MUQADIMAH
A. Tujuan Pembahasan
Menjelaskan kepada umat islam bahwa Jama’atul muslimin itu tidak ada.
B. Kedaulatan Milik Allah
1. Allah menjadikan kedaulatan sebagai karakteristiknya , (QS. Yuusuf : 40, 67) (QS. Al-An’am :
57,62) dll
2. Allah menjadikan manusia khalifahnya di bumi (QS. Al-Baqarah : 30), (QS. Al-An’am : 165), dll
3. Allah menurunkan hukum-hukumnya dan tatanan-tatanannya (QS. AL-Baqarah : 38, 213)
4. Allah menjadikan berhukum kepada petunjuk dan aturan-aturannya, serta berserah dir dan patuh
kepada aturan-aturan-Nya, sebagai syarat keimanan kepada-Nya. (QS. An-Nisa : 59, 60) dll
5. Allah menganggap setiap pembangkangan dan penyimpangan darinya sebagai jalan kekafiiran,
kezhliman, dan kefasikan. (QS. AL-maidah : 44-45)
6. Allah menjadikan taat kepada penguasa yang menjalankan petunjuk-Nya dan wahyu-Nya
termasuk ketaatan kepada-Nya dan Rasul-Nya ( QS. An-Nisa : 59)
7. Setiap ketaatan pada penguasa yang tidak menjalankan apa yang diturunkan Allah, maka
merupakan kejahiliyahan, kemusyrikan, kemurtadan dan kesesatan (QS. Al-Maidah : 49-50) (QS.
Ali-Imran : 64) dll
C. Latar Belakang Pemilihan Tema Ini
1. Hilangnya jama’atul muslimin dari kehidupan umat islam, dan kewajiban untuk menegakkannya.
(QS. An-Nisa : 59)
2. Perpecahan, degradasi, dan kehinaan umat islam akibat tidak adanya khilafah dan qiyadah
3. Penjauhan islam dari hukum-hukumnya
4. Banyaknya ayat-ayat dan hadist-hadist yang menganjurkan ditegakkannya jama’atul muslimin
5. Ketidaktahuan sebagian besar umat islam akan wajibnya menegakkan jama’atul muslimin
6. Tersebarnya kebatilan dan tegaknya panji-panjinya.
7. Timbulnya fitnah dan kesengsaraan yang melanda umat manusia
8. Kebingungan yang terjadi di kalangan kaum terpelajar dan juru da’wah
9. Keyakinan penulis bahwa jama’atul muslimin dapat dicapai dengan usaha manusia itu sendiri
10. Agar usaha menegakkan jama’atul muslimin memberikan hasil yg baik maka harus punya pemberi
arahan yang ma’shum, yaitu Rasulullah SAW. Untuk itu dituliskan rambu-rambu kehidupan
Rassulullah dalam dakwahnya
11. Keyakinan penulis bahwa banyaknya jama’ah di kalangan umat muslim merupakan kebathilan
yang harus dihapuskan
PENDAHULUAN
A. Pengertian Jama’atul Muslimin Menurut Bahasa
Jama’ah menurut bahasa adalah “sejumlah besar manusia” atau “sekelompok manusia yang
berhimpun untuk tujuan yang sama”. Jama’ah menurut syari’ah menurut kesimpulan hadit-hadist
oleh syatibi yaitu :
1. Jama’ah ialah para penganut Islam apabila bersepakat atas suatu perkara; dan para pengikut agama
lain diwajibkan mengikuti mereka
2. Jama’ah adalah masyarakat umum dari penganut islam
3. Jama’ah ialah kelompok ulama mujtahidin
4. Jama’ah adalah jama’atul muslimin apabila menyepakati seorang amir
5. Jama’ah ialah para sahabat Rasulullah SAW secara khusus
Setelah itu syatibi menguatkan bahwa yang dimaksud denganjama’ah ialah jama’atul Muslimin
apabila mereka menyepakati seorang amir.
