Anda di halaman 1dari 19

APA ITU AHMADIYAH

1. Pendahuluan
Pada tanggal 09 Juni 2008, Menteri Agama RI, Muhammad Mahtuh Basyuni, S.H.
mengumumkan Surat Keputusan Bersama Menteri Agama, Jaksa Agung RI, dan Menteri Dalam Negeri
Nomor 3 tahun 2008, No. KEP-033/A/JA/6/2008 dan No.199 Tahun 2008 tanggal 9 Juni 2008 tentang
Peringatan dan Perintah kepada Penganut, Anggota dan/atau anggota-anggota pengurus Jamaat
Ahmadiyah Indonesia (JAI) dan Warga Masyarakat.
Ummat Islam ada yang bertanya : Apa itu Ahmadiyah dan mengapa.?. Sementara sebagian mereka
berkata Ahmadiyah punya nabi sendiri selain Nabi Muhammad saw. Sampai disitu mereka tahu.
Hal ini dapat dimaklumi karena da’wah Ahmadiyah kepada Ummat Islam senantiasa
memperkenalkan jemaatnya bahwa Ahmadiyah itu Islam. Satu-satunya yang membedakan kami dengan
Islam bukan Ahmadiyah ialah mengenai masalah kenabian. Rasulullah saw menubuatkan kedatangan
Nabi Isa, Imam Mahdi pada akhir zaman. Kami (Ahmadiyah) yakin bahwa Nabi Isa, Imam Mahdi
sudah datang itulah Mirza Gulam Ahmad , sementara Ummat Islam mengatakan “tidak”.
Kedatangan Mirza Gulam Ahmad sebagai Nabi, Isa Al-Masih dan sekaligus Imam Mahdi tidak
membawa syariat, tidak menambah atau mengurangi seujung rambutpun dari ajaran syariat yang dibawa
Nabi Muhammad saw. Demikian kata orang Ahmadiyah.
Ketiga masalah inilah yang dibawa dida’wakan kemana-mana ke tengah Kaum Muslimin untuk
didiskusikan, diperdebatkan yaitu :
- Masalah yang berhubungan dengan kenabian. Masih mungkinkah datang nabi sesudah Nabi
Muhammad. Pengertian Khataman Nabiyyin, Penutup nabi-nabi dan seterusnya,
- Masalah yang berhubungan dengan Nabi Isa. Masih hidupkah atau sudah mati ? . Kedatangan Nabi
Isa, apakah akan datang atau tidak, apakah sudah datang atau belum, kalau sudah datang siapa
orangnya dan seterusnya,
- Masalah yang berhubungan dengan Imam Mahdi dan seterusnya.
Masalah-masalah Islam yang sifatnya menyeluruh tidak dipahami karena kurang diperhatikan atau
dipelajari di dalam Ahmadiyah seperti masalah-masalah fiqih tidak diajarkan (Hr 32). Zakat diganti
dengan iuran 1/16. Demikian pula masalah haji ke Makkah al-Mukarramah tidak dianjurkan, sebaliknya
menggalakkan pengikutnya agar berusaha sekuat mungkin pergi ke Qadian dan Rabwah. (Hr 23)
Perbedaan Ahmadiyah dengan Ummat Islam tidaklah sekedar masalah kenabian Mirza Gulam
Ahmad saja, tetapi Ahmadiyah menyebarkan penafsiran dan kegiatan yang menyimpang dari pokok-
pokok ajaran Agama Islam, baik yang menyangkut masalah aqidah maupun syari’at. Orang-orang
Ahmadiyah, dengan terang dan jelas mengasingkan diri mereka dari dunia Islam meskipun mereka
mengaku bahwa mereka bagian dari Ummat Islam itu dikarenakan mereka telah menjadikan Mirza
Gulam Ahmad sebagai nabi, Al-Masih, dan Al-Mahdi, dan mengadakan perkumpulan yang terpisah dari
perkumpulan Ummat Islam yang bernama “Ahmadiyah” sebagai “Islam yang benar". Mereka
mengajarkan jemaatnya bahwa :
- Orang Islam yang bukan Ahmadiyah adalah Kafir.
“Semua Ummat Islam yang belum masuk kedalam bai’at Al-Masih yang dijanjikan (Al-Qadiani),
baik mereka yang telah mendengar nama Ghulam Ahmad, maupun mereka yang belum
mendengarnya, seluruhnya orang kafir, keluar dari agama Islam”. (Ainah Shadaqat 35 oleh Mirza
Bashiruddin Mahmud Ahmad) Ch 28
- Shalat dibelakang imam orang Islam (bukan Ahmadiyah) adalah haram mutlak.
“Sesungguhnya Allah memberi tahu padaku bahwa haram secara mutlak kamu shalat dibelakang
orang yang mendustaiku atau ragu untuk mentaatiku. Kamu wajib shalat dibelakang imam kamu
sendiri. Inilah yang diisyaratkan dalam hadits; Imam kamu dari golonganmu. Artinya, jika Al-Masih
telah turun, maka tinggalkanlah golongan-golongan yang mengaku Islam dan jadikanlah Imam kamu
dari golonganmu sendiri. Laksanakanlah apa yang diperintahkan. Apakah kamu ingin amal-
amalanmu runtuh sedangkan kamu tidak merasakan ?” (Footnote Arba’in 3/75. RK 17/417. Footnote
Kolrowaih 27). Ch 29
- Nikah kepada orang Islam (bukan Ahmadiyah) adalah kekafiran.
“Barang siapa yang menyerahkan puterinya kepada ummat Islam, diusir dari Jamaah dan dia telah
kafir”. (Koran Al-Fadhl 4 Mei 1922) Chinioti 29
“Boleh mengambil anak-anak wanita ummat Islam, Hindu, Sikh, dan tidak boleh kita berikan puteri-
puteri kita kepada mereka”. (Koran Al-Fadhl 18 Februari 1930). Chinioti 28
- Menshalati jenazah orang Islam adalah perbuatan mungkar; (audah 252)
“Apakah boleh shalat atas jenazah anak-anak muslim ?. Saya mengatakan : Tidak boleh,
sebagaimana tidak bolehnya shalat atas anak-anak Hindu, anak-anak Kristen, karena Madzhab anak
mengikuti madzhab kedua orang tuanya”. (Anwar Khilafat 93, Khalifah kedua) Chinioti 31
Hal-hal semacam ini banyak dijumpai dalam kitab-kitab ajaran Ahmadiyah yang sangat meresahkan dan
kalau dida’wakan akan berakibat kemarahan Ummat Islam kepada Ahmadiyah.
2. Perjalanan Organisasi Ahmadiyah
Ahmadiyah didirikan pada tanggal 23 Maret 1889 di Qadian, sebuah desa kecil di daerah Punjab
India oleh Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku menerima wahyu dari Allah dan mengumumkan bahwa
dirinya adalah Al-Masih Isa Putra Maryam. Dia memanggil teman-temannya antara lainnya Maulvi
Hakim Nuruddin (kelak jadi Khalifah I Ahmadiyah) dan mengabarkan kepada mereka bahwa Allah telah
memberi wahyu padanya untuk membai’at pada manusia. (Audah 11, 138)
Semua wahyu yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad disusun dalam sebuah kitab yang bernama
Tadzkirah yang merupakan Kitab Suci bagi Jemaat Ahmadiyah.
Mirza Ghulam Ahmad meninggal dunia pada tahun 1908, pergerakan Jemaat Ahmadiyah selanjutnya
dijalankan oleh sahabat, anak, kemudian cucu-cucunya yang disebut Khalifatul Masih.
Sampai saat ini sudah ada 5 orang Khalifah yaitu :
Maulvi Hakim Nuruddin (Haq 96) 1908 – 1914 (Sahabat Ghulam Ahmad)
Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad 1914 – 1965 (Putra Ghulam Ahmad)
Mirza Nasir Ahmad 1965 – 1982 (Putra Khalifah II)
Mirsa Tahir Ahmad (Audah 69) 1982 – 2003 (Sudara Khalifah III)
Mirza Masroor Ahmad 2003 – …
Khalifah-khalifah inilah yang dianggap oleh pengikut-pengikut Ahmadiyah sebagai wujud-wujud yang
suci sesudah Mirza Gulam Ahmad. Mereka anggap Khalifah-khalifah itu mendapat wahyu dari Allah
yang kedudukannya sejajar dengan Nabi-Nabi Bani Israil. (Hariadi 26, Haq 97, Audah 115, 117, 102)
Ketika Hakim Nuruddin, Khalifah I wafat tahun 1914, terjadi pertentangan didalam tubuh Ahmadiyah
berkaitan dengan pemilihan khalifah ke II. Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad berhasil terpilih
mengalahkan Maulvi Muhammad Ali. Dengan kekalahan dalam pemilihan ini, Maulvi Muhammad Ali
beserta pendukungnya menarik diri dari Jemaat Ahmadiyah lalu mendirikan jemaat yang berpusat di
Lahore, (Haq 30) sejak itu Ahmadiyah terpecah yaitu :
- Ahmadiyah Qadian dibawah pimpinan Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad; yang mengakui Mirza
Gulam Ahmad sebagai Nabi.
- Ahmadiyah Lahore dibawah pimpinan Maulvi Muhammad Ali, yang tidak mengakui kenabian Mirza
Gulam Ahmad. Suatu keanehan karena masih mengakui sebagai pemimpin mereka padahal Mirza
Gulam Ahmad secara terang-terangan mengaku sebagai Nabi..
Pada thn 1947 Pusat Pergerakan Ahmadiyah pindah dari Qadian, India ke Rabwah, Pakistan (Amin 198)
Ketika Amandemen Konstitusi Pakistan menyatakan Orang-orang Ahmadiyah sebagai Non
Muslim. Kemudian keluar Peraturan Pemerintah Pakistan tahun 1984, disertai tekanan dan ancam
hukuman bagi orang-orang Ahmadiyah yang tidak menaati, memaksa Khalifah Ahmadiyah ke 4 Mirza
Tahir Ahmad melarikan diri, mengungsi ke London Inggris pada karena takut ditangkap dan dipenjarakan
oleh Pemerintah Pakistan (Hariyadi 164).
Ahmadiyah masuk di Indonesia diperkirakan pada tahun 1935 (Cpita Selekta 30). Mendaftarkan diri
sebagai Badan Hukum pada Dep Kehakiman tahun 1953 dengan nama Jemaat Ahmadiyah Indonesia.
Ahmadiyah terdaftar sebagai organisasi berbadan hukum (rechtapersoon), bukan sebagai agama atau
aliran atau faham atau organisasi agama. (Haryadi 89 & Amin 89)
Kemudian Masuk di Makassar pada ahkir tahun 1960-an dibawa oleh missionary-nya Saleh A. Nahdi.
Keberadaan Ahmadiyah di Indonesia menda’wakan ajarannya menimbulkan keresahan dan protes
karena menodai Agama Islam. Aksi penolakan dan pelarangan Ahmadiyah muncul dimana-mana.
Demikian juga dari pemerintah; Pada masa pemerintahan Bung Karno dan pemerintahan Pak Harto,
Ahmadiyah dinyatakan sebagai aliran sesat, berada di luar Islam.

