MUQADIMAH
A. Tujuan Pembahasan
Menjelaskan kepada umat islam bahwa Jamaatul muslimin itu tidak ada.
B. Kedaulatan Milik Allah
1. Allah menjadikan kedaulatan sebagai karakteristiknya , (QS. Yuusuf : 40, 67) (QS. Al-Anam :
57,62) dll
2. Allah menjadikan manusia khalifahnya di bumi (QS. Al-Baqarah : 30), (QS. Al-Anam : 165),
dll
3. Allah menurunkan hukum-hukumnya dan tatanan-tatanannya (QS. AL-Baqarah : 38, 213)
4. Allah menjadikan berhukum kepada petunjuk dan aturan-aturannya, serta berserah dir dan
patuh kepada aturan-aturan-Nya, sebagai syarat keimanan kepada-Nya. (QS. An-Nisa : 59, 60)
dll
5. Allah menganggap setiap pembangkangan dan penyimpangan darinya sebagai jalan kekafiiran,
kezhliman, dan kefasikan. (QS. AL-maidah : 44-45)
6. Allah menjadikan taat kepada penguasa yang menjalankan petunjuk-Nya dan wahyu-Nya
termasuk ketaatan kepada-Nya dan Rasul-Nya ( QS. An-Nisa : 59)
7. Setiap ketaatan pada penguasa yang tidak menjalankan apa yang diturunkan Allah, maka
merupakan kejahiliyahan, kemusyrikan, kemurtadan dan kesesatan (QS. Al-Maidah : 49-50) (QS.
Ali-Imran : 64) dll
C. Latar Belakang Pemilihan Tema Ini
1. Hilangnya jamaatul muslimin dari kehidupan umat islam, dan kewajiban untuk
menegakkannya. (QS. An-Nisa : 59)
2. Perpecahan, degradasi, dan kehinaan umat islam akibat tidak adanya khilafah dan qiyadah
3. Penjauhan islam dari hukum-hukumnya
4. Banyaknya ayat-ayat dan hadist-hadist yang menganjurkan ditegakkannya jamaatul muslimin
5. Ketidaktahuan sebagian besar umat islam akan wajibnya menegakkan jamaatul muslimin
6. Tersebarnya kebatilan dan tegaknya panji-panjinya.
7. Timbulnya fitnah dan kesengsaraan yang melanda umat manusia
8. Kebingungan yang terjadi di kalangan kaum terpelajar dan juru dawah
9. Keyakinan penulis bahwa jamaatul muslimin dapat dicapai dengan usaha manusia itu sendiri
10. Agar usaha menegakkan jamaatul muslimin memberikan hasil yg baik maka harus punya
pemberi arahan yang mashum, yaitu Rasulullah SAW. Untuk itu dituliskan rambu-rambu
kehidupan Rassulullah dalam dakwahnya
11. Keyakinan penulis bahwa banyaknya jamaah di kalangan umat muslim merupakan kebathilan
yang harus dihapuskan
PENDAHULUAN
A. Pengertian Jamaatul Muslimin Menurut Bahasa
Jamaah menurut bahasa adalah sejumlah besar manusia atau sekelompok manusia yang
berhimpun untuk tujuan yang sama. Jamaah menurut syariah menurut kesimpulan hadit-hadist
oleh syatibi yaitu :
1. Jamaah ialah para penganut Islam apabila bersepakat atas suatu perkara; dan para pengikut
agama lain diwajibkan mengikuti mereka
2. Jamaah adalah masyarakat umum dari penganut islam
3. Jamaah ialah kelompok ulama mujtahidin
4. Jamaah adalah jamaatul muslimin apabila menyepakati seorang amir
5. Jamaah ialah para sahabat Rasulullah SAW secara khusus
Setelah itu syatibi menguatkan bahwa yang dimaksud denganjamaah ialah jamaatul Muslimin
apabila mereka menyepakati seorang amir.
Jamaatul muslimin adalah jamaah ahlul aqdi wal hilli apabila menyepakati seorang khalifah
umat, dan umatpun mengikuti mereka.
B. Kedudukan Jamaatul Muslimin Menurut Ajaran Islam
1. Jamaatul muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dalam syariat islam.
Wahai masyarakat arab, tidak ada islam kecuali dengan jamaah, tidak ada jamah kecuali
dengan kepemimpinan, tida ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. (Umar Bin Khattab,
ra)
Dari Abu mamah al-Bahili dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : ikatan-ikatan islam
akan lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh (lepasnya) ikatan
berikutnya. Ikatan islam pertama kali lepas adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah
sholat.
2. Jamaah ini adalah jamaah yang diperintahkan oleh Al-Quran dan As-Sunnah untuk dijaga,
dipelihara kesatuannya, dilindungi keutuhannya, dan dicegah dari ancaman dan rongrongan yang
akan merusaknya
C. Adakah jamaatul Muslimin di Dunia Sekarang Ini
Jamaatul muslimin boleh dikatakan tidak ada lag di dunia ini sekarang ini. Yang dapat kita
katakan dalam masalah ini hanyalah adanya jamaah dari sebagian kaum muslimin dan
negara bagi kaum muslimin, bukan jamaatul muslimin dan negara kaum muslimin
D. Kesimpulan
Mewujudkan pemerintah islam dalam bentuk jamaatul muslimin merupakan fardhu ain
bagi seluruh umat islam sampai ia tegak. Mengingat kaidah fiqh: Sesuatu yang tidak akan
sempurna suatu kewajiban kecuali dengannya, maka sesuatu itu menjai wajib.
BAGIAN PERTAMA
STRUKTUR ORGANISASI JAMAATUL MUSLIMIN
I. Umat Islam
A. Umat Islam Menurut Bahasa
Umat adalah setiap jamaah yang disatukan oleh sesuatu hal ; satu agama, satu zaman dan
satu tempat.
