Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

ILMU KALAM

AHMADIYAH
DOSEN PENGAMPU : SYAMSYUDDI MUIR ,H.lc.M.A

Disusun oleh :
1. Nurdiki (12220711292)
2. Izrah putra (12220714531)

PRODI ILMU HUKUM


FAKULTAS SYARIAH DAH HUKUM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
2023
KATA PENGANGTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat ALLAH Subhanahu Wa Taa’ala yang telah
memberikan segala limpahan Rahmat, dan Hidayahnya, sehingga kami dapat menyelesaikan
penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana.

Sebelumnya juga kami mengucapkan kepada rekan-rekan yang telah menyukseskan


terselesainya makalah ini. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan,
petunjuk maupun pedoman bagi pembaca. Dan bermanfaat untuk kita semua.

Harapan kami, semoga makalah ini dapat membantu menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi dari
makalah ini. Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan, karena pengalaman yang kami
miliki sangat kurang. Oleh kerena itu, kami berdua harapkan kepada para pembaca untuk
memberikan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 1 Maret 2023

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................1
B. Rumusan Masalah ...................................................................1
C. tujuan...........................................................................2

BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Singkat Ahmadiyah ....................................................3
B. Ajaran Ahmadiyah ..................................................................5
C. Ahmadiyah Diindonesia ..........................................................7

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan .............................................................................9
B. Saran ........................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Ilmu kalam hadir seiring dengan pemikiran para cendekiawan Islam


yang semakin maju dan berkembang mengikuti faktor sosial budaya zaman.
Ilmu ini mulai muncul sekitar abad kedua hijriah tatkala dinasti Abbasiyah
memerintah. Meskipun pada mulanya kehadiran ilmu kalam terus menjadi
kontroversi. Namun, hingga sekarang eksistensinya sangat berguna bagi para
cendekiawan Islam. Ilmu kalam secara etimologi diartikan sebagai ilmu yang
mengulas seputar kalam Tuhan yang mengarah pada pendapat para ahli ilmu
kalam atau mutakallim. Faktor yang memengaruhi adanya ilmu kalam juga
dipengaruhi oleh faktor dari dalam yaitu sosial dan politik, serta faktor dari
luar yaitu filsafat atau pemikiran.
Salah satu aliran atau sekte dalam ruang lingkup ilmu kalam adalah
sekte Ahmadiyah. Sekte ini memang pertama kalinya bukan dipelopori oleh
tokoh Tanah Air. Namun, keberadaannya di Indonesia sempat ramai karena
ajaranajarannya yang dianggap menyimpang. Oleh karena itu, perlu diketahui
oleh kalangan muslim di Indonesia, bagaimana dan mengapa sekte Ahmadiyah
ini dapat dianggap menyimpang.

B. Rumusan masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah ini adalah sebagai
berikut:

1. Sejarah singkat ahmadiyah


2. Ajaran ahmadiyah
3. Tujuan ahmadiyah
4. Ahmadiyah diinonesia

1
C. Tujuan

Berdasarka latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan


penulisan makalah tentang materi ahmadiyah ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui apa aitu ahmadiyah


2. Memahami ahmadiyah

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Sejarah Singkat Ahmadiyah

Islam masuk ke India lewat jalur politik oleh khalifah Al Walid bin Abdul
Malik dari dinasti Umayyah pada awal abad ke-8. Saat itu dinasti Umayyah sedang
melakukan agresi militer ke daerah Sind, hingga akhirnya Islam menyebar disana
dengan dimulainya dinasti Ghazni di Afganistan tahun 961 M yang kemudian
dilanjutkan oleh dinasti Ghuri hingga kesultanan Delhi. Setelah kesultanan Delhi
runtuh, berdiri dan berkuasalah dinasti Mughal yang merupakan tanda berakhirnya
kekuasaan politik Islam di India. Runtuhnya dinasti Mughal kala itu menandakan
lemahnya politik Islam di India akibat berkuasanya industri Inggris yang menjadikan
perekonomian di India semakin miskin. Belum pula kerajaan-kerajaan Hindu yang
berhasil mengalahkan dinasti Mughal, salah satunya kerajaan Maratha yang memiliki
visi misi menjadikan India sebagai negara Hindu. Tentu hal tersebut menjadikan
konversi besar-besaran dari agama Islam ke agama luar Islam. 1