Jama’atul muslimin adalah jama’ah ahlul aqdi wal hilli apabila menyepakati seorang khalifah
umat, dan umatpun mengikuti mereka.
B. Kedudukan Jama’atul Muslimin Menurut Ajaran Islam
1. Jama’atul muslimin mempunyai kedudukan yang mulia dalam syari’at islam.
“Wahai masyarakat arab, tidak ada islam kecuali dengan jama’ah, tidak ada jam’ah kecuali
dengan kepemimpinan, tida ada kepemimpinan kecuali dengan ketaatan.” (Umar Bin Khattab, ra)
“Dari Abu mamah al-Bahili dari Rasulullah SAW, beliau bersabda : ikatan-ikatan islam akan
lepas satu demi satu. Apabila lepas satu ikatan, akan diikuti oleh (lepasnya) ikatan berikutnya.
Ikatan islam pertama kali lepas adalah pemerintahan, dan yang terakhir adalah sholat.
2. Jama’ah ini adalah jama’ah yang diperintahkan oleh Al-Qur’an dan As-Sunnah untuk dijaga,
dipelihara kesatuannya, dilindungi keutuhannya, dan dicegah dari ancaman dan rongrongan yang
akan merusaknya
NAMA: SANDI SURYONO
BAGIAN PERTAMA
STRUKTUR ORGANISASI JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. Umat Islam
A. Umat Islam Menurut Bahasa
Umat adalah setiap jama’ah yang disatukan oleh sesuatu hal ; satu agama, satu zaman dan
satu tempat.
B. Umat Islam Secara Geografis
Seluruh bumi ini pada asalnya milik kaum muslimin.
“Dan kepunyaan Allah lah kerajaan langit dan bumi” (QS. An-Nuur : 42)
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yag beriman diantara kamu dan mengerjakan
amal-amal shaleh bahwa Dia akan sungguh-sunguh menjadikan mereka berkuasa di bumi” (QS.
An-Nuur : 55)
Setiap belahan bumi yang tidak dkuasai oleh Islam, maka ia merupaka negeri yang dirampas
dan dirampok dari pemiliknya, dan harus dikembalikan padanya.
C. Akar Sejarah Umat Islam
Umat islam mempunyai akar sejarah yang sangat tua di muka bumi ini, yakni sejak periode
pertama manusia di atas bumi. Bermula dari adam, diiringi para rasul dan kaum muslimin sesudah
mereka, hingga penutup para Nabi dan Rasul, Muhammad SAW. Dialah penyempurna batu bata
terakhir bangunan megah bagi umat islam yang agung ini.
D. Periode Umat Islam
Sepanjang sejarahnya, umat Islam menempuh dua periode. Periode pertama, periode
sebelum diutusnya Muhammad SAW. Periode kedua, periode yang dimulai dengan bi’tsah
Muhammad SAW.
E. Pembagian Umat
Pertama, umat yang menyambut dan menerima da’wah Rasulullah SAW, dan menyatakan
diri masuk islam secara kaffah. Kedua, golongan yang tidak mau menerima da’wah Muhammad
SAW, dan tidak masuk islam secara kaffah.
F. Karakteristik Umat Islam dan Sendi-sendinya
1. Aqidah yang bersih dari segala bentuk kemusyrikan, dan pengakuan terhadap keesaan Allah dalam
uluhiyyah dan Rububiyah
2. Aqidah yang bersifat komprehensih (menyeluruh, menyangkut seluruh aspek kehidupan)
3. Manhaj yang bersifat rabbani secara murni
4. Kesempurnaan manhajnya
5. Prinsip pertengahan dan keadilan segala bidang
G. Unsur Kesatuan Umat Islam
1. Kesatuan Aqidah
2. Kesatuan Ibadah
3. Kesatuan Adat dan Perilaku
4. Kesatuan Sejarah
5. Kesatuan Bahasa
6. Kesatuan Jalan
7. Kesatuan Dustur
8. Kesatuan Pimpinan
II. Syura (Musyawarah)
A. Syura Menurut Bahasa dan Kedudukanya di dalam Kehidupan Manusia
Syura ialah mengeluarkan berbagai pendapat tentang suatu masalah untuk dikaji dan
diketahui berbagai aspeknya sehingga dapat dicapai kebaikan dan dihindari kesalahan. Majlis
Syura adalah majlis yang dibentuk untuk membahas urusan-urusan negara.