B. Umat Islam Secara Geografis
Seluruh bumi ini pada asalnya milik kaum muslimin.
Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi (QS. An-Nuur : 42)
Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yag beriman diantara kamu dan
mengerjakan amal-amal shaleh bahwa Dia akan sungguh-sunguh menjadikan mereka berkuasa
di bumi (QS. An-Nuur : 55)
Setiap belahan bumi yang tidak dkuasai oleh Islam, maka ia merupaka negeri yang
dirampas dan dirampok dari pemiliknya, dan harus dikembalikan padanya.
C. Akar Sejarah Umat Islam
Umat islam mempunyai akar sejarah yang sangat tua di muka bumi ini, yakni sejak periode
pertama manusia di atas bumi. Bermula dari adam, diiringi para rasul dan kaum muslimin
sesudah mereka, hingga penutup para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW. Dialah penyempurna
batu bata terakhir bangunan megah bagi umat islam yang agung ini.
D. Periode Umat Islam
Sepanjang sejarahnya, umat Islam menempuh dua periode. Periode pertama, periode
sebelum diutusnya Muhammad SAW. Periode kedua, periode yang dimulai dengan bitsah
Muhammad SAW.
E. Pembagian Umat
Pertama, umat yang menyambut dan menerima dawah Rasulullah SAW, dan menyatakan
diri masuk islam secara kaffah. Kedua, golongan yang tidak mau menerima dawah Muhammad
SAW, dan tidak masuk islam secara kaffah.
F. Karakteristik Umat Islam dan Sendi-sendinya
1. Aqidah yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan, dan pengakuan terhadap keesaan Allah
dalam uluhiyyah dan Rububiyah
2. Aqidah yang bersifat komprehensih (menyeluruh, menyangkut seluruh aspek kehidupan)
3. Manhaj yang bersifat rabbani secara murni
4. Kesempurnaan manhajnya
5. Prinsip pertengahan dan keadilan segala bidang
G. Unsur Kesatuan Umat Islam
1. Kesatuan Aqidah
2. Kesatuan Ibadah
3. Kesatuan Adat dan Perilaku
4. Kesatuan Sejarah
5. Kesatuan Bahasa
6. Kesatuan Jalan
7. Kesatuan Dustur
8. Kesatuan Pimpinan
II. Syura (Musyawarah)
A. Syura Menurut Bahasa dan Kedudukanya di dalam Kehidupan Manusia
Syura ialah mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan
diketahui berbagai aspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan. Majlis
Syura adalah majlis yang dibentuk untuk membahas urusan-urusan negara.
B. Syura Adalah Tabiat Manusia
Prinsip syura merupakan bagian integral fitrah manusia sejak Allah menciptakannya.
Orang yang berfikiran baik tidak akan melaksanakan sesuatu yang penting kecuali setelah
bertanya dan meminta pendapat orang terpercaya mengenai hal tersebut.
C. Pentingnya Syura di dalam Islam
Syura merupakan dasar utama dan sifat yang melekat dalam tubuh umat islam. Syura ini
disebutkan Allah SWT bersama kewajiban-kewajiban utama, seperti iman, tawakal, menjauhi
dosa besar, dll. Rasulullah SAW menjadikan syura sebagai salah satu penentu perjalanan umat
islam untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan hidup.
D. Hukum Syura
Mengingat kedudukan syura dalam Al-uran dan as-Sunnah, disamping peraannya yang
amat besar maka para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas para penguasa
umat Islam.
E. Pemahaman yang Keliru Tentang Syura
Sebagian orang mengira bahwa kekalaan perang di uhud yang menyebabkan Rasulullah
terluka, terbunuhnya hamzah dan banyak sahabat lainnya adalah karena syura sebelum perang
adalah keliru, kekalahan tersebut karena tidak taat dengan perintah Pemimpin.
F. Syura pada Masa Rasulullah SAW
Allah telah menjadikan syura sebagai sifat kaum muslimin, dan memerintahkan Rasul-Nya
agar bermusyawarah dengan para sahabatnya, serta mengikuti pendapat-pedapat mereka yang
benar, supaya umat sesudahnya mengikuti sunnahya.
G. Syura pada Masa Dua Khaliah Rasulullah SAW
Di masa khalifah Abu Bakar, diadakan syura berkali-kali, diantaranya syura untuk
menyelamatkan tentara usamah, syura mengenai penghimpunan Al-uran, dan beberapa syura
yang diadakan untuk membahas urusan kaum muslimin. Khalifah umar membuat beberapa
kaidah bagi syura, antara lain ketentuan bahwa ahli syura hendaklah orang-orang yang berilmu
dan meguasai permasalahan, membagi manusia menurut siapa yag lebih dahulu masuk islam,
dan kaidah lainnya menyusruh bermusyawarah dengan orang-orang yang berhak mengambil
keputusan agar tidak diputuskan secara individu atau mengikuti keinginan individu.
H. Syarat-syarat Anggota Syura
1. Orang yang dapat membuat perjalanan umat ini sesuai dengan Al-Quran dan As-Sunnah
2. Memiliki lembaran putih dan terpelihara akhlaknya
3. Orang-orang adil dan terpercaya dari para ahli ilmu, mereka bertaqwa, amanah, dan hanya
takut kepada Allah
4. Bijak dan mampu meluruskan imam ketika menyimpang, dan mendukungnya ketika lemah
Dalam majelis syura hendaknya dibentuk lajnah-lajnah (komisi) khusus untukk urusan-
urusan tertentu, supaya dapat memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap berbagai
masalah secara tepat dan ilmiah.
I. Dalam Masalah Apa Musyawarah Diadakan
Urusan yang boleh dimusyawarahkan adalah setiap perkara yang tidak ada nashnya.
J. Prinsip Mayoritas
Anas bin malik ra berkata : saya pernah mendengar Rasulullah bersabda : umatku tidak
akan bersepakat atas kesesatan; maka jika kamu melihat perselisihan, hendaklah kamu
berpegang pada kelompok terbanyak.