3. Masalah Kenabian Mirza Gulam Ahmad


Menurut keyakinan Ahmadiyah, Mirza Gulam Ahmad adalah nabi yang hakiki yang wajib diimani
dan diyakini kebenaran ajarannya. Orang-orang yang tidak mempercayai dan tidak mengikuti ajarannya
adalah kafir hukumnya. (Haq 9)
Mirza Ghulam Ahmad juga mengaku menerima wahyu dari Allah dan kecuali sebagai Nabi, juga adalah
Al-Masih Isa Putra Maryam dan sebagai Imam Mahdi.. (Audah 11, 138 dan Haq 9)
Keyakinan Ahmadiyah kepada Mirza Gulam Ahmad sebagai nabi ditemukan dalam kitab Tadzkirah dan
kitab-kitab ajaran Ahmadiyah lainnya seperti berikut :
- Wahai Ahmadi (Mirza Gulam) engkau telah dijadikan seorang Rasul (Tadzkiroh hal 493). Audah 264
- Saya adalah Al-Masih, saya adalah Al-Kalim, saya adalah “Muhammad”, saya adalah Ahmad yang
dipilih. (Ruhani Khazain, jilid 15, hal 134) audah 274
- Dalam wahyu ilahi ini (Muammadur Rasulullullahi wal ladzina ma’ahu……..) saya disebut
“Muhammad” dan juga “Rasul”. (Ruhani Khazain jilid 18 hal 207). Audah 275
- Dan atas ini mengatakan Qodyaniyah bahwa kalimat syahadat di Qodyan sama dengan kalimat
syahadat pada orang Islam karena maksud yang dikenal dalam risalah Ghulam Ahmad sama dengan
kalimat syahadat orang Islam “Asyhadu Allah Ilaha illalah wa asyhadu anna Muhammadar
Rasulullah”. Muhammad yang dimaksud ialah “Ghulam Ahmad” nama yang tersebut dalam kalimat
ini. (Majallah Al Fadlu, 19 Agustus 1916) Bw 16
- Sesungguhnya Allah telah menurunkan wahyu kepadaku bahwa setiap orang yang tidak mengikutimu
dan tidak bai’at kepadamu, maka ia durhaka kepada Allah dan termasuk ahli jahannam. (Tadzkiroh,
hal 342) audah 11
- Sesungguhnya Allah telah menjelaskan padaku bahwa setiap orang yang telah sampai padanya
da’wahku kemudian tidak menerimaku, maka dia bukanlah seorang muslim, dan berhak
mendapatkan siksa Allah. (Tadzkirah hal 600) audah 273
- Sesungguhnya seluruh kaum Muslimin yang tidak bai’at kepada Al-Masih yang dijanjikan itu (Mirza
Gulam), baik mereka mendengar namanya atau tidak, maka mereka itu kafir keluar dari lingkaran
Islam. (Ainah Shadaqat : 35) Audah 12
- Apa yang diberikan Allah kepada setiap nabi satu-satu, Dia, Allah telah memberikannya padaku
semuanya. (Ruhani Khazain Jilid 18 hal 477). Audah 275
(Perkataan Mirza Gulam Ahmad ini menunjukkan bahwa Dia lebih mulia dapi pada nabi-nabi lain
termasuk Nabi Muhammad saw.)
Pengakuan Mirza Ghulam Ahmad sebagai Nabi mendapat reaksi keras dari Ummat Islam karena
bertentangan dengan aqidah yang di imani oleh Ummat Islam yaitu Percaya kepada nabi, dan Nabi
Muhammad saw adalah Nabi terakhir, penutup segala nabi-nabi, tidak ada nabi sesudah Nabi Muhammad
saw.
Dalam perjalanan sejarah sesudah Rasulullah saw wafat, banyak orang yang datang mengaku nabi,
sejak dari Musailama Al Kassaf pada masa Khulafaur Rasyidin, sampai sekarang (2008) Ahmad
Mushaddeg semuanya itu adalah pendusta, nabi palsu. Beruntung Pemerintah bertindak cepat dan
menagkap Ahmad Mushaddeq.
Hasan bin Mahmud Audah, Mantan Muballigh dan Direktur Umum Seksi Bahasa Arab Jema’at
Ahmadiyah Pusat London menulis dalam Bukunya Ahmadiyah Kepercayaan-Kepercayaan dan
Pengalaman-Pengalaman halaman 155 mengatakan :
“Menurut Pendapat saya Islam itu telah tampak dalam keadaan sempurna dengan Nabi Muhammad
saw dan tidak membutuhkan Mirza Gulam Ahmad untuk menyempurnakannya”.
Keyakinan Ummat Islam ini di dasarkan pada Firman Allah dalam Al Qur’an dan Hadis-hadis Rasulullah
saw antara sebagai berikut :
- Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kami, tetapi dia adalah
Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S 33 Al
Ahzab ayat 40)
- Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah saw bersabda : “Sesungguhnya perbandinganku dengan Nabi-
nabi sebelumku, seperti orang yang membangun sebuah gedung (rumah). Dibuatnya dengan amat
baik dan sangat bagus, tapi satu tempat batu bata terluang disudutnya. Orang banyak mengelilingi
rumah itu dan heran, sambil berkata : “Mengapa tidak dipasang batu bata ini ?”. Beliau bersabda :
Sayalah batu bata itu dan sayalah Penutup Nabi-nabi (Khaatamun nabiyyin). ( Hadis Riwayat
Bukhary. HB.1532) .Lihat juga Haq 9
- Sesungguhnya akan datang pada ummatku tigapuluh orang pendusta, masing-masing mengaku
bahwa dia adalah nabi, padahal akulah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku. (Hadis) lht
Haq 61
- Sesungguhnya kerasulan dan kenabian telah putus. Lantaran itu tidak ada seorang Rasul dan tidak
ada seorang nabi sesudahku ……(H.R.Ahmad dan Tirmidzi). Amin 83
- Adalah Bani Israil itu dipimpin oleh nabi-nabi. Tiap kali mati seorang nabi diganti oleh seorang
nabi. Tetapi sesungguhnya sesudahku tidak ada sebarang nabi (La Nabiyya ba’diy) tetapi akan ada
Khalifah-khalifah yang banyak” (H.R. Bukhari). Amin Djamaluddin 84.
- Sesungguhnya akan datang pada ummatku tigapuluh orang pendusta, masing-masing mengaku
bahwa dia adalah nabi, padahal akulah penutup para nabi, tidak ada nabi sesudahku. (H.R.Abu
Daud) Haq 61
Orang-orang Ahmadiyah menolak kalau Khaataman Nabiyyin diartikan Penutup Nabi-nabi. M. A.
Suryawan (penganut Ahmadiyah) dalam bukunya “Bukan Sekedar Hitam Putih” halaman 52 menulis
sebagai berikut :
“Pengertian Nabi Muhammad sebagai Khaataman-nabiyyin yang sebenarnya adalah berarti materai
para nabi atau cincin (perhiasan) para nabi atau yang termulia atau yang tersempurna dari para nabi.
Pengertian inilah yang diterima dan diyakini oleh Jemaat Ahmadiyah mengenai Khaataman-nabiyyin
sebagaimana yang dikemukakan dalam Al Qur’an Karim”
Ahmadiyah membedakan adanya nabi yang datang membawa syariat dan Nabi datang tidak membawa
syariat.
Dikatakan oleh Ahmadiyah bahwa Nabi Muhammad saw adalah Penghulu segala nabi dan nabi terakhir
yang datang membawa syari’at. Sedang nabi yang akan datang sesudah Nabi Muhammad tidak membawa
syari’at (H.Putih 51). Mirza Gulam Ahmad datang tidak menambah atau mengurangi seujung rambut-pun
dari syari’at yang telah dibawah oleh Nabi Muhammad saw.
Kenyataan bahwa sesungguhnya Mirza Gulam Ahmad datang memmbawa syariat bahkan aqidah baru.
Banyak syariat baru yang ditemukan dalam Kitab Tadzkiroh dan buku-buku pegangan Ahmadiyah lainnya.
(Haryadi, CD). Sebagai contoh kami tunjukkan sebagai berikut :
- “Sesungguhnya Allah telah memberi wahyu kepadaku, wahyu syariat juga”. (Ruhani Khazain : 17 hal
435) Audah 150
- Pekuburan ahli surga di Qadian, India dan Rabwah, Pakistan adalah syariat.
Tuhan Mirza Gulam Ahmad berfirman : “Semua pekuburan yang ada di bumi tidak dapat menandingi
tanah pekuburan itu” (Tazkiroh hal 707). Audah 52
Wahyu Mirza Gulam Ahmad diatas berati lebih mulia (hebat) dari pada tanah pekuburan Rasulullah saw
dan shabatnya di Masjid Madinah atau tanah pekuburan syuhada Perang Uhud .
Disebutkan bahwa mereka yang mempunyai “Sertifikat Wasiyat” wajib membayar 1/3 dan 1/10 dari
penghasilannya setiap bulan pada Ahmadiyah. Dan apabila dia mati harta peninggalannya sebanyak itu
menjadi milik Ahmadiyah, orang tersebut akan dikuburkan di Pekuburan Ahli surga yang bernama
“Bahishti Maqbarah” Dan Mirza Gulam Ahmad menjamin orang yang dikuburkan dan mempunyai batu
nisan disitu semuanya akan masuk surga. (Haryadi 148 & Audah 52)
Keluarga Mirza Gulam Ahmad tidak disyaratkan untuk membayar iuran untuk memperoleh “Sertifikat
Wasiat” untuk pemakaman di Bahishti Maqbarah. Berbeda dengan orang-orang Ahmadiyah lainnya
mereka harus membayar paling sedikit 10 % dari harta dan milik mereka. (Audah 154)
- Syariat lainnya yang dibawa Mirza Gulam Ahmad adalah :
a. Mengharamkan shalat dibelakang imam orang Islam (bukan Ahmadiyah).
b. Mengkafirkan menikah dengan laki-laki orang Islam (bukan Ahmadiyah).
c. Melarang orang-orang Ahmadiyah menshalati jenazah Ummat Islam.
d. Mewajibkan kepada setiap muslim untuk taat kepada pemerintah Inggeris.
e. Mempunyai tempat sucinya sendiri yaitu Qadian dan Rabwah.
f. dan lain-lain.
Dalam masalah aqidah pun Mirza Gulam Ahmad membikin aqidah baru dengan mengatakan : Siapa
saja yang tidak mengimani bahwa dia itu Imam Zaman, Imam Mahdi dan Rasul Allah maka orang itu
adalah kafir dan matinya adalah Mati Jahiliyah. Hal ini tercantum dalam kitab “Perlunya Imam Zaman dan
Bahtera Nuh” oleh Mirza Gulam Ahmad. (Haryadi 148)
4. Masalah Kitab Tzkiroh sebagai Kitab Suci Ahmadiyah.
Kitab Tadzkiroh adalah kumpulan wahyu, kasyaf dan mimpi Mirza Ghulam Ahmad yang merupakan
Kitab Suci bagi Jemaat Ahmadiyah. Penyebaran kitab Tadzkirah dibatasi sehingga dikalangan orang-orang
Ahmadiyah sendiri (Audah 150, 280).
Sebagian orang Ahmadiyah membantah dan berkata sesungguhnya Kitab Tadzkiroh bukanlah kitab wahyu
sesudah Al-Qur’an, tetapi apa yang ditulis disampul buku ini menguatkan yang sebaliknya “At-Tadzkiroh –
kumpulan ilham-ilham hadrat Masih Maud AS“ (Audah 254 & Hariadi 155):
Dan di dalam jilid pertama dari Tadzkiroh tertulis jelas sekali :
“Tadzkiroh adalah wahyu yang disucikan dan mimpi serta kasyaf Masih Maud AS”
M. Amin Djamaluddin, Ketua Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) dalam bukunya yang
bejudul Ahmadiyah & Pembajakan Al-Qur’an halaman vii mengatakan bahwa :
“Tadzkirah adalah nama kitab suci Ahmadiyah. Sebenarnya Tadzkirah ini adalah pembajakan serta
pencampur-adukan ayat-ayat suci Al-Qur’an dengan bahasa Arab, bahasa Urdu, bahasa
PersiaMirza Ghulam Ahmad dan merupakan kitab suci tandingan bagi Kitab Suci Al-Qur’an”.
Contoh dari beberapa ayat-ayat Kitab Tadzkirah yang dikatakan wahyu oleh Kaum Ahmadiyah dan
ucapan Mirza Gulanm Ahmad sebagai berikut :
- “Aku bersumpah dengan nama Allah bahwa aku beriman kepada wahyu yang diturunkan kepadaku
seperti aku beriman kepada Al Qur’an dan semua kitab yang telah diturunkan dari langit, dan aku
beriman bahwa wahyu yang turun padaku adalah dari Allah sebagaimana aku beriman bahwa Al-
Qur’an turun darinya”. (Ruhani Khazain jilid 22 hal 220)
- Sesungguhnya Kami telah menurunkan Kitab “suci” Tadzkirah ini dekat Qodyan. Dan dengan
kebenaran Kami menurunkannya dan dengan kebenaran Kami turunkan”. (Tadzkirah, hal 637).
Amin 50
- Dia-lah Tuhan yang mengutus Rasul-Nya (Mirza Gulam Ahmad) dengan membawa petunjuk dan
agama yang benar agar ia memenangkannya atas segala agama-agama semuanya. * (Tadzkirah, hal
398/241). Amin 54. (*bajakan dari Al-Qur’an S.Al-Fath ayat 28)
- Wahai Ahmadku, engkau adalah tujuan-Ku dan bersama-Ku engkau terhormat pada pandangan-Ku.
Aku memilih engkau untuk diri-Ku. Katakanlah : Jika kalian bena-benar mencintai Allah, maka
ikulah aku, niscaya Allah akan mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Dan
mengasihi kalian**. (Tadzkirah, hal 224). Amin 51. (**bajakan dari Al-Qur’an S.Ali Imran ayat 31)
- Wahai Ahmad-Ku. Engkau adalah tujuan-Ku. Kedudukanmu disisi-Ku sederajat dengan Ke Maha-
Esaan-Ku. Engkau ada pada kedudukan yang tidak diketahui oleh Makhluk. Engkau terhormat pada
pandangan-Ku. Setiap engkau marah Aku pu marah. Setiap engkau suka Aku pun suka. (Tadzkirah,
hal 579). Amin 58
Dari contoh ayat-ayat Kitab Tadzkirah di atas menunjukkan bahwa Mirza Gulam Ahmad yang
sederajat dengan Ke Maha-Esaan Tuhan, datang membawa Agama dengan Kitab Sucinya;
Bertentangan dengan aqidah yang di imani oleh Ummat Islam bahwa Percaya kepada kitab, dan Al-
Qur’an adalah kitab yang sangat sempurna, tidak ada kekurangannya yang masih memerlukan
penyempurnaan. Sebagaimana Firman Allah swt dalam Al-Qur’an dan Hadis Rasulullah saw antara lain
sebagai berikut :
- Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu
ni’mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. (Q.S.5 Al Maidah ayat 3).
- Telah sempurnalah kalimat Tuhanmu (Al Qur’an) sebagai kalimat yang benar dan adil. Tidak ada
yang dapat merobah-robah kalimat-kalimat-Nya dan Dia-lah yang maha mendengar lagi maha
mengetahui. (Q.S. 6 Al-An’am ayat 115)
Hasan bin Mahmud Audah, Mantan Muballigh dan Direktur Umum Seksi Bahasa Arab Jema’at
Ahmadiyah Pusat London menulis dalam Bukunya Ahmadiyah Kepercayaan-Kepercayaan dan
Pengalaman-Pengalaman halaman 178 mengatakan :
“Sungguh telah jelas dan telah tetap bagi saya bahwa kenyataan-kenyataan (fakta) yang diketahui
yang tersembunyi dalam buku-buku Mirza Gulam adalah tidak diketahui oleh kebanyakan orang-
orang Ahmadiyah.
Sungguh buku-buku karangan Mirza Gulam adalah cukup untuk membatalkan semua pengakuannya
sebagai pembaharu (mujaddid), sebagai Nabi, sebagai Al-Masih, sebagai Al-Mahdi.
Dan kebanyakan wahyu-wahyu yang diterima Mirza Gulam dari tuhannya adalah bertentangan
dengan Al-Qur’an dan Sunnah dan Ijma ditambah kepada bertentangannya dengan akal, logika dan
akhlak yang baik. Ini diketahui bahwasanya wajib atas setiap orang Ahmadiyah untuk mengimani
wahyu yang turun kepada Mirza Gulam seperti dia beriman kepada Al-Qur’an”.

