk membuat pakaian adat
sasak seperti: sapuk, dodot, bebet, lambung (pakaian adat wanita)
dan sarung panjang (sewoq belo). Selain itu juga kain tenun dapat
dibuat sebagai pakaian seragam di kantor-kantor, sekolah,atau juga
perusahaan-perusahaan

yang

terdapat

di

sekitar

pulau

Lombok.Keistimewaan orang yang menggunakan kain tenun


sebagai pakaian adalah dapat menambah kharisma dan ketampanan
9

serta percaya diri jika sedang berkumpul dengan orang lain yang
tidak menggunakan pakaian tenun ikat.
c. Pernak-Pernik
Pernak-pernik adalah cindramata tambahan selain ikat tenun
yang disuguhkan oleh masyarakat setempat.Ada beberapa jenis pernakpernik yang dijual, sepeti kalung, gelang, anting dan jenis-jenis mainan
anak-anak lainya yang terbuat dari kayu, bebatuan dan tulang belulang
yang diambil dari hewan.

10

Dari ketiga paparan di atas merupakan jenis potensi yang dimiliki


oleh Dusun Wisata Sade, sebenanrnya masih banyak lagi potensi yang ada
tapi yang paling berpengaruh adalah ketiga hal tersebut. Seperti yang
dipaparkan oleh Bapak Kurdap Selake,

11

kalau mengenai potensi yang ada, kami tidak bisa menjelaskan


satu persatu. Tapi nak, dari sekian yang dapat menarik perhatian
wisatawan adalah penampilan seni-budaya peresean lalu tenun
ikat kita yang paling khas dan cendramata dari bebatuan, kayu
dan tulang hewan
Dari paparan Bapak Kurdap Selake di atas jelas bahwa potensi
yang dimiliki oleh Dusun Wisata sangat berpengaruh terhadap
perkembangan pariwisata selain itu juga kerja sama yang dilakukan oleh
masyarakat setempat untuk kekonsistenanya menjadi budaya dan adat
Khas Suku Sasak yang perlu diapresiasikan, karena sulit untuk tetap
bertahan dengan kebudayaan lama yang sakral di tengah pesatnya
perkembangan zaman dan teknologi, tapi para penduduk di Dusun Sade
bisa melakukanya dan bertahan hidup dengan budaya mereka yang netral
dan juga mampu berkembang di tengah perkembangan zaman.
Kondisi Dusun Pariwisata Sade jauh dari dugaan dengan
berkembangnya zaman globalisasi tidak mempengaruhi eksistensi dari
budaya sasak. Masyarakat sangat yakin dengan potensi yang dimilikinya
baik itu potensi sumber daya alam maupun sumber daya manusia,
masyarakat memanfaatkanya dengan maksimal sehingga bisa terbentuk
sebuah dusun pariwisata yang ahir-ahir ini banyak dikunjungi oleh
wisatawan lokal dan internasional. Dengan potensi yang terdapat pada
Dusun Tradisional Sasak Sade tersebut masyarakat memanfaatkanya untuk
mengembangkan aspek-aspek sosial maupun ekonomi masyarakat.
Berbeda dengan tempat pariwisata lainya yang terdapat di Pulau
Lombok yang hanya mengandalkan sumber daya alam, Dusun Sade adalah
satu-satunya Dusun Pariwisata yang menggambarkan tentang kehidupan
bermasyarakat suku sasak dan mengenalkan budaya asli dari suku sasak.
Dusun Pariwisata Sade pernah meraih penghargaan sebagai desa wisata
pada tahun 2010 dengan juara harapan satu. Desa Sade yang dihuni oleh
suku Sasak di Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa

12

Tenggara Barat, berhasil meraih penghargaan nasional sebagai desa wisata


yang mampu melaksanakan gerakan sadar wisata dan aksi sapta pesona.
Sementara itu, peraih penghargaan desa wisata pertama adalah Desa
Karang Banjar, Kecamatan Bojongsari Tengah, Kabupaten Purbalingga
Provinsi Jawa Tengah.
Masyarakat Dusun Wisata Sade bisa dikatakan berdaya dengan
memanfaatkan pariwisata sebagai media pemberdayaan masyarakat,
dikatakan mampu berdaya karena masyarakat Dusun Sade telah ikut serta
dalam berpartisipasi dalam mengembangkan pariwisata di Dusun Sade dan
mampu memberikan pengaruh terhadap peningkatan ekonomi masyarakat
yang bisa dibilang cukup merata karena hampir setiap keluarga kini telah
mulai berjualan tenun ikat dan pernak-pernik yang disuguhkan kepada
para wisatawan yang berkunjung, dan tentu dengan bantuan dari
pemerintah di Desa Rembitan Pujut Lombok Tengah yang telah ikut
membantu masyarakat untuk memenuhi kireteria sebagai Dusun
Pariwisata.
Desa Sade mendapatkan penghargaan setelah berhasil menyisihkan
59 Desa lainya dari 25 provinsi di Indonesia. Kriteria yang dinilai pada
pemberian penghargaan desa wisata ini diantaranya kegiatan masyarakat
yang