Dari dalil diatas dan beberapa dalil lainnya, kita wajib mengambil dan megikuti pendapat
mayoritas. Mengenai wajibnya mengikuti pendapat mayoritas ini tidak berlau dalam kerangka
parlemen di negara-negara demokrasi.
III. Imamah Uzhma
A. Lintasan Sejarah Khalifah
Firman Allah : Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang
pemberi peringatan(QS. Fathr : 24). Khalifah bermula dari Nabi Adam, kemudian anak
keturunannya dari para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya yang baik. Nabi Muhammad SAW
datang sebagai penutup mata rantai kenabian dan kerasulan yang mulia ini. Kemudian
dilanjutkan dengan masa khulafaur Rasyiddin, Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman Bin
Affan, dan Ali Bin Abi Thalib. Setelah itu umat islam memasuki era pemerintahan baru dimana
khalifah dijadikan warisan diantara Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah dan setelah itu muncul
Khilafah Utsmaniya. Hal ini mencerminkan hadist yang pernah disabdakan Rasulullah.
Dari Numan bin Basyir, ia berkata : Kami duduk-duduk di Masid Rasulullah SAW,
Basyir adalh seorang yang tak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsalabah seraya berkata :
wahai basyir bin saad, apakah kamu hafal hadist Rasulullah SAW tentang para penguasa?
Maka Hudzaifah tampil seraya berkata, aku hafal khutbahnya. Lalu Abu Tsalabah duduk
mendengarkan Hudzaifah berkata : Rasulullah bersabda: (1) Muncul kenabian ditengah-tengah
kamu selama masa yang dikehendak Allah, kemudian ia mencabutnya ketika Ia meghendakinya.
(2) Kemudian akan muncul khilafah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang
dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (3) Kemudian
muncul raja yang menggigit selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (4) Kemudian muncul raja yang diktator selama
masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (5)
Kemudian akan muncul lagi khilafah dengan sistem kenabian
B. Definisi Imamah
Imam menurut Bahasa ialah setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik mereka berada
di jalan yang lurus atau sesat. Berdasarkan ahli tafsir, imam adalah lafazh yang berarti
kepemimpinan tertinggi diantara mereka; ke atas pundaknya diletakkan tanggung awab kebaikan
mereka dalam agama dan dunia.
C. Hukum Mengangkat Imam
Kesepakatan semua pihak atas wajibnya mengangkat imam, dan umat wajib tunduk kepada
seorang imam yang menegakkan hukum-hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
D. Jenis Kewajiban
Menegakkan khilafah merupakan fardhu kifayah. Fardhu (kewajiban) yang dibebankan
kepada umat ini belum gugur, karena sampai saat ini belum diangkat seorang khaliah. Fardhu
kifayah itu gugur apabila telah ada sebagian orang yang telah melasankannya. Jika sebagian
umat ini belum selesai menegakka fardhu kifayah tersebut, maka seluruh umat dituntut untuk
menegakkannya.
E. Syarat-syarat Imamah atau Khalifah
1. Kesempurnaan moral
2. Ilmu yang dapat mengantarkan kepada ijtihad dalam berbagai kasus dan hukum
3. Sehat panca indera
4. Tidak memliki cacat anggota badan yang akan menghalang kesigapan gerak dan kecekatan
kerja
5. Mempunyai pandangan yang dapat membawa kepada kebijakan rakyat
6. Memiliki keberanian dan kegigihan untuk melindungi kawan dan memerangi lawan
7. Berketurunan Quraisy, namun untuk syarat ini masih banya perdebatan. Menurut Ibnu Hajar,
orang Quraisy diistimewakan dalam kepemimpinan karena keistiqomahan mereka kepada agama
Allah SWT. Namun apabila terdapat orang yang lebih mampu daripada orang Quraisy, maka ia
harus diutamakan. Karena sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW. Dari Anas ra, ia
berkata : bersabda Rasulullah saw : Dengarlah dan taatlah, sekalipun kamu dipimpin oleh
seorang budak Habasy yang berambut seperti Anggur
IV. Tujuan Jamaatul Muslimin dan Saranaya
A. Tujuan-tujuan Khusus bagi Umat Islam
1. Membina pribadi Muslim dan mengembalikan kepribadian Islam
2. Membina keluarga Islam dan mengembalikan kepada karakter aslinya
3. Membina masyarakat Islam yang akan mencerminkan dawah dan perilaku Islam
4. Mempersatukan umat Islam di seluruh penjuru dunia
B. Tujuan-tujuan Umum bagi Jamaatul Muslimin
1. Supaya Manusia menyembah Rabb yang Maha Satu (QS. Ad-Dzariat ; 56, QS. An-Nahl : 36,
QS. Fathir : 24, QS. Al-Baqarah : 21)
2. Menjalankan ptinsp amar maruf nahi munkar (QS. Ali Imran : 110)
3. Menyampaikan Dawah Islam kepada semua manusia (QS. Al-Baqarah : 143) dan beberapa
hadist
4. Menghapuskan fitnah dari seluruh dunia (QS. Al-Anfal : 39)
5. Menaklukkan Roma, Ibukota Italia
6. Memerangi semua manusia sehingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar
C. Bebarapa Sarana Terpenting Jamaatul Muslimin
1. Sarana dalam Mencapai Tujuan Khusus
a. Wajib mengembalikan media massa, pengajaran, ekonomi, dan alat-alat negara lainnya kepada
Islam, supaya pengarahannya diatur sesuai batas-batas dan syariat Islam
b. Menghancurkan semua unsur kemunafikan dan kefasikan di dalam umat dan membersihkan
masyarakat daripadanya.
