Anda di halaman 1dari 20

ALIRAN AHMADIYAH

( LATAR BELAKANG KEMUNCULAN,TOKOHNYA DAN POKOK-


POKOK AJARAN )

Dosen Pengampu:

Ahmad Mas`ari, MA

Kelompok 9 :
Azka Ananda Putri (2188203002)
Mutiara Galuh Tafwida (2188203018)
Razin `Afif (2188203023)

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN BAHASA INGGRIS

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS PAHLAWAN TUANKU TAMBUSAI

BANGKINANG

2021
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr.wb

Puji dan syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT ,karena atas
karunia,taufiq dan hidayah-Nya lah,penulis dapat menyelesaikan makalah
ini.Makalah ini dimaksudkan untuk memenuhi tugas pertama penulis dalam mata
kuliah ini, yang alhamdulillah dapat penulis selesaikan tepat pada
waktunya.Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah membantu
dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat tidak
hanya untuk penulis ,namun juga untuk pihak-pihak yang berkenan meluangkan
waktunya untuk membaca makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
tidaklah sempurna, oleh karena itu kami menerima kritikan dan saran yang
membangun dari pembaca.

Bangkinang, 22 Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I : PENDAHULUAN......................................................................................1

A. Latar Belakang..............................................................................................1

B. Rumusan Masalah.........................................................................................1

C. Tujuan Penulisan...........................................................................................2

D. Manfaat Penulisan.........................................................................................2

BAB II : PEMBAHASAN.......................................................................................3

A. Pengertian Aliran Ahmadiyah.......................................................................3

B. Latar Belakang Berdirinya Aliran Ahmadiyah.............................................3

C. Tokoh-Tokoh Aliran Ahmadiyah..................................................................6

D. Ajaran-Ajaran Pokok Aliran Ahmadiyah.....................................................8

BAB III: PENUTUP..............................................................................................14

A. Kesimpulan.................................................................................................14

B. Saran............................................................................................................15

DAFTAR PUSTAKA.........................................................................................16

ii
3i
BAB I :

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai macam aliran muncul satelah wafatnya Nabi Muhammad SAW,


faktor utama yang melatarbelakangi adalah kekosongan otoritas agama. Nabi
Muhammad yang menjadi otoritas dalam memutuskan problem sosial-agama,
menjadi rujukan dalam setiap perselisihan atau problem yang menimpa
masyarakat. Perpecahan mulai tampak, para sahabat mulai berselisih pendapat dan
mempertanyakan siapa yang pantas menggantikan peran nabi dalam mengambil
dan merespon permasalahan sosial agamaPerselisihan antara Ali yang berseteru
dengan Muawiyyah menjadi contoh lahirnya Syiah. Sekte tersebut menyebutkan
bahwa Ali adalah orang yang pantas menjadi khalifah setelah Utsman.
Pertempuran kedua faksi tersebut melahirkan sekte baru dalam tubuh islam yang
disebut dengan Khawarij.

Kemunculan beberapa sekte tersebut adalah bagian dari respon pemeluknya


selama berinteraksi dengan ajaran agama, dan menjadi dasar dalam jawaban
gejala sosial-agama. Dalam hal ini, latarbelakang keilmuan seseorang akan
mempengaruhi hasil dari pembacaan.² Oleh karena itu, lahirnya Ahmadiyah
khazanah pemikiran teologi islam adalah sebuah keniscayaan, dan tidak mustahil
jika suatu saat nanti juga akan muncul sekte-sekte baru, dengan karakter dan
ajaran yang berbeda.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan aliran ahmadiyah?


2. Bagaimana latar belakang berdirinya aliran ahmadiyah?
3. Siapa saja tokoh-tokoh aliran ahmadiyah?
4. Apa saja saja ajaran-ajaran pokok aliran ahmadiyah?

1
C. Tujuan Penulisan

1. Mengetahui pengertian aliran ahmadiyah.


2. Mengetahui latar belakang berdirinya aliran ahmadiyah.
3. Mengetahui tokoh-tokoh pendukung aliran ahmadiyah.
4. Mengetahui ajaran-ajaran pokok aliran ahmadiyah.

