Anda di halaman 1dari 15

2.

3 FAKTOR-FAKTOR KEBANGKITAN DUNIA ISLAM

1. Pemahaman umat akan kehidupan pemerintahan yang beraneka ragam yang menerapkan
kapitalisme, sosialisme, dan sekularisme yang tampak jelas kelemahannya dalam mewujudkan
kebahagiaan bagi manusia atau mencapai kebangkitan dan memperbaiki kondisi mereka.
2. Pemahaman umat akan kepalsuan seruan patriotisme dan nasionalisme. Pemahaman ini gagal
menyatukan kelompok-kelompok bangsa yang satu, apalagi untuk menyatukan umat.
3. Kemunculan sejumlah harakah, partai dan kelompok Islam yang menyerukan Islam secara
umum atau menyerukan kebangkitan dengan asas Islam.
4. Pemahaman umat akan permusuhan nyata negara-negara kafir terhadap Islam dan kaum
Muslim. Perhatian umat terhadap langkah-langkah negara kafir dalam menanamkan doktrin,
nilai-nilai dan propaganda kepada kaum Muslim. Doktrin, tata-nilai dan propaganda kufur
mereka itu di antaranya berupa seruan kebebasan, demokrasi, penjagaan Hak Asasi Manusia
dan sebagainya. Jika perkaranya berkaitan dengan kaum Muslim maka lihat perkataan James
Baker – Menhan AS terdahulu – bahwa demokrasi tidak layak bagi bangsa-bangsa Timur
Tengah. Lihatlah Perancis, penyeru kebebasan, yang justru mengumumkan akan
mengintervensi Aljazair secara militer jika FIS memegang pemerintahan. Lihatlah AS dan
sikapnya terhadap pencaplokan tanah, yaitu Israel. Padahal AS mengetahui kebengisan dan
dosa Israel karena hal itu tidak perlu penjelasan. Lihatlah Inggris yang bersegera
menyematkan cap teroris dan fundamentalis kepada kaum Muslim yang berjuang untuk
Islam. Inggrislah yang mereka-reka istilah fundamentalisme dengan sangat getol dikaitkan
dengan setiap aktivitas fisik menentang pemerintahan yang menekan berbagai bangsa karena
Islam mereka. Masih banyak lagi contoh yang tidak cukup tempat untuk memaparkannya.
5. Kedudukan dan posisi tawar kaum Muslim terus menukik turun. Kemiskinan, kehinaan,
penyakit dan sebagainya terus menyebar di tengah-tengah kaum Muslim di dunia. Hal itu
menyebabkan kaum Muslim mulai berpikir mengenai metode menyelesaikannya dan mulai
berjuang demi kebangkitan.
6. Munculnya sistem-sistem tiranik yang terus menimpakan tekanan, siksaan, paksaan dan
kezaliman. Hal itu menyebabkan kaum Muslim mulai berpikir tentang perubahan, mencari
metode paling efektif yang bisa mengantarkan pada kebangkitan yang benar serta
membebaskan dari ketidakadilan dan kejahatan.

2.4 KESADARAN AKAN KETERPURUKAN

Ibnu Taimiyah

Abul Abbas Taqiuddin Ahmad bin Abdus Salam bin Abdullah bin Taimiyah al Harrani (Bahasa Arab: ‫أبو‬
‫)الحراني تيمية ابن هللا عبد بن السالم عبد بن أحمد الدين تقي عباس‬, atau yang biasa disebut dengan nama Ibnu
Taimiyah saja (lahir: 22 Januari 1263/10 Rabiul Awwal 661 H – wafat: 1328/20 Dzulhijjah 728 H),
adalah seorang pemikir dan ulama Islam dari Harran, Turki.

Ibnu Taymiyyah berpendapat bahwa tiga generasi awal Islam, yaitu Rasulullah Muhammad SAW dan
Sahabat Nabi, kemudian Tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Sahabat Nabi, dan
Tabi'ut tabi'in yaitu generasi yang mengenal langsung para Tabi'in, adalah contoh yang terbaik untuk
kehidupan Islam.
Semenjak kecil sudah terlihat tanda-tanda kecerdasannya. Begitu tiba di Damaskus, ia segera
menghafalkan Al-Qur’an dan mencari berbagai cabang ilmu pada para ulama, hafizh dan ahli hadits
negeri itu. Kecerdasan serta kekuatan otaknya membuat para tokoh ulama tersebut tercengang.
Ketika umurnya belum mencapai belasan tahun, ia sudah menguasai ilmu ushuluddin dan
mendalami bidang-bidang tafsir, hadits, dan bahasa Arab. Ia telah mengkaji Musnad Imam Ahmad
sampai beberapa kali, kemudian Kutubu Sittah dan Mu’jam At-Thabarani Al-Kabir.

Suatu kali ketika ia masih kanak-kanak, pernah ada seorang ulama besar dari Aleppo, Suriah yang
sengaja datang ke Damaskus khusus untuk melihat Ibnu Taimiyah yang kecerdasannya menjadi buah
bibir. Setelah bertemu, ia memberikan tes dengan cara menyampaikan belasan matan hadits
sekaligus. Ternyata Ibnu Taimiyah mampu menghafalkannya secara cepat dan tepat. Begitu pula
ketika disampaikan kepadanya beberapa sanad, iapun dengan tepat pula mampu mengucapkan
ulang dan menghafalnya, sehingga ulama tersebut berkata: "Jika anak ini hidup, niscaya ia kelak
mempunyai kedudukan besar, sebab belum pernah ada seorang bocah sepertinya".

Sejak kecil ia hidup dan dibesarkan di tengah-tengah para ulama sehingga mempunyai kesempatan
untuk membaca sepuas-puasnya kitab-kitab yang bermanfaat. Ia menggunakan seluruh waktunya
untuk belajar dan belajar dan menggali ilmu, terutama tentang Al-Qur'an dan Sunnah Nabi.

