Anda di halaman 1dari 12

PERAN MUSLIM DALAM

MENYONGSONG KEDAMAIAN
DUNIA
Karya Ini Disusun untuk Mengikuti Lomba Menulis Artikel dan Opini
“Kemanusiaan dan Dunia Islam”

Disusun Oleh :
Zhatira Zahra Devi

Masyarakat Kota Kendari


Sulawesi Tenggara
2019
PERAN MUSLIM DALAM
MENYONGSONG KEDAMAIAN
DUNIA

Islam adalah pedoman terbaik dalam hidup ini, pernah


berjaya hampir di seluruh dunia selama 13 abad lamanya.
Dalam kejayaan itu Islam mempunyai Sistem Perekonomian
Nabi Muhammad, Politik Saydina Umar Bin Khatab,
Pasukkan Perang Muhammad Al Fatih yang masing-masing
terbaik pada zamannya dan masih banyak Ilmuan dan pejuang
Muslim lainnya. Muslim juga diajarkan untuk selalu
mengembangkan pikirannya tanpa menghilangkan nilai-nilai
syariahnya. Adanya qiyas dan ijma’ untuk membantu
permasalahan yang baru muncul setelah wafatnya Nabi
Muhammad SAW sampai saat ini dan untuk kedepannya.
Begitu banyak peninggalan Islam untuk kemajuan dunia.
Tapi kenapa saat ini di mana sudah berlalu sekitar 90tahun dari
masa kejayaan itu. Pengetahuan semakin maju, teknologi
semakin canggih, Ulama semakin banyak. Tapi kenapa
perekonomian dikuasai Komunisme dan Liberalisme? Kenapa
hampir semua sistem yang digunakan adalah paham liberal?
Kenapa yang pegang kendali dunia adalah para komunis? ke
mana semua generasi penerus perjuangan pembesar Islam
terdahulu?
Islam sangat menjunjung tinggi toleransi, karena itu Islam
tidak pernah memaksa agama lain untuk memeluknya, pada
Negara yang mayoritas Muslim tidak pernah mendiskriminasi
minoritas. Tapi kenapa ketika Muslim menjadi minoritas di
suatu negara, Muslim didiskriminasi dan dituduh sebagai
teroris?

Islam adalah sebuah agama yang terdiri atas aqidah dan


syariah. Aqidah sebagai dasar atas berfikir serta syariah Islam
sebagai sebuah system hidup sekaligus sebagai sebuah system
hidup. Mahmud Syalthut menyatakan, "Di dalam Islam, akidah
adalah landasan pokok (al-ashl) yang membangun syariat.
Syariat refleksi aqidah. Oleh karena itu, tidak ada syariat tanpa
keberadaan akidah. Tidak ada penerapan syariat Islam kecuali
di bawah naungan akidah Islamiyyah. Sebab, syariat tanpa
dilandasi akidah seperti bangunan tanpa dasar."
Kalimat Tauhid, Laa ilaha illa Allah,
Muhammaddarasulullah adalah kalimat yang mengikat Umat
Islam satu sama lain. Aqidah inilah yang menyebabkan
meleburnya sahabat Abu Bakar yang Arab dengan Salman
yang berasal dari Persia dengan Bilal yang orang Ethiopia
dengan Shuhaib yang berasal dari bangsa Romawi. Tidak ada
ikatan lain selain daripada ikatan aqidah pada waktu itu yang
menjadi pengikat antar sahabat di masa Rasulullah dan umat
setelahnya hingga sebelum Khilafah Ustmani runtuh, bukan
pula ikatan kesukuan atau etnis, termasuk bukan pula ikatan
Nasionalisme.1
Perekonomian yang dikuasai non Muslim
Islam tidak hanya mengajarkan aspek spiritual melainkan
di dalamnya juga terdapat aspek sosial mengenai ekonomi,
politik, dll. Pada awal zaman Nabi Muhammad perekonomian