B. Syura Adalah Tabiat Manusia
NAMA: SANDI SURYONO
Prinsip syura merupakan bagian integral fitrah manusia sejak Allah menciptakannya. Orang
yang berfikiran baik tidak akan melaksanakan sesuatu yang penting kecuali setelah bertanya dan
meminta pendapat orang terpercaya mengenai hal tersebut.
C. Pentingnya Syura di dalam Islam
Syura merupakan dasar utama dan sifat yang melekat dalam tubuh umat islam. Syura ini
disebutkan Allah SWT bersama kewajiban-kewajiban utama, seperti iman, tawakal, menjauhi dosa
besar, dll. Rasulullah SAW menjadikan syura sebagai salah satu penentu perjalanan umat islam
untuk mencapai kedamaian dan kebahagiaan hidup.
D. Hukum Syura
Mengingat kedudukan syura dalam Al-ur’an dan as-Sunnah, disamping peraannya yang amat
besar maka para ulama menegaskan bahwa hukum syura adalah wajib atas para penguasa umat
Islam.
E. Pemahaman yang Keliru Tentang Syura
Sebagian orang mengira bahwa kekalaan perang di uhud yang menyebabkan Rasulullah
terluka, terbunuhnya hamzah dan banyak sahabat lainnya adalah karena syura sebelum perang
adalah keliru, kekalahan tersebut karena tidak taat dengan perintah Pemimpin.
F. Syura pada Masa Rasulullah SAW
Allah telah menjadikan syura sebagai sifat kaum muslimin, dan memerintahkan Rasul-Nya
agar bermusyawarah dengan para sahabatnya, serta mengikuti pendapat-pedapat mereka yang
benar, supaya umat sesudahnya mengikuti sunnahya.
G. Syura pada Masa Dua Khaliah Rasulullah SAW
Di masa khalifah Abu Bakar, diadakan syura berkali-kali, diantaranya syura untuk
menyelamatkan tentara usamah, syura mengenai penghimpunan Al-uran, dan beberapa syura yang
diadakan untuk membahas urusan kaum muslimin. Khalifah umar membuat beberapa kaidah bagi
syura, antara lain ketentuan bahwa ahli syura hendaklah orang-orang yang berilmu dan meguasai
permasalahan, membagi manusia menurut siapa yag lebih dahulu masuk islam, dan kaidah lainnya
menyusruh bermusyawarah dengan orang-orang yang berhak mengambil keputusan agar tidak
diputuskan secara individu atau mengikuti keinginan individu.
H. Syarat-syarat Anggota Syura
1. Orang yang dapat membuat perjalanan umat ini sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah
2. Memiliki lembaran putih dan terpelihara akhlaknya
3. Orang-orang adil dan terpercaya dari para ahli ilmu, mereka bertaqwa, amanah, dan hanya takut
kepada Allah
4. Bijak dan mampu meluruskan imam ketika menyimpang, dan mendukungnya ketika lemah
Dalam majelis syura hendaknya dibentuk lajnah-lajnah (komisi) khusus untukk urusan-
urusan tertentu, supaya dapat memberikan pandangan dan pendapatnya terhadap berbagai masalah
secara tepat dan ilmiah.
I. Dalam Masalah Apa Musyawarah Diadakan
Urusan yang boleh dimusyawarahkan adalah setiap perkara yang tidak ada nashnya.