D. Manfaat Penulisan

Makalah ini dapat digunakan untuk mengkaji tentang Aliran


Ahmadiyah. Makalah ini juga  digunakan sebagai sumber informasi baru
mengenai Aliran Ahmadiyah. Makalah ini juga digunakan sebagai bahan
pustaka penelitian.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Aliran Ahmadiyah

Ahmadiyah adalah suatu gerakan dalam Islam yang didirikan oleh Hazrat
Mirza Ghulam Ahmad as. pada tahun 1889, atas perintah Allah Ta'ala.
Ahmadiyah bukanlah suatu agama. Agamanya adalah ISLAM. Jemaat Ahmadiyah
menjunjung tinggi Kalimah Syahadat "Laa ilaha Illallah, Muhammadur-
rasulullah". Jemaat Ahmadiyah bersaksi bahwasanya tiada tuhan melainkan Allah
dan Muhammad itu adalah rasul Allah. Ahmadiyah menjunjung tinggi kitab suci
Al-Quran sebagai Kitab Syariat terakhir yang paling sempurna, hingga kiamat.
Ahmadiyah menjunjung tinggi Sayyidina Muhammad Mustafa
Rasulullah shallallahu alaihi wa'aalihi wassallam sebagai Khataman-
nabiyyiyn yang merupakan penghulu dari sekalian nabi dan nabi yang paling
mulia. Beliau adalah nabi pembawa syariat terakhir. Penutup pintu kenabian
tasyri'i. Tidak ada lagi nabi pembawa syariat baru sesudah Rasulullah saw..
Nama Ahmadiyah berasal dari nama sifat Rasulullah saw. -- Ahmad (yang
terpuji). Yakni yang menggambarkan suatu keindahan/kelembutan. Zaman
sekarang ini adalah zaman penyebar-luasan amanat yang diemban Rasulullah
saw. dan merupakan zaman penyiaran sanjungan pujian terhadap Allah Ta'ala.
Era penampakkan sifat Ahmadiyah Rasulullah saw. Tujuan Jemaat
Ahmadiyah adalah Yuhyiddiyna wayuqiymus-syariah. Menghidupkan kembali
agama Islam, dan menegakkan kembali Syariat Qur'aniah.

B. Latar Belakang Berdirinya Aliran Ahmadiyah

Pendiri dari golongan ini bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad,


lahir di Qadariyah sebuah desa dekat daerah Punjab 1836 M, sekarang
Pakistan tahun 1950 M. Ghulam Ahmad mendakwahkan bahwa ia adalah
Nabi sesudah Nabi Muhammad saw.

3
Sudah terang bahwa Mirza Ahmad bin Ghulam ini termakan ajaran Syi’ah
Isma’iliyah yang ketika itu banyak di daerah Punjab, yang mempercayai bahwa
akan lahir pada akhir zaman Imam Mahdi yang adil yang akan mambawa keadilan
untuk seluruh dunia, yang pangkatnya tidak kalah dari Nabi dan juga menerima
wahyu dari Tuhan. Memang kaum Syi’ah berpaham bahwa ke-Nabian dan ke-
Rasulan belum putus, imam-imam mereka dianggapnya masih menerima wahyu
langsung dari Tuhan.1

Hz.Mirza Ghulam Ahmad berasal dari suatu rumpun keluarga yang


merupakan pendatang dari Samarqand, sebuah kota di Asia Tengah. Nenek-
moyang beliau hijrah dari Samarqand menuju Punjab, India pada awal abad
keenambelas, di masa kekuasaan Emperor Babar dari Dinasti Moghul. Mereka
memohon untuk dapat berkhidmat kepada dinasti tsb. dan mendapat kepercayaan
di kawasan Punjab2.

Beliau adalah keturunan dari Haji Barlas, yang merupakan paman Amir
Timur. Timur berasal dari suku Barlas yang terkenal dan yang menguasai
kawasan Kish selama 200 tahun. Kawasan ini pada zaman dahulu dikenal
dengan nama Sogdiana, yangmana ibukotanya adalah Samarkand. Mereka
adalah suku yang berakar dari Persia. Kata Samarkand itu sendiri berasal dari
Bhs.Farsi. Barlas juga demikian, artinya: pemuda gagah berani dari kalangan
terhormat. Mirza Hadi Beg memimpin hijrah dari Samarkand tsb. menuju
Punjab, India, dengan membawa rombongan sekitar 200 orang. Mereka
membangun sebuah perkampungan yang tidak begitu jauh dari sungai Bias,
dan menamakannya Islampur. Emperor Babar memberikan kepada beliau
kawasan yang mencakup ratusan perkampungan. Dan beliau ditunjuk sebagai
Qazi disana. Sehingga kampung kediaman beliau itu dikenal dengan nama
Islampur Qazi. Akhirnya nama ini tinggal Qazi dan lebih dikenal dengan
sebutan Qadi yang kemudian menjadi Qadian.3
Mirza Ghulam Ahmad bertindak lebih jauh, ia bukan lagi Imam, bukan
saja Imam Mahdi, tetapi Nabi benar-benar mendapat wahyu dari Tuhan.