1
https://m.eramuslim.com/berita/analisa/nasionalisme-penyebab-utama-runtuhnya-khilafah-institusi-
pemersatu-umat-islam.htm
dikuasai oleh Yahudi dan Quraisy, akan tetapi ketika
Muslim(Muhajirin) hijrah ke Madinah, Nabi Muhammad
membuat strategi pasar yang baru yaitu membuat pasar khusus
untuk para Muslim agar Muslim terhindar dari riba dan
kelicikan lainnya yang dilakukan Yahudi. Dengan sistem yang
menjunjung tinggi kejujuran, keadilan dan keberkahan dari
Allah SWT. Membuat Islam semakin berkembang dengan
ekonomi yang stabil. Saat ini perekonomian seperti pada zaman
Nabi Muhammad sudah jarang. Riba sudah mendarah daging
disistem berbagai Negara jadi sangat sulit untuk
menghindarinya.

Penggunaan Sistem Liberal


Islam menggunakan sistem khilafah pada zaman
kejayaannya, dengan melihat catatan sejarah yang sangat
memukau karena hampir seluruh dunia di taklukannya, tanpa
adanya diskriminasi pada minoritas dan menjunjung tinggi
nilai-nilai syariah. Akan tetapi di lain kebaikan semua itu, ada
satu kendala pada sistem khilafah yaitu dalam pergantian
kekuasaan. Contohnya pada zaman para sahabat, antara
Saydina Abu Bakar. As dan Saydina Ali bin Abi Thalib, zaman
umayyah, abasiyyah dan utsmani. Jika kita melihat sejarah
maka kita akan banyak menemukan konflik kekuasaan dan
konflik itu juga menjadi salah satu penyebab runtuhnya
Konstantinopel dan Andalusia. Islam diajarkan untuk selalu
mengembangkan pikiran, maka membangun sistem islami
tanpa mengulangi kesalahan dimasa lalu adalah PR bersama.

Pengendalian Dunia oleh para Komunis


Pada saat ini perang adalah salah satu hal yang mencolok
untuk menyerang suatu negara, maka digunakanlah cara yang
lebih halus. Contoh dalam aspek pola pikir, mereka akan
membuat organisasi pada nagara yang ditargetkan, setelah itu
ditanamkannya paham-paham komunis. Cara tersebut sudah
dilakukannya dari zaman utsmani, dan paham komunis menjadi
salah satu penyebab runtuhnya Khilafah.