c. Mempersiapkan umat Islam sebaik-baiknya sehingga sesuai berbagai tuntutan di masa
mendatang
2. Sarana dalam Mencapai Tujuan Umum
a. Menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada semua manusia melalui berbagai media massa di
dalam negara islam
b. Menuntut semua manusia agar masuk Islam
c. Menuntut semua negara agar tunduk kepada ajaran-ajaran Islam
d. Mengumumkan jihad bersenjata dan terus menerus sampai tercapai kemenangan atas semua
pihak yang menentang dan menolak tuntutan-tuntutan jamaatul muslimin
BAGIAN KEDUA
JALAN MENUJU JAMAATUL MUSLIMIN
I. Hukum-hukum Islam
A. Tak Ada Parsialisasi dalam Hukum Islam
Sejak dakwah islam dibawah pimpinan Rasulullah saw mulai digelar di Makkah, turunlah
pengarahan-pengarahan Rabbani secara bertahap sesuai dengan keperluan jamaah. Kaidah
tersebut berbeda keadaanya dengan masa sekarang dalam kaitannya dengan jamaatul muslimin,
sebab pengarahan-pengarahan Rabbani dan sunnah Nabawiyah telah diturunkan secara
sempurna. Karena itu, islam menolak adanya sektoralisasi ajaran Islam.
B. Kapan Diterapkan Hukum Islam
Individu atau jamaah di dalam umat islam boleh melaksanakan hukum-hukum islam
sesuai dengan tuntutan keadaan dan posisinya dalam kehidupan dan perkembangan
kehidupannya, dengan syarat bahwa individu atau jamaah tersebut meyakini semua hukum
islam dan keberlangsungannya,
C. Pembagian Hukum Islam
Hukum Islam dari segi hakikat dan tata cara terbagi dua, yaitu substansi hukum dan cara
pelaksanaan hukum. Contoh: membaca Al-Fatihah dalam shalat adalah substansi hukum,
sedangkan cara membacanya adalah cara pelaksanaan hukum. Dari segi pelakunya dibagi
menjadi dua, yaitu individu dan jamaah. Dalam hal ini yang dimaksud jamaah adalah jamaah
dawah.
BAGIAN KETIGA
RAMBU-RAMBU SIRAH NABI SAW DALAM MENEGAKAN JAMAAH
BAGIAN KEEMPAT
TABIAT JALAN MENUJU JAMAATUL MUSLIMIN
b. Terlalu percaya dan berprasangka bak kepada kepemmpinan lain yang ssemasa dengannya
Jumat, 14 Maret 2014
Oleh
Susanto Triyogo
( Ketua Bidang komunikasi kebijakan Publik dan Hubungan Antar Lembaga PW KAMMI Jawa
Barat)
Buku menuju jamaatul muslimin terdiri dari 4 bab ; bab pertama menjelaskan struktur organisai
jamaatul muslimin yang terdiri dari satu basis yaitu umat dan dua pilar, yaitu Majelis Syura dan
Khalifah. Selanjutnya memaparkan dua bagian penting dari tujuan-tujuan Jamaatul Muslimin :
pertama, tujuan-tujuan khusus bagi umat Islam dan kedua, tujuan-tujuan umum menyangkut
semua manusia. Bagian kedua yang merupakan judul dari buku ini yang sekaligus bagian initi
buku ini, yaitu jalan menuju Jamatul Muslimin. Dalam bab ini dibahas hukum-hukum islam,
kesadaran para rasul dan pengikut-pengikutnya terhadap langkah ini, dan para Dai Islam dan
langkah pertama Rasulullah SAW. Bab ketiga yang merupakn penjelasan dari bab kedua yaitu
membahas Rambu-rambu sirah Nabi SAW dalam meneggakkan Jamaah dan bab ke-empat
menjelaskan tabiat jalan menuju Jamaatul Muslimin, yan gmendefinikan tabiat dari misi besar
ini samapi dengan contoh yang di alami para nabi dan sahabat dalam menempuh jalan ini.
Dalam muqadimah buku ini penulis menyampaikan yang memberikan gambaran kepada
pembaca akan cita-cita umat muslim, yaitu Jamaatul muslimin pada hari ini tidak ada. Karena
itu seluruh kaum Muslimin berkewajiban menegakkannya. Dan kewajiban ini merupakan
tuntutan zaman kepada setiap bangsa, sampai negara Islam dapat ditegakkan dan berkembang.
Sehingga pada bab ini penulis mendefinisikan secara epistemologi mengapa Jamaatul Muslimin
harus ditegakkan. Jamaatul Muslimin sendiri menurut bahasa adalah sejumlah besar
manusia., atausekelompok manusia yang berhimpun untuk mencapai tujuan yang sama.
Jamaah menurut syariat yang disampaikan oleh syatibi setelah meninjau bebrapa hadist
Rasulullah
SAW, bahwa Jamaah adalah :
1. Penganut Islam apabila bersepakat atas suatu perkara, dan para pengikut agama lain
diwajibkan mengikuti mereka
2. Masyarakat umum dari penganut Islam
3. Kelompok ulama mujtahidin
4. Jamaatul Muslimin apabila menyepakati seorang amir
5. Para sahabat Rasulullah SAW secara khusus
Empat pendapat pertama dirumuskan oleh syekh Hussain bin Muhammad bin Ali jabair dengan
definisi Jamaah adalah apabila menyepakati seorang khalifah umat, dan umat pun mengikuti
mereka. Sedangkan pedapat poin ke-lima disefinisikan para sahabat merupakan jamaah pertama
yang diikuti dan diteladani.
Jamaatul Muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dan luhur dalam syariat islam. Ia
merupakan ikatan yang kokoh yang bila ia hancur akan hancur pula ikatan-ikatan islam lainnya.