Ibnu Taymiyyah amat menguasai ilmu rijalul hadits (perawi hadits) yang berguna dalam menelusuri
Hadits dari periwayat atau pembawanya dan Fununul hadits (macam-macam hadits) baik yang
lemah, cacat atau shahih. Ia memahami semua hadits yang termuat dalam Kutubus Sittah dan Al-
Musnad. Dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar
biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir. Tiap
malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf . Sehari semalam ia
mampu menulis empat buah kurrosah (buku kecil) yang memuat berbagai pendapatnya dalam
bidang syari'ah. Ibnul Wardi menuturkan dalam Tarikh Ibnul Wardi bahwa karangannya mencapai
lima ratus judul. Karya-karyanya yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa
fatwa dalam agama Islam

2.5 MAKNA KEBANGKITAN DUNIA ISLAM

Pengertian kebangkitan (ash-shahwah) yang langsung terlintas di dalam benak adalah kata: shaha-
yashhu; yakni bangun dari tidur. Akan tetapi, tatkala kita membicarakan kebangkitan Islam (ash-
shahwah al-Islamiyyah) maka maknanya benar-benar berbeda meskipun bahwa umat ini sedang
dalam kondisi terlena dari agamanya. Keadaan umat ini bagaikan orang yang sedang tidur, yang
terlena dari kesadarannya. Realitanya, kedua pengertian tersebut memiliki banyak kedekatan
makna. Karena itu, penjelasan makna ash-shahwah (kebangkitan) secara bahasa dan istilah sangat
bermanfaat dan menghantarkan untuk menjelaskan maksud dari tulisan buku ini dalam mewujudkan
kebangkitan.

Inilah pengertian etimologis dari kata bangkit dan kebangkitan. Adapun makna istilah kata
kebangkitan (ash-shahwah) sebagaimana diketahui adalah kebangkitan dari keterpurukan dan
keterlenaan serta dari ketiadaan pemahaman terhadap realita hakiki yang menjadi realita hidup
umat. Hal itu akibat dari banyak faktor yang menutupi umat dari kebenaran; memalingkan umat dari
memahami realita; dan kewaspadaan umat terhadap realita ini serta upaya umat untuk mengubah
dan membebaskan diri darinya menuju realita yang lebih mulia.
2.6 SYARAT-SYARAT KEBANGKITAN DUNIA ISLAM

1. Pengetahuan Islam yang mendalam. Berbagai disiplin ilmu harus dikuasai dengan baik semisal
kalam, akhlak, fikih, Al-Quran, Hadist dan cabang-cabang keilmuan Islam lainnya. Sejak 11
September, Amerika memaksakan pemahaman tentang Islam masuk ke sekolah-sekolah umat Islam
sesuai dengan yang mereka inginkan.

2. Islam tidak bersifat personal. Persoalan-persoalan kaum Musliman di belahan dunia manapun
menjadi tanggung jawab seorang Muslim. Apa yang terjadi di Palestina telah menjadi perhatian
serius Imam Khomeini. Imam menyerukan untuk memperjuangkan hak-hak bangsa Palestina.

3. Berupaya untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis antarberbagai kelompok
dalam masyarakat, demokrasi hanyalah metode. Demokrasi Barat didasari nilai-nilai liberalisme dan
humanisme, sedangkan bagi Imam Khomeini demokrasi harus diisi dengan nilai-nilai Islam yang suci.
Dalam penilaian Larijani, praktek demokrasi ala Barat telah gagal dalam menciptakan situasi yang
damai. Padahal, politik yang sebenarnya adalah bagaimana seluruh umat beragama hidup
berdampingan secara damai dan harmonis, ucapnya. Imam Khomeini senantiasa menekankan
pentingnya hidup harmonis dengan penuh kasih sayang terhadap seluruh umat manusia. Dan Imam
bertindak sangat tegas terhadp musuh-musuh Islam dan kemanusiaan, yakni Amerika, Israel dan
antek-anteknya.

4. Menekankan pentingnya bangsa-bangsa Muslim menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Ia


mencontohkan bagaimana kemajuan yang pesat Iran dalam bidang sains dan teknologi sejak
kemenangan revolusi. Berbagai bidang seperti medis, pertanian, pertahanan hingga teknologi tinggi
seperti nuklir.

5. Menyeru kaum Muslimin untuk memperkuat infrastruktur ekonomi dan pertahanan. Kemajuan
teknologi rudal balistik yang dikuasai Iran, bagi Larijani bukanlah untuk menyerang, tapi tindakan
defensif dari serbuan ataupun serangan musuh-musuh Iran.

2.7 TANDA-TANDA KEBANGKITAN ISLAM

Tanda – tanda kebangkitan Islam telah dimulai, saat ini telah diawali dengan dari adanya jam
pemersatu umat islam di dunia yang akan dipusatkan di Mekah. Jam yang terbesar di dunia ini
dirancang oleh insinyur Jerman dan Swiss dengan ketinggian enam kali lebih tinggi dari Big Ben di
Inggris.

Kantor berita Arab Saudi mengatakan menara yang dirancang oleh insinyur Jerman dan Swiss ini,
memiliki ketinggian sekitar 600 meter, atau kira-kira enam kali melebihi tingginya Big Ben, jam yang
sangat terkenal di London. Bagian depan jam ini akan didekorasi dengan mozaik kaca dan terbuat
dari karbon fiber, bahan yang sangat kuat dan digunakan pada pesawat luar angkasa dan teknologi
lainnya.

