Anda di halaman 1dari 16

PENDIDIKAN ISLAM AHMADIYAH

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas kelompok


Mata Kuliah : Sejarah Pendidikan Islam
Dosen Pengampu : Dr. Kholid Mawardi, S.Ag., M.Hum.

Disusun oleh:

1. Emi Amalia 1817402140


2. Kholiyah 1817402150
3. Novitya Ayu H. 1817402160
4. Nuri Isnaeni A. 1817402170

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
PURWOKERTO
2019
A. PENDAHULUAN

1
Pada dasarnya kita hanyalah manusia yang tidak pernah bisa
berdiri sendiri tanpa pertolongan dan naungan dari Allah Swt, kita adalah
makhluk – makhluk-Nya yang hendaknya selalu berserah diri dengan terus
mengabdi kepada-Nya dengan segala ibadah yang mungkin saja tak
mampu menyeimbangi kebaikan dari-Nya. Banyak cara yang dapat
dilakukan untuk beribadah yang kita rasa antara satu kelompok ibadah
dengan kelompok yang lain memiliki berbedaan dalam segi caranya,
begitu juga dengan Aliran Ahmadiyah ini, banyak perpedaan yang
mungkin dapat membuat sebagian besar yang lainnya menentang dan tak
setuju, hal ini karena adanya perbedaan dalam bentuk keyakinan terhadap
adanya Nabi, Rasul, dan Kitab suci lagi setelah Nabi Muhammad Saw.
Banyak ajaran dan keyakinan yang berbeda di dalamnya, yang dapat
mengganggu kemurnian ajaran agama Islam yang Asli. Ahmadiyah adalah
nama ajaran dan gerakan yang ditokohi oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-
1908) di Qadian, Punjab, India. Ajaran dan gerakan ini, sebagaimana
Ajaran Babiyyah dan Baha’iyyah yang timbul di Persia yang dicetuskan
oleh Ali Muhammad Syrazi (wafat tahun. 1850) dan Mirza Husein Ali
(1817-1892), oleh kalangan muslim Sunni ortodoks dianggap menyimpang
dari ajaran Islam yang sebenarnyaAhmadiyah masuk di Indonesia sekitar
tahun 1935, kini sudah banyak tersebar cabangnya, terutama di Jakarta,
Jawa Barat, Jawa Tengah, Sumatera Barat, Palembang, Bengkulu, Bali,
NTB, dan lain-lain.
Pusat gerakan Ahmadiyah saat ini berada di Parung Bogor Jawa
Barat, yang mepunyai gedung mewah, perumahan pimpinan/pegawai di
atas tanah seluas 15 ha. Terletak di pinggir jalan raya Jakarta Bogor lewat
Parung. Aliran-aliran sesat Ahmadiyah suah banyak dilarang secara
lokal/daerah, tetapi belum secara nasional. Dalam gerakan dakwahnya
Ahmadiyah setiap bulan membagikan brosur darsus (earan khusus) kepada
masyarakat, organisasi-organisasi Islam, dan tempat-tempat yang mereka
anggap tepat sebagai sasaran propaganda. Selain membagikan brosur
Ahmadiyah juga membagikan buku ajaran Ahmadiyah secara gratis

2
kepada masyarakat. Bagaimana pendidikan Ahmadiyah di Indonesia,
penulis akan sedikit menjelaskan tentang pendidikan Islam Ahmadiyah.
Namun, beralih dari sisi keagamaan aliran ini juga andil dalam bidang
pendidikan yang mana banyak juga tersebar di Negara kita, Indonesia.
Yang mana tak sedikit sekolah sekolah yang didirikan, mulai dari Sekolah
Taman Kanak – Kanak ( TK ), Sekolah Menangah Pertama ( SMP ),
Sekolah Menengah Atas ( SMA ), dan Akademi atau Perguruan Tinggi,
yang mana antara Aliran Ahmadiah Qadian dan Lahore masing – masing
memiliki sistem pendidikannya sendiri yang tak jauh berbeda dengan yang
didirikan oleh Kementerian Pendidikan.

