Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Selama abad kesembilan belas, hubungan politik dan ekonomi
Mesir semakin erat dengan Eropa. Selama awal 1800-an, Mesir
mengekspor kapas ke Eropa dalam jumlah besar, dan kapas pun
merupakan hasil utama Mesir. Untuk memudahkan tumbuhnya
perdagangan antara Mesir dan Eropa, para investor asing mendukung
berbagai proyek untuk mengembangkan infrastruktur komunikasi dan
transportasi modern. Jalan kereta api, pelabuhan, kanal, telegram, dan
bendungan dengan cepat dikembangkan. Perdagangan asing dimana-mana,
dan kehadiran mereka yang semakin luas di Mesir, menyebabkan
penguasa dan elite kaya negeri ini berperilaku dan beradat istiadat seperti
orang Eropa. Dimensi kultural imperialisme ini melukai kepekaan Mesir
dan memupuk sentimen anti Eropa serta keinginan untuk menyingkirkan
pengaruh asing. Pada tahun 1880-an, muncul gerakan menentang dominasi
politik, ekonomi dan budaya Eropa.
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu di antara gerakan sosial
keagamaan serta nasionalis di Mesir. Bagi Ikhwanul Muslimin, Islam tidak
hanya dimaknai sholat, puasa, zakat dan haji. Tujuan Ikhwanul Muslimin
adalah mewujudkan terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga
Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang
dipimpin oleh negaranegara Islam, menyatukan perpecahan kaum
muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian membawa bendera
jihad dan dakwah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan ketentraman
dengan ajaran-ajaran Islam. Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk
penjajahan dan monarki yang pro-Barat. Dalam perpolitikan di berbagai
negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta dalam proses demokrasi sebagai
sarana perjuangannya (bukan tujuan), sebagaimana kelompok-kelompok
lain yang mengakui demokrasi. Contoh utamanya adalah Ikhwanul

1
Muslimin di Mesir yang mengikuti proses pemilu di negara tersebut.
Ikhwanul Muslimin menjadi gerakan yang sangat fenomenal di kawasan
Timur Tengah. Dari Mesir menyebar ke Suriah, Sudan, Yordania, Kuwait
dan negara-negara Teluk lainnya, membentuk gerakan Islam Pan-Arab
yang utama. Melalui rekrutmen menggunakan sistem sel, gerakan
berkembang cepat. Halaqah dan daurah digelar di rumah-rumah, masjid,
mushalla, klinik dan tempat terbuka ataupun tertutup lainnya. Kegiatannya
disebut dengan usrah. Setiap sel terdiri dari 10 atau 20 anggota di bawah
kepemimpinan seorang murabbi (instruktur). Semua anggota di dalam sel
sel di dorong untuk aktif memasarkan ideologi Ikhwanul Muslimin kepada
rekan, sejawat, kolega dan saudara dan bahkan orang yang baru
dikenalnya. Mereka yang tertarik diundang untuk mengikuti halaqah dan
daurah. Kalau sudah menjadi anggota, mereka akan melakukan hal yang
sama merekrut anggota baru untuk bergabung ke dalam gerakan.1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah pembentukan ikhwanul muslimin?
2. Apa saja akar-akar dari pembentukan gerakan tarbiyah?
3. Apa yang dimaksud dengan gerakan tarbiyah?
C. Tujuan Penulisan
1. Dapat mengetahui seperti apa sejarah pembentukannya ikhwanul
muslimin.
2. Dapat mengetahui akar-akar dari pembentukan gerakan tarbiyah.
3. Dapat memahami makna dari gerakan tarbiyah.

1
Novi Maria Ulfah, “Sejarah dan strategi dakwah Ikhwanul Muslimin”, Jurnal studi masyarakat,
religi, dan tradisi, (Semarang: Balai Penelitian dan Pengembangan Semarang, Desember, 2016,
Vol. 02, No. 02). hlm.214.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Pembentukan Ikhwanul Muslimin


