AHMADIYAH
Oleh:
SALATIGA
2017
BAB I
PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
8
Ibid., hlm. 91.
9
Ibid., hlm. 92.
10
Ibid., hlm. 91-92.
Ajaran Ahmadiyah Lahore dibawa ke Indonesia oleh Mirza Wali Ahmad Baig
dan Maulana Ahmad kemudian kembali ke Lahore, tetapi Mirza Wali Ahmad Baig
tetap tinggal di pulau Jawa sampai tahu 1936. Dialah yang dianggap berjasa
mengembangkan ajaran Ahmadiyah Lahore di Indonesia. Semula Mirza Wali dikenal
sebagai guru bahasa Arab yang memakai pengangan buku berbahasa Inggris.
Pengajarannya bertujuan untuk memahami Al-Qur’an. Teman akrabnya, Mas Ngabei
Joyosugito, guru di Purwokerto, mendirikan gerakan Ahmadiyah Indonesia. Pada
akhir 1930 jumlah anggotanya 170 orang dengan cabang-cabang di Purbolinggo,
Plikean, Surakarta, dan Yogyakarta. Dalam mengajar Mirza Ali berpegang pada
terjemahan berbahasa Belanda milik Soedewo yang terbit di Jakarta tahun tahun
1934.sumber terjemahannya berasal dari terjemahan Al-Quran dalam bahasa Inggris
karya Maulwi Muhammad Ali. Terjemahan Al-Qur’an dalam bahasa Belanda ini
menarik perhatian banyak orang, karena mampu memenuhi kebutuhan untuk belajar
Al-Qur’an tanpa harus belajar bahasa Arab sebelumnya. Terjemahan ini mendapat
sorotan oleh kaum Islam ortodok, karena isinya dinilai banyak menyimpang.
Contohnya bahwa mikraj Nabi Muhammad dikatakan sebagai khayalan.11
Konggres Majelis Ulama Indonesia di Kediri pada tahun 1928 membicarakan
terjemahan ini karena guru-guru agama di Jawa yang ortodoks menilai isinya
memberikan tafisran baru. Pada tahun 1938, Ahmadiyah Lahore Indonesia
menerbitkan karya Maulwi Muhammad Ali yang lain yaitu De Religie van de Islam,
diterjemahkan oleh Soedewo. Buku ini bertujuan membela gerakan Ahmadiyah
dengan memberikan uraian mendalam tentang sumber, dasar, hukum, dan peraturan
agama Islam. Gerakan Ahmadiyah Lahore di Indonesia tidak memiliki pengikut
senamyak Ahmadiyah Qodian.; kegiatan Ahmadiyah di Indonesia diatur oleh
penggurus besarnya yang berkantor di Jl. Balikpapan, Jakarta, dan pada tahun 1990
pindah ke Parung (Bogor). Anggotanya terbesar terutama di Jawa dan memiliki
beberapa lembaga pendidikan serta keagamaan.12
BAB III
PENUTUP
11
Iskandar Zulkarnaian, Gerakan ahmadiyah di Indonesia, pengantar Azyumardi Azra, hlm. 75.
12
Hafidz Dasuki, Ahmadiyah Ensiklopedi Dunia, hlm. 92.