B. PEMBAHASAN
1. Sejarah Berdirinya Gerakan Ahmadiyah
Sejarah berdirinya Ahmadiyah tidak terlepas dari sejarah
Mirza Ghulam Ahmad sebagai pendiri gerakan ini Mirza Ghulam
Ahmad lahir pada tanggal 13 Februari 1835 di desa Qadian Punjab,
India. Ayahnya bernama Mirza Ghulam Murtada, Mirza Ghulam
adalah keturunan Haji Barlas, raja kawasan Qesh, Haji Barlas
sekeluarganya terpaksa melarikan diri ke Khurasan dan
Samarkhand dan pindah ke daerah Gusdaspur di Punjap, sekitar
kawasan sungai Bias. Di sana ia mendirikan sebuah perkampungan
bernama Islampur. Hadi Baig inilah yang menjadikan kota Qadian
sebagai tempat lahirnya gerakan Ahmadiyah karena famili Mirza
Ghulam Murtada masih keturunan Haji Barlas atas dasar itu di
depan nama keturunan keluarga ini terdapat sebutan Mirza.1
Mirza Ghulam Ahmad gemar menulis beberapa artikel
untuk membela ajaran Islam dan serangan-serangan orang-orang
Nasrani dan kaum Arya Samaj, di beberapa media masa. Pada
tahun 188 M Mirza Ghulam Ahmad menerbitkan sebuah buku

1
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKis, 2005), hal.
59 - 60

3
yang berjudul Barahin Ahmadiyah, buku ini diantaranya berisi
pendakwahan dan pengakuan Ghulam Ahmad adalah mujaddid.
Pada tahun 1883 Mirza Ghulam Ahmad sangat populer dari
kalanggan umat Islam, banyak umat Islam yang berkeinginan
melakukan bai’at (janji setia) menjadi muridnya, tetapi Ghulam
Ahmad menolak dengan alasan belum mendapatkan ilham dari
Allah untuk menerima bai’at dari orang-orang. Selanjutnya,
Ghulam Ahmad mendapatkan ilham dari Allah untuk mengambil
bai’at, maka saat itulah ia dinyatakan sebagai peletak dasar
berdirinya organisasi al-Jama’ah al-Islamiyah al-Ahmadiyah
(Jamaah Islam Ahmadiyah).2 Pada tahun yang sama Mirza Ghulam
Ahmad menerima wahyu (bahasa Urdu) yang menyatakan Nabi Isa
bin Maryam telah wafat, sedangkan al-Masih yang dijanjikan
kedatangan nya di akhir zaman oleh Nabi Muhammad dialah
(Ghulam Ahmad) orangnya. Dari pernyataan tersebut, maka
gemparlah seluruh umat beragama di India pada saat itu, baik
kalangan non-muslim maupun muslim di india. Pada tahun 1898
Ghulam Ahmad mendirikan sebuah lembaga pendidikan Ta’limul
Islam High School di Qadian. PadaPada tanggal 20 Mei 1908
Mirza Ghulam Ahmad jatuh sakit.Berbagai jenis penyakit yang
bersarang ditubuhnya selama puluhan tahun telah membuat kondisi
kesehatannya sangat kritis dan sehari kemudian tepatnya pada
tanggal 26 Mei 1908M, Mirza Ghulam Ahmad menghembuskan
nafas yang terakhir, dan dikebumikan di Qadian pada tanggal 27
Mei 1908 M.3
Awal berdirinya Ahmadiyah sebagai salah satu organisasi
dalam Islam di India tidak dapat di pisahkan dengan negara di
mana organisasi ini ada.4 Ahmadiyah merupakan gerakan
2
M. Fadlil Said an – Nawawi, Ahmadiyah Sekte atau Agama Baru, ( Tuban : Pustaka
Langitan, 2006 ), hal. 134
3
Abdul Halim Maliy, Benarkah Ahmadiyah Sesat, ( Jakarta : PT Cahaya Kirana Rejasa.
2006 ), hal. 34
4
Asep Burhanudin, Jihad Tanpa Kekerasan, (Yogyakartw: PT LKis, 2005), hal. 29.