Dua muka utama jam ini memiliki luas 43 meter persegi. Pengunjung dapat berdiri di teras di bawah
jam itu untuk melihat pemandangan kota. Jam ini menghadap ke Masjid Agung Mekkah dari atas
gedung kedua tertinggi di dunia setelah Burj Khalifa, di Dubai.
Dari empat sisi jam, hanya satu sisi jam yang sudah berhasil diselesaikan. Tampak penunjuk waktu
raksasa itu dipenuhi dengan kemewahan, karena dipenuhi dengan 98 juta mosaik kaca. Setiap sisi
dari jam raksasa ini akan menyertakan tulisan “AllahuAkbar” dalam bahasa arab dan dilengkapi
dengan lampu yang berwarna-warni.

Menara jam ini merupakan bagian dari hotel Abraj Al-Bait dan komplek perumahan yang dibangun
oleh kelompok konstruksi Saudi Bin Laden Group. Merupakan fitur dari kompleks hotel tujuh menara
Abdulaziz. Media setempat mengatakan bahwa proyek menara jam ini menelan biaya $ US3 miliar.

Uji coba jam ini akan berlangsung selama tiga bulan ini, akan diawali pertama kali pada pekan
pertama bulan Ramadhan. “Jam ini akan mulai berdetak minggu ini untuk menandai permulaan
Ramadan. Tepatnya setelah 00:00 pagi di hari pertama bulan suci Ramadhan” begitu rilis pers dari
kantor berita Saudi, SPA.

Menurut pembuatnya, jam ini dapat dilihat dari kejauhan hingga 25 kilometer. Selain itu, jam ini juga
akan dilengkapi dengan dek obsevatoruim pada bagian bawahnya. Jam ini diharapkan akan menjadi
patokan waktu shalat bagi umat muslim di seluruh dunia. Bahkan pemerintah Arab Saudi berharap
jam itu akan menjadikan kota suci itu sebagai alternatif standar waktu Greenwich.

Mungkin inilah saatnya kebangkitan Islam akan segera terwujud, sebagaimana keterangan dari
hadits berikut ini: “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada.
Kemudian Ia akan mengangkatnya jika Ia berkehendak menngangkatnya. Kemudian akan ada
khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia
akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan
(kerajaan) yang zalim, ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Kemudian Dia akan
mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan)
diktator yang menyengsarakan, ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Kemudian akan ada
khilafah yang mengikuti manhaj kenabian”, kemudian beliau diam” (HR. Ahmad dan al-Bazar)

Kandungan yang terdapat dalam hadits ini yaitu memberitahukan lima periode perjalanan kaum
Muslim sejak masa kenabian. Periode pertama adalah periode kenabian. Periode kedua adalah
periode khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Para Ulama sepakat bahwa periode khilafah
rasyidah adalah periode khilafah yang berjalan diatas manhaj kenabian. Periode ketiga adalah
periode pemerintahan dan kekuasaan yang zalim. Periode keempat adalah periode pemerintahan
dan kekuasaan jabbariyah (diktator). Dan periode terakhir adalah periode kembalinya khilafah yang
mengikuti manhaj kenabian.

Dengan demikian, khilafah Islam yang mengikuti manhaj kenabian ini akan segera tegak kembali. Hal
ini adalah pasti sebagai janji dari Allah SWT dan tanda-tandanya sudah mulai muncul kepermukaan.

BAB III

KESIMPULAN DAN PENUTUP

Sejarah Islam di dunia mencatat bahwa Islam menjadi satu-satunya agama yang berkembang paling
cepat. Nabi Muhammad hidup hanya usia 63 th, beliau menjadi nabi sejak usia 40 th, dan hanya 23
th saja beliau menjadi mampu mendidik generasi Islam yang luar biasa. Generasi-generasi Islam yang
mampu menguasai peradaban dunia dalam kurun waktu ± 13 abad dan menciptaka sejarah Islam di
dunia dengan citra yang baik.

Sejarah Islam di dunia berlangsung dari abad ke-6 Masehi hingga abad ke-12 Masehi. Dimulai dari
periode kepemimpinan Nabi Muahammad SAW ( 622-632 M ), kemudian diteruskan oleh generasi
Khulafaurasyidin ( 750-1258 M), kemudian masa kekhalifahan bani Umayyah ( 661-750 M ), dan Bani
Abbasiyah ( 750-1258 M ) hingga terakhir rutuhnya kekhalifahan Turki Usmani pada tanggal 3 Maret
1924 M.

Kemunduran islam terjadi karena adanya faktor internal maupun eksternal. Diantaranya kurang
pemahaman terhadap agama itu sendiri, yang tidak mau berpegang teguh pada al qur’an dan
sunnah, gerakan kristenisasi, penjelajahan samudera, pengampunan dosa, dll.

Adapun makna istilah kata kebangkitan (ash-shahwah) sebagaimana diketahui adalah kebangkitan
dari keterpurukan dan keterlenaan serta dari ketiadaan pemahaman terhadap realita hakiki yang
menjadi realita hidup umat.

Kelompok-kelompok yang tidak terorganisasi dan tidak berpolitik merupakan fondasi real bagi
kebangkitan Islam yang tidak direkayasa, apalagi mereka merupakan sumber pijakan bagi kelompok-
kelompok lain, baik yang moderat dan ekstrem, maupun yang a-politis.

Syarat-syarat kebangkitan islam :

Pengetahuan Islam yang mendalam

Islam tidak bersifat personal

Berupaya untuk menciptakan kehidupan yang damai dan harmonis antarberbagai kelompok dalam
masyarakat, demokrasi hanyalah metode

Menekankan pentingnya bangsa-bangsa Muslim menguasai Ilmu Pengetahuan dan Teknologi.

Menyeru kaum Muslimin untuk memperkuat infrastruktur ekonomi dan pertahanan.

Faktor-faktornya :

Pemahaman umat akan kehidupan pemerintahan yang beraneka ragam

Pemahaman umat akan kepalsuan seruan patriotisme dan nasionalisme

Kemunculan sejumlah harakah, partai dan kelompok Islam yang menyerukan Islam

Pemahaman umat akan permusuhan nyata negara-negara kafir terhadap Islam dan kaum Muslim

Kedudukan dan posisi tawar kaum Muslim terus menukik turun

Munculnya sistem-sistem tiranik yang terus menimpakan tekanan, siksaan, paksaan dan kezaliman.