Seperti yang pernah disampaikan Umar bin Khattab ra, wahai masyarakat Arab, tidak ada
Islam kecuali dengan jamaah. Tidak ada jamaah kecuali dengan kepemimpina, dan tidak ada
kepemimpinan kecuali dengan ketaatan. Dan juga apa yang dijelaskan dalam surat ar-rum 31-
32 ; ...Dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang menyekutukan Allah, yaitu yang
memecah belah agama mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan
merasa bangga dengan apa yang ada pada mereka
Demikian banyak ayat-ayata dan hadist-hadiat yang menunjukkan wajibnya menegakkan
jamaatul muslimin dalam kehidupan umat. Tetapi kondisinya pada hari ini Jamaatul Muslimin
boleh dikatakan tidak ada lagi di dunia sekarang ini. Yang dapat kita katakan dalam masalah ini
hanyalah adanya Jamaah dari sebagian kaum Muslimin dan negara bagi sebagian kaum
Muslimin, bukan Jamaatul Muslimin dan negara kaum Muslimin.
Pengertian umat menurut bahasa adalah kebanyakan mereka dari satu asal dan dipersatukan
oleh sifat-sifat yang diwariskan, kemaslahatan, dan keamanan yang sama. Negara yang bisa
disebut sebagai negara Islam adalah negara yang dikuasai oleh kekuasaan negara keadilan yaitu
negara yang menegakkan islam dan melindungi hukum-hukumnya, serta dipimpin oleh seorang
khalifah. Umat islam tidak dibatasi oleh sekat-sekat teritorial, sebab seluruh bumi ini pada
asalnya milik umat muslim. Umat islam mempunyai akar sejarah yang panjang di muka bumi
ini, yakni sejak priode pertama manusia di atas bumi. Bermula dari Adam, kemudian Nuh,
diiringi oleh para rasul dan kaum muslimin sesudah mereka, sehingga datang penutup para nabi
dan rasul, Muhammad SAW. Umat Muhammad yang meliputi sebagian manusi terbagi dua :
pertama, umat yang menyambut dan menerima dakwah Rasulullah SAW, dan menyatakan diri
masuk Islam secara kaffah. Kedua, golongan yang tidak mau menerima dan menyambut dawah
Muhammad SAW, dan tidak masuk ke dalam islam secara kaffah. Diantara karakteristik dan
sendi-sendi umat Islam yang membedakan dari umat-umat lain adalah; aqidah yang bersih dari
segala bentuk kemusrikan, universalitas dan integritas aqidah tersebut, rabbaniyah,
kesempurnaan, keterbatasn dari kekurangan, kepertengahannya, dan fungsi sebagi saksi atas
manusia.
Pilar pertama Jamaatul Muslimin, yaitu syura. Syura ini lahir dari basis umum Jamaatul
Muslimin, yaitu umat, dan berfungsi sebagai ahlul aqdi wal hilli di dalamnya. Syura ialah
mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan diketahui berbagai
aspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan. Syura merupakan fitrah
manusia, karena manusia diberikan keterbatasan dalam melihat permasalahan secara spesifik,
sehingga membutuhkan orang lain untuk juga menganalisis dengan sudut pandang yang berbeda.
Mengenai syura ini, Allah mengisahkan dalam al-quran dalam banyak kisah, sperti ratu Balqis
mengadakan sidang untuk memusyawarahkan masalah penting terkait surat Nabi Sulaiman yang
meninta ia dan kaumnya menyerah (an-Naml:32-22) atau ketika Musa diangkat menjadi Rasul
Allah, ia meminta kepada-Nya agar dibantu seorang yang mendukung nya dan memberikan
pendapat ( Thaha:29-32). Contoh-contoh yang disebutkan al-Quran ini menjelaskan keaslian
prinsip syura dalam pembentukkan manusia sebagai satu upaya mencapai kemaslahatan dan
menghindari bahaya. Di samping itu, syura juga dapat, memberikan kekuatan terhadap individu
yang lemah, dan menambah pengalaman dan wawasan mengengenai berbagai persoalan.
Rasulullah SAW pun mencontohkan syura dalam beberapa kesempatan, seperti dalam perang
Badr, perang Uhud, dan bahkan menyangkut masalah masalah yang bersifat pribadi pun
Rasulullah SAW pernah memusyawarahkannya. Dalam peristiwa berita dusta, Rasulullah
SAW meminta pendapat Usamah dan para sahabat lainnya mengenai peristiwa ini.
Pilar kedua dalam membangun Jamaatul Myslimin adalah imam, pemegang kepemimpinan
besar umat Islam. Imam ini dicalonkan oleh ahlul aqdi wal hilil dalam majelis syura untuk
memudahkan urusan negara dan manusia sesuai sistem Rabb semesta alam. Imam sendiri
menurut bahasa ialah setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik mereka dlam jalan lurus
atau sesat. Sedangkan ahli tafsir mendefinikan imam dengan setiap orang yang dijadikan
teladan dalam maslah agama. Imam Mawardi menkualifikaskan tujuh syarat menjadi imam.
1. Kesempurnaan secara moral
2. Ilmu yang dapat mengantarkan kepada ijtihad dalam berbagai kasusu dan hukum
3. Sehat panca indra seperti pendengaran, pengelihatan, dan lisan
4. Tidak memiliki cacat anggota badan
5. Mempunyai pandangan yang dpat membawa kepada kebijakan rakyat
6. Memiliki keberanian dan kegigihan untuk melindungi kawan dan memarngi lawan
7. Berketurunan dari Quraisy
Menjelaskan syarat keterunan dari quraisy yang menjadi perselisihan para ulama, Ibnu Khaldun
menjelaskannya dengan berkata, Hikmah dikhususkannya kepemimpinan ini pada kaum
Quraisy adalah, karena mereka golongan yang kuat dan menjadi pusat kepemimpinan yang
diakui semua bangsa Arab. Jadi, syariat mengkhususkan kepemimpinan pada kaum Quraisy
karena ia lebih dapat mewujudkan persatuan semua pihak dan kesatuan hati. Karean itu jika ada
orang kuat yang tidak diperselisihkan dan dapat diterima oleh semua pihak (umat Islam),
berarti ia telah memenuhi persyaratan ini, tanpa memandang kepada jenis dan keturunanya.