4
keagamaan yang di pimpin oleh Mirzan Ghulam Ahmad (1835-
1908) di Qadian, Punjab, India. Gerakan ini lahir pada tahun 1888
atau abad ke-19 dengan latar belakang kemunduran umat Islam
India di bidang agama, politik, dan ekonomi.5
Sebenarnya, kesadaran umat Islam untuk mencari solusi
atas keterbelakangannya dalam segala bidang, termasuk bidang
agama, telah muncul pada pertengahan abad ke-18 yang di motori
oleh seorang ulama terkenal , Syah Waliyullah, kemudian
diteruskan oleh para pengikutnya termasuk Ahmad Khan. Dia lah
orang pertama yang memunculkan ide-ide pembaharuan untuk
kepentingan kemajuan Islam di India.6 Di tengah-tengah kondisi
umat Islam seperti itu, Ahmadiyah lahir, kelahiran Ahmadiyah juga
berorientasi pada pembaharuan pemikiran, di sini Mirza Ghulam
Ahmad mengaku telah diangkat Tuhan sebagai al-Mahdi dan al-
Masih sehingga merasa mempunyai tanggung jawab moral untuk
memajukan Islam dengan tuntutan zaman dan “ilham” Tuhan
kepadanya. Motif Mirza Ghulam Ahmad ini di dorong oleh
gencarnya serangan kaum misionaris Kristen dan propaganda
Hindu terhadap umat Islam pada saat itu. 7
Dalam buku lain juga di jelaskan bahwa hanya di Negara
India lah lahir satu-satunya sekte baru dalam Islam yang berhasil.
Sekte itu adalah Ahmadiyah yang berawal dari gerakan pembaruan
yang bersifat liberal dan cinta damai dengan maksud menarik
perhatian orang-orang yang telah kehilangan kepercayaan terhadap
Islam dengan pemahaman yang lama. 8 Sayangnya pembaruan al-

5
Sir Muhammad Iqbal, Islam dan Ahmadiyah, Terj, Machun Husain, (Jakarta: PT. Bumi
Restu, 1991), hal. Vii.
6
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKis, 2005),
hal.58.
7
Muslih Fathoni, Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah dalam Prespektif, (Jakarta: PT.
Raja Grafindo, 1994), hal. 53.
8
H.A.R Gibb, Aliran-aliran Modern dalam Islam, (Jakarta: PT. Raja Grafindo, 1995),
hal. 104-106

5
Mahdi Ahmadiyah ini menyentuh keyakinan umat Islam yang
sangat sensitif, yaitu masih adanya Nabi dan Wahyu yang
diturunkan Tuhan sesudah Al-Qur'an dan sesudah kerasulan Nabi
Muhammad Saw. Inilah yang menimbulkan reaksi keras dan
permusuhan umat islam terhadap Ahmadiyah.9
Munculnya gerakan Ahmadiyah ini kemudian hari
menyebar hampir ke seluruh dunia termasuk juga ke Indonesia. 10

Doktrin Ahmadiyah sendiri berisi pengakuan Mirza Ghulam


Ahmad sebagai Al-Masih, Al-Mahdi (Imam Mahdi) atas wahyu
yang ia terima dari Tuhan, juga pengakuannya sebagai Nabi (bagi
aliran Qadian) dan mujaddid (bagi aliran Lahore) . Sebenarnya ada
dua kelompok Ahmadiyah yang berbeda penafsiran tentang klaim
Mirza Ghulam Ahmad. Cabang Qadian, pendiri mereka adalah
seorang nabi, sementara cabang Lahore mengklaim bahwa ia
hanyalah seorang pembaharu (Mujaddid). Dengan demikian terjadi
perbedaan yang mendasar antara Sekte. Lahore dan Sekte Qadiani.
Bagi Ahmadiyah masalah kenabian ini ada dua versi, yang pertama
diistilahkan sebagai Nubuwwah Tasyri’iyyah (kenabian yang
membawa syari’at), dan kedua adalah Nubuwwah Ghair
Tasyri’iyyah (kenabian tanpa membawa syari’at). Selanjutnya
dijelaskan bahwa kenabian versi kedua ini (Nubuwwah Ghair
Tasyi’iyah atau kenabian tanpa membawa syaria’at), meliputi
Nubuwwah Mustaqillah (kenabian mandiri) dan Nubuwwah Ghair
Mustaqillah (kenabian yang tidak mandiri).11

2. Masuknya Ahmadiyah ke Indonesia


Ahmadiyah masuk di Indonesia sekitar tahun 1935, kini
sudah banyak tersebar cabangnya, terutama di Jakarta, Jawa Barat,
9
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKis, 2005), hal.
59.
10
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia……..hal. 3.
11
Iskandar Zulakarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia.......hal. 11.