J. Prinsip Mayoritas
Anas bin malik ra berkata : saya pernah mendengar Rasulullah bersabda : “umatku tidak
akan bersepakat atas kesesatan; maka jika kamu melihat perselisihan, hendaklah kamu berpegang
pada kelompok terbanyak”.
Dari dalil diatas dan beberapa dalil lainnya, kita wajib mengambil dan megikuti pendapat
mayoritas. Mengenai wajibnya mengikuti pendapat mayoritas ini tidak berlau dalam kerangka
parlemen di negara-negara demokrasi.
III. Imamah ‘Uzhma
A. Lintasan Sejarah Khalifah
Firman Allah : “Dan tidak ada suatu umat pun melainkan telah ada padanya seorang
pemberi peringatan”(QS. Fathr : 24). Khalifah bermula dari Nabi Adam, kemudian anak
keturunannya dari para Nabi, Rasul dan pengikut-pengikutnya yang baik. Nabi Muhammad SAW
datang sebagai penutup mata rantai kenabian dan kerasulan yang mulia ini. Kemudian dilanjutkan
dengan masa khulafa’ur Rasyiddin, Abu Bakar, Umar Bin Khattab, Utsman Bin Affan, dan Ali
Bin Abi Thalib. Setelah itu umat islam memasuki era pemerintahan baru dimana khalifah dijadikan
warisan diantara Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah dan setelah itu muncul Khilafah Utsmaniya.
Hal ini mencerminkan hadist yang pernah disabdakan Rasulullah.
”Dari Nu’man bin Basyir, ia berkata : Kami duduk-duduk di Masid Rasulullah SAW, Basyir
adalh seorang yang tak banyak bicara. Kemudian datang Abu Tsa’labah seraya berkata : “wahai
basyir bin sa’ad, apakah kamu hafal hadist Rasulullah SAW tentang para penguasa?” Maka
Hudzaifah tampil seraya berkata, “aku hafal khutbahnya.” Lalu Abu Tsa’labah duduk
mendengarkan Hudzaifah berkata : Rasulullah bersabda: (1) Muncul kenabian ditengah-tengah
kamu selama masa yang dikehendak Allah, kemudian ia mencabutnya ketika Ia meghendakinya.
NAMA: SANDI SURYONO
(2) Kemudian akan muncul khilafah sesuai dengan sistem kenabian selama masa yang
dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (3) Kemudian
muncul “raja yang menggigit” selama masa yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan
mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (4) Kemudian muncul “raja yang diktator” selama masa
yang dikehendaki Allah, kemudian Ia akan mencabutnya ketika Ia menghendakinya. (5) Kemudian
akan muncul lagi khilafah dengan sistem kenabian…”
B. Definisi Imamah
Imam menurut Bahasa ialah setiap orang yang dianut oleh suatu kaum, baik mereka berada
di jalan yang lurus atau sesat. Berdasarkan ahli tafsir, imam adalah lafazh yang berarti
kepemimpinan tertinggi diantara mereka; ke atas pundaknya diletakkan tanggung awab kebaikan
mereka dalam agama dan dunia.
C. Hukum Mengangkat Imam
Kesepakatan semua pihak atas wajibnya mengangkat imam, dan umat wajib tunduk kepada
seorang imam yang menegakkan hukum-hukum Allah dan Sunnah Rasul-Nya.
D. Jenis Kewajiban
Menegakkan khilafah merupakan fardhu kifayah. Fardhu (kewajiban) yang dibebankan
kepada umat ini belum gugur, karena sampai saat ini belum diangkat seorang khaliah. Fardhu
kifayah itu gugur apabila telah ada sebagian orang yang telah melasankannya. Jika sebagian umat
ini belum selesai menegakka fardhu kifayah tersebut, maka seluruh umat dituntut untuk
menegakkannya.