terkait

langsung

maupun

tidak

langsung

dengan

usaha

kepariwisataan dan mampu menciptakan manfaat bagi kesejahtraan


masyarakat. Selain itu, penerapan nilai nilai sapta pesona di desa wisata
dan penerapan prinsip pariwisata berkelanjutan serta memiliki propek
pertumbuhan usaha masyarakat yang terkait secara langsung maupun tidak
langsung dengan kepariwisataan.
Penghargaan merupakan salah satu bentuk bukti nyata mengenai
kemajuan pariwisata pada Dusun Wisata Sade. Dengan dijadikanya Dusun
Sade menjadi tempat pariwisata, masyarakat dusun Sade memiliki peluang
besar untuk membuka usaha tentunya dengan batasan-batasan atas usaha
yang dibuat oleh masyarakat, seperti usaha kerajinan tenun ikat, pernakpernik, dan membuka warung makan. Bagi masyarakat dusun Sade itu

13

sudah cukup membantu untuk meningkatkan kuliatas hidup dan


meningkatkan ekonomi masyarakat dusun Sade.
Upaya yang telah dilakukan masyarakat Dusun Sade guna untuk
mengembangkan kekuatan atau kemampuan (daya) potensi dimanfaatkan
untuk mempromosikan keunikan adat dan budaya yang dimiliki
masyarakat Dusun Sade yang kini telah dikenal dengan Dusun Pariwisata
Sasak Sade. Pariwisata berbasis masyarakat pada Dusun Wisata Sade
berdasarkan prinsip keseimbangan dan keselarasan antara kepentingan
berbagai steakholders yaitu pemerintah, kepala suku, para pengerajin
tenun ikat dan pernak-pernik, para pemandu wisata dan masyarakat secara
menyeluruh mempunyai peran masing-masing yang dapat menguatkan
bukti bahwa masyarakat Dusun sade bisa berdaya karena telah mampu
berpartisipasi dan bekerja sama untuk mengembangkan Dusun Wisata
Sade.
3. Kepercayaan Dusun Sade
Sasak adalah penduduk asli Pulau Lombok. Seperti juga kelompot
etnik lain di Indosesia, suku sasak berasal dari keturunan Austronesia yang
bermigrasi dari daratan Asia sekitar 5.000 tahun SM dan tinggal di daerahdaerah di Asia Tenggara sampai ke kepulauan Pasifik Selatan. Saat ini 85%
dari populasi Lombok adalah suku Sasak.Meskipun Lombok sangat
dipengaruhi oleh budaya Bali yang mayoritas memeluk agama Hindu Bali
tetapi suku Sasak di Lombok mayoritas memeluk Islam.
Suku sasak dikenal dengan keyakinan Wektu Telu yaitu
kepercayaan Islam yang memiliki unsur-unsur Hindi, Budha, dan
kepercayaan tradisional kuno lainya seperti yang sudah dipparkan
sebelumnya. Walaupun suku sasak memeluk keyakinan Wektu Telu tetapi
mereka tetap melaksanakan shalat wajib lima waktu. Ada juga minoritas
memeluk keyakinan yang disebut Bodha yaitu kepercayaan animism dan
Buddhisme. Dua kelompok masyarakat ini hidup harmonis.

14

Tapi seiring berkembangnya zaman dan pola pikrr masyarakat, saat


ini hampir seluruh masyarakat Dusun Wisata Sade memeluk agama islam
dengan kepercayaan yang diyakini oleh masyarakat suku Sasak lainya
yang ada di Lombok.
4. Artefak (Bangunan) Dusun Sade
Rumah adat Sasak pada bagian atapnya berbentuk seperti
gunungan, menukik ke bawah dengan jarak sekitar 1,5 sampai 2 meter dari
permukaan tanah (fondasi). Atap dan bubungannya (bungus) terbuat dari
alang-alang, dindingnya dari anyaman bambu (bedek), hanya mempunyai
satu berukuran kecil dan tidak ada jendelanya. Ruangannya (rong) dibagi
menjadi inan bale (ruang induk) meliputi bale luar (ruang tidur) dan bale
dalem berupa tempat menyimpan harta benda, ruang ibu melahirkan
sekaligus ruang disemayamkannya jenazah sebelum dimakamkan.
Ruangan bale dalem dilengkapi amben, dapur, dan sempare
(tempat menyimpan makanan dan peralatan rumah tangga lainnya) terbuat
dari bambu ukuran 2 x 2 meter persegi atau bisa empat persegi panjang.
Kemudian ada sesangkok (ruang tamu) dan pintu masuk dengan sistem
sorong (geser). Di antara bale luar dan bale dalem ada pintu dan tangga
(tiga anak tangga) dan lantainya berupa campuran tanah dengan kotoran
kerbau/kuda, getah, dan abu jerami.