Bermula dari munculnya berbagai propaganda ke arah


nasionalisme yang dipelopori oleh Partai Persatuan dan
Pengembangan, mereka memulai gerakannya dengan men-
Turki-kan Daulah Utsmaniah di Turki. Untuk menopang
dakwahnya ini, mereka menjadikan serigala (sesembahan
bangsa Turki sebelum datangnya Islam) sebagai syiar dari
gerakannya tersebut. (Muhammad Muhammad
Husain, Ittijâhât Wathaniyah, II.85)
Partai yang dipimpin oleh Ahmad Ridha dan berpusat di
Paris ini juga berusaha menyebarkan rasa permusuhan terhadap
bangsa Arab, di antaranya dengan adanya usaha untuk
mencopot Kementerian Wakaf, Kementerian Dalam Negeri,
dan Kementerian Luar Negeri, yang waktu itu dipegang oleh
orang-orang Arab, untuk diganti dengan orang Turki. Mereka
juga berusaha membatasi keistimewaan yang diberikan
Utsmaniah hanya kepada bangsa Turki saja. (Muwafiq Bani
Marjah, Sulthan Abdul Hamid dan Khilafah Utsmaniah,
hlm. 174)
Gerakan itu membuat bangsa Arab berang. Akibatnya,
dalam waktu singkat bermunculan gerakan "fanatisme Arab"
dan dengan cepat menyebar di seluruh wilayah pemerintahan
Utsmaniah, seperti di Mesir, Syam, Irak, dan Hijaz.
Bermula dari pelataran bumi Syam, fanatisme ini
berkembang dan membesar ke berbagai negara. Fanatisme ini
bertujuan untuk menumbangkan Khilafah Utsmaniah yang
dipegang oleh orang Turki. Lebih ironis lagi, fanatisme ini
dikendalikan oleh orang-orang Nasrani Libanon, yang telah
terbina dalam pendidikan Barat. Di antara para tokohnya adalah
Faris Namir dan Ibrahim Yasji. Gerakan fanatisme Arab ini
didorong lebih jauh lagi oleh Negib Azoury, seorang Kristen
pegawai pemerintahan Utsmani di Palestina. Ia berhasil
menerbitkan buku Le Revell de la Nation Arabe. Di dalam
bukunya tersebut, ia mengutarakan gagasannya untuk membuat
suatu Arab empire yang mempunyai batas-batas alami, yaitu:
Lembah Eufrat dan Tigris, Lautan India, Terusan Suez, dan
Lautan Tengah. Gagasan ini jelas akan mendorong lebih cepat
terciptanya separatisme wilayah Arab dari kekuasaan Turki
Utsmani. (Azyumardi Azra, Islam dan Negara: Eksperimen
dalam Masa Modern)
Pada tahun 1914-1918 pecah Perang Dunia I; kesempatan
bagi bangsa-bangsa Arab untuk memisahkan diri dari Khilafah
Utsmaniah. Mereka ingin mendirikan "Khilafah Arabiyah"
sebagai tandingannya. Kesempatan ini tidak disia-siakan
Inggris untuk menghancurkan kekuatan Islam.
Eropa mengerti betul bahwa perpecahan antara Arab dan
Turki mengakibatkan kekuatan Islam lemah, sebagaimana yang
pernah diungkapkan oleh Muhammad Abduh:
Sesungguhnya bangsa Arab mampu mendepak orang-
orang Turki dari kursi Kekhalifahan. Akan tetapi, bangsa Turki
tidak rela begitu saja. Apalagi waktu itu bangsa Turki
mempunyai kekuatan militer yang tidak dimiliki oleh pihak
lain. Dengannya mereka akan menyerang dan membunuh
bangsa Arab. Maka jika kedua kekuatan itu melemah, Eropalah
yang menjadi kuat. Mereka sudah lama menunggu antara
pertarungan umat Islam tersebut, kemudian berusaha untuk
menguasai kedua bangsa tersebut atau salah satunya yang
terlemah. Padahal waktu itu bangsa Arab dan bangsa Turki
merupakan bangsa yang terkuat di dalam tubuh umat Islam.
Oleh karenanya, akibat dari pertarungan kedua bangsa itu, jelas
akan kekuatan Islam menjadi lemah sekaligus merupakan jalan
pintas meunuju kehancurannya. (Dr. Muhammad Imarah, Al-
-DPµL\DK DO-Islâmiyyah wa al-Fikrah al-Qawmiyyah, Dar
asyu-Syuruq, 1414-1994, hlm. 53, 54).
Mengetahui yang demikian, diutuslah "Lorence", spionis
Inggris didikan Yahudi, yang dikemudian hari dikenal dengan
"Lorence Arab". Setelah mempersiapkan segala sesuatunya,
akhirnya Revolusi Arab berhasil menghantam kekuatan
Khilafah Utsmaniah di Turki, tentunya di bawah bimbingan
dan arahan Lorence Arab ini.
Tentara-tentara Arab berkumpul dan bersatu dengan kekuatan-
kekuatan asing. Jauh hari sebelum persekongkolan untuk
menghancurkan Khilafah Utsmaniah itu dilakukan, Inggris
telah menjanjikan Syarif Husain, pembesar Makkah waktu itu,
bahwa jika Khalifah Utsmaniah jatuh maka Syarif Husain akan
menjadi khalifah pengganti.
Namun kenyataannya, setelah rencana itu berhasil dan
perang telah usai, Inggris mengingkari janji itu. Dua
perwakilan yang diundang Syarif Husain dalam acara
penyerahan kekuasaan yang diadakan di Jeddah tak hadir.
Bahkan pada waktu itu Inggris membuka rahasia yang selama
ini disimpan, yakni ternyata tiga negara besar (Inggris, Prancis
dan Rusia) telah berkolusi untuk membagi wilayah Khilafah
Utsmaniah di antara mereka. Pada waktu itu juga, Musthafa
Kemal telah berhasil merebut tampuk kepemimpinan dari
keluarga Utsmaniah. Tampaknya hal itu telah direncanakan
jauh sebelumnya, yaitu ketika ia memimpin gerakan
Kamaliyun, yang melakukan aktivitasnya di bawah tanah.
Gerakan ini mendapat dukungan penuh dari gerakan Masuniah
Internasional. (Dr. Jamal Abdul Hadi, Al-0XMWDPDµDO-Islâmi
al-0XµkVKLU, Al-Wafa’, I/59).
Puncaknya, pada Konferensi Luzone akhirnya Musthafa
Kemal menerima 4 syarat yang diajukan Inggris untuk
mengakui kekuasaan barunya di Turki. Keempat syarat itu
adalah:
1. Menghapus sistem Khilafah;
2. Mengasingkan keluarga Utsmaniah di luar perbatasan;
3. Memproklamirkan berdirinya negara sekular;
4. Pembekuan hak milik dan harta milik keluarga
Utsmaniah. (Mahmud Syakir, Târîkh al-Islâm, VIII/233).
Setelah enam abad memimpin dunia, membela kemuliaan
Islam dan umatnya, "The Old Sick-Man" akhirnya tumbang.
Runtuh bukan karena serangan dari musuh-musuh luar, tetapi
di tangan putra-putranya sendiri. Setelah keruntuhan benteng
terakhir umat Islam itu, bangsa Arab sadar, bahwa mereka telah
terkecoh rayuan Inggris dan secara tidak sadar ikut andil di
dalam meruntuhkan Khilafah Utsmaniyah. Namun, mereka
tidak mampu berbuat apa-apa lagi.2 Maka perlunya umat Islam
memperkuat Aqidah agar tidak gampang terpengaruh oleh
paham Komunisme, Nasionalisme, Liberalisme dan
pemahaman bebas lainnya.
Ke mana semua generasi penerus perjuangan pembesar
Islam terdahulu?