1
2
3

4
Tetapi ajaran bahwa ada Nabi sesudah Nabi Muhammad, bertentangan pula
dengan kaum Syi’ah. Bagi mereka yang ada ialah Imam, bukan Nabi yang
baru, sedang Imam itu harus dari keturunan Saidina Ali kw. Karena itu Mirza
Ghulam Ahmad bukan saja ditentang oleh kaum Sunnah Wal Jama’ah
diseluruh dunia, tetapi juga oleh ulama-ulama Syi’ah yang berada di Pakistan,
di Iran dan Yaman. Maka Mirza Ghulam Ahmad akhirnya melawan dan
menghantam pula kepada kaum Syi’ah. Dalam buku-bukunya Mirza Ghulam
Ahmad mengejek kaum Syi’ah dan mengejek Hasan dan Husein radiyallahu
‘anhuma.4

Ulama-ulama di seluruh India pada saat itu mengeluarkan fatwa bahwa


Mirza Ghulam Ahmad tidak lagi dalam lingkungan umat Islam karena
mendakwahkan dirinya menjadi Nabi sesudah Nabi Muhammad saw. hal ini
jelas bertentangan dengan sebuah ayat dalam al Qur’an suci yang mengatakan
bahwa Nabi Muhammad itu adalah Nabi paling akhir. Di antara ulama-ulama
yang menolak paham Ahmadiyah itu di India adalah :

1. Maulana Muhammad Anwarullah Khan, Pejabat Urusan Agama kerajaan


Hydarabad, yang mengarang sebuah buku untuk menolak paham
Ahmadiyah, yang diberi nama ‘Ifadatul afham bijawabi ‘Izalatul Auham’.
Dalam buku ini diterangkan bahwa paham Ahmadiyah Qadiyani sudah di
luar lingkungan Agama Islam.
2. Maulana Abul Hasan Ghulam Mustafa, ulama besar wilayah Amitsar yang
mengatakan bahwa Ghulam Ahmad itu sudah menjadi kafir dengan
dakwahnya bahwa ia adalah Nabi.
3. Maulana Azizurrahman, mufti Universitas Darul Ulum Deoband yang
mengatakan bahwa Ahmadiyah itu adalah sesat lagi menyesatkan.
4. Dan banyak lagi ulama-ulama India ketika itu yang menolak paham
Ahmadiyah itu5
Akan tetapi, Kerajaan Inggeris yang ketika itu menguasai India,
menyokong gerakan Ahmadiyah ini, karena di antara fatwanya ada yang

4
5

5
sangat disukai oleh penjajah ketika itu yaitu : “Jihad dalam Islam itu bukan
dengan senjata, tetapi hanya dengan lisan saja”.

Sebagai dimaklumi, bahwa fatwa ini sama dengan fatwa kaum Bahaiyah
yang mengatakan juga bahwa jihad itu bukan dengan senjata, tapi hanya
dengan lisan saja. Fatwa ini juga sama dengan seorang pemodernisasi agama
bernama Sir Sayyid Ahmad Khan, Rektor Universitas Aligarh di India (wafat
24 Maret 1898 M), yang memfatwakan bahwa jihad harus dengan lisan dan
tulisan saja.

Pada ketika itu, sama halnya dengan umat Islam di luar India, di mana
umat Islam di India sedang berjuang melawan Inggeris dengan senjata. Maka
fatwa Bahai dan Ahmad Khan ini sangat disukai oleh Inggeris. Ke-Indonesia,
paham Ahmadiyah itu masuk juga sesudah peperangan dunia pertama,
sehingga ada cabang-cabang gerakan Ahmadiyah di Jakarta, di Medan, di
Padang dan lain-lain tempat.