5. Tempat Suci Jemaat Ahmadiyah


Ahmadiyah mempunyai tempat suci sendiri yaitu Qadian di India dan Rabwah di Pakistan. (Amin 46)
Dalam Kitab-kitab ajaran Ahmadiyah menempatkan Qadian dan Rabwah sebagai Kota Suci sebagimana
halnya Ummat Islam mempunyai kota suci yaitu Makkah, Madinah dan Masjidil Aqsha di Yerussalem.
Hal tersebut dapat dilihat sebb:
- Saya telah melihat dalam salah satu kasyafku bahwa Al-Qur’an Al-Karimlah menyebut tiga nama
kampung dengan memuliakan dan mengagungkan-yaitu Makkah-Madinah dan Qadiyan”. (Kitab
Ruhani Khazain jilid 3 hal 140) Chinioti 20
- Sesungguhnya sekedar tinggal di Al-Qadian saja, lebih baik dari pada haji sunnah. (Ainah Kamalat
Islam 352. RK 5). Chinioti 22
- Muktamar tahunan kita adalah haji. Dan sesungguhnya Allah memilih tempat untuk haji di Al-
Qadian …. Terlarang disana untuk berkata kotor, fasik dan berbantahan (Barabet Al-Khilafat 705
oleh putra Al-Qadiani)
- Tak ada Islam tanpa iman kepada Ghulam Al-Qadiani dan tak ada haji tanpa kehadiran di muktamar
Al-Qadiani. Haji ke Makkah tidak menyalakan misinya dan tidak mencapai tugasnya. (Koran Al-
Qadianiyah Bigham Shulk 19 April 1933) Chinioti 22
- Semua tempat pekuburan tidak akan bisa menandingi tanah ini (Bahishti Maqbarah).Tadzkiroh hal
707, Audah hal 258
- Saya menyatakan kepadamu dengan jujur bahwasanya Allah memberi tahu saya bahwa tanah
Qadian mendapat berkah, turun kepadanya berkah yang sama dengan yang turun di Makkah dan Al-
Madinah Al-Munawarah.(Ucapan putra Qadiani, Koran Al-Fadhl 10 Desember 1932) Chinioti 21
- Orang yang bersiarah ke kubah Al-Masih yang dijanjikan (Al-Qadian) yang putih, ia mendapatkan
berkah yang khusus untuik kubah hijau Nabi di Madinah. Alangkah celakanya orang yang tidak
mendapatkan kenikmatan ini dalam haji akbar ke Qadian. (Koran Al-Fadhl 18 Desember 1922)
Chinioti 21
Ummat Islam hanya mengakui tiga tempat suci yaitu : Masjidil Haram di Makkah, Masjid Nabawi di
Madinah dan Masjidil Aqsha di Yerussalem. Begitulah Keyakinan Ummat Islam sebagaimana yang
tercantum dalam Al-Qur’an dan Hadits Rasullah .