Secara Harfiah Ikhwanul Muslimin (IM) berarti persaudaraan kaum
muslimin.2 IM lahir pada Maret 1928 di Ismailiyah yang didirikan oleh Hasan
al Banna, beliau dilahirkan pada tahun 1906 di desa Al-Mahmudiyah, salah
satu desa di wilayah al-Buhairah, Ismailiah, Mesir. 3 Hasan Al Banna dalam
mendirikan IM sangat dipengaruhi oleh kondisi sosial politik di Timur Tengah
pada umumnya dan Mesir pada khususnya. Pada awal abad ke-20 di Mesir,
muncul pemikiran yang mengkonseptualisasikan Islam sebagai spirit
perlawanan terhadap kekuatan kolonialisme. Jamaluddin al Afghani (1839-
1897) yang merintis pemikiran tersebut. Dalam rangka perlawanan, Dia
mempromosikan pentingnya persaudaraan Islam (Pan-Islamisme). Namun
suasana jaman membuat gagasannya itu kurang mendapat sambutan.
Meskipun demikian jejak yang ditinggalkannya telah menorehkan semangat
pembaruan yang mencakup pertemuan antara Islam dan Nasionalisme.4
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu di antara gerakan sosial keagamaan
serta nasionalis di Mesir. Ikhwanul Muslimin membawa misi dakwah yang
bersih dan suci; bersih dari ambisi pribadi; bersih dari kepentingan dunia; dan
bersih dari hawa nafsu.5 Bagi Ikhwanul Muslimin, Islam tidak hanya dimaknai
sholat, puasa, zakat dan haji. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan
terbentuknya sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang
Islami, pemerintahan yang Islami, negara yang dipimpin oleh negaranegara
Islam, menyatukan perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang
terampas, kemudian membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah

2
Abdurakhman, Gerakan Tarbiyah 1980-2010: respon ormas islam terhadap gerakan islam
transnasional”, (Disertasi Jakarta: FIB UI, 2015) hlm.44.
3
Novi Maria Ulfah, “Sejarah dan strategi dakwah Ikhwanul Muslimin”, “Sejarah dan strategi
dakwah ikhwanul muslimin” ………………. hlm. 216.
4
Abdurakhman, Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam
Transnasional” ..................... hlm.45.
5
Hasan Al-Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1, (Solo: Era Intermedia, 2005), hlm.
29.

3
sehingga dunia mendapatkan ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam.
Ikhwanul Muslimin menolak segala bentuk penjajahan dan monarki yang pro-
Barat. Dalam perpolitikan di berbagai negara, Ikhwanul Muslimin ikut serta
dalam proses demokrasi sebagai sarana perjuangannya (bukan tujuan). Seperti
pandangan mereka terhadap pemecahan bagi problem-problem yang dihadapi
Mesir dan dunia Islam adalah pendirian negara Syariah Islam yang dipimpin
oleh seorang khalifah yang menjalankan urusan negara dengan ruh al Quran,
Hadits dan Islam awal. Semua gerakan ini, Ikhwan dan organisasi-organisasi
militan, menolak sama sekali gagasan bentuk pemerintahan lain. Pemerintahan
yang sekarang yang diperoleh dengan cara demokratis, kudeta atau revolusi,
menurut mereka adalah pemerintahan yang kafir, dan harus digantikan dengan
syariah Islam. Satu-satunya persoalan yang menjadi keprihatinan Ikhwan dan
organisasi militan yang menuntut negara Islam, bagaimana mengubah
pemerintahan tersebut.6
IM sendiri memiliki tujuan jangka panjang dalam mencapainya perlu
persiapan dan tahapan, serta takwin (pembentukan) kader yang ikhsan (baik).
Strategi IM untuk mencapai tujuan jangka panjangnya, dilakukan melalui
proses pembinaan yang bertahap dan berkelajutan. Proses ini dikenal dengan
istilah tarbiyah. Bagi IM Tarbiyah merupakan suatu cara ideal dalam
berinteraksi dengan fitrah manusia, baik secara langsung (berupa kata-kata)
maupun tidak langsung (berupa keteladanan dari sosok ikhwan yang sesuai
dengan sistem dan perangkatnya yang khas), untuk memproses perubahan
individu menuju kondisi yang lebih baik. Dakwah IM melalui tarbiyah ini
disebarkan melalui cluster kecil berupa unit keluarga atau dikenal dengan
sebutan usrah. Tarbiyah inilah yang menjadi kekuatan IM dalam melakukan
kaderisasi anggota-anggota mereka. Sehingga melalui tarbiyah pula, mereka
memiliki militansi yang tinggi dalam berkomintmen menjalankan nilai-nilai
Islam yang mereka peroleh.7

6
Novi Maria Ulfah, “Sejarah dan strategi dakwah Ikhwanul Muslimin”, ………………. hlm.214.
7
Abdurakhman, “Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam
Transnasional” ………………… hlm,51