E. Syarat-syarat Imamah atau Khalifah
1. Kesempurnaan moral
2. Ilmu yang dapat mengantarkan kepada ijtihad dalam berbagai kasus dan hukum
3. Sehat panca indera
4. Tidak memliki cacat anggota badan yang akan menghalang kesigapan gerak dan kecekatan kerja
5. Mempunyai pandangan yang dapat membawa kepada kebijakan rakyat
6. Memiliki keberanian dan kegigihan untuk melindungi kawan dan memerangi lawan
7. Berketurunan Quraisy, namun untuk syarat ini masih banya perdebatan. Menurut Ibnu Hajar,
orang Quraisy diistimewakan dalam kepemimpinan karena keistiqomahan mereka kepada agama
Allah SWT. Namun apabila terdapat orang yang lebih mampu daripada orang Quraisy, maka ia
harus diutamakan. Karena sebagaimana yang disabdakan Rasulullah SAW. Dari Anas ra, ia
berkata : bersabda Rasulullah saw : “Dengarlah dan taatlah, sekalipun kamu dipimpin oleh
seorang budak Habasy yang berambut seperti Anggur”
IV. Tujuan Jama’atul Muslimin dan Saranaya
A. Tujuan-tujuan Khusus bagi Umat Islam
1. Membina pribadi Muslim dan mengembalikan kepribadian Islam
2. Membina keluarga Islam dan mengembalikan kepada karakter aslinya
3. Membina masyarakat Islam yang akan mencerminkan da’wah dan perilaku Islam
4. Mempersatukan umat Islam di seluruh penjuru dunia
B. Tujuan-tujuan Umum bagi Jama’atul Muslimin
1. Supaya Manusia menyembah Rabb yang Maha Satu (QS. Ad-Dzariat ; 56, QS. An-Nahl : 36, QS.
Fathir : 24, QS. Al-Baqarah : 21)
2. Menjalankan ptinsp amar ma’ruf nahi munkar (QS. Ali Imran : 110)
3. Menyampaikan Da’wah Islam kepada semua manusia (QS. Al-Baqarah : 143) dan beberapa hadist
4. Menghapuskan fitnah dari seluruh dunia (QS. Al-Anfal : 39)
5. Menaklukkan Roma, Ibukota Italia
6. Memerangi semua manusia sehingga mereka bersaksi dengan kesaksian yang benar
C. Bebarapa Sarana Terpenting Jama’atul Muslimin
1. Sarana dalam Mencapai Tujuan Khusus
a. Wajib mengembalikan media massa, pengajaran, ekonomi, dan alat-alat negara lainnya kepada
Islam, supaya pengarahannya diatur sesuai batas-batas dan syari’at Islam
b. Menghancurkan semua unsur kemunafikan dan kefasikan di dalam umat dan membersihkan
masyarakat daripadanya.
c. Mempersiapkan umat Islam sebaik-baiknya sehingga sesuai berbagai tuntutan di masa mendatang
2. Sarana dalam Mencapai Tujuan Umum
a. Menjelaskan prinsip-prinsip Islam kepada semua manusia melalui berbagai media massa di dalam
negara islam
b. Menuntut semua manusia agar masuk Islam
c. Menuntut semua negara agar tunduk kepada ajaran-ajaran Islam
d. Mengumumkan jihad bersenjata dan terus menerus sampai tercapai kemenangan atas semua pihak
yang menentang dan menolak tuntutan-tuntutan jama’atul muslimin
NAMA: SANDI SURYONO
BAGIAN KEDUA
JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN
I. Hukum-hukum Islam
A. Tak Ada Parsialisasi dalam Hukum Islam
Sejak dakwah islam dibawah pimpinan Rasulullah saw mulai digelar di Makkah, turunlah
pengarahan-pengarahan Rabbani secara bertahap sesuai dengan keperluan jama’ah. Kaidah
tersebut berbeda keadaanya dengan masa sekarang dalam kaitannya dengan jama’atul muslimin,
sebab pengarahan-pengarahan Rabbani dan sunnah Nabawiyah telah diturunkan secara sempurna.