Terutama setelah kejadian pemberontakan Munity tahun 1857, dimana Inggris


menjadikan India sebagai salah satu koloninya yang terpenting di Asia.3 Beberapa hal
tersebut menjadi faktor yang melatarbelakangi munculnya berbagai paham dan
organisasi Islam di India. Kekacauan yang terjadi di India kala itu, memunculkan
sebuah inspirasi dari Mirza Ghulam Ahmad (1835-1905) yang ingin mendirikan
sebuah sekte dengan nuansa liberal dan cinta damai yang bertujuan untuk menarik
perhatian masyarakat yang terlanjur jenuh dengan pola pemahaman Islam klasik.4
Melalui sekte tersebut nanti, Ghulam Ahmad ingin membuat suatu pembaruan
pemikiran Islam sesuai berkembangnya zaman di masa itu. Mirza Ghulam Ahmad
merupakan putera dari Mirza Ghulam Murtada keturunan dari haji Barlas atau raja
Qesh, serta kakaknya bernama Mirza Hadi Baig yang masih keturunan dinasti
Mughal. Mirza Ghulam Ahmad lahir pada 13 Februari 1835 di desa Qadian, Punjab,
India. Ahmadiyah didirikan oleh Mirza Ghulam pada 23 Maret 1889 di Qadian, India.
1
https://ahmadiyah.id › Pust
3
Selain disebabkan oleh faktor-faktor yang melingkupi keadaan sosial, politik,
ekonomi, dan agama di India kala itu. Faktor lain yang menyebabkan Mirza Ghulam
Ahmad mendirikan sekte ini dikarenakan dirinya yang mengakui telah diberi ilham
untuk seorang pembaru atau mujaddid dan diangkat oleh Tuhan sebagai nabi, Al-
Mahdi dan AlMasih. Hal ini menjadikannya harus memerlukan pembai’atan dari
kalangan muslim yang sebelumnya telah berkeinginan menjadi muridnya sebab buku
karangannya yang berjudul Bahrain Ahmadiyah, dimana karyanya itu telah membuat
mereka kagum pada pemikirannya. Maka, di tanggal peristiwa tersebut, sebanyak 40
orang melakukan bai’at pertama di tangan Ghulam Ahmad di sebuah rumah Mia
Ahmad Jaan, Lundiana India.5 Sekte ini dinamai Ahmadiyah diambil dari nama
pendirinya, sedangkan para pengikutnya disebut Ahmadi.2

Nama resmi organisasi sekte Ahmadiyah pertama kali ialah al-Jama’ah al-
Islamiyah al-Ahmadiyah (Jamaah Islam Ahmadiyah). Akan tetapi, sebagai sebuah
organisasi resmi, Ahmadiyah baru berjalan sejak tanggal 4 November 1900. Sejak
saat itu nama organisasi ini dimasukkan dalam catatan resmi pemerintah kolonial
Inggris dan para pengikutnya.6 Setelah wafatnya pendiri sekte Ahmadiyah, Mirza
Ghulam Ahmad. Para ahmadi mengalami perbedaan pemahaman atas pemikiran
pendirinya tersebut. Mereka terpecah menjadi dua golongan yaitu Ahmadiyah Qodian
yang semula berada di India yang kemudian di pindah ke Rabwah, Pakistan dengan
pimpinannya bernama Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad (putera Mirza Ghulam
Ahmad) dan Ahmadiyah Lahore yang berada di Lahore, Pakistan dengan
pimpinannya bernama Maulana Muhammad Ali.
Selain kedua golongan meyakini bahwa pendirinya adalah al-Masih dan al-
Mahdi. Namun, keduanya memiliki pokok perbedaan yaitu mengenai kenabian Mirza
Ghulam Ahmad. Ahmadiyah Qodian meyakini bahwa setelah Nabi Muhammad
SAW, pintu kenabian masih terbuka bagi siapapun yang menyerukan ajaran Islam.
Selain menganggap Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaru),
mereka juga menganggapnya sebagai nabi dan rasul. Jadi, golongan ini mempercayai
adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW. Sedangkan golongan Ahmadiyah Lahore
bahwa setelah Nabi Muhammad SAW, pintu kenabian telah tertutup, sebab pula Nabi
Muhammad SAW merupakan khattamul anbiya. Golongan ini hanya menganggap
2
Ahmad, M. B. (1997). Silsilah Ahmadiyah. Kemang: Jemaat Ahmadiyah Indonesia
4
pendirinya sebagai mujaddid (pembaru) saja. Jadi, mereka tidak mempercayai adanya
nabi setelah Nabi Muhammad SAW.
B. Ajaran ahmadiyah
Mirza Ghulam Ahmad menganggap bahwa dirinya
seorang mujaddid (pembaharu) dan pengikut NabiMuhammad Saw. meskipun ia juga
menerima wahyu. Kedudukannya tidak sama dengan kedudukan Nabi Muhammad
Saw. karena Nabi Saw. sendiri adalah Nabi terakhir dan tidak ada nabi lain setelahnya
yang membawa syari'at. Tetapi tidak menutup kemungkinan, Allah Swt. mengutus
lagi Nabi yang tidak membawa syariat. Di antara nabi-nabi yang tidak membawa
syariat tersebut adalah Mirza Ghulam Ahmad al-Qadiyani. Dialah nabi dibawah
naungan Nabi Muhammad Saw.

