Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Masalah yang berkaitan dengan penyimpangan agama kini semakin marak


diberitakan. Apalagi permasalahan tersebut menyangkut penyimpangan agama.
Penyimpangan itu dapat terlihat dengan terbentuknya aliran-aliran yang mengatas-
namakan bahwa aliran tersebut adalah Islam yang sebenarnya. Padahal belum
tentu ajaran-ajaran dalam aliran tersebut benar adanya. Kasus yang sering terjadi
adalah seseorang yang mengaku sebagai nabi terakhir setelah nabi Muhammad
SAW dan mengaku mendapatkan wahyu.

Salah satu aliran seperti yang telah disebutkan di atas adalah Ahmadiyah.
Meskipun tujuan Ahmadiyah adalah menghidupkan kembali agama Islam dan
menegakkan kembali syari’at Qur’aniah, namun ajaran-ajaran dalam aliran ini
dapat dikatakan sesat. Oleh karena itu, dalam makalah ini akan diuraikan tentang
Ahmadiyah.

1.2. Rumusan Masalah


 Apa itu Ahmadiyah?
 Siapa Pendiri Ahmadiyah?
 Apa saja golongan-golongan dalam Ahmadiyah dan ajarannya?
 Bagaimana awal mula masuknya Ahmadiyah di Indonesia?
1.3. Tujuan
 Untuk mengetahui apa itu Ahmadiyah
 Untuk mengetahui bagaimana ajaran Ahmadiyah
 Untuk mengetahui golongan-golongan di aliran Ahmadiyah dan
ajarannya
 Untuk mengetahui bagaimana awal mula masuknya Ahmadiyah
berkembang di Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Ahmadiyah

Ahmadiyah itu sendiri merupakan sekelompok orang yang memiliki ke-


yakinan sendiri namun mirip dengan agama Islam. Ahmadiyah memiliki ciri-ciri
istimewa dari golongan Islam lainnya, maka Ahmadiyah dapat disebut suatu
golongan atau suatu aliran dalam Islam, tetapi sebenarnya ia adalah suatu gerakan
yang besar dalam pangkuan Islam. Tujuan utamanya adalah membangunkan kaum
muslimin dan mempersatukan usaha mereka untuk menyebarluaskan agama
Islam. Tujuannya juga bukan memusatkan dan memegang teguh kepada
perbedaan-perbedaan faham yang tidak begitu penting, sebagaimana
dilakukan oleh golongan-golongan Islam lainnya. Cita-citanya jauh mengatasi
segala penganut- penganut faham lain dalam Islam.

Ahmadiyah merupakan gerakan pembaruan yang bersifat liberal dan cinta


damai dengan maksud menarik perhatian orang-orang yang telah kehilangan
kepercayaan terhadap Islam dengan pemahaman yang lama. Mirza Gulam Ahmad
sebagai pendirinya menyatakan bahwa dirinya adalah al-Mahdi bagi umat Islam
dan al-Masih bagi umat Kristen, tetapi juga sebagai avatar (inkarnasi) Krishna.
Hal inilah yang  memicu terjadinya reaksi yang keras dari umat Islam.1

Ahmadiyah sendiri didirikan oleh Nabi Mirza Ghulam Ahmad a.s.


(menurut orang Ahmadiyah) di India. Mirza lahir 15 Februari 1835 M dan
meninggal 26 Mei 1906 M di India. Nabi Mirza a.s. oleh orang Ahmadiyah
disejajarkan dengan Nabi Isa a.s., Nabi Musa a.s., Nabi Daud a.s.2

2.2. Pendiri Ahmadiyah


1
Iskandar Zulkarnain, Gerakan Ahmadiyah di Indonesia, (Yogyakarta: LKiS, 2005), 59
2
M. Amin Djamaluddin, Capita Selekta Aliran-Aliran Sempalan di Indonesia, (Jakarta: LIPPI, 2002),
29.

2
Ahmadiyah didirikan di kota Qadian, India oleh Mirza Ghulam Ahmad
pada tanggal 23 Maret 1889.3 Mirza Ghulam Ahmad juga mengaku bahwa dia
adalah nabi utusan Allah. Nabi palsu ini menuturkan tentang kelahirannya dan
keluarga-nya. Dia berkata “Nama saya adalah Ghulam Ahmad, ayah saya
bernama Ghulam Murtadlo, dan kakek saya bernama ‘Atho Muhammad, suku
saya adalah Mongol Barlas, dari data-data yang tersimpan nenek moyang saya
berasal dari Samarqndi” (Kitab Al-Bariyah, Mirza:134).