6
Jawa Tengah, Sumatera Barat, Palembang, Bengkulu, Bali, NTB,
dan lain-lain. Pusat gerakan Ahmadiyah saat ini berada di Parung
Bogor Jawa Barat, yang mepunyai gedung mewah, perumahan
pimpinan/pegawai di atas tanah seluas 15 ha. Terletak di pinggir
jalan raya Jakarta Bogor lewat Parung. Aliran sesat Ahmadiyah
suah banyak dilarang secara lokal/daerah, tetapi belum secara
nasional. Dalam gerakan dakwahnya Ahmadiyah setiap bulan
membagikan brosur darsus (earan khusus) kepaa masyarakat,
organisasi-organisasi Islam, dan tempat-tempat yang mereka
anggap tepat sebagai sasaran propaganda. Selain membagikan
brosur Ahmadiyah juga membagikan buku ajaran Ahmadiyah
secara gratis kepada masyarakat. Disamping mempunyai media
cetak guna menyebarkan ajaran Ahmadiah, mereka juga
mempunyai internet untuk sarana menyebarkan ajarannya, yang
beraa di pusatnya Parung, di Tasikmalaya, di Garut Jawa Barat.
Dalam setiap ceramah yang diberikan khalifah mereka di London,
mereka siarkan langsung melalui internet di tiga tempat tersebut
dan langsung diterjemahkan alam bahasa Indonesia.12
Menurut Hamka bahwa berita tentang Ahmadiyah tersebar
melalui buku-buku dan majalah-majalah yang terbit di luar negeri.
Sebaliknya, artikel yang muncul belakangan menunjukan bahwa
Ahmadiyah tidak di kenal di Indonesia sampai tiga orang siswa di
Indonesia pergi belajar ke India pada 1922 M. Setelah mendengar
pengajaran Islam India tidak kurang hebatnya di bandingkan di
bandingkan dengan pengajaran Islam di Timur Tengah, sejak saat
itu banyak murid Indonesia berangkat ke India untuk meneruskan
pendidikannya ke Lahore menuju kampung Qadian. Dari situ
mereka kemudian mengirim informasi melalui surat tentang
gerakan itu kepada orang-orang Islam di Indonesia.13
12
Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Indonesia, ( Jakarta Timur : Pustaka Al –
Kautsar, 2005 ), hal : 56.
13
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia……..hal. 70

7
Ajaran Ahmadiyah tersebar melalui pelajar Sumatera yang
belajar di India dan kembali ke Indonesia sekitar tahun 1925 M.
Sebagai contoh Abdul Sami Sumantri, seorang siswa asal Sumatra
yang sedang sekolah di Ahmadiyah School Qadian yang mengirim
surat sekolah tersebut. Ia menginformasikan bahwa sekolah di
Ahmadiyah School sangat menyenangkan. Di sekolwh itu ada
pelajaran bahasa Arab yang cukup, bahasa Inggris, bahasa Persi,
bahasa Urdu, dan bahasa Hindustan yang merupakan bahasa
sehari-hari. Selain itu, tersaoat pelajaran lain seperti yang di
ajarkan di Indonesia. Pendidikannya di rancang untuk delapan
tahun jika ingin menambah pengetahuan mereka dapat meneruskan
ke sekolah mubaligh ( seperti college ) selama satu tahun. Sekolah
mubaligh ini mengajarkan:
a. Cara-cara menyebarkan ajaran Islam ke seluruh dunia
b. Cara menarik orang yang beragama lain supaya masuk Islam
c. Cara menjadikan orang yang beragama Kristen (yang
mengatakan Tuhan itu tiga) agar mengakui bahwa Allah itu
satu, Nabi Muhammad Saw. Itu Nabi Allah dan agama Islam
inilah yang benar.14
Ahmadiyah yang masuk di Indonesia tahun 1924, untuk
aliran Lahore tahun 1925 sedangkan aliran Qadian tidak
memiliki sebuah wadah dakwah yang jelas sehingga untuk
aliran ini tidak dapat tumbuh dan berkembang. Seperti halnya
organisasi lain, Ahmadiyah juga mengalami perintisan sebelum
akhirnya berkembang pernah mengalami juga kendala ketika
munculnya organisasi dakwah pimpinan KH. Ahmad Dahlan.
Sejak perintisan sampai tumbuh dan berkembangnya pada
periode awal, baik Ahmadiyah Qadian maupun Lahore masih
sangat terbatas daerah penyebarannya. Di Sumatera misalnua,