Read more: http://ncofies.blogspot.com/2012/10/latar-belakang-dan-faktor-


faktor.html#ixzz58f1vVUcZ
KEMAJUAN DAN KEMUNDURAN ISLAM DALAM ILMU PENGETAHUAN

A. Kemajuan Islam dalam Ilmu Pengetahuan

Sebagaimana telah di kemukakan bahwa tumbuh dan berkembangnya ilmu pengetahuan dalam
islam, adalah sebagai akibat dari berpadunya unsur-unsur pembawaan ajaran islam dengan unsur-
unsur yang berasal dari luar. Kemudian potensi pembawaan islam tidak merasa cukup hanya
menerima pengaruh dari luar saja, tetapi bahkan kemudian mengembangkannya lebih jauh,
sehingga nampak adanya unsur-unsur islami yang dominan. Akhirnya berkembanglah berbagai
bidang ilmu pengetahuan.

Henry Margenan dan David Bergamini, dalm the scientish sebagaimana di olah jujun
S.Suriasumantri, telah mendaftarkan sederatan cabang ilmu pengetahuan yang telah dikembangkan
sebagai hasil perkembangan pemikiran dan ilmiah di kalangan kaum muslimin pada masa jayanya,
yang kemudian secara berangsur-angsur berpindah ke dunia barat, sebagai berikut [2]:

a. Dalam bidang matematika, telah dikembangkan oleh para sarjana muslim berbagai cabang ilmu
pengetahuan, seperti teori bilangan, aljabar, geometri analit, dan trigonometri.

b. Dalam bidang fisika, mereka telah berhasil mengembangkan ilmu mekanika dan optika.

c. Dalam bidang kimia, telah berkembang ilmu kimia.

d. Dalam bidang astronomi,kaum muslimin telah memiliki ilmu mekanika benda-benda langit.

e. Dalam bidang geologi, para ahli ilmu pengetahuan muslim telah mengembangkan Geodesi,
Mineralogi, dan Meteologi.

f. Dalam bidang biologi, mereka telah memilki ilmi-ilmu Phisiologi, Anatomi, Botani, Zoologi,
Embriologi dan Pathologi.

g. Dalam bidang sosial, telah pula berkembang ilmu politik.

Kemajuan ilmu pengetahuan juga sesuai dengan keterangan yang dinyatakan dalam al-Qur’an.
Salah satu ilmu modern adalah membedakan manusia berdasarkan sidik jarinya. Sidik jari manusia
ternyata bersifat unik dan dapat digunakan untuk membedakan seseorang dengan orang lainnya.
Surah Al-Qiyamah ayat 4 menerangkan bahwa Allah akan menyusun jari-jemari manusia dengan
sempurna. Pengertian sempurna adalah sampai pola sidik jari masing-masing manusia akan disusun
kembali[3].

Temuan lain yang menunjukkan kesesuaian al-Qur’an dengan sains adalah keterangan pada
Surah An-Nisa’ ayat 56 tentang rasa sakit yang dirasakan oleh kulit. Padaayat tersebut dikatakan
bahwa kulit manusia yang hangus dibakar oleh api neraka akan dibuat kembali agar penghuni neraka
merasakan kembali rasa sakit tersebut. Profesor Tagatat Tejasen, sekretaris Departemen Anatomi di
Universitas Chiang Mai Thailand, telah melakukan banyak penelitian tentang reseptor rasa sakit.
Beliau menemukan bahwa reseptor rasa sakit berada pada kulit sehingga manusia tidak merasakan
rasa sakit pada dagingnya jika kulitnya terbakar. Reseptor rasa sakit berada pada lapisan kedua kulit
yang mengandung pembuluh darah dan ujung-ujung saraf[4].

B. Kemajuan Ilmu Pengetahuan Islam di Dunia


Kemajuan ilmu pengetahuan Islam di Dunia terdapat di beberapa negara, seperti[5]:

a. Di Eropa

Pada abad pertengahan umat islam sanagt bergairah dalam menuntut dan
mengembangkan ilmu dipelopori oleh Dibasti Abbasiyah yang berkuasa pada tahun 750 M. Pada
abad pertengahan itu terdapat tempat pusat peradaban bagdad dan dimesir didunia islam abagian
timur serta sicilla dan Andalusia (Spanyol Islam) di dunia islam bagian barat. Bagdad berperan dari
750-1492 M (dikuasai kembali oleh kristen)Pengaruh peradaban islam ke Eropa berlangsung pada
abad ke 12 M dimulai dengan banykanya pemuda kristen Eropa yang belajar diberbagai universitas
islam di Andalusia serta adanya gerakan penterjemah di Sicillia dan perang salib di Syria. Empirisme
keilmuan islam mendorong ilmu Eropa untuk meneliti alam, menaklukan lautan dan menjelajah
benua. Empirisme itu memberikan sumbangsihnya terhadap renaissanceeropa yang dimulai dari
Italia pada abad ke 13 M.

b) Di Afrika Utara

Orang romawi berusaha menyingkirkan kebudayaan latinnya dinegeri-negeri Afrika Utara.