6. Masalah Imam Mahdi


Mirza Gulam Ahmad datang dan menda’wakan dirinya sebagai Al Masih dan Imam Mahdi (Audah
12 & Haq 9) . Mirza menyandarkan pada sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah dalam kitab
sunannya berbunyi : “Tidak ada Mahdi kecuali Isa”.
Inilah satu-satunya hadis yang menyokong pengakuan Mirza bahwa dirinya Al-Masih dan Al-Mahdi
sekaligus. (Audah 151)
Kepercayaan tentang akan datangnya Imam Mahdi menegakkan keadilan dan membela kebenaran
melawan kebatilan berkembang di dalam masyarakat, agama, budaya sejak dulu. Orang pun menunggu-
nunggu kedatangan Imam Mahdi, sementara itu beberapa orang sudah datang menda’wakan dirinya
bahwa dialah Imam Mahdi yang ditunggu-tunggu itu dan dipercaya oleh sebagian orang meskipun banyak
tidak percaya malahan menentang. Contoh mereka yang ditunggu kedatangannya sebagai Imam Mahdi
adalah :
- Di Makassar ada kepercayaan bahwa di akhir zaman akan datang Karaeng Data membawa keadilan
dan akan berkumpul dengan pengikut-pengikutnya di Lapangan Karebosi.
- Di Jawa ada kepercayaan bahwa setelah terjadi Perang Baratayudha akan datanglah Ratu Adil, itulah
Imam Mahdi. (Hamka, Membahas soal-soal Islam 427)
- Di Jakarta, dan dari Tanjungpura Langkat datang menemui Buya Hamka orang yang mengaku Imam
Mahdi
- Di Kalangan Syi’ah aliran Itsnai Asyarah, Imam ke-12 Muhammad Ibn Al-Hasan yang beroleh
panggilan Al-Mahdi Al-Muntazhar lenyap pada tahun 260 H / 874 M . Hilang tidak meninggalkan jejak
sehingga dipercaya diangkat kelangit dan sekarang masih tetap hidup menjelang kedatangan kembali
dimuka bumi untuk membangun Kerajaan Allah di muka bumi. (Syi’ah, Yusuf Sou’yb 36, 49)
- Dari kalangan Syi’ah di Iran muncul Faham Baha’i pada pertengahann Abad ke 19. Pencetusnya
ialah Mirza Ali Muhammad yang menda’wakan dirinya sebagai Al-Bab (Pintu) yang menghubungkan
manusia dengan Imam yang hilang. Mirza Ali Muhammad mengangkat dirinya Imam Mahdi.
Setelah meninggal tahun 1853, ajarannya dikembangkan muridnya Mirza Husain Ali bergelar
“Bahaullah”. Iapun mengangkat dirinya sebagai Nabi, juga Al Masih yang dijanjikan. (Amin 87 & 88)
- Di Kalangan Yahudi, ketika mengalami penderitaan yang besar dan tekanan di Eropa setelah Great
Diaspora; Pada tahun 1666 M muncullah Rabbi Yahudi dari Saloniki yang bernama Sabbathai Zevi,
mengaku sebagai Al-Masih yang dijanjikan untuk membangun Kerajaan Yehuwa di muka Bumi bagi
Bangsa Yahudi. (Syi’ah, Yusuf Sou’yb 51)
- Di Kalangan Ahmadiyah, Mirza Gulam Ahmad dipercaya sebagai Al-Masih sekaligus Imam Mahdi.
Menurut Dr. Ahmad Amin, dalam Dhuhal-Islami Jilid III, halaman 235, bahwa di dalam Al-Qur’an tidak
ada ajaran serupa itu. Bahkan kata al-Mahdi itu tidak pernah dijumpai dalam Kitab Suci Al-Qur’an. Itu
adalah ajaran yang menyelusup ke dalam Islam. (Syi’ah, Yusuf Sou’yb 49)
Ibnu Khaldum, ahli sejarah Islam yang masyhur, telah membahas panjang lebar tentang hadis-hadis yang
membicarakan Imam Mahdi itu, beliau mengambil kesimpulan bahwasanya Hadis-hadis Mahdi tidak ada
yang dapat dipegang teguh, pendeknya kacau balau. (Hamka, Membahas soal-soal Islam 426).
Sayid Rasyid Ridha di dalam Tafsirnya yang bernama “Al-Manar” setelah membahas panjang lebar Tafsir
juz 9 dari halaman 499 sampai 507, mengambil kesimpulan bahwa hadis-hadis Mahdi itu tidak sebuah juga
yang sah, yang dapat diambil menjadi alasan untuk dijadikan aqidah. Satu sama lain bertentangan,
berlawan-lawanan. (Hamka, Membahas soal-soal Islam 426).

7. Kedatangan Nabi Isa


Dijumpai beberapa hadis yang mengabarkan tentang akan datangnya Nabi Isa as pada akhir zaman,
diantaranya ada yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim. (Haq 145) :
“Demi Tuhan yang nyawaku berada di tangannya, sungguh hampir akan turun kepadamu (Isa)
anak Maryam menjadi hakim yang adil , lalu ia memecahkan salib dan membunuh babi, tidak
menerima jizyah, dan hartapun menjadi banyak sehingga tiada seorangpun yang mau
menerimanya”. (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fath al-Bari …., juz XII h.302) Haq 150
Golongan Ahmadiyah yakin bahwa Nabi Isa as. sudah mati, kuburannya di Srinagar Kashmir dikenal
dengan kuburan Yus Asaf (h.putih 175). ( Yuz Asaph, Yeshua, Jesus Kristus -Joesoef Sou’yb hal 28)
Menurut Ahmadiyah, kalau Nabi Isa as sudah mati, tidak mungkin hidup kembali lalu datang ke bumi.
Mengenai hadis tentang kedatangan Nabi Isa pada akhir zaman tidak bisa difahami secara hakiki bahwa
yang akan datang itu adalah Nabi Isa as, putra Maryam yang pernah datang ke tengah-tengah Bani Israil
dahulu. Seharusnya hadis itu difahami secara majazi, bahwa yang akan datang itu adalah dari kalangan
Islam sendiri, orangnya ialah Mirza Gulam Ahmad yang lahir di Qadian tahun 1835 M. Dalam kitab
Tadzkirah disebutkan “Segala puji bagi Allah yang telah menjadikan dirimu Al-Masih putra Maryam”
(Tadzkirah hal 622) Audah 262.
Agar sesuai dengan hadis Nabi Muhammad saw bahwa “Dia (Isa Al-Masih Ibnu Maryam) diturun Allah
dekat menara putih sebelah timur Damsyiq (HM.2480/380)” , Ahmadiyah membangun sebuah menara
didekat rumah Mirza Ghulam Ahmad di Qadian, India. (Hariadi 72). Disebut menara “Al-Masih” ,
disunnatkan berdoa ketika melihatnya pertama kali. (Audah 32)
Adapun kedatangan Isa Al-Masih, masih tetap menjadi masalah yang diperselisihkan dikalangan ummat
Islam namun semuanya menolak Mirza Ghulam Ahmad sebagai Isa Al-Masih. Terdapat dua golongan yang
berbeda pendapat dalam masalah ini. (Haq 138)
- Pendapat Pertama; Golongan yang percaya bahwa sampai saat ini Nabi Isa Al-Masih masih hidup dan
akan datang di akhir zaman untuk memperbaiki keadaan ummat.
- Pendapat Kedua; Golongan yang berkeyakinan bahwa Nabi Isa Al-Masih sudah wafat dan tidak akan
datang lagi.
Menurut Hamka Haq Al-Badry dalam bukunya Koreksi Total terhadap Ahmadiyah halaman 148 bahwa :
Dari dua pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Golongan yang berkeyakinan “Nabi Isa Al-
Masih sudah wafat dan tidak akan datang lagi itulah yang punya dasar kuat” dari dalil-dalil Al-Qur’an
yang disertai dengan beberapa argumentasi logis. (Haq 148)
Namun demikian, baik pendapat pertama maupun pendapat kedua tersebut, semuanya tidak sesuai dengan
faham dari golongan Ahmadiyah. Walaupun golongan pertama percaya bahwa nabi Isa as akan turun
kembali ke bumi atau datang untuk kedua kalinya, namun Isa Ai-Masih yang dimaksud mereka ialah Isa
yang telah pernah datang ke tengah-tengah bani Israil dahulu, sehingga pendapat mereka itu jelas tidak
sesuai dengan keyakinan Ahmadiyah bahwa Isa Al-Masih itu adalah seorang dari kalangan Islam sendiri
bernama Mirza Ghulam Ahmad. Terlebih lagi pendapat kedua, golongan yang meyakini bahwa Nabi Isa as
mustahil akan turun karena ia telah wafat, tidak memberi tempat sedikitpun kepada siapa saja yang
mengaku Isa Al-Masih seperti Ghulam Ahmad itu. (Haq 148)
Menurut Joeseof Sou’yb dalam bukunya Isa Al-Masih Masih Hidup ataukah Sudah Mati, hal.13
mengatakan “Saya sendiri berpendirian bahwa Isa Al-Masih itu tidak diangkat ke langit, dan justru sudah
mati dan akan tidak turun kembali ke bumi menjelang saat kiamat”.
- Tidak ada sepotongpun ayat dalam Al-Qur’an yang menyatakan bahwa Isa Al-Masih itu diangkat naik
ke langit dan sampai kini masih hidup di langit dan nanti akan turun kembali ke bumi pada akhir
zaman.(Joesoef 116)
- Hadis-hadis yang datang mengenai hal itu, semuanya adalah hadis Aahad; Tidak layak untuk dijadikan
dalil terhadap pokok permasalahan ini karena tidak mencapai batasan Mutawatir. (Joesoef 83).
Dari sejarah pengumpulan hadis sebelum Bukhari, Muslim, Abu Daud, Alhakim, Imam Ahmad dll kegiatan
serupa sudah dilakukan oleh :
- Emir Abu Bakar bin Muhammad bin Amru bin Hazmi (Gubernur di Madinah) mendapat instruksi dari
Khalifah Umar bin Abdul Aziz (99-101 H) supaya mengumpulkan dan mencatat hadis-hadis Rasulullah
saw.
- Imam Malik bin Anas (97-179 H) di Madinah, mengumpulkan hadis-hadis Rasulullah saw dalam
kitabnya Al-Muwathak.
Seluruh hadis yang berhasil dikumpulkan oleh Emir Abu Bakar dan Imam Malik tidak ada agak sebuah
hadispun mengenai Isa Al-Masih itu diangkat naik ke langit dan masih hidup di langit dan nanti akan turun
pada akhir zaman. Dengan begitu nyatalah bahwa hadis-hadis tentang Isa Al-Masih itu barulah tersebar
pada abad ke-3 H setelah firqah-firqah makin berkembang biak dalam dunia Islam. Andaipun
diumpamakan bahwa hadis-hadis serupa itu telah ada dan telah tersebar pada masa sebelum abad ke-3 H itu,
nyatalah hadis-hadis itu tidak beredar dalam wilayah Madinah Al Munawwarah, yang merupakan pusat
Islam, akan tetapi pada daerah-daerah terjauh dari Pusat Islam itu. (Joesoef 96 & 125)
Dr. M. Quraish Shihab berpendapat sama dengan Joesoef Sou’yb. Dalam Bukunya berjudul Lentera Hati
halaman 440 beliau menulis “Bahwa hadis-hadis yang berbicara tentang turunnya (Isa Almasih) ke bumi
nanti, semuanya tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya”.