Setelah di kemukakan struktur organisasi Jamaatul Muslimin yang terdiri atas satu basis, yaitu
umat dan dua pilar, yaitu Majelis Syura dan Khalifah, maka yang terpenting setelah itu adlah
tujuan-tujuan Jamaatul Muslimin, pertama tujuan-tujuan khusus bagi umat Islam adalah :
1. Membina pribadi Muslim dan mengembalikan keperibadian Islam setelah dihancurkan
peradaba asing, Timur dan Barat.
2. Membina keluarga Islam dan mengembalikan karakteristiknya yang asli agar dapat
melaksanakan tugasnya, yaitu ikut berpartisipasi dalam menciptakan manusia Muslim yang
sejati.
3. Membina masyarakat Islam yang akan mencerminkan dakwah dan perilaku Islam
4. Memepersatukan umat islam di seluruh dunia menjadi satu front kekuatan dalam menghadapi
kekafiran, kemusrikan dan kemunafikan.
Sedangkan yang merupakan tujuan-tujuan umum bagi Jamaatul Muslimin adalah
1. Supaya manusia menyembah Rab yang maha satu
2. Menjalankan prinsip Amar Maruf nahi Mungkar
3. Menyampaikan dawah Islam kepada semua manusia
4. Menghapuskan fitnah dari seluruh dunia
5. Menaklukkan Roma, ibu kota Italia
6. Memerangi semua manusia sehingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar
BAGIAN KEDIA
JALAN MENUJU JAMAATUL MUSLIMIN
Dalam merencanakan suatu grand desain besar untuk mewujudkan Jamaatul Muslimin makan
kita harus mendifiniskan bagaimana hukum yang merupakan alat untuk mencapai tujuan bisa
didefinikan dengan konteks jamannya dan waktunya. Setiap muslim dan Jamaah Islam di tuntut
melaksanakan seluruh pengarahan Rabbani dan sunah Nabawi secara utuh tanpa penguranagn
atau sektoralisasi. Karena Islam menolak adanya sektoralisasi ajaran Islam dan menghukumnya
sebagai seorang yang merugi dan hina di dunia dan siksa pedih di akhirat ( al-Baqarah 85-86).
Sehingga jika kita melihat dewasa ini hukum-hukum kafirlah yang mewarnau negeri muslim saat
ini, yang membuat umat islam tidak bisa menjalankan hukum Islam yang bersifat makro. Maka
jawaban dari pertanyaai ini, bahwa individu atau jamaah di dalam umat Islam boleh
melaksanakan hukum-hukum Islam sesuai dengan tuntutan keadaan dan posisinya dalam
kehidupan dan perkembangan kehidupannya, dengan syarat bahwa individu atau Jamaah
tersebut meyakini semua hukum Islam dan dan keberlansungannya. Dan keimanan tersebut harus
nampak melalui keterlibatan secara aktif dalam hukum-hukum Islam yang menjadi bagiannya.
Rasulullah SAW sjak masa-masa pertama diturunkan wahyu Ilahi menyadari bahwa tugas yang
diserahkan kepadanya tidak mungkin dapat dilakukan oleh satu orang manusia, tetapi
memerlukan suatu jamaah yang kuat yang akan menerapkan pada dirinya kemudian kepada
segenap alam. Rasulullah SAW mengungapkan pentingnya jamaah ini bagi keberhasilan dawah
dan menyatakan bahwa jamaah inilah yang akan menentukan atau tidaknya dakwah islam.
Sebagaimana yang beliau lakukan saat menjelang perang Badar dengan berdoa, ya Allah, jika
kelompok dari orang-orang Islam ini hancur, maka Engkau tidak akan disembah di muka bumi.
Demikianlah, jika kelompok (jamaah) dari umat Islam ini hancur, maka engkau tidak akan
disembah di muka bumi. Begitupun para pemikir Islam dari klasik sampai dengan kotemporer
sepakat akan wajibnya menegakkan Jamaah ini. Seperti apa yang dikatakan Ustadz Sayyis
Quthb, Bagaimana proses kebangkitan Islam dimulai?sesungguhnya ia memerlukan kepada
golongan perinitis yang menegakkan kewajiban ini.
Ssetelah nyata bahwa langkah dakwah pertama Rasulullah SAW di Mekkah adalah mewujudkan
Jamaah yang bertugas mengemban dakwah dan menyebarkan ajaran-ajarannya dan setelah
diketahui pula wajibnya para dai Islam berpegamg teguh dan konsisten kepada langkah ini.
Sehingga meninjau kondisi umat pada hari ini, tidak adanya Jamaatul Muslimin maka
kewajiban seorang dai (aktivis Islam) di negara yang terdapat satu Jamaah adalah tidak
dibenarkan sama sekali untuk mendirikan jamaah baru di negara tersebut. Sebab, yang demikian
itu akan mengakibatkan munculnya beberapa jamaah di negara tersebut. Dan setelah itu
jamaaj-jamaah tersebut akan terlibat dalam pertikaian dan pertentangan yang tidak terbatas.
Kedua, kewajiaban para Dai yang terdapat beberapa jamaah maka sikap para yang harus
diambil adalah menimbang prinsip-prinsip dan pemikiran-pemikiran semua jamaah yang ada
dengan neraca Islam yang hanif. Selanjutnya, mereka berusaha mengabungkan semua jamaah
ke dalmnya, jika hal ini dapat dilakukan. Sebab, penggabungan ini akan dapat menhentikan
perselisihan antar jamaah dan menyatukan dawah Islam dlam menghadapi musuh-musuhnya.
Ketiga, jika para Dai yang belum ada jamah, bagi mereka mendirikan Jamaah .