4
B. Akar-Akar Gerakan Tarbiyah
1. Karakteristik Pemikiran (Fikrah) Ikhwanul Muslimin
Al Banna terkait dengan fikrah dan sasaran IM mengatakan bahwa
fikrah dan sasaran IM adalah “mewujudkan risalah Islam”. 8 IM
mendasarkan fikrahnya atas pemahaman yang komprehensif dan
menyeluruh terhadap Islam. Fikrah mereka melingkupi seluruh aspek
ishlah al ummah (perbaikan masyarakat secara menyeluruh) dan
tercermin di dalam setiap unsur dan berbagai pemikiran dalam rangka
perbaikan masyarakat.
Al Banna sebagaimana dikutip Ali Jabir, pernah menyatakan
bahwa karakteristik yang dimiliki IM itu ada 10 hal, yaitu :
a. Rabbaniyah
Artinya, jama’ah ini meyakini bahwa asas tempat berpijak seluruh
tujuan dakwah adalah terwujudnya kedekatan dengan Allah SWT.
b. Universal
Artinya, dakwah harus ditujukan kepada seluruh umat manusia,
karena jama’ah ini memandang bahwa umat manusia adalah saudara
dari bapak yang sama
c. Dakwah Salafiyah,
Fikrah ini menggambarkan bahwa dakwah mereka mengajak
kembali bersama kepada Islam yang bersumber kepada Al Qur’an
dan As-Sunnah seperti yang dilakukan para salafus shalih.
d. Thariqah Sunniyah,
Penamaan ini sejalan dengan upaya mereka yang membawa jiwa
untuk beramal dengan sunnah yang suci khususnya dalam masalah
aqidah dan ibadah semaksimal mungkin sesuai dengan kemampuan
mereka.
8
Abdurakhman, “Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam
Transnasional” ………………… hlm, 55.

5
e. Hakikah Shufiyah,
Pemahaman ini muncul karena mereka memahami bahwa akar
kebaikan adalah kesucian jiwa, kejernihan hati, kontinuitas amal,
berpaling dari ketergantungan kepada makhluk, mahabbah fillah dan
keredahan kepada kebaikan.
f. Hai’ah Siasiyah,
Penyebutan ini karena mereka dituntut untuk memperbaiki hukum
dan pemerintahan dalam negeri, terkait dengan masalah hubungan
luar negeri mereka dituntut untuk meluruskan persepsi yang terkait
dengan urusan-urusan umat dengan bangsa-bangsa lain di luar negeri,
mentarbiah bangsa agar memiliki izzah (harga diri).
g. Jama’ah Riyadhiyah,
Penamaan ini karena mereka sangat memperhatikan masalah fisik,
dan memahami benar bahwa seorang mukmin yang kuat itu lebih
baik dari pada mukmin yang lemah.
h. Rabithah Ilmiah Tsaqofiyyah,
Karena Islam menjadikan thalab al ilmi (menuntut ilmu) sebagai
suatu kewajiban bagi setiap muslim dan muslimah. Majelis-majelis
IM pada dasarnya adalah madrasah-madrasah ta’limiyah dan
peningkasan wawasan.
i. Syirkah iqtishadiyah,
Pemikiran ini muncul karena Islam sangat memperhatikan
pemerolehan harta dan pendistribusiannya.
j. Fikrah Ijtima‘iyah,
Pemikiran ini muncul karena mereka sangat menaruh perhatian
pada segala penyakit yang ada dalam masyarakat Islam dan berusaha
menterapi dan mengobatinya.9

9
Muskinul Fuad, Pengembangan Kepribadian Muslim melalui Halaqah Model Bimbingan
Kelompok dalam Manhaj Tarbiyah, (Purwokerto: Stain Press, 2015), hlm. 70.