Dipindahkan sekolah-sekolah dan sistem-sistem pendidikannya sebagaimana sastra dan seni yunani
menjadi cemerlang di Roma didapatinya pusat-pusat yang subur di Afrika utara sepanjang 2 abad
perama semenjak Romawi menguasai Afrika. Disamping sekolah-sekolah dan pusat-pusat
kebudayaan romawi terhadap perpustakaan dimana diadakan ceramah dan seminar begitu juga
panggung sandiwara adan stadium-stadium yang memenuhi desa dan kota afrika dan berusaha
menyingkirkan kebudayaan Romawi.

c) Di Andalusia

Orang-orang arab menyebut nama Andalusia untuk semua plosok Spanyol yang tunduk dibawah
kaum muslimin dan nama arab itu berasal dari nama puak-puak yang berasal dari Spanyol berada
dibawah kekuasaan romawi sehingga ia diserang oleh puak-puak Wandal pada abad ke 5 H.
Semenjak itulah negeri ini dinamakan negeri Wandalusia atau negeri Wandal orang arab
menamainya negeri Wandal. Dari Andalusia orang-orang arab mendirikan skolah-sekolah, masjid-
masjid, hotel-hotel, rumah sakit, disegala tempat. Disamping itu mereka membuka jalan dan
jembatan.

Ilmuwan-ilmuwan dalam Kemajuan Ilmu Pengetahuan dalam Islam

Dari segi metodologi ilmiah, sebenarnya para sarjana muslim telah pula mengembangkan
metodologi ilmiah yang di kembangkan oleh dunia barat sekarang. Pola berpikir rasional, sebenarnya
dikenal oleh ahli-ahli pikir barat lewat pembahasan ahli-ahli falsafah islam terhadap filsafat yunani
yang dilakukan antara lain oleh Al-kindi ( 809-873 M), Al-Farabi (881-961 M), Ibnu sina (980-103 M),
dan Ibnu Rusyd (1126-1198 M). Demikian pula pola berpikir empiris yang di dunia barat dikenal
lewat tulisan Francis Bacon (1561-1626 M) semula berasal dari sarjana-sarjana Islam[6].

a. Abu Ali al Husayn Ibn Abdallah Ibn Al Hasan Ibn Ali Ibn Sina

Ibn Sina atau Avicenna adalah seorang polymath jenius asal Uzbekistan yang mendalami hampir
semua ilmu pengetahuan, dari mulai filsafat, kedokteran, astronomi, sekaligus ilmuwan. Avicenna ini
mengeluarkan mahakarya kedokteran yang judul “Al Qanun fi al Tibb” atau “The Canon of Medicine”
dan menjadi buku pegangan utama para mahasiswa kedokteran di penjuru Eropa sampe abad ke 18.

Pada jaman itu, dunia medis masih sangat miskin pengetahuan, kebanyakan tabib hanya meraba-
raba berdasarkan pengalaman tanpa didasari eksperimen serta pengetahuan yang sahih tentang
bagaimana sistem tubuh manusia bekerja. Pada jaman ini, Avicenna-lah mengumpulkan seluruh
pengetahuan ilmu faal, anatomi, intervensi medis dari jaman klasik Yunani/Romawi dan Persia/India
sejak jaman Hippokrates dan Galen, sekaligus digabung dengan riset medis yang ia lakukan sendiri
oleh Avicenna. Buku Avicenna sering disebut sebagai “Bapak Pengobatan Modern”.

Pada masanya, Avicenna ini dikenal sebagai orang yang berpikiran sangat logis dan rasional, jauh
melampaui manusia-manusia pada zamannya. Perkembangan intelektual Avicenna sangat
dipengaruhi dari ajaran Aristoteles dan Plato sebagai perintis tonggak pertama konsep filsafat logika
serta budaya untuk selalu mempertanyakan segala sesuatu sampai sedalam-dalamnya. Berdasarkan
itu, Avicenna tidak cuma mengembangkan banyak ilmu pengetahuan, tapi juga mengkritik banyak
perkembangan ilmu yang keliru dan masih nyampur-nyampur sama hal-hal mistis dan
supranatural[7].

· Metodologi Penelitian: Selain buku the Canon of Medicine, Avicenna juga membuat “Kitab al
Shifa” atau lebih dikenal dengan The Book of Healing. Dalam buku itu, Avicenna meletakkan dasar-
dasar dan aturan dalam menjalankan metode eksperimen dalam mencari kebenaran dalam ilmu
pengetahuan. Sampai akhirnya metode saintifik tersebut disempurnakan oleh Galileo yang menjadi
Bapak Sains Modern.

· Astronomi: Avicenna membantah klaim-klaim para astrolog yang menyatakan bahwa


pergerakan benda langit memiliki efek kepada nasib manusia itu adalah hal yang tidak masuk akal.
(dalam kitab: Ar Risalah fi Ibtal Ahkam al Nujum)

· Kimia: Avicenna membantah klaim para alkimiawan (alchemist) yang menyatakan bahwa ada
zat yang bisa mengubah timbal menjadi emas yang waktu itu terkenal dengan istilah “The
Philosopher’s Stone"

· Geologi: Dalam buku “The Book of Healing”, Avicenna juga membuat hipotesa bahwa awal
terbentuknya gunung adalah proses pergerakan permukaan bumi seperti gempa bumi dan
pergerakan sungai.

· Fisika: Dalam bidang mekanika, Avicenna mengelaborasikan teori “motion” atau gerakan.
Sedangkan dalam bidang fisika optik, dia sempat menyatakan bahwa cahaya memiliki kecepatan.
Sampai akhirnya disempurnakan oleh Ole Rømer, Maxwell, dan Einstein.

· Psikologi: Dalam psikologi, Avicenna juga menyatakan bahwa "jiwa" itu sebetulnya hanya
merupakan bentuk persepsi fisiologis kesadaran manusia, dan bukan merupakan hal yang
supernatural. Filosofi mengenai kejiwaan ini mempengaruhi banyak filsuf Barat jaman Renaissance,
terutama René Descartes.

b. Abu Yusuf Ya’qub Ibn Ishaq Al Sabbah Al Kindi

Al Kindi disebut sebagai ilmuwan muslim terbesar sepanjang masa. Awalnya, Al Kindi dipercaya sama
Khalifah Al Ma’mun buat jadi ketua tim penerjemah naskah-naskah filsafat kuno dari Yunani dan
Romawi di Bayt al Hikmah.
Al- kindi sebagai ilmuwan yang dapat menerjemahkan berbagai ilmu pengetahuan dari berbagai
sumber paling awal peradaban filsafat klasik, Sehingga karya-karyanya dapat dikenal di dalam dunia
pendidikan[8].