Mirza Ghulam Ahmad berkata :


"Nabi yang terakhir dan tunduk kepada Nabi Saw. tidak pernah menyatakan
bahwa dirinya adalah nabi atau rasul dalam pengertian yang sebenarnya. Allah Swt.
memanggilku dengan sebutan nabi hanya bersasarkan isti'arah (kiyasan) saja.
Kenabianku merupakan pancaran dari kenabian Muhammad Saw. Sebuah bayangan
tidaklah memiliki wujud tersendiri atau wujud yang sebenarnya."

Ia juga berkata :

"Aku telah menyebutkan berkali-kali bahwa apa yang aku baca merupakan
firman Allah Swt. seperti halnya al-Qur'an dan Taurat. Aku adalah seorang nabi
bayangan yang di utus Allah Swt. Setiap Muslim wajib taat kepadaku dan wajib
mengimani bahwa aku adalah Al-Masih yang dijanjikan akan datang. Karena itu,
barangsiapa yang telah mengetahui dakwahku, tetapi ia tidak beriman kepadaku,
maka sikapnya itu akan dihisab di akhirat, meskipun ia telah bersaksi tiada ada Tuhan
selain Allah."

Aliran Ahmadiyah ini banyak dipengaruhi oleh kondisi kaum Muslimin di


India, di mana pada saat itu mereka menjadi kaum minoritas yang tertindas. Dari sini
al-Qadiyani memandang bahwa bangsa Inggris adalah penolong dan pelindung kaum
Muslimin di India. Ia tidak memandang perlu untuk melakukan perlawanan atau
pemberontakan terhadap penduduk bangsa Inggris dan India.

5
Sebaliknya, ia berpendapat penduduk bangsa Inggris tersebut justru dapat
memberikan jaminan keamanan kepada kaum Muslimin India. Dalam pandangannya,
jihad mempertahankan tanah air adalah tidak wajib. Sebab, jihad hanya boleh
dilakukan dalam rangka mempertahankan akidah saja.
Aliran Ahmadiyah mengkafirkan orang yang tidak percaya kepada al-
Qadiyani atau Mirza Ghulam Ahmad, meski ia seorang Muslim sekalipun. Aliran ini
juga tidak membolehkan shalat jenazah atas orang-orang yang tidak mempercayai
Mirza Ghulam Ahmad.

Sebelum meninggalnya Mirza Ghulam Ahmad, yaitu pada tahun 1908 M, ia


telah berwasiat kepada para pengikutnya agar mereka menulis di kuburannya nama
"Mirza Ghulam Ahmad Mau'ud" (Mirza Ghulam Ahmad yang dijanjikan).
Maksudnya adalah dijanjikan masuk surga.