15

Undak-undak (tangga), digunakan sebagai penghubung antara


bale luar dan bale dalem

Hal lain yang cukup menarik diperhatikan dari rumah adat Sasak
adalah pola pembangunannya. Dalam membangun rumah, orang Sasak
menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Artinya,
pembangunan tidak semata-mata untuk mememenuhi kebutuhan keluarga
tetapi juga kebutuhan kelompok. Karena konsep itulah, maka komplek
perumahan adat Sasak tampak teratur seperti menggambarkan kehidupan
harmoni penduduk setempat.
Bangunan rumah dalam komplek perumahan Sasak terdiri dari
beberapa

macam,

diantaranya

adalah:

Bale

Tani,

Bale

Jajar,

Berugaq/Sekepat, Sekenam, Bale Bonter, Bale Beleq Bencingah, dan Bale

16

Tajuk. Nama bangunan tersebut disesuaikan dengan fungsi dari masingmasing tempat.
a. Bale Tani
Bale Tani adalah bangunan rumah untuk tempat tinggal
masyarakat Sasak yang berprofesi sebagai petani. Bale Tani
berlantaikan tanah dan terdiri dari beberapa ruangan, yaitu: satu ruang
untuk serambi (sesangkok) dan satu ruang untuk kamar (dalem bale).
Walaupun dalem bale merupakan ruangan untuk tempat tidur, tetapi
kamar tersebut tidak digunakan sebagai tempat tidur. Dalem bale
digunakan sebagai tempat menyimpan barang (harta benda) yang
dimilikinya atau tempat tidur anak perempuannya, sedangkan anggota
keluarga yang lain tidur di serambi. Untuk keperluan memasak
(dapur), keluarga Sasak membuat tempat khusus yang disebut pawon.
Fondasi bale tani terbuat dari tanah, Design atapnya dengan
sistem jurai yang terbuat dari alang-alang di mana ujung atap bagian
serambi (sesangkok) sangat rendah, tingginya sekitar kening orang
dewasa. Dinding rumah bale tani pada bagian dalem bale terbuat dari
bedek, sedangkan pada sesangkok tidak menggunakan dinding. Posisi
dalem bale lebih tinggi dari pada sesangkok oleh karena itu untuk
masuk dalem bale dibuatkan tangga (undak-undak) yang biasanya
dibuat tiga trap dengan pintu yang dinamakan lawang kuri.
b. Bale Jajar
Bale jajar merupakan bangunan rumah tinggal orang Sasak
golongan ekonomi menengah ke atas. Bentuk bale jajar hampir sama
dengan bale tani, yang membedakan adalah jumlah dalem balenya. Bale
jajar mempunyai dua kamar (dalem bale) dan satu serambi (sesangkok),
kedua kamar tersebut dipisah oleh lorong/koridor dari sesangkok menuju
dapur di bagian belakang. Ukuran kedua dalem bale tersebut tidak sama,

17

posisi tangga/pintu koridornya terletak pada sepertiga dari panjang


bangunan bale jajar.
Bahan yang dibutuhkan untuk membuat bale jajar adalah tiang
kayu, dinding bedek dan alang-alang untuk membuat atap. Penggunaan
alang-alang, saat ini, sudah mulai diganti dengan menggunakan genteng
tetapi dengan tidak merubah tata ruang dan ornamennya. Bangunan bale
jajar biasanya berada dikomplek pemukiman yang luas dan ditandai oleh
keberadaan sambi yang menjulang tinggi sebagai tempat penyimpanan
kebutuhan rumah tangga atau keluarga lainnya. Bagian depan bale jajar
ini bertengger sebuah bangunan kecil (disebut berugaq atau sekepat) dan
pada bagian belakangnya terdapat sebuah bangunan yang dinamakan
sekenam, bangunan seperti berugaq dengan tiang berjumlah enam.
c. Berugaq / Sekepat
Berugaq/sekepat mempunyai bentuk segi empat sama sisi (bujur
sangkar) tanpa dinding, penyangganya terbuat dari kayu, bambu dan
alang-alang sebagai atapnya. Berugaq atau sekepat biasanya terdapat di
depan samping kiri atau kanan bale jajar atau bale tani. Berugaq/sekepat
ini didirikan setelah dibuatkan pondasi terlebih dahulu kemudian didirikan
tiangnya. Di antara keempat tiang tersebut, dibuat lantai dari papan kayu
atau bilah bambu yang dianyam dengan tali pintal (Peppit) dengan
ketinggian 4050 cm di atas permukaan tanah.
Fungsi dan kegunaan berugaq/sekepat adalah sebagai tempat
menerima tamu, karena menurut kebiasaan orang Sasak, tidak semua
orang boleh masuk rumah. Berugaq/sekepat juga digunakan pemilik
rumah yang memiliki gadis untuk menerima pemuda yang datang midang
(melamar).