Tetapi paham Ahmadiyah di Indonesia tidak begitu maju, karena terus


menerus di tentang oleh ulama-ulama Islam, khususnya ulama-ulama kaum
Ahlu Sunnah Wal Jama’ah.Almarhum Maulana Syeikh Mohammad Jamil
Jaho Padang Panjang (Sumatera Barat), seorang ulama Islam yang terkenal
mengarang sebuah buku bernama ‘Nujumul Hidayah Fi Raddi ‘Ala Ahlil
Ghiwayah’ (Bintang Hidayat untuk menolak kaum yang sesat). Di dalamnya
dikupas paham Ahmadiyah ini dan ditolak sekuat-kuatnya.

Paham Ahmadiyah menjadi muram di seluruh dunia, khususnya di


Indonesia tidak mendapat pasaran, walaupun propagandisnya berkeliaran ke
pelosok-pelosok tanah air Indonesia.

C. Tokoh-Tokoh Aliran Ahmadiyah

Berikut nama-nama tokoh yg akan sering kita lihat, dengar dan saksikan, baik
secara lisan maupun tulisan, secara bergantian untuk menghambat, menolak
pembubaran sekte Ahmadiyah. Jadi jangan mudah terpengaruh, apalagi

6
termakan retorikanya, karena sesungguhnya tokoh-tokoh ini juga mempunyai
agenda tersembunyi, jadi berhati-hatilah jangan sampai kita tertipu.

1. Charles Kurzman, University of North Carolina.


2. Azyumardi Azra, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
3. Abdallah Laroui, Muhammad V University, Maroko.
4. Masdar F. Mas’udi, Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat,
Jakarta.
5. Goenawan Mohammad, Majalah Tempo, Jakarta.
6. Edward SaidDjohan Effendi, Deakin University, Australia.
7. Abdullah Ahmad an-Naim, University of Khartoum, Sudan.
8. Asghar Ali Engineer.Nasaruddin Umar, IAIN Syarif Hidayatullah, Jakarta.
9. Mohammed Arkoun, University of Sorbone, Prancis.
10. Komaruddin Hidayat, Yayasan Paramadina, Jakarta.
11. Sadeq Jalal Azam, Damascus University, Suriah.
12. Said Agil Siraj, PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama), Jakarta.
13. Denny JA, Universitas Jayabaya, Jakarta.
Rizal Mallarangeng, CSIS, Jakarta.
Budi Munawar Rahman, Yayasan Paramadina, Jakarta.
14. Ihsan Ali Fauzi, Ohio University, AS.
15. Taufiq Adnan Amal, IAIN Alauddin, Ujung Pandang.
16. Hamid Basyaib, Yayasan Aksara, Jakarta.
17. Ulil Abshar Abdalla, Lakpesdam-NU, Jakarta.
18. Luthfi Assyaukanie, Universitas Paramadina Mulya, Jakarta.
19. Saiful Mujani, Ohio State University, AS.
20. Ade Armando, Universitas Indonesia, Depok -Jakarta.
21. Syamsurizal Panggabean, Universitas Gajahmada, Yogyakarta

7
D. AJARAN-AJARAN POKOK ALIRAN AHMADIYAH

1. Ia Seorang Nabi dan Rasul


            Mirza Ghulam Ahmad mendakwahkan dirinya Nabi dan Rasul.
Dalam buku ‘Izalatul Auham’ h. 673, ia berkata begini :

“Dan ketika Isa anak Maryam berkata: Hai Bani Israil!


Sesungguhnya aku ini utusan Allah untukmu, membenarkan wahyu yang
diturunkan sebelum aku, yaitu Taurat, dan menyampaikan berita gembira
akan kedatangan seorang Rasul kemudian namanya Ahmad, tetapi setelah
Rasul itu datang kepada mereka dengan bukti yang nyata, mereka
berkata : inilah tukang sihir yang nyata” 6

Di situ diterangkan oleh Nabi Isa as. bahwa akan datang seorang
Rasul namanya Ahmad. Sayalah yang dimaksud oleh beliau, kata Mirza
Ghulam Ahmad, karena nama saya Ahmad.

Mirza Ghulam Ahmad telah merangkul ayat ini untuk dirinya,


karena ia bernama Ahmad. Andai kata boleh menafsirkan al Qur’an
macam ini, maka setiap orang bernama Ahmad berhak untuk
mendakwahkan dirinya Rasul sesudah Nabi Muhammad saw. Tafsir
Qur’an itu harus dicari dalam hadis-hadis, bukan tafsiran sendiri atau
isapan jempol sendiri.