Sepeninggalan Mirza Ghulam Ahmad, para pengikut aliran Qadiyani ini pecah
menjadi dua kelompok :

1. Kelompok pertama adalah kelompok yang berpendapat bahwa Mirza Ghulam


Ahmad benar-benar seorang nabi dan Ahmadiyah adalah sebuah agama. Pendapat
ini dikemukakan oleh anaknya, Nuruddin yang kemudian diteruskan oleh Mirza
Basyir Ahmad. Menurut kelompok ini, ruh-ruh para nabi termasuk Nabi
Muhammad telah menitis dalam diri Mirza Ghulam Ahmad.
2. Kelompok kedua adalah kelompok yang berpendapat bahwa Mirza Ghulam
Ahmad adalah seorang wali Allah Swt. Ia hanya seorang mujaddid (pembaharu)
awal abad ke-14, seperti yang telah dijelaskan dalam perkataannya sendiri.
Kelompok ini disebut dengan Ahmadiyah Lahoriyyah yang dipimpin oleh Maulat
Muhammad Ali. Ia telah menyusun sebuah kitab yang berjudul Bayan al-Qur'an.3

C. Ahmadiyah diindonesia
Sejarah Jemaat Muslim Ahmadiyah di Indonesia dimulai pada tahun 1925,
pada masa penjajahan belanda di kepulauan Indonesia, kurang lebih dua dekade

3
Buku - Artikel Islam dan Khutbah Jumat - Ahmadiyah.Id

6
sebelum revolusi diindonesia. Namun, kontak dengan orang-orang Indonesia dan
Muslim Ahmadi di india dimulai beberapa tahun sebelumnya. Pada tahun 1922,
untuk melanjutkan studi agamanya, tiga santri Indonesia, Abubakar Ayyub,
Ahmad Nuruddin dan Zaini Dahlan, dari Sumatra thawalib, sebuah pesantren
di sumatra, pada awalnya berencana untuk melakukan perjalanan ke lembaga-
lembaga Islam di mesir, yang pada masa itu dikenal untuk reputasi mereka
di dunia islam.
Namun, guru mereka menyarankan mereka untuk melakukan perjalanan ke
India, yang menurut mereka semakin menjadi pusat pemikiran Islam. Telah di
kemukakan bahwa sejumlah jurnal dan buku Muslim Ahmadi yang diterbitkan
sekitaran diIndia dan diedarkan secara luas di negara – negara asia tenggara saja
contoh seperti singapura, malaysia dan Indonesia, pada tahun 1920-an. Selain itu,
pada bulan Oktober 1920, khwaja pemimpin kelompok sempalan Gerakan
ahmadiyah lahore melakukan tur ke Asia Tenggara di mana ia berhasil berhasil
mendapatkan kepercayaan di antara beberapa Muslim Indonesia. Ia
menyampaikan sejumlah pidato di surabaya dan batavia yang menjadi tajuk utama
di beberapa surat kabar terkemuka. Telah didalilkan bahwa ini mungkin menjadi
pemicu bagi para guru untuk merekomendasikan perjalanan ke India.

Sesuai dengan saran guru mereka, ketiga siswa berangkat secara terpisah dan
bersatu kembali di kota luknow di India utara. Selama di kota mereka memulai
pendidikan studi Islam di Madrasah Nizhamiyyah Darun Nadwah di bawah
bimbingan Abdul Bari-al Ansari. Merasa tidak puas, dan mengingat kembali
ceramah Khwaja Kamal-ud-Din di jawa mereka segera berangkat menuju
kotanya, lahore lebih dari 500 mil barat laut Lucknow, dan bertemu dengan
anggota Gerakan Ahmadiyah Lahore, yang pada waktu itu sudah berpisah dengan
Jamaah Muslim Ahmadiyah utama, yang masih berbasis di qidan. Terkesan oleh
ajaran Ahmadi di bawah bimbingan Maulana Abdus Sattar, dan sebaliknya,
setelah mengetahui perpecahan Ahmadiyah Lahore, mereka memutuskan untuk
melakukan perjalanan ke Qadian. Banyak teori berlimpah mengenai pembenaran
untuk langkah ini.4
tiba di Qadian untuk melanjutkan studi Islam dan setelah mempelajari ajaran
Ahmadiyah, mereka juga masuk ke gerakan Ahmadiyah. Pada tahun 1924,
4
https://www.wikipedia.orgwikipedia.com