6
2. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia sebagai Katalisator Dakwah
Kampus
Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) didirikan pada 26
Februari 1967. Lembaga ini lahir dari sebuah musyawarah yang
dilakukan oleh beberapa tokoh ulama di Jakarta pada pertemuan halal
bihalal pada 1967. Pada pertemuan ini dibahas tentang perkembangan
dakwah di Indonesia pada saat itu, dan dihadiri oleh Mohammad Natsir,
H.M. Rasyidi, K.H. Taufiqurrahman, H. Mansyur Daud Datuk Palimo
Kayo dan H. Nawawi Duski. Pertemuan tersebut kemudian
menghasilkan keputusan untuk mendirikan lembaga yang berbentuk
yayasan yang bertujuan untuk menggiatkan dan meningkatkan mutu
dakwah Islam di Indonesia.
DDII memiliki 3 agenda untuk membangun umat,10 diantaranya :
a. Melakukan pembinaan dan pembangunan masjid di seluruh
Indonesia.
Bagi DDII, masjid merupakan salah satu pilar kepemimpinan
umat dan masjid juga merupakan lembaga pembinaan pribadi dan
masyarakat baik di perkotaan maupun di pedesaan.
b. Pengiriman Da’i
Selain pembinaan dan pembangunan masjid, DDII dalam
rangka membina umat Islam di pedesaan dan daerah transmigrasi,
sekaligus membentengi umat dari berbagai pengaruh terhadap
pendangkalan akidah, pemurtadan dan sebagainya, mengirimkan
da’i-da’inya ke tempat-tempat tersebut.
c. Penerbitan
DDII juga mengembangkan penerbitan untuk melakukan
dakwah melalui tulisan-tulisan. Penerbitan tersebut mencetak mulai
dari buku-buku yang ditulis oleh tokoh-tokoh DDII maupun orang

10
Abdurakhman, “Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam
Transnasional” ……………… hlm, 76.

7
lain. Buku-buku ini menjangkau semua pihak, mulai dari golongan
awam, menengah maupun terpelajar.
M. Natsir memiliki misi membangun generasi muda di kampus
untuk menjadi pemimpin Islam ke depan. Untuk itu, dalam usaha
mewujudkan pemikirannya, Natsir melalui DDII yang pertama,
melakukan pengkaderan bagi para aktivis Islam di bidang dakwah dan
pendidikan, kemudian mengembangkan program pengiriman
mahasiswa ke luar negeri terutama ke Timur Tengah, kemudian ada
juga Program untuk menopang program Bina Masjid Kampus adalah
penerjemahan buku-buku pemikiran IM yang sebagian besar di tulis
dalam bahasa Arab.11
Para mahasiswa yang selama belajar di Timur Tengah ada yang
berinteraksi dengan para aktivis Islam IM, kemudian tertarik dengan
ide-ide pemikiran IM, lantas membawa pemikiran tersebut ke Indonesia
dan menyebarkan pemikiran tersebut. Diantara tokoh-tokoh yang
memperoleh pendidikan dari Timur Tengah dan kemudian
menyebarkan pemikiran IM antara lain Hilmi Aminudin, Abdullah
Baharmus, Salim Segaf Al Jufri dan Acep Abdul Syakur.
C. Gerakan Tarbiyah
1. Kelahiran gerakan tarbiyah
Gerakan Tarbiyah sendiri awalnya lebih berfokus sebagai gerakan
dakwah yang muncul di awal 1980-an di era Orde Baru. 12 Imdadun
Rahmat menggambarkan bahwa bibit-bibit Gerakan Tarbiyah adalah para
Aktivis Dakwah Kampus (ADK). Para ADK ini mendirikan dan
mengelola pengajian yang diwadahi sebuah organisasi Lembaga Dakwah
Kampus (LDK). Ideologi keagamaan gerakan ini lebih mengadopsi dari
ideologi Ikhwanul Muslimin. Model gerakan Tarbiyah ini dirancang

11
Abdurakhman, “Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam
Transnasional” ……………… hlm, 78.
12
Febrian Taufiq Sholeh, “Manhaj Tarbiyah dalam Pendidikan Politik Kader Partai Keadilan
Sejahtera (PKS)”. Jurnal Salam, (Malang: Universitas Muhammadiyah Malang, Juni, 2015, Vol.
18, No. 1), hlm. 60.