Dalam bidang matematika, Al Kindi merupakan salah satu orang pertama yang ngadaptasi angka
India jadi sistem bilangan Hindu-Arab (0--9) yang kita dapat pelajari.

c. Abu al Fath ‘Umar Ibn Ibrahim Al Khayyam

Al-Khayyam atau Omar Khayyam adalah seorang matematikawan dan astronom, Sumbangan
terbesar Khayyam di dunia matematika adalah Segi Empat Khayyam-Saccheri, yang merupakan suatu
materi matematika soal postulat-postulatnya Euclid. Selain itu, dia juga dikenal sebagai orang yang
pertama kali secara lengkap ngejabarin konsep Segitiga Pascal.

Dalam dunia astronomi, ia bisa membuktikan bahwa Bumi berputar pada sumbunya. Selain itu, dia
juga salah satu anggota tim perumus kalender Iran yang dikenal sebagai Jalali Calendar.

d. Abu Abdullah Muhammad Ibn Musa Al Khwarizmi

Al Khwarizmi adalah Ilmuwan asal Khwarezm, Uzbekistan, ini berasal dari keluarga dengan latar
belakang penganut agama Zoroastrianisme (Majusi).

Al-khawarizmi mengembangkan pendekatan khusus untuk memecahkan persamaan linear dan


kuadrat, yang kita kenal dengan nama Aljabar.

Selain itu, beliau inilah yang berhasil memetakan pergerakan matahari, bulan, dan kelima planet
yang dia tulis dalam kitab Zīj al-Sindhind (Perhitungan Astronomi Pakistan dan India)[9].

e. Nasir al Din Tusi

Ilmuwan Persia abad ke 13 ini merupakan ilmuwan yang terakhir muncul di dunia Islam, setelah
Baghdad diluluh lantakkan oleh bangsa Mongol dibawah kepemimpinan Hulagu Khan.

Karena terjadi pergeseran kekuasaan, Tusi mengabdikan dirinya kepada Khan. Sama seperti ilmuwan
yang gua sebut sebelumnya, dia juga seorang polymath yang menguasai banyak bidang ilmu seperti
matematika, astronomi, fisika, kimia, biologi, serta sastra. Tapi yang paling terkenal ilmuwan ini
adalah teorinya tentang mekanisme Seleksi Alami yang membentuk keanekaragaman hayati di
dunia, yang dia kemukakan 750 tahun sebelum Charles Darwin dan Alfred Wallace, duet pengungkap
rahasia Seleksi Alami.

Tusi mengatakan bahwa organisme-organisme yang lebih cepat untuk bermutasi dan berubah
bentuk/memiliki perubahan fungsi organ akan lebih bervariasi dibandingkan individu lainnya. Badan
organisme tersebut berubah karena faktor internal dan eksternal. Ini adalah yang merupakan titik
awal pemikiran manusia tentang asal mula spesies terbentuk[10].

"The organisms that can gain the new features faster are more variable. As a result, they gain
advantages over other creatures. [...] The bodies are changing as a result of the internal and external
interactions."- Al Tusi, Kitab Akhlaq-i-Nasri

Abu al Walid Muhammad Ibn Rushd


Ibn Rushd atau lebih dikenal dengan nama Averroes adalah seorang polymath muslim yang lahir di
daerah Andalusia, Spanyol. Cakupan bidang yang dia pelajari sangat luas dari mulai logika, filsafat,
psikologi, geografi, matematika, sampai kedokteran. Ibn Rushd dikenal sebagai ilmuwan muslim
terakhir yang dengan gigih memperjuangkan nilai-nilai logika dan metode sains dalam kebudayaan
Islam di tengah gerakan dari lawan pemikirannya yaitu Al Ghazali yang mengkritik bahwa
pencampuran ajaran filsafat Yunani dari jaman Aristoteles hingga, Avicenna dan Al Farabi itu sesat
dan tidak sesuai dengan ajaran Islam.

Akibat dari pembelaannya terhadap filsafat Yunani dan metode sains, dirinya dikucilkan dari
komunitas Islam dan dianggap sesat oleh tiga agama sekaligus, Islam, Kristen, dan Yahudi. Sampai
akhirnya khayatnya, Ibn Rushd tetap setia dengan pandangannya bahwa ilmu pengetahuan, filsafat,
dan agama bisa berjalan beriringan. Ironisnya, Ibn Rushd dikenang sebagai pejuang terakhir
(sayangnya gagal) yang melakukan perlawanan terakhir para ilmuwan Islam untuk mengedepankan
logika dan pendekatan metode saintifk[11].

Faktor-faktor Pendorong Kemajuan Sains dalam Peradaban Islam

Ada beberapa faktor dalm kemajuan imlu pengetahuan dalam islam yang diantaranya ialah[12]:

· Universalisme

Dalam Al-Quran surat Ali-Imran:110 disebutkan bahwa, orang yang beriman, mengajak kepada
kebaikan, dan mencegah yang mungkar, dikategorikan sebagai manusia yang lebih baik daripada ahli
kitab sekalipun.

· Toleransi

Adanya toleransi antar umat, toleransi akan kemauan untuk berbagi ilmu an kemauan menerima
ilmu, menyebabkan perkembangan sains atau pengetahuan berkembang pesat.

· Karakter pasar internasional

Luasnya jaringan perdagangan pada masa itu sangat mempengaruhi perkembangan sains masa itu.
Luas daerah kekuasaan Islam pada Dinasti Abbasiyah dari India di Timur sampai dengan Andalusia di
Barat. Pengaruh lain adalah Rihlah ilmiyah (perjalanan untuk mencari ilmu pengetahuan). Selain itu,
gelombang ekspansi atau perluasan daerah kekuasaan yang cukup besar juga mempengaruhi
perkembangan sains dalam peradaban islam.