7
khalifah melakukan tur ke timur tengah dan eropa Mengetahui hal ini, sejumlah
santri Indonesia, ketika masih belajar di Qadian, menginginkan agar khalifah
mereka juga mengunjungi Timur, khususnya indonesia. Dalam pidato resmi yang
disampaikan dalam bahasa Arab kepada khalifah, oleh Haji Mahmud, juru bicara
mahasiswa Indonesia di Qadian, para mahasiswa mengungkapkan keinginan
tersebut. Khalifah, meyakinkan mereka bahwa dia sendiri tidak akan dapat
mengunjungi Indonesia tetapi akan segera mengirim perwakilan, seorang
misionaris, ke wilayah tersebut. Selanjutnya, pada musim panas 1925, di bawah
arahan khalifah, Rahmat Ali, seorang misionaris gerakan Ahmadiyah, tiba di aceh,
provinsi utara Pulau Sumatera. Dengan ini, fondasi gerakan Ahmadiyah di
Indonesia diletakkan. Dalam sejarah Jamaah, ketiga mahasiswa tersebut dikenal
sebagai pelopor awal gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Melalui upaya perintisan
mereka, dan berbagai misionaris Jemaat, Ahmadiyah menyebar ke seluruh
Indonesia. 5

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

5
http://idr.uin-antasari.ac.id › ...
8
Sekte Ahmadiyah berdiri pertama kali di daerah Qadian, Punjab, India oleh
pendirinya bernama Mirza Ghulam Ahmad pada tahun 23 Maret 1889 dan diresmikan
oleh pemerintahan kolonial Inggris pada 4 November 1900. Kemunculannya
dilatarbelakangi oleh dua faktor, yakni faktor internal dan eksternal. Faktor
internalnya berasal dari Mirza Ghulam Ahmad sendiri yang mengaku sebagai mulham
(orang yang mendapat ilham) untuk menjadi seorang mujaddid (pembaru) dan
menyatakan dirinya adalah nabi, alMahdi, dan al-Masih. Sedangkan faktor
eksternalnya berasal dari kekacuan politik, sosial, ekonomi, dan agama yang terjadi di
India atas kolonial Inggris. Untuk merealisasikan dirinya yang telah mengklaim
mendapat ilham tersebut, serta keberadaannya sebagai pembaru dalam dunia Islam,
mengharuskannya memiliki seorang pengikut untuk mendakwahkan dirinya sebagai
seorang utusan Tuhan. Pembaiatan pertama kali dilakukan padanya sebagai Khalifah
oleh empat puluh orang yang kemudian para pengikutnya dinamakan sebagai ahmadi.

Kemunculan sekte Ahmadiyah di Indonesia ada dua yaitu Ahmadiyah Lahore


tahun 1924 dan Ahmadiyah Qodian tahun 1925. Kronologi kedatangan Ahmadiyah
Lahore diduga secara kebetulan oleh para mubalig ternamanya yaitu Mirza Wali
Ahmad Baig dan Maulana Ahmad yang kemudian mendakwahkan dan mengisi kuliah
ajaran Islam pemahamannya kepada pengikut Muhammadiyah. Adapun kronologi
kedatangan Ahmadiyah Qodian bermula dari pelajar Indonesia bernama Abu Bakar
Ayyub dan Ahmad Nuruddin yang ke India, hingga kemudian menjadikan Khalifah II
Ahmadiyah Qodian mengirim Maulana Rahmat Ali sebagai mubalig di daerah
Sumatera dan Jawa.

B. Saran
Penulis menyadari banyaknya kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengharapkan adanya masukan, kritikan, dan saran yang
membangun untuk nantinya dapat penulis terapkan dan kembangkan dalam
penyempurnaan makalah ini. Demikian yang dapat penulis sampaikan dalam makalah

9
ini. Semoga amal baik dari semua pihak dapat diterima oleh Allah SWT dan
mendapat balasan kebaikan darinya.

DAFTAR PUSTAKA

K.H. sirajuddin abbas (I’TIQAD AHLUSSUNNAH WAL JAMAAH)

10
11

Anda mungkin juga menyukai