14
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia……..hal. 171

8
hanya beberapa kota seperti Tapak tuan ( Aceh ), Padang Bukit
Tinggi (Sumatra Barat), Palembanh, Lahot dan Lubuk Linggau
(Sumatra Selatan). Di Jawa juga hanya di beberapa kota seperti
Bandung, Bogor, Garut, Purwokerto, Wonosobo, Surakarta,
dan Surabaya.15

3. Pokok Ajaran Ahmadiyah


a. Pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi dan
Rasul utusan Tuhan, yang mengaku dirinya menerima
wahyu dan kumpulan dari wahyu – wahyu itu di klaim
sebagai kitab suci yang di beri nama Tadzkirah.
b. Keyakinan bahwa kitab suci Tadzkirah sama sucinya
dengan kitab suci Al – Qur’an karena sama – sama
berasal dari Tuhan.
c. Keyakinan tentang wahyu dan Nabi dan Rasul akan tetap
turun sampai hari kiamat.
d. Penetapan tempat suci sendiri di Qadian dan Rabawah,
seperti halnya Mekah.
e. Memiliki Surga sendiri yang letaknya di Qadian dan
Rabawah, yang mana dapat di mdapat dengan membeli
sertifikat kavling yang dapat di beli oleh jamaah
Ahmadiyah dengan harga yang sangat mahal.
f. Wanita Ahmadiyah haram menikah dengan laki – laki
yamg bukan dari Ahmadiyah , tapi laki – laki boleh
menikahi perempuan yang bukan dari Ahmadiyah.
g. Tidak di perbolehkannya bermakmum dengan ( di
belakan ) Imam yang bukan dari Ahmadiyah.

15
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia……..hal. 12 - 13

9
h. Ahmadiyah memiliki tanggal, bulan, dan tahun sendiri
yang berbeda dengan tanggalan pada umumnya, yakni
nama bulannya seperti : Suluh, Tabligh, Aman, Syahadah,
Hijrah, Ikhsan, Wafa, Zuhur, Tabuk, Ikha, Nubuwah,
Fatah, sedangkan nama tahunya yaitu Hijri Syamsi
( HS ).16

4. Pendidikan Ahmadiyah di Indonesia.


Berbicara mengenai pengembangan dalam bidang
pendidikan di aliran Ahmadiah ini tidak jauh berbeda dengan
Pendidikan asli yang di Indonesia, dimana ada dua macam sekolah
yang dikembangkan, yaitu sekolah berbasis keagamaan dan
sekolah berbasis umum. Begitu pun pendidikan dalam aliran
Ahmadiah, baik aliran Ahmadiyah Qadian maupun aliran
Ahmadiyah Lahore.
a. Pendidikan Aliran Ahmadiyah Qadian
Pendidikan dalam aliran ini untuk yang berbasis
keagamaan terdapat tiga tingkatan madrasah, yang
pertama ada Madrasah Diniyah Awaliyah ( tingkatan
paling dasar ), kemudian yang kedua ada Madrasah
Diniyah Wustha ( tingkatan menengah ), dan yang ketiga
ada Jami’ah ( akademi ). Adapun pendidikan yang
berbasis umum hanya berupa Taman Kanak – Kanak
( TK ).
1.) Madrasah Diniyah Awaliyah
Madrasah ini di Indonesia ada sembilan
buah yang masing – masing berbeda lokasinya.
Yakni Cisalanda ( Bogor ), Parakan ( Sukabumi ),
Citalahap ( Sukabumi ), Cibitung ( Bogor ),