2
https://m.eramuslim.com/berita/analisa/nasionalisme-penyebab-utama-runtuhnya-khilafah-institusi-
pemersatu-umat-islam.htm
Ketika Negara lain berusaha keras mengembangkan
teknologi dan aspek lainnya. Islam disibukkan dengan
pemahaman spiritual masing-masing dan karenanya
menyebabkan perpecahan di antara muslim itu sendiri. Islam
juga menjauhkan diri dari aspek mutaakhir dengan alasan tidak
mau mengejar dunia. Padahal pola pikir seperti itulah
masalahnya. Allah menciptakan bumi ini sebagai ladang
mencari bekal akhirat dan pikiran untuk mengelola SDA yang
telah diberikan-Nya. Allah juga memerintahkan kita untuk
saling mengingatkan dan membantu dalam membangun
Aqidah dan menjalankan syariah Islam. Maka perlunya
keseimbangan dalam menjalankan spiritual individu dan
pengembangan aspek politik, ekonomi, dan sains agar Islam
tidak dikendalikan oleh Komunis dan Liberalis, terlebih lagi
paham Nasionalisme.

Penyebab diskriminasi terhadap Muslim


Diskriminasi pada minoritas muslim sudah terjadi dari
zaman dahulu. Salah satu tragedi yang dicatat oleh sejarah ialah
pembantaian di Andalusia. Terjadi ketika Isabella I (Ratu
Castile) dan suaminya, Ferdinand V (Raja Aragon) berhasil
menggulingkan pemerintahan Sultan Muhammad XII
(Kesultanan Islam terakhir di Granada) pada 2 Januari 1492 M.,
sejak saat itu, runtuhlah kejayaan Islam di Andalusia setelah
bertahan selama lebih dari 8 abad, dan dimulailah abad
kegelapan bagi Umat Islam Andalusia.
Di bawah kendali Isabella dan suaminya (Ferdinand) umat
Islam Granada diberikan 3 pilihan yang sulit,
pertama- masuk agama mereka (Katholik),
kedua- Keluar dari Tanah Air (Andalusia),
Ketiga- kalau tidak mau keduanya (masuk katholik dan keluar
Andalusia) akan dibunuh dengan cara dibakar.
Beberapa di antara kaum Muslimin, demi kelangsungan
hidupnya lebih memilih opsi pertama (masuk Katholik), akan
tetapi paling banyak adalah yang mempertahankan
keislamannya, meskipun harus terusir dari tanah airnya,
meskipun harus mati terpanggang, akibatnya bisa ditebak,
ribuan Muslim meninggal baik karena dibakar maupun karena
kelaparan di dalam perjalanan keluar dari tanah airnya, dan
ratusan ribu yang lainnya terusir dan kemudian tinggal di
sekitar pantai Utara Maroko dan Tunisia (Afrika Utara) dan
sebagian wilayah Turki. 3 “Kedengkian, ketakutan, hasrat
yang tinggi untuk menguasai dunia menjadikan Komunis
dan Liberalis berani melakukan diskriminasi pada minoritas
muslim dengan mengabaikan rasa kemanusiaan yang
mereka miliki.”