8. Kewajiban Taat Kepada Pemerintah Inggris dan Pembatalan Jihad


Hubungan Mirza Gulam Ahmad (Nabi) dengan Inggris, bukan hanya hubungan antara seorang muslim
yang hendak berterima kasih kepada orang yang berbuat baik kepadanya, tetapi lebih dekat kepada
hubungan seorang pelayan kepada seorang majikan. Mirza Gulam Ahmad berkata :
- Telah diwajibkan kepada kami dan kepada keturunan kami untuk berterima kasih kepada Pemerintah
Britania (Inggris Raya) yang diberkahi ini. ((Ruhani Khazain : Jilid 3 hal. 166) Audah 276
- Wajib kepada setiap muslim untuk taat kepada pemerintahan ini (Inggris) dengan ketaatan yang
sebenarnya. (Ruhani Khazain : Jilid XV hal. 114) Audah 148
- Tidak samar lagi atas pemerintah yang diberkahi ini (Britania), Saya termasuk dari para pelayannya,
para penasehatnya dan para pendo’a bagi kebaikan-nya dari dahulu dan dar setiap waktu aku datang
kepadanya dengan hati yang tulus. (Ruhani Khazain, Jilid 8 hal 36) Audah 148
- Miirza Gulam Ahmad berkata lagi : Sesungguhnya Madzhabku dan Kepercayaanku yang aku ulang-
ulang, adalah bahwa Islam itu dua bagian;
Bagian Pertama : Taat kepada Allah.
Bagian Kedua : Taat kepada Pemerintaha Britania (Inggris Raya)yang telah memberi keamanan pada
kami dan dan telah melindungi kami daro orang-orang yang dolim. (Ruhani Khazain jilid 6 hal.380)
Audah 277
- Saya tahu bahwa Allah Taala telah menjadikan pemerintahan Inggris sebagai pelindung dan tempat
mengungsi bagi diriku dan bagi jemaahku dengan kebaikannya yang istimewa. Ketentraman ini yang
telah kami raih di bawah naungan pemerintahan ini tidak mungkin akan bisa dicapai di Makkah atau
di Madinah Al Munawwarah. (Ruhani Khazain, jilid 15, hal 156) Audah 276
- Sungguh telah aku habiskan kebanyakan umurku untuk mengokohkan dan membantu pemerintahan
Inggris. Dan dalam mencegah jihad dan wajib taat kepada pemerintah (Inggris), aku telah mengarang
buku-buku, pengumuman-pengumuman, dan brosur-brosur yang apabila dikumpulkan tentu memenuhi
50 lemari. (Ruhani Khazain, Jilid 15 hal 155) Audah 276
- Sungguh telah dibatalkan pada hari ini hukum jihad dengan pedang. Maka tidak ada jihad setelah
hari ini. Barang siapa mengangkat senjata kepada orang-orang kafir, maka dia telah menentang
Rasulullah…., sesungguhnya saya ini adalah Al-Masih yang ditunggu-tunggu, tidak ada jihad dengan
senjata setelah kedatanganku sekarang ini. (Ruhani Khazain, Jilid 16 hal 28) Audah 148
Mengenai ajaran Ahmadiyah yang mewajibkan taat kepada Pemerintah Inggeris, Bung Karno menulis pada
tanggal 25 Nopember 1935, ketika masih dalam pembuangan Pemerintahan Kolonial Belanda di Ende,
Flores sebagai berikut :
- Saja tidak pertjaja bahwa Mirza Gulam Ahmad seorang nabi dan belum pertjaja pula bahwa ia
seorang moedjaddid,
- Saja tidak setudjui dan malahan saja tolak “pengeramatan” kepada Mirza Gulam Ahmad,
- Saja tidak setujui dan malahan saja tolak mereka punja ketjintaan kepada Imperialisme Inggeris.
(Ir.Sukarno, Dibawah Bendera Revolusi, Djilid Pertama, halaman 345-346).
Kalau seandainya Indonesia dan negara-negara jajahan di Asia dan Afrika menganut ajaran Ahmadiyah
maka dipastikan tidak ada yang merdeka karena mereka wajib taat kepada Negara penjajahnya. (Haryadi
CD)

9. Riwayat Hidup Mirza Gulam Ahmad


Mirza Ghulam Ahmad, pendiri Jemaat Ahmadiyah yang mengaku sebagai nabi dan menerima wahyu dari
Allah, lahir di Qadian pada tanggal 15 Februari 1835. Ayahnya bernama Mirza Ghulam Murtadha, yang
bekerja sebagai pegawai tinggi pemerintah kolonial Inggris di India yang mengabdikan segenap
hidupnya demi kelancaran roda penjajahan Inggris (Haq 24).
Mirza Ghulam Ahmad meninggal dunia di Lahore pada tanggal 26 Mei 1908 dalam usia 73 tahun. (Haq
25& Amin 196). Dikuburkan di Bahesty Maqbaroh atau Pekuburan Surga di Qadiyan, (Audah 34 & 35).
Sejarah hidup Mirza Gulam Ahmad terdapat dalam Buku Sirotul Mahdi (terdiri dari 3 jilid) yang dikarang
oleh Bashiruddin Mahmud Ahmad, Putra Mirza Gulam Ahmad yang diberi julukan “Qomarul Anbiya”.
Penyebaran buku ini diberhentikan oleh Ahmadiyah karena isinya membongkar aib (kecacatan) kehidupan
Mirza Gulam Ahmad.(Audah hal 173, 280). Lihat Audah 271& H.Putih 218.
Berikut cuplikan Buku Sirotul Mahdi (Riwayat Hidup Mirza Ghulam Ahmad) Audah 271-276) :
- Riwayat no. 369, Mirza Gulam Ahmad mempunyai penyakit hysteria (gangguan syaraf), sehingga dia
(Mirza Gulam) suka terjatuh ke bumi dan tidak bisa mengimami shalat.
- Riwayat no. 638, Dia (Mirza Gulam) shalat sambil mengunyah susu dalam mulutnya sehingga tidak
batuk.
- Riwayat no 655, Dia (Mirza Gulam) menjelaskan minuman khamar dan candu seperti obat.
- Riwayat no. 672, Dia (Mirza Gulam) tidak pernah menunaikan ibadah haji sama sekali.
- Riwayat no. 1, Dia (Mirza Gulam) tidak pernah beristigfar (meminta ampun dosa) kepada Allah sama
sekali.
- Riwayat no. 696, Dia (Mirza Gulam) memerintahkan isterinya untuk berdiri di sampingnya diwaktu
shalat, sehingga apabila dia jatuh, maka ia jatuh di atasnya.
- Riwayat no. 780, Seorang pelayan wanita, “Banu” namanya, memijit-mijit badan Mirza Gulam di atas
kasur.
- Riwayat no. 786, Wanita-wanita yang haram, menjaga Mirza diwaktu malam.
- Riwayat no. 896, Zainab, salah seorang gadis pelayan, terjaga (tidak tidur) dalam melayani Mirza
Gulam sampai waktu fajar.
- Riwayat no. 327, Sahabat dekatnya, Nuruddin, dan sebagai khalifah pertamanya, tidak menyukai
mandi.
- Riwayat no. 359, Dia (Mirza Gulam) memberi fatwa bahwa shalat itu sah walau tanpa membaca Sura
Al-Fatihah.
- Riwayat no. 505, Dia (Mirza Gulam) meramalkan tidak baik (menganggap sial) dari nama Fatimah dan
Said.
- Riwayat no. 553, Dia (Mirza Gulam) hanya sedikit sekali menghapal Al-Qur’an.
- Riwayat no. 665, Dia (Mirza Gulam) menjelaskan bahwa dia adalah Ruh Islam. Dan Islam tanpa dia
adalah bangkai.
- Riwayat no. 88, Sungguh Allah telah membukakan atasku keutamaan yang besar pada hari ini, Dia
(Allah) taala terus menerus berbicara denganku hingga waktu-waktu yang akhir sekali. Andaikan semua
yang diucapkan-Nya itu aku tulis, tentu akan memenuhi kertas-kertas yang banyak.