16
Hartono Ahmad Jaiz, Aliran dan Paham Sesat Indonesia, ( Jakarta Timur : Pustaka Al – Kautsar,
2005 ), hal : 57.

10
Singaparna ( Tasik Malaya ), Manis Lor ( Kuningan
), Krucil ( Banjarnegara ), dan Ciparai ( Cianjur ).
2.) Madrasah Diniyah Wustha
Madrasah untuk tingkat menengah ini hanya
ada satu buah yang mana berlokasi di Wanasigra,
Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat.
3.) Jami’ah
Pendidikan serupa dengan tingkatan kuliyah
ini juga hanya terdapat satu, yang terletak di
Parung , Bogor, Jawa Barat. Jami’ah ini di kenal
dengan Jami’ah Ahmadiyah yang berdiri pertama
kali di Tasikmalaya tahun 1974 dalam bentuk
Kursus Kader Pembina Mubaligh ( KKPM ).
Awalnya pendidikan dalam bentuk kursus ini
dilakukan selama satu tahun, dimana kursus yang
pertama di ikuti oleh 11 orang, dan 10 orang
dinyatakan lulus yang mana lima orang sebagiannya
meneruskan sekolah mubaligh di Al – Jami’yatul
Ahmadiyah Rabwah yang berada di Pakistan, yang
mana sekembalinya lima orang tadi langsung
menjadi mubaligh ( Abdul Safar Rauf, Ahmad
Hidayalullah, Imam Tauhid, Basyirudin, dan
Attaurrazaq. Sedangkan sebagian dari lima yang
lain menjadi mu’alim ( Guru Agama ). Kemudian
Lima tahun setelahnya yakni tahun 1980 juga
terdapat kursus yang kedua seperti sebelumnya
yang di ikuti 10 orang. Dan pada periode setelah itu
sekitar tahun 1981 / 1982 diadakan juga kursus
seperti sebelum – sebelumnya, bedanya ini
dinamakan Kursus Mu’alimin dan Mu’alimat
( KM3 ), yang mana kursus ini ada dua periode

11
yang satunya antara tahun 1982 / 1993, bedanya
hanya mengenai jumlahnya saja, 15 dan 20 orang, 5
masing – masing dari jumlah orang dalam periode
itu adalah perempuan . dan dalam
perkembangannya KM3 ini diusulkan ke Thariqul
Jadid di Rabwah, Pakistan untuk di resmikan
menjadi Jami’ah Ahmadiyah Indonesia dan pada
tahun 1983, Jami’ah Ahmadiyah Indonesia secara
resmi berdiri di Bandung dengan Direktur Maulana
Abdul Malik dari Pakistan.17
b. .Pendidikan Aliran Ahmadiyah Lahore
Pendidikan pada aliran ini hanya mencangkup
sekolah berbasis umum, yakni berupa Taman Kanak –
kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama,
Sekolah Menengah Atas, dan Akademi. Yang mana
sekolah – sekolah ini di kelola oleh Yayasan Pendidikan
Republik Indonesia ( PIRI ) yang berpusat di Yogyakarta,
yang mana memiliki tiga cabang, yakni di Purwokerto,
Lampung, dan Sumatra Selatan.
1.) Sekolah Taman Kanak – Kanak
Sekolah ini hanya terdapat satu buah yang terletak
di Yogyakarta.
2.) Sekolah Menengah Tingkat Pertama
Sekolah ini terdapat sembilan buah yang dikenal
dengan nama SMP PIRI yang mana tujuh
diantaranya tersebar di Daerah Istimewa
Yogyakarta, satu di Purwokerto, dan satu buah lagi
di Lampung. Pada tahun 2000 / 2001, kesembilan
SMP PIRI tersebut memiliki murid sebanyak 3345

17
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia……..hal. 287 - 283

12
orang, dan memiliki tenaga pendidik sebanyak 173
orang,
3.) Sekolah Menengah Atas
Pada tingkat sekolah ini Aliran Ahmadiyah Lahore
terdapat lima Sekolah Menengah Umum ( SMU )
dan lima Sekolah Menengah Kejuruan ( SMK )
yang merupakan peleburan dari nsekolah SMKK,
STM, SMEA. Yang mana tersebar sebagian besar di
daerah Istimewa Yogyakarta, da nada juga di
Lampung, Sumatra Selatan, da nada juga di
Purwokerto. Dan pada tahun 2000 / 2001, SMU
PIRI yang berada di Lampung memiliki murid
sebanyak 1984, dengan jumlah gurunya sebanyak
141 orang. Sedangkan untuk jumlah murid di SMK
PIRI yang berada di Purwokerto sebanyak 3052
orang dengan tenaga pendidik sebanyak 141 guru.
4.) Perguruan Tinggi Ahmadiyah
Perguruan ini berbentuk Akademi Teknik PIRI
( ATEKPI ), yang mana sebelumnya bernama
Akademi Informasi dan Manajemen ( AIM-PIRI ).
Atekpi memiliki dua program Deploma III, yakni
Teknik Sipil Deploma III, dan Teknik Informatika
Deploma III, yang mana pada tahun 2000 / 20021
ATEKPI memiliki 93 mahasiswa, dengan rincian;
74 orang pada program Teknik Informatika, dan 19
orang dalam program Teknik Sipil. Yang mana
setelah berdirinya pada tahun 1993, akademi ini
telah meluluskan sebanyakn 119 untuk jurusan
Teknik Informatika dan 25 orang untuk jurusan
Teknik Sipil.18