BAB III
RAMBU-RAMBU SIRAH NABI SAW DALAM MENEGAKKAN JAMAAH
Rambu pertama kehidupan rasulullah SAW dalam menegakkan Jamaah ialah menyebarkan
prinsip-prinspi dakwah dan ajarannya. Dalam tahapan ini Rasulullah SAW menempuh dua jalan;
pertama, kontak pribadi dengan penyampaian kepada Khadijah, kepada anak pamannya Ali bin
Abi Thalib. Kedua, kontak umum dengan mengumpulkan manusia dalam suatu jamuan makan
malam di rumahnya kemudian menyampaikan prinsip-prinsip dakwah kepada mereka,
mengumpulkan manusia di berbagai tempat, kemudian menyampaikan risalah Allah kepada
mereka, dan masih banyak lagi yang Rasulullah SAW lakukan.
Rambu kedua Rasulullah dalam membina Jamaahnya adalah dengan pembentukan dakwah dan
pembetukan yang dilakukan Rasulullah melihat kondisi waktu dan tempatnya. Takwim
(kaderisasi) dalam tahapan Siriyyah, Rasulullah membagi orang-orang yang telah menerima
dakwah untuk di takwim dalam beberapa kelompok kecil. Masing-masing kelompok
beranggotakan tiga samapi lima orang. Kedua tawim yang dilakukan Rasulullah SAW pada tahap
Alaniyah, pada tahap takwah ini Rasulullah SAW menempuh beberapa cara berbeda dengan
cara yang ditempuh pada tahap sirriyah antara lain; membuat beberapa halaqah jamiyah yang
berjumlah besar, mengadakan perjalana jamiyah tertentu, dan mengkondisikan situasi umum
terhadap dakwah melalui khitbah-khutbah dan ceramah-ceramah umum. Ketiga, pembinaan
dalam tahap Sirriyah dan Alaniyah di dalam satu waktu yang sama. Hal ini nampak jelas pada
sirah rasulullah SAW, seba pada tahan sirriyah mempunyai dua sisi. Pertama, dilakukan secara
terang-terangan dan diketahui semua orang, seperti yang dilakukan Abu Bakar Ash Sidiq sejak
awak ke-islamannya, ia mengajak kepada teman-temannya secara terang-terangan. Kedua
dilakukan sembunyi-sembunyi, seperti apa yang dilakukan oleh Khabab . ia bersembunyi dari
umar bukan karena takut atau tidak suka diketahui ke-Islamannya, tetapi karena sifat aktivitasnya
memang sangat rahasia.
Dakwah yang dilakukan rasulullah terutama ketika di mekah banyak perlawan yang ingi
menghalangi dakwah beliau, sehingga Rasulullah melakukan konfontasi bersenjata melawan
penentang dakwah dan penghalang penyebaran dakwah Islam, dan pembentukan kader-kadernya.
Jadi konfontasi bersenjata terhadap para penentang dakwah ialah memepertahankan kelompok
yang masuk ke dalam pembinaan. Tetapi dalam melaukan gerakan ini Rasulullah SAW selalu
menganalisis kapan dan dala situasi umat Muslim harus menyerang. Yang pertama rasulullah
memperhatikan syarat-syarat melakukan konfrontasi bersenjata, seperti kemandirian ekonomi,
kemanan jalur-jalur komunikasi dan sarana perthanan yang memadai. Kedua. Memcari basis
geografis untuk pembentukkan dan penyiapan pasukan. Selain kemadirian syarat-syarat
konfrontasi, rasulullah SAW pun memperhatikan jumlah pasukan, apakah memadai atau tidak.
Faktor-faktor yang menjamin keberlangsungan proses pembinaan jamaah. Meliputi tiga hal:
Sirriyah dalam gerakan pembinaan jamaah, bersabar atas segaola kesulitan, dan menghindari
konfrontasi melawan kebatilan dalan dua tahapa awal;penyebaran dan pembinaan. Diantara tiga
hal tersebut yang harus diperhatikan adalah poin sirriyah dalam gerakan pembinaan jamaah.
Karena sirriah merupakan kotak tempat penyimpanan program amal jamai dan tirai yang
meneutupi dan melindungi program tersebut. Sirriyah adalah suatu prinsip yang sangat penting
dan harus dipegang teguh sepanjang gerakan pembinaan jamaah, terutama pada tahapan
pertama, agar tidak dipukul di usia bayi. Sirriyah hanya menyangkut aspek penataan saja, bukan
menyangkut aspekm pemikiran atau nilai-nilai Islam yang harus dikemukakan. Para dai atau
aktivis Islam harus memperhatikan rambu ini dan mengutamakannya dalam gerakan mereka,
karena ia merupakan kuncikeamanan yang melindungi amal jamai dari intaian mata-mata
musuh.