10. Nubuat Mirza Gulam Ahmad tidak Terbukti


Nubuat adalah kabar-kabar mengenai masa depan. Contoh nubuat Mirza Gulam Ahmad yang katanya
berdasarkan wahyu adalah sebagai berikut :
a. Nubuat mendapatkan Muhammadi Begum sebagai isterinya.
Mirza Gulam Ahmad ketika usia hampir 60 tahun, tergila-gila mencintai pada gadis belia Muhammadi
Bequm, putri Ahmad Beg. Untuk mewujudkan impiannya itu turunlah banyak wahyu dari tuhannya
Mirza Gulam Ahmad antara lain seperti berikut :
“Maka Allah mewahyukan kepadaku, hendaklah engkau melamar anak perempuannya yang paling
besar untukmu, dan katakanlah kepadanya (Ahmad Beg) agar dia menjadikan engkau sebagai
menantu terlebih dahulu”. (Tadzkirah hal.157) Amin 62
Si gadis menolak cintanya, bahkan gadis tersebut menikah dengan laki-laki lain, maka Mirza Gulam
Ahmad marah dan memberi ancaman kepada gadis tersebut dan berkata bahwa Allah telah memberi
wahyu kepadanya :
“Kami akan membinasakan suaminya sebagaimana kami membinasakan bapanya dan Kami akan
mengembalikan (gadis tersebut) kepadamu”. (Tadzkirah hal 226) Audah 151
“Sesungguhnya perempuan itu akan menjadi janda. Suami dan ayahnya akan mati hingga 3 (tiga)
tahun dari hari pernikahannya. Selanjutnya aku akan mengembalikan dia (perempuan itu) padamu
setelah kematiannya dan salah seorang dari mereka berdua (bukan termasuk dari) orang yang
durhaka”. (Tadzkirah hal 166) Audah 267
(Hasan Audah mengementari wahyu ini menggunakan bahasa Arab yang jelek, canggung).
Nubuat ini tidak terbukti; Gadis itu dan suaminya ternyata tidak mati setelah 3 tahun dari hari
pernikahannya, bahkan Mirza Gulam Ahmad sendiri yang mati duluan. Wahyu Mirza ini tidak terbukti.
b. Nubuat bagi mereka yang berani menghina Mirza Gulam Ahmad dan Jema’atnya apalagi berani
melakukan mubahalah dengannya, pasti akan mati hina secara mengerikan dalam waktu tidak lebih dari
satu tahun. (Hariadi 148)
Mereka yang pernah melakukan tantangan mubahalah kepada Ahmadiyah, tetapi ternyata nubuat Mirza
Gulam Ahmad tidak terbukti ialah :
- Haji Irfan, (Kampung Sawing, Desa Pancor, Lombok Timur) pada tahun 1983, bermubahalah
dengan Ahmad Hariadi (Muballigh Ahmadiyah Lombok Timur) (Hariadi 51). Ternyata sampai
dengan waktu yang ditentukan (3 bulan), Haji Irfan sehat-sehat saja. Tidak mati.
- Ahmad Hariadi (Mantan Muballigh Ahmadiyah) pada tahun 1988 bermubahalah dengan
Khalifah ke-IV Mirza Tahir Ahmad (Hariadi 134). Ternyata sampai dengan waktu yang
ditentukan (1 tahun), Ahmad Hariadi sehat-sehat saja. Sebaliknya Mirza Tahir Ahmad meninggal
lebih dahulu pada tahun 2003.
Tahir Ahmad, Khalifatul-Masih IV bersumpah bahwa : Ahmad Hariadi akan ditimpah la’nat dari
Allah, akan mati hina dalam jangka waktu tidak lebih dari satu tahun. Jika tidak maka saya beserta
seluruh orang-orang Ahmadiyah yang ada di pelosok dunia bersedia untuk keluar dari Ahmadiyah
dan membubarkan Jema’at tersebut, Kami semua akan menggabungkan diri kepada Agama Islam
yang Haq. (Haryadi 129)
Karena batas waktu 1 tahun dari tgl 16 Oktober 1988 sudah lewat sedang Ahmad Hariadi masih
tetap sehat bugar, tidak mati maka Dia menagih janji kepada Mirza Tahir Ahmad beserta
pengikutnya diseluruh dunia keluar dan membubarkan Ahmadiyah, kembali Agama Islam yang Haq
(Hariadi 142) tetapi Mirza Tahir Ahmad beserta pengikutnya ingkar janji / sumpahnya
- M. Amin Djamaluddin, (Ketua LPPI) pada tahun 1989, bermubahalah dengan Syafi’ Raja Batuah
(Sekretaris P.B. Ahmadiyah dalam Bidang Pertablighan (Amin 65). Ternyata M. Amin Djamaluddin
tidak mati. Sebaliknya Syafi’ Raja Batuah yang meninggal dunia lebih dahulu pada tanggal 10
Maret 1991, dengan jalan mengerikan di R.S.Cipto, Jakarta (Hariadi 178).
Kalau dahulu mubahalah itu merupakan senjata yang paling ampuh untuk menakut-nakuti orang,
sekarang pihak Ahmadiyah tidak berani lagi mengobral ajakan mubahalah setelah banyak tokoh mereka
yang mati. (Amin 65)

11. Mantan Muballigh Ahmadiyah yang bertaubat kembali ke Ajaran Islam yang Benar.
 Ahmad Hariadi, lahir di Kediri, tanggal 2 Januari 1952, ayahnya seorang NU bernama Haji Mahfudz.
Bai’at masuk Jama’at Ahmadiyah Qadiani di Bandung pada bulan Desember 1973. Setelah masuk
Ahmadiyah, Dia tugaskan sebagai muballigh Ahmadiyah. Lebih dari 10 cabang pernah dia bertugas,
diantaranya Medan, Kebayoran Jakarta, Bali dan Lombok.
Pada tahun 1979 dia pergi ke Qadian melihat langsung keadaan pengikut-pengikutnya dan berjumpa
dengan para pemimpinnya termasuk orang yang mereka sebut Khalifatul Masih ke-3 Mirza Nasir
Ahmad di Rabwah. Ahmad Hariadi menerima Wasiyyat Certificate disebut Muushi, diakui oleh Pusat
di Rabwah sebagai seorang Ahmadiyah sejati yang dijamin masuk surga oleh Mirza Gulam Ahmad.
Setelah 10 tahun menjadi muballigh Ahmadiyah, mengetahui dan menyaksikan langsung para pemimpin
Qadiani melakukan penodaan agama Islam yang suci, merusak aqidah dan memecah belah ummat
makap pada tanggal 3 April 1986, Ahmad Hariadi mengumumkan secara resmi keluar dari Ahmadiyah.
Lalu menulis buku “Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah Qadiani” dan “Seruan untuk
Mencampakkan Diinunnas (Ahmadiyah)”
 Hasan bin Mahmud Audah, lahir di Haifa (Israel), tanggal 25 Desember 1955, ayahnya bernama
Mahmud Audah, Ketua Jema’at Ahmadiyah di Haifa.
Pada tanggal 13 Agustus 1979 pergi ke Qadian, memperdalam ajaran Ahmadiyah di kota asalnya dan
melihat tempat-tempat yang disucikan disana. Pada tanggal 17 Nopember 1979, Hasan Audah
menggabung dengan golongan Muushi yaitu penerima Wasiyyat Certificate yang dijamin masuk surga.
Menikah dengan Mubarokah Toyyibah, putri Syudziri Said Ahmad, Pengurus Ahmadiyah di Qadiyan.
Pindah ke London pada tanggal 19 Okt 1985 sebagai Da’i Ahmadiyah di Britania. Hasan Audah
ditunjuk sebagai Direktur Umum Seksi Bahasa Arab dalam Jema’at Ahmadiyah, tugas ini
mendekatkannya dengan Khalifah Mirza Tahir Ahmad yang memuji dan menilai baik tugas, Dia
mendapat surat pengakuan Khalifah yang menganggapnya sebagai buah do’anya dan do’a Khalifah-
Khalifah sebelumnya. (audah 81&183)
Pada hari Senin 17 Juli 1989, Hasan Audah keluar dari Ahmadiyah, empat hari kemudian
mengumumkan sesudah khotbah Jumat di Masjid di kota Slaugh, Inggris. Jejak Hasan Audah diikuti
sudaranya Ahmad Audah, Ketua Jemaat Ahmadiyah di Swedia dan Shalih Audah, Guru Sekolah
Ahmadiyah di Haifa. (166,176), kemudian Thaha Razaq, Ketua Ahmadiyah di Yordania (182), Haji Abu
Bakar Said dan S.P Tayo dari Ghana (209) seterusnya beraratus-ratus orang meninggalkan Ahmadiyah
kembali kepada Islam (205)
Setelah keluar, Hasan Audah menerbitkan Surat Kabar “Attaqwa” terbitan perdana tanggal 17
Desember 1990 memuat seruan kepada orang-orang Ahmadiyah supaya sadar bahwa Mirza Gulam
Ahmad telah menipu dan menyesatkan, Mirsa bukan nabi. Mengajak keluarganya, dan kepada Khalifah
Tahir Ahmad beserta anggota Ahmadiyah lainnya supaya kembali kepada Islam.
Pada tahun 1998 Hasan Audah menerbitkan buku berjudul “Al-Ahmadiyyah, Aqa’id wa Ahdats”
terjemahan dengan judul “Ahmadiyah Kepercayaan-Kepercayaan dan Pengalaman-Pengalaman”
Buku yang ditulis oleh kedua mantan muballigh Ahmadiyah tersebut di atas sangat bagus dibaca bagi
mereka yang hendak mengetahui lebih banyak tentang “Apa itu Ahmadiyah?” karena ditulis berdasarkan
fakta yang dialami sendiri dan disaksikan langsung oleh penulisnya sehingga sangat wajar dipercaya.
Bukan “fitnah” sebagaimana yang sering dilontarkan oleh orang Ahmadiyah kepada orang Islam yang
menentang gerakan Ahmadiyah.