18
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia……..hal. 289 - 290

13
C. KESIMPULAN
Ahmadiyah lahir sebagai salah satu organisasi dalam Islam di
India, Ahmadiyah merupakan gerakan keagamaan yang di pimpin oleh
Mirzan Ghulam Ahmad (1835-1908) di Qadian, Punjab, India. Gerakan ini
lahir pada tahun 1888 atau abad ke-19 dengan latar belakang kemunduran
umat Islam India di bidang agama, politik, dan ekonomi, yang mana saat
itu orang – orang Islam dijajah dengan mengalami kemunduran yang
berahir dengan kejumudan. Di tengah-tengah kondisi umat Islam seperti
itu, Ahmadiyah lahir, kelahiran Ahmadiyah juga berorientasi pada
pembaharuan pemikiran, di sini Mirza Ghulam Ahmad mengaku telah
diangkat Tuhan sebagai al-Mahdi dan al-Masih sehingga merasa
mempunyai tanggung jawab moral untuk memajukan Islam dengan
tuntutan zaman dan “ilham” Tuhan kepadanya. Motif Mirza Ghulam
Ahmad ini di dorong oleh gencarnya serangan kaum misionaris Kristen
dan propaganda Hindu terhadap umat Islam pada saat itu. Yang mana
paham – paham dari Aliran ini banyak ketidaksesuaian dengan Islam
murni yang kita pahami.
Ahmadiah menyebar sampai ke Indonesia di bawa oleh orang –
yang pernah belajar di akademi – akademi Ahmadiyah, penyebaran itu
sampai kepada bidang Pendidikan. Pendidikan yang Aliran Ahmadiyah
kehadiranya sudah menjadi bagian yang yang tak terlalu asing bagi kita,
yang mana dalam Aliran ini terbagi menjadi Aliran Ahmamadiyah Qadian
dan Aliran Ahmadiyah Lahore, masing – masing dari keduanya memiliki
system pendidikan sendiri – sendiri mulai dari tingkat Sekolah Taman
Kanak – Kanak ( TK ), Sekolah Menangah Pertama ( SMP ), Sekolah
Menengah Atas ( SMA ), dan Akademi atau Perguruan Tinggi, yang mana
bedanya antara Pendidikan Aliran Ahmadiah Qadian lebih kepada yang
berbasis agama dan Lahore lebih banyak kepada yang berbasis umum.
Adapun untuk paham alirannya Qadian menetapkan Mirza Ghulam

14
Ahmad sebagai Nabi, dan untuk Aliran yang Lahore menetapkan Mirza
Ghulam Ahmad sebagai mujaddid.

DAFTAR PUSTAKA

15
An – Nawawi, M. Fadlil Said. 2006. Ahmadiyah Sekte atau Agama Baru. Tuban :
Pustaka Langitan
Burhanudin, Asep. 2005 Jihad Tanpa Kekerasan. Yogyakartw : PT LKis
Fathoni, Muslih. 1994. Faham Mahdi Syiah dan Ahmadiyah dalam Prespektif.
Jakarta: PT. Raja Grafindo.

Gibb, H.A.R. 1995. Aliran-aliran Modern dalam Islam. Jakarta: PT.Raja


Grafindo.

Iqbal, Sir Muhammad. 1991. Islam dan Ahmadiyah, Terj.Machun Husain. Jakarta:
PT.Bumi Restu.

Jaiz. Hartono Ahmad. 2005. Aliran dan Paham Sesat Indonesia. Jakarta Timur :
Pustaka Al – Kautsar.

Maliy, Abdul Halim. 2006. Benarkah Ahmadiyah Sesat. Jakarta : PT Cahaya


Kirana Rejasa.
Zulkarnain, Iskandar. 2005. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Yogyakarta : Lkis.

16

Anda mungkin juga menyukai