18

19

d. Sekenam
Sekenam bentuknya sama dengan berugaq/sekepat, hanya saja
sekenam mempunyai mempunyai tiang sebanyak enam buah dan berada di
bagian belakang rumah. Sekenam biasanya digunakan sebagai tempat
kegiatan belajar mengajar tata krama, penanaman nilai-nilai budaya dan
sebagai tempat pertemuan internal keluarga.
e. Bale Bonter
Bale bonter merupakan bangunan tradisional Sasak yang umumnya
dimiliki oleh para perkanggo/Pejabat Desa, Dusun/kampong. Bale bonter
biasanya dibangun di tengah-tengah pemukiman dan atau di pusat
pemerintahan Desa/kampung. Bale bonter dipergunakan sebagai temopat
pesangkepan/persidangan adat, seperti: tempat penyelesaian masalah
pelanggaran hukum adat, dan sebagainya.
Bale bonter juga disebut gedeng pengukuhan dan tempat
menyimpanan benda-benda bersejarah atau pusaka warisan keluarga. Bale
bonter berbentuk segi empat bujur sangkar, memiliki tiang paling sedikit 9
buah dan paling banyak 18 buah. Bangunan ini dikelilingi dinding bedek
sehingga jika masuk ke dalamnya seperti aula, atapnya tidak memakai
nock/sun, hanya pada puncak atapnya menggunakan tutup berbentuk
kopyah berwarna hitam.
f. Bale Beleq Bencingah
Bale beleq adalah salah satu sarana penting bagi sebuah Kerajaan.
Bale beleq diperuntukkan sebagai tempat kegiatan besar Kerajaan
sehingga sering juga disebut Bencingah. Adapun upacara kerajaan yang
biasa dilakukan di bale beleq diantaranya adalah:
1)

Pelantikan pejabat kerajaan

2)

Penobatan Putra Mahkota Kerajaan

20

3)

Pengukuhan/penobatan para Kiai Penghulu (Pendita) Kerajaan

4)

Sebagai tempat penyimpanan benda-benda Pusaka Kerajaan seperti


persenjataan dan benda pusaka lainnya seperti pustaka/dokumendokumen Kerajaan

5)

Dan sebagainya.

g. Bale Tajuk
Bale tajuk merupakan salah satu sarana pendukung bagi bangunan
rumah tinggal yang memiliki keluarga besar. Bale tajuk berbentuk segi
lima dengan tiang berjumlah lima buah dan biasanya berada di tengah
lingkungan keluarga Santana. Tempat ini dipergunakan sebagai tempat
pertemuan keluarga besar dan pelatihan macapat takepan, untuk
menambah wawasan dan tata krama.
h. Bale Gunung Rate dan Bale Balaq
Selain jenis bangunan yang telah disebut di atas, adapula jenis
bangunan lain yang dibangun berdasarkan kondisi-kondisi khusus, seperti
bale gunung rate dan bale balaq. Bale gunung rate biasanya dibangun
oleh masyarakat yang tinggal di lereng pegunungan, sedangkan bale balaq
dibangun dengan tujuan untuk menghindari bencana banjir, oleh karena itu
biasanya berbentuk rumah panggung.

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang ada bahwa pemberdayaan masyarakat
Dusun Wisata Sade bentuknya dengan memanfaatkan dusun wisata untuk menjual
tenun ikat dan pernak-pernik lainya kepada para wisatawan yang berdatangan
sehingga masyarakat bisa mandiri dan berdaya bersama. Dan juga partisipasi
masyarakat untuk kerja sama terbentuk dengan adanya kelompok-kelompok
pengerajin seperti kelompok pengerajin tenun ikat, kelompok pengerajin bahan
pernak-pernik dan kelompok pemandu wisata atau dikenal dengan guide. Dengan
adanya kelompok tersebut terjalin hablun minan naas atau hubungan dengan
masyarakat yang kuat, sehingga masyarakat setempat dapat saling memahami
kebutuhan dan keperluan masing-masing.

22

Anda mungkin juga menyukai