12. PENOLAKAN & PELARANGAN AHMADIYAH


Sebelum SKB Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung RI Nomor 3 tahun 2008, No.
KEP-033/A/JA/6/2008 dan No.199 Tahun 2008 ; sudah ada beberapa Surat Keputusan / Dokumen yang
dikeluarkan menyangkut penolakan dan pelarangan Ahmadiyah antara lain sebagai berikut :
 Keputusan Musyawarah Nasional Ke-II MUI No.05/Kep/Munas II/MUI/1980 tanggal 1 Juni 1980
tentang Fatwa ;
Sesuai dengan data dan fakta yang ditemukan dalam 9 buah buku tentang Ahmadiyah, maka
Majelis Ulama Indonesia menfatwakan bahwa Ahmadiyah adalah jama’ah di luar Islam, sesat dan
menyesatkan.
 Surat Kejaksaan Agung RI. No. B.476/D.I/5/1980 tanggal 29 Mei 1980 dan No. B.924/D.I/10/1980
tanggal 31 Oktober 1980 menilai :
- Aqidah Jemaah Ahmadiyah mengenai kenabian dan sebagai Imam Mahdi Mirza Ghulam Ahmad
adalah sangat bertentangan dengan aqidah yang dianut sebagian besar ummat Islam Indonesia.
- Hasil penelitian terhadap “Tadzkirah” yang memuat wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad,
ternyata merupakan pencampuradukkan beberapa ayat Al-Qur’an dengan kata-kata yang dibuatnya.
 Keputusan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara No. KEP-07/0.2/Dsb.1/02/1994 tanggal 12 Februari 1994
tentang larangan Kegiatan Ajaran Ahmaditah Qadian di Sumatera Utara,
Melarang kegiatan dalam bentuk dan cara apapun dari Aliran/Ajaran Ahmadiyah Qodian di seluruh
Daerah Propinsi Sumetera Utara;
 Keputusan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat No. 01/1/2 JBK/2/2/PAKEM/3/1976 tanggal 8 Maret 1976,
Bahwa kegiatan Jemaat Ahmadiyah dibekukan, karena dapat mengganggu stabilitas keamanan
 S.K. Kejaksaan Negeri Sedenreng Rappang No. Kep.172/N.3.16.3/2/1986, menetapkan :
Melarang untuk selama-lamanya Aliran/Ajaran Jemaah Ahmadiyah dengan segala kegiatannya di
Daerah Hukum Kejaksanaan Negeri Sidenreng Rappang.
 Rabithah al-Alam al-Islami dalam konferensi tahunan yang diadakan di Makkah Al-Mukarramah, Arab
Saudi tanggal 14-18 Rabiul Awwal 1394 H (April 1974) menfatwakan bahwa :
- Golongan Ahmadiyah itu adalah kafir dan keluar dari Islam.
- Golongan Ahmadiyah dilarang masuk ke Saudi Arabiah, baik haji, umrah atau bekerja.
 Keputusan Raja-Raja di Negara Malaysia dan Musyawarahnya yang ke 101 tanggal 18 Juni 1975,
Ahmadiyah keluar dari Islam dan tidak boleh menikmati hak-hak sebagai seorang Islam, termasuk
perkebumian di dalam tanah perkuburan Islam
 Radiogram Dirjen Urusan Haji dalam No.268/1974 tanggal 5 Nopember 1974 yang ditujukan kepada
Koordinator Urusan Haji Propinsi se Indonesia dan Koordinator Urusan Haji ABRI Dep Hankam
Jakarta,menyampaikan bahwa: “Para calon Jamaah Haji Ahmadiyah Qadiyan dilarang untuk memasuki
wilayah Saudi Arabia agar segenap Petugas Jamaah Haji untuk meneliti dan melarang kalau ada
anggota Ahmadiyah Qadian”.

12 Jumadil Akhir 1429 H


Makassar,
16 J u n i 2008 M

Diprosentasikan oleh : H. M. Djunaid


Dari buku yang ditulis : Ahmad Hariadi, Hasan bin Mahmud Audah, dll.
Untuk Bahan Kajian : Jama.ah Masjid Ismul A’zham Paropo - Makassar
(Diedarkan terbatas dilingkungan Jama’ah Sendiri)

__________________________________________________________________

Kitab Utama yang menjadi sumber ajaran Ahmadiyah a.l


 Kitab Tadzkiroh, Kumpulan wahyu, kasyaf dan mimpi Mirza Gulam Ahmad, cetakan ke 2 tahun 1956
Robuah,Pakistan. (Audah 280)
 Kitab Ruhani Khazain (terdiri dari 23 jilid), berisi kumpulan buku-buku karangan Mirza Gulam
Ahmad yang menghimpun lebih dari 80 buku dan surat-surat. (Audah 279)
 Kitab Sirotul Mahdi (terdiri dari 3 jilid) yang dikarang oleh Basyir Ahmad, Putra Mirza Gulam
Ahmad yang diberi julukan “Qomarul Anbiya”, Buku ini mengenai Sejarah hidup Mirza Gulam Ahmad
dan cara hidupnya. Penyebaran buku ini diberhentikan oleh Ahmadiyah karena isinya membongkar aib
(kecacatan) kehidupan Mirza Gulam Ahmad.(Audah hal 173, 280). Lihat Audah 271 HP218

REFERENSI
1. Al-Qur’an dan Terjemahannya, Departemen Agama RI, Terbitan Kompleck Percetakan Al-Qur’an
Kepunyaan Raja Fahd di Madinah Al-Munawwarah, Kerajaan Saudi Arabia, Tahun1419 H.
2. Terjemah Hadits Shahih Bukhari, H. Zainuddin Hamidy dkk, Penerbit Wijaya Jaklarta ,Cetakan
Keempat (Edisi Khusus) tahun 1996.
3. Terjemah Hadits Shahih Muslim, Ma’mur Daud, Penerbit Wijaya Jaklarta ,Cetakan Ketigabelas
(Edisi Khusus) tahun 1992.
4. Ahmad Hariadi, Mengapa Saya Keluar dari Ahmadiyah Qadiani, Mubahalah (Perang Doa)
Melawan Khalifah Qadiani, Seruan untuk Mencampakkan Diinunnas (Ahmadiyah), Oleh-oleh Dari
Pusat Ahmadiyah di London. Terbitan Yayasan Kebangkitan Kaum Muslimin
5. Hasan bin Mahmud Audah, Ahmadiyah Kepercayaan-Kepercayaan dan Pengalaman-Pengalaman,
Terjemahan oleh Dede A. Nasrudin dan E. Muhaimin dari judul asli Al-Ahmadiyyah, Aqa’id Wa
Ahdats , Terbitan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Jakarta, Cetakan Pertama
tahun 2002.
6. M. A. Suryaman, Bukan Sekedar Hitam Putih, Penerbit Arista Brahmatyasa Bogor, Cetakan
Pertama tahun 2005.
7. Ahmadiyah & Pembajakan Al-Qur’an, M. Amin Djamaluddin, Terbitan Lembaga Penelitian dan
Pengkajian Islam (LPPI) Jakarta, Cetakan Ketiga tahun 2002.
8. M. Amin Djamaluddin, Capita Selekta Aliran-Aliran Sempalan di Indonesia. Terbitan Lembaga
Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Jakarta, Cetakan Pertama tahun 2002
9. Asy-Syaikh Manzhur Ahmad Chinioti Pakistani, Keyakinan Al-Qadiani Kumpulan Tulisan dan
Ucapan Al-Qadiani, Terjemahan Mudzakkir M. Arif, M.A. dari judul asli Al-Qadiani
Wamu’taqadatuhu, Terbitan Lembaga Penelitian dan Pengkajian Islam (LPPI) Jakarta, Cetakan
Pertama tahun 2002.
10. Hamka, Membahas Soal-Soal Islam, Penerbit Pustaka Panjimas, Jakarta, Cetakan IV 1985
11. H.M.Yoesoef Sou’yb, Syi’ah Studi Tentang Aliran-Aliran dan Tokoh-Tokohnya, Terbitan PT. Al
Husna Zikra Jakarta, Cetakan 1 tahun 1997.
12. H.M.Yoesoef Sou’yb, Isa Al-Masih, masih Hidup ataukah sudah Mati, Terbitan Pustaka Alhusna
Jakarta, Cetakan Pertama tahun 1984.
13. Drs. Hamka Haq Al-Badry, Koreksi Total terhadap Ahmadiyah, terbitan Yayasan Nurul Islam
Jakarta, Cetakan Pertama Tahun 1981.
14. Ir. Sukarno, Dibawah Bendera Revolusi, Jilid Pertama, Cetakan ketiga, Panitya Penerbit Dibawah
Bendera Revolusi 1964
15. M. Quraish Shihab, Lentera Hati, Kisah dan Hikmah Kehidupan, Cetakan IX 1997, Terbitan
Mizan Bandung