8
terstruktrur (terorganisasi), berjenjang secara rapih. Rekrutmen anggota
amat selektif untuk dibina menjadi kader potensial.
2. Perangkat-perangkat Tarbiyah
Suksesnya sebuah tarbiyah sangat didukung oleh adanya sarana
dan prasarana yang memadai. Sarana merupakan program atau bentuk
acara yang dijadikan untuk merealisasikan kurikulum. Prasarana yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang tidak berhubungan langsung dengan
proses tarbiyah, namun keberadaannya membantu proses tarbiyah. Salah
satu wujud prasarana yang menunjung adalah infrastruktur.
Lembaga infrastruktur Manhaj Tarbiyah yang dapat berfungsi sebagai
prasarana penting dalam menjalankan proses tarbiyah adalah adalah
sebagai berikut:
a. Mahad
Salah satu misi tarbiyah adalah membentuk seorang dai yang
memiliki wawasan keislaman yang luas. Oleh karena itu diperlukan
sebuah lembaga infrastruktur yang dapat meningkatkan aspek
wawasan keislaman bagi seorang kader. Wujud dari ini bisa dilihat
dengan didirikannnya Mahad Al Hikmah di daerah Mampang
Prapatan Jakarta Selatan dan Mahad Al Qudwah di Jalan Beringin
Margonda Raya Depok. Kedua mahad tersebut didirikan oleh aktivis
Tarbiyah, Al Hikmah oleh Hasib Hasan dan Al Qudwah oleh Amang
Syafrudin.
b. Lembaga Tahsin atau Tahfizh
Untuk memperkuat bidang studi Al Quran, salah satu komptensi
umumnya adalah memiliki kemampuan yang baik dalam membaca
Al Quran, mengerti hukum tajwid dan mampu menghafal beberapa
Juz Al Quran.
c. Radio dan Program Televisi
Radio, televisi dan sejenisnya merupakan prasarana infrastruktur
yang strategis dalam proses tarbiyah islamiyah yang bersifat ammah/

9
umum, sehingga pembentukan fikrah (pemikiran) akan dapat berjalan
dengan baik.
d. Masjid dan Majelis Ta’lim
Masjid dan majelis ta’lim menjadi tempat pelaksanaan tarbiyah
dengan materi tarbiyah yang bersifat umum. Karena itulah
keberadaan infrastruktur masjid dan majelis ta’lim sangat diperlukan
sebagai salah satu alternatif pelaksanaan proses tarbiyah.
e. Klub Olahraga
Gerakan Tarbiyah menyebutkan bahwah salah satu fikrah
dakwahnya sebagai jama’ah riyadhiyah (klub olah raga). Hal ini
karena sasaran tarbiyah fardiyah Gerakan Tarbiyah adalah
menyiapkan sosok kader yang memiliki badan yang sehat, dan
memiliki ketahanan fisik yang kebal.13
3. Membangun sayap politik
Pada era 1980an hingga awal 1990an Gerakan Tarbiyah
menampakkan diri sebagai sebuah gerakan keagamaan. Gerakan ini
melakukan penetrasi yang lebih intensif di kampus-kampus. Di kampus
mereka bergerak dalam Lembaga Dakwah Kampus. Dalam
perkembangan selanjutnya LDK, akhirnya disepakati pembentukan
Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) pada tahun
1986. FSLDK merupakan forum kordinasi antar aktivis dakwah kampus
di seluruh Indonesia agar terbangun jejaring dakwah yang lebih luas dan
terorganisir. Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI)
terbentuk melalui pertemuan FSLDK ke X di Malang. KAMMI didirikan
oleh aktivis FSLDK yang memiliki hubungan dengan kalangan tarbiyah,
misalnya saja Fahri Hamzah, sebagai ketua pertama KAMMI.14
Setelah kondisi politik berubah drastis dengan jatuhnya Soeharto
dan berakhirnya rezim Orba serta muncul era reformasi. Dengan begitu
13
Abdurakhman, “Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam
Transnasional” ………………….. hlm, 137.
14
Abdurakhman, “Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam
Transnasional” …………………. hlm, 142.

10
Gerakan Tarbiyah pun dihadapkan dengan terbuka peluang untuk
membentuk partai politik, kemudian didiskusikanlah oleh para petinggi
Intelektual gerakan Tarbiyah bermusyawarah akhirnya merumuskan dan
mendirikan Partai Keadilan (PK).
Tepatnya Pada 9 Agustus 1998, KAMMI dan para pemimpin
Gerakan Tarbiyah, dengan pendirinya Hilmi Aminuddin yang berada di
belakang layar, mendirikan partai politik Islam, Partai Keadilan (PK),
dengan memanfaatkan jejaring tarbiyah dan sumber daya tarbiyah yang
telah terbentuk sebelumnya. PK dipimpin oleh Dr. Nurmahmudi Ismail
sebagai Presiden Partai dan Dr. Hidayat Nurwahid sebagai Ketua Majelis
Syuro. Partai ini dideklarasikan di halaman Masjid Al Azhar Kebayoran
Baru dengan dihadiri sekitar 50.000 massa.15 Partai ini menjadikan Islam
sebagai asas partai. Pengambilan nama keadilan karena dengan
menegakkan keadilan, bangsa Indonesia bisa lebih baik lagi di masa
depan. Kemudian pada tahun 2002 beruah menjadi Partai Keadilan
Sejahtera dan sampai sekarang yang lebih sering kita sebut dengan
singkatan PKS.