Seperti yang diketahui bersama, suku Mongol adalah suku dari Turki.
Mirza sendiri mengatakan bahwa dirinya dari Mongol, akan tetapi pada
kesempatan lain. Dia mengatakan bahwa keluarganya berasal dari Persia. Dia
mengatakan, “Yang jelas keluarga saya adalah dari Mongol, akan tetapi saya
ketahui dari kalam Allah, bahwa keluarga saya berasal dari Persia, saya percaya
dengan kalam Allah ini, sebab tidak seorangpun mengetahui hakikat asal keluarga
yang sesungguhnya seperti yang diketahui Allah.” (Hasyiah Arbain, No. 2, hlm.
18, Mirza). 4

Pada saat usianya menjelang remaja, dia mulai belajar ilmu shorof, nahwu,
dan beberapa kitab dalam bahasa Arab dan Persia, serta sedikit ilmu kedokteran.
Disebutkan juga bahwa gurunya adalah seorang pecnadu narkotik. Adapun sifat
menonjol dalam usia kecilnya adalah: (1) Penakut, (2) Bodoh, (3) Suka mencuri,
5
dan (4) Sering sakit. Penyakit yang diderita Mirza sungguh banyak. Dia
mengidap penyakit TBC. Selain itu, ia juga tidak bisa menahan kencing dan
pusing kepala. Dia juga penderita penyakit syaraf dan daya ingat yang buruk.
Kedua matanya juga dalam keadaan yang lemah dan sakit, sampai-sampai kedua
matanya sulit untuk dibuka dengan sempurna.

Kemunculan Mirza Ghulam Ahmad pertama kali bagaikan sosok yang


menarik yang membela Islam. Ketika dia keluar dari pekerjaannya di Syalkurt,
praktis menjadi pengangguran, kemudian dia mulai mempelajari buku-buku

3
Harapan Dahri, Ahmadiyah Qodianiyah, (Jakarta: Balai Penelitian dan Pengembangan Agama
Jakarta, 2008), vii.
4
Ibid, 92.
5
Ibid, 94.

3
Hindu dan buku-buku Kristen, sebab pada saat itu sedang terjadi perdebatan
sengit dan perang kata-kata antar pemuka agama, baik Hindu, Kristen maupun
Islam. Kaum Muslimin pada saat itu sangat menghormati para pemuka agama
mereka, mereka berusaha membantu dan mempersembahkan kepada para ulama
apa saja yang bisa mereka lakukan, baik berupa moril, materi ataupun tenaga,
layaknya kaum Muslimin di seluruh dunia dalam setengah abad sebelumnya.

Mirza melihat kesempatan yang baik ini pada saat itu. Dia melihat
pekerjaan ini mudah dan terhormat, di samping itu dia juga bisa mengumpulkan
materi yang tidak dia dapatkan dalam pekerjaannya yang pertama kali dia lakukan
adalah menulis iklan perlawanan terhadap orang-orang Hindu, kemudian dia juga
menulis di beberapa harian, setelah itu dia gencar menulis di berbagai media
menghadapi orang-orang Hindu dan Kristen. Hal ini menjadikan kaum Muslimin
simpati kepadanya, hal ini terjadi pada tahun 1877 dan 1878. 6

Kematian Mirza Ghulam Ahmad adalah akibat dari kebohongannya


sendiri, nabi palsu ini medapatkan laknat yang banyak sekali karena
kebohongannya kepada Allah, Rasulullah, Al-Quran dan para nabi. Para ulama
telah berupaya keras untuk berdialog dengannya, meluruskannya dan
mengembalikannya ke jalan yang benar, akan tetapi semuannya sia-sia. Ketika
para ulama melihat sikap Mirza yang keras kepala dan bersikukuh tetap dalam
kekafiran, kemurtadan dan pengakuannya sebagai nabi, para ulama mengajaknya
berdebat secara terbuka, setelah mereka berhasil membuktikan kebohongan dan
kesesatan Mirza, mereka menyepakati secara bulat sebuah fatwa bahwa Mirza
adalah kafir dan pembohong

2.3. Golongan-Golongan dalam Ahmadiyah dan Ajarannya

a. Ahmadiyah Qadian

Dibawa oleh muballig Maulana Rahinat Ali HA, pada tahun 1924 dari
Departement Da’wat wa Tabligh Pakistan. Pokok-pokok ajaran Ahmadiyah Qadian:

6
. Ibid, 8.