12 Jumadil Akhir 1429 H


Makassar ,
16 J u n i 2008 M
PENOLAKAN & PELARANGAN AHMADIYAH DI BERBAGAI NEGARA
Jauh sebelum SKB Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri dan Jaksa Agung RI Nomor 3 tahun
2008, No. KEP-033/A/JA/6/2008 dan No.199 Tahun 2008 ; Aksi penolakan dan pelarangan Ahmadiyah
sudah merebak lama di berbagai wilayah Republik Indonesia dan diberbagai Negara yang mayoritas
penduduknya beragama Islam. Hal ini dapat dilihat dari Dokumen Resmi dan Surat Keputusan penolakan
dan pelarangan yang sudah diterbitkan sebagai berikut :
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1969 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau Penodaan
Agama,
pasal 1, Setiap orang dilarang dengan sengaja di muka umum menceritakan, menganjurkan atau
mengusahakan dukungan umum, untuk melakukan penafsiran tentang sesuatu agama yang dianut di
Indonesia atau melakukan kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan dari
agama itu; Penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu.
2. Keputusan Musyawarah Nasional Ke-II MUI No.05/Kep/Munas II/MUI/1980 tanggal 1 Juni 1980
tentang Fatwa ;
Sesuai dengan data dan fakta yang ditemukan dalam 9 buah buku tentang Ahmadiyah, maka Majelis
Ulama Indonesia menfatwakan bahwa Ahmadiyah adalah jama’ah di luar Islam, sesat dan
menyesatkan.
3. Keputusan Sidang Paripurna Lengkap Rakernas MUI tanggal 8 Maret 1984 Tentang Jemaat
Ahmadiyah Qadiani, menyeruhkan :
- Pemerintah untuk meninjau kembali Surat Keputusan Menteri Kehakiman RI. No.J.A.5/23/13
tanggal 13 Maret 1953 (tambahan Berita Negara No.26 tanggal 31 Maret 1953).
- Agar MUI, Majelis Ulama Daerah Tkt I & Tkt II, para Ulama dan Da’i diseluruh Indonesia,
menjelaskan kepada masyarakat tentang sesatnya Jemaat Ahmadiyah Qadiyani yang berada di
luar Islam.
- Bagi mereka yang telah telanjur mengikuti Jemaat Ahmadiyah Qadiyani supaya segera kembali
kepada ajaran Islam yang benar.
- Kepada seluruh ummat Islam supaya mempertinggi kewaspadaannya, sehingga tidak akan
terpengaruh dengan faham yang sesat itu.
4. Surat Kejaksaan Agung RI. No. B.476/D.I/5/1980 tanggal 29 Mei 1980 dan No. B.924/D.I/10/1980
tanggal 31 Oktober 1980 menilai :
- Aqidah Jemaah Ahmadiyah mengenai kenabian dan sebagai Imam Mahdi Mirza Ghulam Ahmad
adalah sangat bertentangan dengan aqidah yang dianut sebagian besar ummat Islam Indonesia.
- Hasil penelitian terhadap “Tadzkirah” yang memuat wahyu yang diterima Mirza Ghulam Ahmad,
ternyata merupakan pencampuradukkan beberapa ayat Al-Qur’an dengan kata-kata yang
dibuatnya.
5. Keputusan Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara No. KEP-07/0.2/Dsb.1/02/1994 tanggal 12 Februari
1994 tentang larangan Kegiatan Ajaran Ahmaditah Qadian di Sumatera Utara,
- Melarang kegiatan dalam bentuk dan cara apapun dari Aliran/Ajaran Ahmadiyah Qodian di
seluruh Daerah Propinsi Sumetera Utara;
- Memerintahkan kepada Kepala Kejaksaan Negeri dan Kepala Cabang Kejaksaan Negeri se
Sumatera Utara, untuk melaksanakan keputusan ini dan hasilnya supaya dilaporkan kepada
Kepala Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara;
6. Keputusan Kejaksaan Tinggi Jawa Barat No. 01/1/2 JBK/2/2/PAKEM/3/1976 tanggal 8 Maret 1976,
Bahwa kegiatan Jemaat Ahmadiyah dibekukan, karena dapat mengganggu stabilitas keamanan
(Amin 121).
7. S.K. Kejaksaan Negeri Subang No.Kep.01/1.2/JPKI.312/PAKEM/3/1976, menetapkan :
- Melarang penyebaran ajaran Ahmadiyah Qadian di Daerah Tingkat II Kabupaten Subang.
- Menganjurkan kepada para pengikut Ahmadiyah Qadian yang ada di Daerah Tk. II Subang untuk
meninggalkan ajarannya dan berorientasi kepada Ummat Islam lainnya di Dati II Subang.
8. S.K. Kejaksaan Negeri Selong No. Kep.11/IPK.32.2.III.3/II/1983 menyatakan bahawa :
- Majelis Ulama Indonesia menyetujui dan mendesak yang berwajib agar menghentikan kegiatan
Ahmadiyah Qadian di Lombok Timur.
- Untuk memelihara kerukunan hidup ummat beragama dan untuk memelihara keamanan, maka
Kejaksaan Negeri Selong memandang perlu mengeluarkan Pelarangan Kegiatan Jemaah
Ahmadiyah Cabang Pancor, Lombok Timur.
9. S.K. Kejaksaan Negeri Sedenreng Rappang No. Kep.172/N.3.16.3/2/1986, menetapkan :
Melarang untuk selama-lamanya Aliran/Ajaran Jemaah Ahmadiyah dengan segala kegiatannya di
Daerah Hukum Kejaksanaan Negeri Sidenreng Rappang.
10. S.K. Kejaksaan Negeri Sungai Penuh No. 01/J.612.3/DKS.3/4/1989 menyatakan :
- Melarang penyebaran Ahmadiyah Qadian yang dibawah oleh Ahmad Sulaiman ke Dati II
Kabupaten Kerinci.
- Mewajibkan kepada yang memiliki/menyimpan buku-buku ajaran Ahmadiyah Qadian supaya
menyerahkannya kepada Kejaksaan Negeri Sungai Penuh.
11. S.K. Kejaksaan Negeri Tarakan No. Kep.11/M.4.12.3/DKS.3/12/1989, menyatakan :
- Kejaksaan Negeri Tarakan melarang terhadap Ahmadiyah di Wilayah Bulungan..
- Mewajibkan kepada setiap orang yang memiliki dan menyimpan brosur pengajian Ahmadiyah
Qadian untuk menyerahkan kepada Kejaksaan Negeri Tarakan maupun Cabang Kejaksaan
Negeri Tarakan di Tanjung Selor dan Nunukan.
- Melarang ajaran-ajaran Jemaah Ahmadiyah Qadian yang diajarkan oleh Fasal Muhammad di
Wilayah Kabupaten Bulungan.
12. Peraturan Pemerintah Pakistan tahun 1984 (H.Putih 7) menyatakan bahwa :
- Kaum Ahmadiyah, di bawah ancaman hukuman, dilarang secara langsung atau tidak langsung
untuk menyebut diri mereka sebagai Muslim atau menyebut masjid sebagai tempat ibadahnya
atau menggunakan adzan sebagaimana Kaum Muslimin menggunakannya untuk tujuan
panggilan sembahyang.
- Kaum Ahmadiyah tidak boleh menyebarkan dengan perkataan atau dengan menulis atau dengan
mengatasnamakan agama mereka dengan maksud untuk mengajak orang lain (bergabung dengan
Ahmadiyah).
- Kaum Ahmadiyah dilarang menggunakan istilah atau sebutan seperti yang dialamatkan kepada
Nabi Muhammad atau ahlul bayt (keluaga)-nya untuk anggota masyarakat Ahmadiyah atau
untuk orang lain.
Tekanan Pemerintah Pakistan terhadap Kaum Ahmadiyah ini memaksa khalifah Ahmadiyah ke IV
Mirza Tahir Ahmad meninggalkan Pakistan, pindah ke London, Inggris.
13. Rabithah al-Alam al-Islami dalam konferensi tahunan yang diadakan di Makkah Al-Mukarramah,
Arab Saudi tanggal 14-18 Rabiul Awwal 1394 H (April 1974) menfatwakan bahwa :
- Golongan Ahmadiyah itu adalah kafir dan keluar dari Islam.
- Golongan Ahmadiyah dilarang masuk ke Saudi Arabiah, baik haji, umrah atau bekerja. (H.Putih
124, Hariadi 79-85)
- Tidak menguburkan mereka di tanah pekuburan kaum muslimin. Dan memperlakukan mereka
sebagai orang kafir. (Amin 101)
14. Keputusan Raja-Raja di Negara Malaysia dan Musyawarahnya yang ke 101 tanggal 18 Juni 1975,
Ahmadiyah keluar dari Islam dan tidak boleh menikmati hak-hak sebagai seorang Islam,
termasuk perkebumian di dalam tanah perkuburan Islam
15. Kebijaksanaan Pemerintah Malaysia tersebut juga diikuti oleh beberapa Negara lainnya, seperti
Brunai Darussalam.
16. Surat Atase Keagamaan, Kedutaan Besar Saudi Arabia di Jakarta, kepada Dirjen Bimas Islam dan
Haji Kementerian Agama Nomor : 79/50/958, tarikh 10 Rajab 1401 H. agar Indonesia sebagai
anggota aktif dari Rabithah Alam Islami mendukung keputusan-keputusan dari organisasi-organisasi
Islam Internasional berikut :
- Keputusan Rabithah Alam Islami yang dikeluarkan di Karachi.
- Keputusan Konferensi Organisasi-organisasi Islam di Makkah yang dikeluarkan pada bulan
Rabiul Awal 1394 H.
- Keputusan dan Rekomendasi Dewan Tertinggi Masjid se Dunia yang dikeluarkan dalam
sidangnya yang ke 2, ke 3, dank e 4 tahun 1397 H, 1398 H dan 1399 H.
- Keputusan Kantor Research, Ifta, Dakwah dan Irsyad di Kerajaan Saudi Arabia.
17. Keputusan-keputusan tersebut di atas secara aklamasi menyatakan bahwa ;
- Golongan Ahmadiyah ialah salah satu golongan destruktif yang menjadikan Islam sebagai kedok
untuk menutupi tujuannya yang busuk yang bertentangan dengan ajaran-ajaran Islam. Dan
pertentangan tersebut yang paling jelas adalah pengakuan pemimpinnya bahwa dirinya sebagai
nabi dan mengingkari Muhammad saw sebagai penutup kenabian serta menyelewengkan nash-
nash Al-Qur’an.
- Merekomendasikan agar disiarkan fatwa yang menyatakan bahwa golongan Qadianiyah sudah
keluar dari agama Islam.
- Dewan menegaskan kewaspadaannya terhadap golongan Qadianiyah dan menjelaskan
kesesatannya dan kekafirannya.
Kepada Kementerian Agama RI diharapkan memberikan perhatian sepenuhnya dalam mengambil
tindakan yang semestinya, untuk melarang kegiatan-kegiatan golongan Qadianiyah ini, dan
menjelaskan kesesatan serta kekafirannya kepada masyarakat Indonesia yang beragama. (Hariyadi
83-85)
18. Selanjutnya Dirjen Urusan Haji dalam Radiogram No.268/1974 tanggal 5 Nopember 1974 yang
ditujukan kepada Koordinator Urusan Haji Propinsi se Indonesia dan Koordinator Urusan Haji ABRI
Dep Hankam Jakarta,menyampaikan bahwa: “Para calon Jamaah Haji Ahmadiyah Qadiyan dilarang
untuk memasuki wilayah Saudi Arabia agar segenap Petugas Jamaah Haji untuk meneliti dan
melarang kalau ada anggota Ahmadiyah Qadian”. (Hariyadi 82)
____________________________________________________________________________
Pekuburan ahlisurga (Audah52, 53)
Nubuatan adalah Kabar-kabar mengenai masa depan (prophecy) (H.putih 9)
Anak mirza Gulam yang tdk percaya audah 37
Nubuatan ad kabar-kabar mngenai masa depan (h.putih 9)
Ajaran Ahmadiyah (Tex yg akan dihapus.
- Ahmadiyah mengakui adanya Nabi sesudah Nabi Muhammad saw yaitu ; Mirza Gulam Ahmad
yang lahir di Qadian, India pada tanggal 15 Februari 1835
- Ahmadiyah mempunyai Kitab Suci yang bernama Tadzkiroh (Audah 254)
Kebanyakan wahyu bertentangan dengan Al-qur’an Audah 178
- Ahmadiyah mempunyai Khalifah yang dipercayai sebagai orang suci yang menerima wahyu
dari Allah. Audah 146
- Ahmadiyah tempat-tempat suci tersendiri yaitu di Qadian, India .

- Putera sulung Al-Masih yang dijanjikan (yang mengaku nabi) dari isteri pertamanya bernama Fadhl
Ahmad, ketika wafat, tidak dishalati oleh ayah kandungnya sendiri, karena ia tidak percaya pada
pengakuan ayahnya, meskipun ia taat kepadanya dalam urusan-urusan duniawi. (Anwar Khilafat 91.
Koran Al-Fadhl, 7 Juli 1943 ) Chinioti 31

Anda mungkin juga menyukai