Karena itu, islam menolak adanya sektoralisasi ajaran Islam.
B. Kapan Diterapkan Hukum Islam
Individu atau jama’ah di dalam umat islam boleh melaksanakan hukum-hukum islam sesuai
dengan tuntutan keadaan dan posisinya dalam kehidupan dan perkembangan kehidupannya,
dengan syarat bahwa individu atau jama’ah tersebut meyakini semua hukum islam dan
keberlangsungannya,
C. Pembagian Hukum Islam
Hukum Islam dari segi hakikat dan tata cara terbagi dua, yaitu substansi hukum dan cara
pelaksanaan hukum. Contoh: membaca Al-Fatihah dalam shalat adalah substansi hukum,
sedangkan cara membacanya adalah cara pelaksanaan hukum. Dari segi pelakunya dibagi menjadi
dua, yaitu individu dan jama’ah. Dalam hal ini yang dimaksud jama’ah adalah jama’ah da’wah.
BAGIAN KETIGA
RAMBU-RAMBU SIRAH NABI SAW DALAM MENEGAKAN JAMA’AH
Cara ini oleh para ahli sirah Rasulullah saw disebut “tahapan sirriyah dalam da’wah”. Dalam
tahap ini Rasulullah saw mendatangi secara pribadi kerabat dan teman-teman dekatnya yang dapat
dipercaya untuk menjaga apa yang disampaikannya.
2. Kontak Umum
Cara ini oleh para ahli sirah disebut “tahapan da’wah terang-terangan” dalam tahap ini
Rasulullahh sawa menggunakan beberapa sarana, diantaranya :
a. Mengumpulkan manusia dalam suatu jamuan makan di rumahnya, kemudian menyampaikan
prinsip-prinsip da’wah
b. Mengumpulkan manusia di berbagai tempat, kemudian menyampaikan risalah Allah kepada
mereka
c. Pergi ke tempat-tempat pertemuan manusia dan menyampaikan da’wah Allah kepada mereka
d. Pergi ke berbagai egara untuk menyampaikan da’wah
e. Mengirim surat kepada para kepala suku dan raja
B. Aspek Penataan dalam Penyebaran Da’wah
1. Hendanya para da’I menentukan prinsip-prinsip yang akan dimulai penyebarannya sesuai dengan
kepentingannya dalam dakwah. Prinsip yang paling utama bagi seluruh nabi an rasul mulia adalah
: Sembahlah Allah olehmu sekalian, sekali-kali tidak ada ilah selain daripada-Nya.
2. Membuat kesepakatan dengan orang yang telah menerima da’wahnya dan menyetujui prinsip yang
ditentukannya, agar masing-masing pribadi merekrut satu orang dalam jangka waktu tertentu,
secara estafet.
II. Pembentuka Dakwah
A. Pengertian Takwin
Rambu kedua Sirah Rasulullah saw ini khusus bagi kelompok yang menerima da’wah pada
rambu pertama. Jadi, pengertian rambu kedua ini adalah pembentukan (takwin) orang-orang yang
telah menerima da’wah tersebut atas dasar-dasar da’wah, dan mensibghah mereka sesuai dengan
kandungan pemikiran-pemikiran dan ajaran-ajaran da’wah.
B. Sasaran Tahapan ini
Sasaran yang terpenting rambu ini ialah mengubah akal yang ummi kepada ilmu, hikmah,
dan ma’rifah; Mengubah moral dan perilakunya dari kesesatan dan kemerosotan kepada
kebersihan dan kesucian (tazkiyah)
C. Sisi Penataan dalam Rambu ini
1. Takwin (Kaderisasi) dalam Tahapan Sirriyah
Rasululullah saw membagi orang-orang yang telah menerima da’wahnya untuk ditakwin
dalam beberapa kelompok kecil (khalaya). Masing-masing kelompok beranggotakan 3-5 orang.