4
1. Mirza Ghulam Ahmad, laki-laki kelahiran Qadian, India sebagai Imam
Mahdi dan Al-Masih yang dijanjikan kedatangannya di akhir zaman oleh
Allah SWT.
2. Mengimani dan meyakini bahwa kitab Alquran adalah satu-satunya kitab
suci.
3. Mengimani dan meyakini bahwa Mekah dan Madinah tempat suci sebagai-
mana umat Islam pada umumnya.
4. Wanita Ahmadiyah dianjurkan menikah dengan laki-laki Ahmadiyah demi
menjaga dan meneruskan keturunan rohani, namun laki-laki Ahmadiyah
boleh menikah dengan wanita di luar Ahmadiyah.
5. Percaya bahwa Nabi Isa a.s. adalah manusia biasa yang dikandung oleh
ibunya secara luar biasa tanpa ayah.
6. Kaum muslimin Ahmadiyah yang tidak percaya pada ajaran ahmadiyah di
kafir.
7. Kaum muslimin Ahmadiyah boleh jadi Imam kaum muslimin non
Ahmadiyah, tapi tidak boleh ,menjadi makmum.
8. Percaya bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi terbesar dan paling mulia
tapi bukan Nabi terakhir

b. Ahmadiyah Lahore

Secara umum kelompok ini tidak menganggap Mirza Ghulam Ahmad


sebagai nabi, melainkan hanya sekedar mujaddid dari ajaran Islam. Pokok-pokok
ajaran Ahmadiyah Lahore:

1. Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum dalam al


Quran dan Hadits, dan percaya pada semua perkara agama yang telah di-
setujui oleh para ulama salaf dan Ahlus-Sunnah wal Jama'ah, dan yakin
bahwa Nabi Muhammad SAW adalah nabi yang terakhir.
2. Nabi Muhammad SAW adalah khatamun-nabiyyin. Sesudahnya tidak akan
datang nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
3. Sesudah Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril tidak akan membawa
wahyu nubuwat kepada siapa pun.

5
4. Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu
kata saja kepada seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walâkin
rasûlillâhi wa khâtamun-nabiyyîn (QS 33:40), dan berarti membuka
pintu khatamun-nubuwwat.
5. Sesudah Nabi Muhammad SAW silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup,
akan tetapi silsilah wahyu walayat tetap terbuka, agar iman dan
akhlak umat tetap cerah dan segar.
6. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini
tetap akan datang auliya Allah, para mujaddid dan para muhaddats, akan
tetapi tidak akan datang nabi.
7. Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid abad 14 H. Dan menurut Hadits,
mujaddid akan tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam
Ahmad bukan nabi, tetapi berkedudukan sebagai mujaddid.
8. Percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam
dan Rukun Iman, maka dari itu orang yang tidak percaya kepada Mirza
Ghulam Ahmad tidak bisa disebut kafir.
9. Seorang muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah, dia tidak boleh
disebut kafir. Mungkin dia bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab
berbuat salah dan maksiat, tidak bisa disebut kafir.
10. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah
pelayan dan pengemban misi Nabi Muhammad SAW.

2.4. Awal Mula Masuknya Ahmadiyah di Indonesia

Awal mula kedatangan Ahmadiyah ke Indonesia tidaklah jelas.


Masyarakat Indonesia terutama pemuda Sumatera mengetahui kehadiran
Ahmadiyah Qadian melalui sekolah-sekolah Qadian, sedangkan Ahmadiyah
Lahore bisa dikenali karena mereka mengirim propagandis ke Indonesia sekalipun
tanpa ada permintaan dari masyarakat atau tokoh-tokoh Indonesia.

Howard M. Fererspiel menyatakan bahwa Ahmadiyah pertama kali masuk


ke Indonesia melalui para siswa yang pulang dari sekolah Ahmadiyah di India

6
pada akhir abad 19.7 Pendapat ini kurang valid karena pada akhir abad itu
Ahmadiyah baru lahir di India.

Raden Ngabehi Haji Minhadjurrahman Djojosugito menyatakan bahwa ia


mendengar organsasi Ahmadiyah antara tahun 1921-1922.8 Sedangkan Van de
Mehden menyatakan bahwa sebenarnya Ahmadiyah mulai dikenal pada tahun
1918 melalui Majalah Islamic Review edisi Melayu yang terbit di Singapura.9

Tahun 1920 tepatnya tanggal 23 Oktober, Prof Maulana H. Kwadja


Kamaluddin, salah seorang tokoh Ahmadiyah datang ke Surabaya dengan maksud
untuk berobat sekaligus hendak melihat Indonesia lebih dekat. Pada tahun inilah
Ahmadiyah diperkenalkan langsung oleh tokohnya. Karena pada tanggal 28
November 1920 Organisasi Islam Tashriwul Afkar memberikan sambutan dalam
acara peringatan Maulid Nabi Muhammad saw yang berlokasi di Masjid Ampel
Surabaya, dan pada tahun 1921 tokoh ini memberikan sambutan di Gambir Park,
Batavia.

Sedangkan peran pemuda Indonesia dalam menyebarkan Ahmadiyah di-


mulai saat dua orang pemuda, Abu Bakar Ayyub dan Ahmad Nuruddin (alumni
perguruan Sumatera Thawalib Padang Panjang) memutuskan untuk melanjutkan
pendidikannya ke Mesir. Namun berkat nasehat Zainudin Labbai El-Yanusiah dan
Syeikh Ibrahim Musa Parabek (ulama di Bukit Tinggi), kedua pemuda itu
akhirnya berangkat ke Hindustan, karena menurut saran guru mereka, sudah
banyak pemuda yang belajar Islam di Mesir.