Penuduhan Muslim sebagai Teroris


Islam sangat menjunjung tinggi kedamaian dan toleransi,
akan tetapi kemajuan pemikiran yang selalu berkembang
membuat munculnya pemahaman aliran-aliran baru mengatas
namakan Islam dengan rasa fanatisme yang tinggi dan
pemahaman pola pikir pribadi yang menyimpang dari ajaran
yang seharusnya. Contohnya ialah ISIS yang ingin
mengembalikan khilafah dengan cara yang sangat menyimpang
dari ajaran Islam yaitu anarkisme. Tidak mau rugi, Liberalisme
memanfaatkan konflik ini untuk menanamkan paham ³,6,6
3http://sepuluh-hal.blogspot.com/2012/07/10-pembantaian-manusia-terbesar.html?m=1
DGDODK,6/$0PDND,6/$0DGDODK7(525,6³ Kepada
masyarakat yang awam pada Islam.

Melihat fenomena pendiskriminasian pada Muslim di


berbagai negara, penyerangan secara anarkis terhadap suatu
negara seakan rasa kemanusiaan terhadap diri mereka telah
hilang. Menjadikan hal tersebut sebagai renungan untuk
Muslim sebagai pemilik ajaran terbaik yang sangat menjunjung
tinggi kedamaian, keadilan, toleransi, dan nilai moral lainnya.
Maka perlunya kesadaran Muslim bahwa peran mereka sangat
penting untuk mendamaikan dunia ini.
Saat ini strategi yang digunakan Islam untuk
mengembalikan syariat Islam yang mulai dipengaruhi paham
Komunis dan Liberal kurang lebih sama seperti tahun-tahun
sebelumnya yaitu melalui dakwah dan pendidikan di sekolah.
Sudah hampir 90tahun dari masa kejayaan, belum ada
tandatanda akan terbitnya fajar baru. Maka perlunya strategi
baru untuk mewujudkan impian Umat Islam. Yaitu, jangan
hanya fokus pada dakwah lisan dan pendidikan spiritual. Akan
tetapi kontribusi pada aspek politik, ekonomi, sains, sosial, dan
TNI juga harus ditingkatkan. Kontribusi di berbagai aspek saja
tidak cukup jika tidak disertai dengan Aqidah Islami setiap
individu. Dan untuk mewujudkannya perlunya praktek
langsung di lingkungan. Maka dimulai pada diri sendiri, saling
memberi Qudwah Hasanah terutama dari orang tua dan tokoh
masyarakat.
Daftar Pustaka

Nugroho Aditya – Jumat, 14 Januari 2011, Nasionalisme Penyebab


Runtuhnya Khilafah Pemersatu Umat Islam,
https://m.eramuslim.com/berita/analisa/nasionalisme-
penyebab-utama-runtuhnya-khilafah-institusi-pemersatu-
umat-islam.htm. (Diakses tanggal : 9 Februari 2019)

Dokter Populer-Selasa, 31 Juli 2012. 10 Pembantaian Manusia


Terbesar Sepanjang Sejarah. http://sepuluh-
hal.blogspot.com/2012/07/10-pembantaian-manusia-
terbesar.html?m=1. (Diakses tanggal 9 Februari 2019)

Anda mungkin juga menyukai