2. Takwin (Kaderisasi) pada Tahapan ‘Alaniyah
a. Membuat beberapa halaqoh jama’iyah yang berjumlah besar
b. Mengadakan perjalanan (rihlah) jama’iyyah tertentu
c. Mengkondisikan situasi umum terhadap da’wah melalui khutbah-khutbah dan ceramah-ceramah
umum.
3. Takwin (Kaderisasi) dalam Tahapan Sirriyah dan ‘Alaniya
1. Dilakukan secara terang-terangan seperti yang dilakukan para tokoh Quraisy yang masuk Islam.
Contoh Abu Bakar ash-shiddiq, ia mengajak temannya kepada islam secara terang-terangan.
2. Dilakukan secara sembunyi dan tidak diketahui semua orang. Artinya kelompok ini
menyembunyikan keislamannya. Kelompok ini diwakili oleh orang-orang muslim yang lemah
yang tidak memiliki dukungan dan kekuatan dihadapan serangan dan kekejaman Quraisy.
III. Konfrontasi Bersenjata Terhadap Musuh
A. Kedudukan Rambu ini diantara Kedua Rambu Sebelumnya dan Pengertiannya
Penyebaran dakwah + manusia = penerimaan da’wah atau penentang da’wah. Kemudian
para penerima da’wah dimasukka kedalam proses takwin, dan para penentang da’wah dihadapi
dengan kekuatan senjata setelah ditegakkan hujjah kepada mereka.
B. Menghadapi Penentangan Da’wah dalam Dua Periode
1. Diawali dari kenabian hingga hijrah
Diantara rambu yang paling menonjol pada masa sebelum hijrah adalah penyebaran da’wah,
pembentukan nilai-nilai da’wah, dan pelarangan segala bentuk serangan fisik.
2. Sejak Rasulullah saw menetap di Madinah hingga wafat
Sifat pada periode sebelum hijrah juga menjadi bagian kehidupan Rasulullah di madinah.
Tetapi syiar dan sifat periode kedua ini ialah firman Allah (QS. At-Taubah : 14, QS. An-Nisa : 91,
QS. Al-Anfal :39). Tetapi sifat berdamai dan bernegosiasi justru sering terjadi pada periode setelah
hijrah.
C. Kapan Diadakan Konfrontasi
NAMA: SANDI SURYONO
Penentua titik tolak melakukan kofrontasi melawan kebatilan adalah wewenang khusus
pimpinan jama’ah. Berikut pengarahan Islam untuk menentukan titik tolak dalam melakukan
konfrontasi bersenjata melawan kebhatilan :
1. Independensi Bumi Tempat Tegaknya Jama’ah
a. Pengertian Independensi
Jama’ah tersebut harus berkuasa penuhh terhadap bumi tempat berpijak dan melakukan
aktifitasnya, dan memenuhi syarat-syarat melakukan konfrontasi bersenjata seperti kemandirian
ekonomi, kemanan jalur-jalur komunikasi, dan sarana pertahanan memadai.
b. Mencari Bumi (Basis Geografis) dalam Sirah Rasulullah saw
Sejak pertama diangkat sebagai seorang nabi, Rasulullah saw berusaha mencari basis
geografis yang dapat dijadikan tempat untuk melakukan jhad bersenjata.
2. Jumlah yang memadai
Maksudnya anggota jama’ah yang akan bertempur hendaknya mencapai jumlah persentase
tertentu dibandingkan tentara musuh.
IV. Sirriyah dalam Kerja Membina Jama’ah
A. Pengertian Sirriyah
Maksud sirryah dalam kerja membina jama’ah ialah membatasi pengetahuan program erja
pada lingkungan pimpinan. Setiap indicidu dalam kerja sirri ini tidak boleh mengetahui tugas
anggota yang lain, tetapi harus mengetahui tugas pribadinya.