Diantara faktor terpenting yang dapat melindungi struktur jamaah pada tahap pembinaan adalah
kesabaran seluruh anggota jamaah dan keberhasilan mereka meredam emosi dalam menghadapi
musuh. Sikap sabar ini tercermin dari seluruh keadaan di Makkah sebelum hijrah. Tidak ada
satupun keadaan dakwah Islam di Makkah pada tahapan tersebut kecuali menampakkan sikap
kesabaran. Oleh karena itu faktor keimanan menjadi energi dalam sabar dan menahan emosi,
oleh karena itu faktor keimanan ini, agar terwujud kesabaran, kemudian terpelihara jamaah dan
akhirnya tercapai kemenangan bag islam dan kaum Muslimin. Perahasiaan dan sabar belum
cukup untuk melindungi jamaah dari gannguan, karena perbedaan kemapuan manusia dalam
menerapkan heal tersebut. Juga karena sebagian besar ajaran Islam pasti akan namapak pada para
pelakunya dalam bentuk perilaku dan sikap. Karena itu, pemimpin yang bijaksana segera
membuat faktor yang lebih aman untuk melindungi jamaah tersebut. Dengan terpeliharanya
eksistensi jamaah maka akan tercapai kemenangan Islam dan tersebar ajaran-ajarannya.\
BAGIAN IV
Sebuah cita-cita besar pasti membutuhkan orang-orang besar yang siap memikulnya, bahwa
dakwah bukan lah jalan kesenangan yang ditaburi oleh bunga-bunga tetapi merupakan perjalanan
yang penuh dengan onak dan duri di dalamnya. Sehingga di butuhkan orang-orang yans siap
menanggung kosekuensi untuk cita-cita besar, seperti hadist yang menebutkan surga itu
dikelilingi oleh berbagai hal yang tidak disukai. Dalam menempuh jalan ini Rasulullah SAW
mengalami berbagai ejek, penghinaan, dan penganiayaan. Di sepanjang trotoar jalan ini
Rasulullah SAW melihat penjara-penjara dan tempat tahanan. Disetiap perjalanan ini pula
Rasulullah SAW melihat rekan-rekannya yang mulai digergaji tubuhnya menjadi dua, melihat
mereka yang disikat dagingnya dengan sikat besi, melihat mereka yang digantung, diborgol, dan
di injak-injak. Rasulullah SAW melihat dan menyaksikan semua itu, Kemudian Allah
menegaskan tabiat jalan ini dalam surat Al-Baqarah 214. Syyaid Quthb menyimpulkan bentuk-
bentuk ujian yang di tafsirkan dalam surat al-Anbiya 35 dengan:
a. Penganiayaan dari kebatilan dan para pelaku kebatilan
b. Fitnah yang menimpa keluarga dan orang-orang yang dicintai lantaran dirinya
c. keasingan di tengah lingkungan karena aqidah
d. fitnah popularitas dan dayya tarik kehidupan dunia.
e. fitnah kebanggaan diri dan penyandaran segala sesuatu kepada dirinya setelah tercapai
kemenangan, dan lain sebagainya
diantara macam-macam tabiat dari jalan ini ada tujuan yang disiapkan allah untuk mengantarkan
manusia kepada kualitas kerja terbaik (al-Kahfi;7) dan membentuk manusia yang baik melalui
perbuatan-perbuatan, agar dengan demikian pergerakan manusia di atas bumi menjadi baik.
Seperti apa yang diceritakan Allah dalam kisah Tahalut (al-baqarah:246-251), Thalut
mengadakan ujian penyaringan kepada tentaranya satu perastu, agar dengan seleksi ini Thalut
dapat mengetahui siapakah tentra yang bisa diajak berjuang memasuki pertempuran. Tabiat jalan
dakwah adalah sunnatullah di mana manusia dan jamaah islam tunduk kepada ketentuan-
ketentuannya, contoh kedua anak Adam merupakan bukti pertarungan pertama kali antara
kebenaran dan kebatilan. Begitu pun dalam kisah Ashabul Ukhdud di kota najran mendapatkan
perhatian besar dari al-Quran. Begitupun dengan apa yang di alami oleh Rasulullah, bagaimana
Rasulullah SAW yang mengalami gangguan dan bujukan dari kaum Musrikin.
Setelah Khilafah Ustmaniyah jatuh pada 1924, tokoh-tokoh Islam dan para ulama berjuang
mengembalikan Khilafah Islamiyah ke dalam kehidupan kaum Muslimin. Perjuanagan
menegakkan kembali tersebut dilakukan dalam dua bentuk, yaitu perjuanagn individu dan
kolektif. Ditinjau dari tujuannya, perjuanagn kolektif terbagi dalam beberapa bagian. Perjuanagn
kolektif yang tujuan langsungnya menegakkan khilafah Islamiyah serta merencanakan strategi
untuk meraih tujuan tersebut adalah Hizbut Tahrir, Ikhawanul Muslimin, Masyumi, jamaat
Islam, dan Fidaiyyan. Sedangkan perjuangan kolektif yang tujuannya dakwah sosial, budaya, dan
sufi adalah Anshar as Sunnah, Jamiyyah Syariyyah, Jamaah Tabligh, al-Mahdiyah, dan as-
Sunusiyah.
Penutup dari buku ini penulis menyimpulakan beberapa hal yang menjadi titik point bagi aktivis
gerakan Islam yang memperjuangkan Jamaatul Muslimin dan Umat Muslim Khususnya.
1. Umat Islam kehilangan suatu hal yang sangat agung, yaitu Khilafah
2. Adalah kewajiban umat Islam saat ini untuk berupaya sekuat tenaga menegakkan Khilafah
3. Jalan menuju penegakkan khilafah adalah Jamaah Muslimin di seyiap negeri Islam haru
berniat menegakkannya dan menjadikannya sebagai tujuan pertamanya
4. starting point dalam jalan menuju penegakkan Jamaah adalah; mulai dengan orang yang
menjadi tanggungan kita dan kemudian orang-orang terdekat dengan kita
5. kami sampaikan tiga faktor penting perlindungan Jamaah adalah : sirriyah dalam gerakan
yang terorganisasi, sabar menghadapi kesulitan, dan menjauhkan anggota yang memenuhi
panggilan dakwah pada langkah awal dari konfrontasi langsung dengan musuh
6. ada banyak jamaah islamiyah yang telah menempuh jalan ini. Di antara Jamaah tersebut ada
yang tujuan dan sasarannya terbatas sehingga tidak mengantarkan kepada tujuan yang
diharapkan. Menurut syariat Islam ia tertolak. Ada juga Jamaah yang tujuan dan sarananya
lengkap, mencerminkan kesempurnaan dan keluhuran Islam dan diterima menurut syariat Islam
7. Jamaah yang memiliki kesempurnaan dan kekomperhensifan dalam tujuan dan saranalah
yang layak mendapatkan loyalitas dan dukungan setiap Muslim dan bahwa setiap Muslim yang
tidak memberikan loyalitas dan dukungannya dianggap berdosa
Wallahu alam