Tahun 1922 dua orang pemuda itu berangkat ke India dengan maksud
menemui ulama terkenal, Syeikh Abdul Bari al Anshari, di Lucknow, keduannya
akhirnya belajar di Madrasah Nizamimiyah di bawah asuhan ulama tersebut.
Setelah beberapa lama, datang pemuda lain dari Padang Panjang, Zaini Dahlan
untuk belajar di madrasah tersebut.
7
Howard Federspiel, Persatuan Islam, Islamic Reform in Twentieth Century Indonesia, (Ithaca:
Cornel University Ithaca, 1970), 5.
8
Aboebakar, Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar, (Djakarta: Panitia Buku
Peringatan Almarhum Wahid Hasjim, 1957), 127
9
Van de Mehden, Religion and Nationalism in Southeast Asia, (Wisconsin: The University of
Wisconsin Press, 1968), 203

7
Setelah berlangsung dua setengah bulan mereka memutuskan untuk
meninggalkan madrasah itu menuju Lahore. Di kota tersebut mereka berkenalan
dengan Ahmadiyah. Di kota ini mereka belajar kepada Maulana Abdus Sattar,
namun tidak memperoleh kepuasan. Mereka kemudian menemui tiga orang
ulama, Maulana Abdullah Malabari, Maulana Syeikh Abdul Khalid dan Maulana
Muhammad Taqi yang hendak berdebat dengan Maulana Muhammad Ali, tokoh
pemimpin Anjuman Ahmadiyah Lahore. Setelah menetap selama enam bulan
mereka meninggalkan Lahore menuju Qadian untuk belajar agama kepada Mirza
Basyiruddin Mahmud yang merupakan putra Mirza Ghulam Ahmad. Tak lama
kemudian mereka masuk Jama’ah Ahmadiyah dengan berbai’at kepada Khalifah
II yaitu Mirza Basyiruddin Mahmud.

Pengalaman yang mereka jalani dan kemudahan sekolah di Qadian


kemudain mereka informasikan kepada keluarga di Indonesia. Informasi itu
membuat beberapa pemuda Indonesia mengikuti langkah mereka untuk belajar
Islam ke Qadian. Setelah menyelesaikan masa studi, mereka mendirikan
Pekumpulan Ahmadiyah Indonesia.

BAB III
PENUTUP

8
3.1. Kesimpulan

Ahmadiyah merupakan sekelompok orang yang memiliki keyakinan


sendiri namun mirip dengan agama Islam yang didirrikan oleh Mirza Ghulam
Ahmad. Ahmadiyah memiliki ciri-ciri istimewa dari golongan Islam lainnya,
maka Ahmadiyah dapat disebut suatu golongan atau suatu aliran dalam Islam,
tetapi sebenarnya ia adalah suatu gerakan yang besar dalam pangkuan
Islam. Tujuan utamanya adalah membangunkan kaum muslimin dan
mempersatukan usaha mereka untuk menyebarluaskan agama Islam. Tujuannya
juga bukan memusatkan dan memegang teguh kepada perbedaan-perbedaan
faham yang tidak begitu penting, sebagaimana dilakukan oleh golongan-golongan
Islam lainnya. Cita-citanya jauh mengatasi segala penganut- penganut faham lain
dalam Islam.

3.2. Saran

Sebagai umat Islam kita seharusnya berkeyakinan teguh kepada Allah


SWT dengan mengamalkan ajaran yang sesuai dengan perintah Allah SWT dan
menghindari ajaran yang tidak sesuai dengan perintah Allah SWT.

DAFTAR PUSTAKA

9
Zulkarnain, Iskandar. Gerakan Ahmadiyah di Indonesia. Yogyakarta: LkiS. 2005.

Djamaluddin, Amin. Capita Selekta Aliran-Aliran Sempalan di Indonesia.


Jakarta: LIPPI. 2002.

Dahri, Harapan. Ahmadiyah Qodianiyah. Jakarta: Balai Penelitian dan


Pengembangan Agama Jakarta. 2008.

Federspiel, Howard. Persatuan Islam, Islamic Reform in Twentieth Century


Indonesia. Ithaca: Cornel University Ithaca. 1970.

Aboebakar. Sejarah Hidup KH. A. Wahid Hasjim dan Karangan Tersiar,


Djakarta: Panitia Buku Peringatan Almarhum Wahid Hasjim. 1957.

de Mehden, Van. Religion and Nationalism in Southeast Asia. Wisconsin: The


University of Wisconsin Press. 1968.

10

Anda mungkin juga menyukai