BAB III
PENUTUP
15
Abdurakhman, “Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam terhadap Gerakan Islam
Transnasional” ……………… hlm, 146.

11
A. Kesimpulan
Ikhwanul Muslimin adalah salah satu di antara gerakan sosial keagamaan serta
nasionalis di Mesir. Tujuan Ikhwanul Muslimin adalah mewujudkan terbentuknya
sosok individu muslim, rumah tangga Islami, bangsa yang Islami, pemerintahan
yang Islami, negara yang dipimpin oleh negaranegara Islam, menyatukan
perpecahan kaum muslimin dan negara mereka yang terampas, kemudian
membawa bendera jihad dan dakwah kepada Allah sehingga dunia mendapatkan
ketentraman dengan ajaran-ajaran Islam.
1. Akar-Akar Gerakan Tarbiyah
a. Karakteristik Pemikiran (Fikrah) Ikhwanul Muslimin
Al Banna terkait dengan fikrah dan sasaran IM mengatakan bahwa
fikrah dan sasaran IM adalah “mewujudkan risalah Islam”. IM
mendasarkan fikrahnya atas pemahaman yang komprehensif dan
menyeluruh terhadap Islam.
b. Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia sebagai Katalisator Dakwah
Kampus
2. Gerakan Tarbiyah
a. Kelahiran gerakan tarbiyah
Gerakan Tarbiyah sendiri awalnya lebih berfokus sebagai gerakan
dakwah yang muncul di awal 1980-an di era Orde Baru.

b. Perangkat-perangkat Tarbiyah
1. Mahad
2. Lembaga Tahsin atau Tahfizh
3. Radio dan Program Televisi
4. Masjid dan Majelis Ta’lim
5. Klub Olahraga
3. Membangun sayap politik
Pada era 1980an hingga awal 1990an Gerakan Tarbiyah
menampakkan diri sebagai sebuah gerakan keagamaan. Gerakan ini
melakukan penetrasi yang lebih intensif di kampus-kampus. Di kampus
mereka bergerak dalam Lembaga Dakwah Kampus. Dalam

12
perkembangan selanjutnya LDK, akhirnya disepakati pembentukan
Forum Silaturrahmi Lembaga Dakwah Kampus (FSLDK) pada tahun
1986. FSLDK merupakan forum kordinasi antar aktivis dakwah kampus
di seluruh Indonesia agar terbangun jejaring dakwah yang lebih luas dan
terorganisir. Tepatnya Pada 9 Agustus 1998, KAMMI dan para pemimpin
Gerakan Tarbiyah, dengan pendirinya Hilmi Aminuddin yang berada di
belakang layar, mendirikan partai politik Islam, Partai Keadilan (PK)
dengan memanfaatkan jejaring tarbiyah dan sumber daya tarbiyah yang
telah terbentuk sebelumnya, dan partai ini menjadikan Islam sebagai asas
partai.

DAFTAR PUSTAKA

13
Abdurakhman. 2015. “Gerakan Tarbiyah 1980-2010: Respon Ormas Islam
terhadap Gerakan Islam Transnasional”. Disertasi, Jakarta: FIB
UI.
Al-Banna, Hasan. 2005. Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin 1. Solo:
Era Intermedia.
Fuad, Muskinul. 2015. Pengembangan Kepribadian Muslim melalui
Halaqah Model Bimbingan Kelompok dalam Manhaj Tarbiyah.
Purwokerto: Stain Press.
Maria, Novia Ulfah. 2016. “Sejarah dan strategi dakwah Ikhwanul
Muslimin”, Jurnal studi masyarakat, religi, dan tradisi. Semarang:
Balai Penelitian dan Pengembangan Semarang, Desember, Vol. 02,
No. 02
Sholeh, Febrian Taufiq. 2015. “Manhaj Tarbiyah dalam Pendidikan Politik
Kader Partai Keadilan Sejahtera (PKS)”. Jurnal Salam. Malang:
Universitas Muhammadiyah Malang, Juni, Vol. 18. No. 1.

14

Anda mungkin juga menyukai