Faktor-faktor yang menyebabkan ekspansi demikian cepat antara lain adalah[13]:

1. Islam, disamping merupakan ajaran yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, juga
agama yang mementingkan soal pembentukan masyarakat.

2. Dalam dada para sahabat, tertanam keyakinan tebal tentang kewajiban menyerukan ajaran-
ajaran Islam (dakwah) ke seluruh penjuru dunia. Disamping itu, suku-suku bangsa Arab gemar
berperang. Semangat dakwah dan kegemaran berperang tersebut membentuk satu kesatuan yang
padu dalam diri umat Islam.
3. Bizantium dan Persia, dua kekuatan yang menguasai Timur Tengah pada waktu itu, mulai
memasuki masa kemunduran dan kelemahan, baik karena sering terjadi peperangan antara
keduanya maupun karena persoalan-persoalan dalam negeri masing-masing.

4. Pertentangan aliran agama di wilayah Bizantium mengakibatkan hilangnya kemerdekaan


beragama bagi rakyat. Rakyat tidak senang karena pihak kerajaan memaksakan aliran yang
dianutnya. Mereka juga tidak senang karena pajak yang tinggi untuk biaya peperangan melawan
Persia.

5. Islam datang ke daerah-daerah yang dimasukinya dengan sikap simpatik dan toleran, tidak
memaksa rakyat untuk mengubah agamanya dan masuk Islam.

6. Bangsa Sami di Syria dan Palestina dan bangsa Hami di Mesir memandang bangsa Arab lebih
dekat kepada mereka daripada bangsa Eropa, Bizantium, yang memerintah mereka.

7. Mesir, Syria dan Irak adalah daerah-daerah yang kaya. Kekayaan itu membantu penguasa Islam
untuk membiayai ekspansi ke daerah yang lebih jauh.

· Perhargaan terhadap sains dan saintis

Al-Makmun membangun Baitul Hikmah

· Keterpaduan antara tujuan dan alat/cara

Sains dan nilai (etika atau moral) harus berjalan bersamaan

Jadi, Rahasia kesuksesan atau faktor yang menyebabkan kemajuan kaum Muslim pada zaman
keemasan peradaban Islam adalah sebagai berikut:

Sistem kenegaraan dan pemerintahan dalam pandangan Islam didasarkan pada prinsip
keuniversalan, penghapusan diskriminasi ras, suku, dan bangsa, serta proteksi. Prinsip ini terlihat
jelas pada model kenegaraan serta sistem pemerintahannya.

Pada dasarnya, bentuk negara dalam pandangan Islam adalah kesatuan. Selain itu, Islam juga
mengenalkan negara global (universal state) yang dikendalikan oleh kepemimpinan tunggal. Konsep
negara universal ini merupakan konsekuensi logis dari ajaran Islam yang bersifat universal (ditujukan
untuk seluruh umat manusia). Jika dibandingkan dengan negara bangsa di jaman sekarang, maka
nation state (negara bangsa) telah terbukti gagal mensejahteraan seluruh umat manusia. Bahkan
nation state telah menyebabkan konflik, munculnya proteksi yang melahirkan cost-cost tidak perlu,
macetnya distribusi barang dan jasa, dan telah menyebabkan sejumlah negara yang hanya
mementingkan kepentingan bangsa dan negaranya sendiri.

Dengan hukum-hukum Islam, maka masyarakat dunia akan merasakan kesejahteraan,


kebersamaan, hidup saling menopang dan mendukung, dalam naungan sistem pemerintahan yang
agung dan mulia.

EDISI KORAN REPUBLIKA TV GERAI IHRAM


Saturday, 15 Jumadil Akhir 1439 / 03 March 2018

LOGIN REGISTER

HOME

NEWS

KHAZANAH

INTERNASIONAL

EKONOMI

SEPAK BOLA

LEISURE

KOLOM

INFOGRAFIS

REPUBLIKA TV

INDEKS

LAINNYA

Saturday, 15 Jumadil Akhir 1439 / 03 March 2018

LOGIN REGISTER

HOME

INDONESIA

DUNIA

MOZAIK

FILANTROPI

HIKMAH

ISLAM DIGEST

MUALAF

FATWA
RUMAH ZAKAT

EMPOWERING INDONESIA

Home > Khazanah > Khazanah

7 Faktor Pemicu Kemajuan Sains dan Teknologi Peradaban Islam

Selasa 24 January 2017 11:00 WIB

Rep: Yusuf Assidiq/ Red: Agung Sasongko

Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus
saat ini.

Ilmuwan Muslim berhasil memberikan penemuan yang sangat bermanfaat bagi kehidupan penerus
saat ini.

Foto: Photobucket.com/ca

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Salah satu unsur kejayaan peradaban Islam adalah sains dan teknologi.
Bidang ini mengalami beberapa fase, mulai dari kemunculannya, penyebaran, kemajuan, hingga
kemunduran. Untuk menunjukkan kemajuan sains dan teknologi Islam pada masa keemasannya,
cukuplah kiranya menyebut nama-nama, seperti Jabir bin Hayyan, al-Kindi, al-Khawarizmi, ar-Razi, al-
Farabi, at-Tabari, al-Biruni, Ibnu Sina, dan Umar Khayyam. Tak seorang pun, baik di Timur ataupun di
Barat, yang meragukan kualitas keilmuan mereka.