B. Kesalahan dalam Memahami Sirriyah
Mengenai sirriyah dalam kerja jama’ah ini banyak para da’I yang keliru memahaminya.
Diantara mereka ada yang memasukkan ajaran-ajaran islam yang harus disebarluaskan sebagai
suatu yang harus dirahasiakan. Dipihak lain ada pula yang melakukan kebalikannya, “mengobral”
segala sesuatu di setiap tempat dan kepada siapa saja.
Menurut penulis, amal islami terbagi dua :
1. Bagian yang bersifat struktural (tanzhimi) yang wajib sirahasiakan
2. Bagian yang bersifat pemikiran (fikri) dan nilai (ruhi) yang harus dijelaskan sesuai dengan
program.
C. Pemahaman yang Dangkal tentang Sirriyah
Banyak orang memahami bahwa sirriyatul harkah (kerahasiaan gerakan) dalam kehidupan
Rasulullah saw merupakan suatu tahapan pada kondisi tertentu dan waktu tertentu, sehingga
sebagian ahli sejarah membatasinya dengan tga tahun saja. Sesungguhnya adalah sifat yang lekat
atau tak terpisahkan dari da’wah rasulullah saw dalam semua tahapannya sepanjang kehidupan
rasulullah saw di Makkah dan Madinah.
Apabila sifat sirriyah ini nampak jelas pada periode Makkah dan Madinah sifat sirriyah ini
justru lebih banyak kita temukan dan lebih rapi penataannya. Karena periode Madinah merupakan
tahapan perang dan jihad, sedangkan perang adalah tipu daya.
D. Kesimpulan Rambu ini
Sirriyah merupakan “tirai” yang melindungi program amal jama’i. Sirryah adalah suatu
prinsip yang sangat pentng terutama pada tahap-tahap pertama, agar tidak dipukul dalam usia bayi.
V. Bersabar Atas Gangguan Musuh
Sikap sabar ini tercermin dalam seluruh keadaan umat islam di Makkah sebelum hijrah.
Tidak ada satupun keadaan da’wah Islam di Makkah pada tahapan tersebut kecuali menampakkan
sifat kesabaran umat islam. Kita dapat melihat kesabaran mereka atas penghinaan dan provokasi,
kendati sebagian anggota jama’ah mempunyai kemampuan untuk melawan. Namun umat islam
tetap diperintahkan untuk menahan diri.
VI. Menghindari Medan Pertempuran
A. Pengertian Menghindari Medan Pertempuran
Fikrah menghindarkan anggota jama’ah dari medan pertempuran dengan melakukan hijrah
adalah faktor yang dapat memelihara anggota jama’ah dari kekejaman Quraisy dan meloloskan
jama’ah dar penghancuran dan pemberangusan.
B. Pentingnya Rambu ini dalam Melindungi Pembinaan Jama’ah
Sesungguhnya fikrah menjauhkan kaum muslimin dar konfrontasi dengan tiran Quraisy
merupakan taufiq dari Allah kepada Rasul-Nya. Sesungguhnya fikrah menjauhi konfrontasi pada
tahapan takwin (dimana jama’ah belum kuat melakukan konfrontasi) adalah sikap yang diwajibkan
Islam dan dituntut oleh keadaan jama’ah pada tahapan yang masih awal.
C. Pelaksanaan Rambu ini dalam Kehidupan Rasulullah saw
Pelaksanaan rambu ini dimulai dengan pemberian izin secara umum kepada para anggota
jam’ah yang ada di Makkah untuk hijrah ke Habasyah.
D. Rambu ini Berhasil Menggagalkan Usaha Pembunuhan Rasulullah saw
NAMA: SANDI SURYONO
BAGIAN KEEMPAT
TABI’AT JALAN MENUJU JAMA’ATUL MUSLIMIN