Perbedaan pertama:
Sedangkan pada Android Studio, kita harus melakukan build APK di setiap kali kita
ingin men-debug dan melihat hasil aplikasi pada emulator.
Kadang proses ini memakan waktu yang cukup lama, apalagi spek komputer yang
digunakan tidak terlalu tinggi.
Perbedaan kedua:
Perbedaan ketiga:
Aplikasi yang kita buat dengan Flutter dapat di-build ke Android dan iOS. Sedangkan
Android Studio hanya bisa di-build ke Android saja.
Ini untungnya belajar Flutter, sekali coding…aplikasi bisa digunakan pada Android
dan iOS.
Enak bukan?
• Alibaba (Android);
• Google AdWords (Android);
• App Tree (Android);
• Topline (Android);
• Hamilton (Android dan iOS);
• dll. (selengkapnya cek di: showcase).
Sebelum kita membuat aplikasi dengan Flutter, kita perisksa dulu kesiapan peralatan
yang kita install.
flutter doctor
Apabila tampila centang seperti ini:
Berarti, Flutter sudah siap digunakan untuk membuat aplikasi Android.
Biasanya akan ada saran link yang harus dibuka dan perintah yang harus diketik.
Contoh:
Error tersebut disebabkan karena saya belum menyetujui lisensi Android SDK. Di
sana saya diminta untuk mengetik perintah flutter doctor --android-licences.
Kita bisa menggunakan emulator dari Android Studio dan juga handphone fisik.
Saya akan menggunakan handphone fisik dengan OS Android Kitkat dan prosesor
ARM.
Catatan: Saat ini Flutter belum mendukung build untuk prosesor x86. ( cek ke Faqs)
fluter devices
Jika tampil seperti ini:
Artinya, handphone kita berhasil terdeteksi oleh Flutter.
flutter run
Perintah tersebut untuk melakukan kompilasi, pembuatan APK, dan menjalankannya
ke handphone.
Hasilnya:
Output pada terminal saat aplikasi di jalankan
Lalu pada Android:
Aplikasi android yang dibuat dengan Flutter
Selamat …
Aplikasi pertama kita yang dibuat dengan Flutter telah berhasil berjalan tanpa error.