Lantas, apa faktor-faktor yang menunjang kemajuan sains dan teknologi Islam pada masa lalu itu?
Dalam pendahuluan buku Teknologi dalam Sejarah Islam, Ahmad Y Al-Hassan dan Donald R Hill
mengutarakan tujuh faktor kemajuan sains dan teknologi Islam. Ketujuh faktor itu adalah agama
Islam, pemerintah yang berpihak pada ilmu pengetahuan, bahasa Arab, pendidikan, penghormatan
kepada ilmuwan, maraknya penelitian, dan perdagangan internasional.
Pertama adalah agama Islam. Menurut Al-Hassan dan Hill, agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad
SAW ini memberikan dorongan yang sangat kuat kepada umatnya untuk melakukan
pencapaian-pencapaian di bidang sains dan teknologi.
Alquran memerintahkan umat Islam agar menggunakan akalnya dalam mengamati hakikat alam
semesta. Perintah semacam itu di antaranya termaktub dalam surah Arrum [30] ayat 22;
Albaqarah [2] ayat 164; Ali Imran [3] ayat 190-191; Yunus [10] ayat 5; dan al-An'am [6] ayat
97. Firman Allah SWT juga sering disertai pertanyaan afala ta'qilun dan afala tatafakkarun
(tidakkah kamu sekalian berpikir).

Di samping itu, Islam telah menyatukan seluruh umatnya yang menyebar dari Cina hingga
Samudra Atlantik di bawah pengaruh satu bahasa dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian,
semua orang bebas mengembara ke berbagai kota pusat ilmu pengetahuan, seperti
Baghdad, Kairo, Cordoba, dan lain-lain, untuk belajar.
Kedua, pemerintah yang berpihak pada ilmu pengetahuan. Howard R Turner dalam Sains Islam
yang Mengagumkan mengatakan bahwa pencapaian di bidang sains dan teknologi sudah
menjadi ciri-ciri umum semua dinasti Islam, baik itu dinasti kecil maupun besar. Hampir di
setiap kota Islam, ketika itu, terdapat gerakan Arabisasi dan penerjemahan. Di samping itu,
juga didirikan akademi-akademi, observatorium, dan perpustakaan.

Ketiga, bahasa Arab. Sejak awal pemerintahan Dinasti Umayyah, ilmu pengetahuan dari Yunani
dan India diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Menurut Al-Hassan dan Hill, para sultan
ketika itu sepenuhnya menyadari bahwa tidak mungkin ilmu pengetahuan berkembang di
dunia Islam jika ilmu-ilmu tersebut tertulis dalam bahasa non-Arab.

Melalui aktivitas terjemahan itu, ilmu pengetahuan menyebar tidak hanya di kalangan
penguasa dan intelektual, tetapi juga di masyarakat awam. Melalui penerjemahan itu pula,
muncul banyak istilah sains dan teknologi yang baru dari bahasa Arab. Bahkan, bahasa ini
dapat dipakai untuk mengekspresikan istilah-istilah ilmu pengetahuan yang paling rumit
sekalipun.

Keempat, pendidikan. Untuk memacu laju perkembangan ilmu pengetahuan itu, para khalifah
mendirikan sekolah-sekolah, lembaga pendidikan tinggi, observatorium, dan perpustakaan.
Perpustakaan yang sangat terkenal pada masa Dinasti Abbasiyah bernama Bayt Al-Hikmah
(Rumah Kearifan).

Perpustakaan ini, seperti dicatat banyak sejarawan Islam, memberikan sumbangan yang
penting dalam penerjemahan karya-karya ilmuwan dari Yunani dan India ke dalam bahasa
Arab. Salah seorang penerjemah buku-buku matematika dari Yunani adalah Tsabit bin
Qurrah (836-901).

Kelima, penghormatan kepada ilmuwan. Al-Hassan dan Hill mencatat bahwa para ilmuwan pada
era keemasan Islam mendapatkan perhatian yang besar dari kerajaan. Para ilmuwan masa
itu dipenuhi kebutuhan finansialnya, bahkan diberi uang pensiun. Kebijakan ini diambil
supaya mereka bisa mencurahkan waktu sepenuhnya untuk kegiatan mengajar,
membimbing murid, menulis, dan meneliti.

Keenam, maraknya penelitian. Kerajaan mendorong para ilmuwan untuk melakukan penelitian di
berbagai bidang. Salah satu contohnya adalah riset ilmu matematika oleh al-Khawarizmi.
Sang ilmuwan telah menghasilkan konsep-konsep matematika yang begitu populer dan
masih tetap digunakan hingga sekarang. Angka nol yang ada saat ini kita kenal merupakan
hasil penemuannya. Angka ini dibawa ke Eropa oleh Leonardo Fibonanci dalam karyanya
Liber Abaci.

Ketujuh, perdagangan internasional. Perdagangan internasional menjadi sarana komunikasi yang


efektif antarperadaban dan mempercepat proses kemajuan teknologi. Misalnya, karena
maraknya kegiatan dagang antara bangsa Arab dengan bangsa-bangsa lain di dunia,
ditemukanlah teknologi navigasi.

Demikian gambaran sekilas perkembangan sains dan teknologi Islam. Al-Hassan dan Hill
menggarisbawahi bahwa kemajuan sains dan teknologi umat Islam pada masa itu ditentukan oleh
stabilitas politik dan ekonomi.

Tak mengherankan bila dengan ketujuh faktor itu, dunia Islam menjadi magnet bagi Barat untuk
menggali berbagai ilmu pengetahuan dalam Islam. Mulai dari pertanian, perkebunan, kedokteran,
perbintangan, kesehatan, kedokteran, matematika, fisika, dan lain sebagainya.

Sayangnya, kemajuan ilmu pengetahuan Islam itu tak berlanjut hingga kini. Sebab, dunia Barat yang
mulai menguasai ilmu pengetahuan Islam mengambil celah, bahkan mengancam kekhalifahan Islam
yang mulai bermasalah karena persoalan internal.

Serangan bangsa Barbar dari Asia Tengah menjadi salah satu tanda kemerosotan sains dan teknologi
Islam. Hal ini disebabkan lemahnya politik dan ekonomi umat Islam di Irak.

Anda mungkin juga menyukai