Kaum Ahlu Sunnah Wal Jama’ah menafsirkan ayat ini dengan


hadis Nabi Muhammad saw. di mana dikatakan bahwa yang dimaksud
dengan perkataan Ahmad dalam ayat itu ialah Nabi Muhammad sendiri,
karena nama beliau di samping Muhammad juga Ahmad.

Jadi maksud ayat ini ialah, bahwa Nabi ‘Isa as. memberi kabar
gembira kepada muridnya akan kedatangan seorang Rasul, yaitu
Muhammad yang juga bernama Ahmad. Mirza Ghulam Ahmad
mengatakan lagi dalam buku ‘Haqiqatul Wahyu’ begini : Diwahyukan
kepada saya :

8
‫إنّى رسو ل هللا إليكم جميعا‬

Artinya : “Bahwasannya saya Rasul Tuhan kepada seluruh manusia”7

            Dengan ucapan ini, teranglah bahwa ia, Mirza Ghulam Ahmad
mendakwahkan dirinya, Nabi dan Rasul, sesudah Nabi Muhammad saw.

            Kepercayaan ini ditentang keras oleh kaum Ahlu Sunnah Wal
Jama’ah karena menurut I’tiqad mereka, bahwa Nabi dan Rasul yang
paling akhir adalah Nabi Muhammad saw. Barangsiapa mendakwahkan
dirinya Nabi dan Rasul sesudah Nabi Muhammad saw. maka orang itu
pembohong, harus di tolak dan dilawan habis-habisan.

            Sesudah Nabi Muhammad tidak ada lagi Nabi atau Rasul, yang ada
hanya khalifah, ulama-ulama, auliya-auliya, imam-imam Mujatahid, guru-
guru agama, ustadz-ustadz dan Syekh-syekh.

2. Mirza Masih Al Mau’ud


            Menurut kepercayaan Islam, bahwa Nabi Isa as. tidak dapat disalib
oleh musuh beliau dan yang disalib itu adalah orang yang serupa dengan
beliau. Nabi Isa ketika itu diangkat kepadaNya. Dan pada akhir zaman,
Nabi Isa as. akan turun lagi ke dunia. Tersebut dalam Hadis Bukhari yang
artinya : “Dari Abu Hurairah ra. beliau berkata: Berkata Rasulullah saw:
Demi Tuhan yang diriku ditanganNya, akan turun Isa Ibnu Maryam
kepadamu menjadi hakim adil, maka ia memecah salib, membunuh babi
menghentikan peperangan, dan melimpahkan harta yang banyak sehingga
tak ada lagi yang akan menerimanya”. (HR Bukhari) 8

            Mirza Ghulam Ahmad, selain mendakwahkan dirinya Nabi dan


Rasul juga mendakwahkan dirinya Isa al Masih yang dijanjikan akan
datang, yaitu dia sendiri. Aneh betul orang ini.

7
8

9
            Ia bukan Isa bin Maryam, tetapi dikatakannya bahwa ia adalah Isa
yang dijanjikan akan datang pada akhir zaman. Namanya Mirza Ghulam
Ahmad, bukan Isa bin Maryam.

            Dalam hadis dinyatakan bahwa nabi Isa membunuh sekalian babi
dan memecah sekalian salib. Bertanyalah kita, apakah Mirza Ghulam
Ahmad sudah membunuh sekalian babi dan memecah sekalian salib ?
Tidak.

Di dalam hadis dikatakan bahwa Nabi Isa akan melimpahkan harta yang
banyak sehingga tidak ada lagi yang akan menerimanya. Apakah Mirza
Ghulam Ahmad ada berbuat begitu? Tidak, ia mati tak pernah melimahkan
harta. Inilah omong kosongnya Mirza Ghulam Ahmad 9

3. Anak dan Khalifahnya Mendapat Wahyu Juga


            Bukan saja, Mirza Ghulam Ahmad yang mendakwahkan dirinya
menerima wahyu serupa Nabi dari Tuhan, tetapi juga anaknya dan
khalifahnya, yaitu Mirza Basiruddin Mahmud Ahmad Khaliful Masih II,
mendakwahkan pula bahwa ia dapat wahyu dari Tuhan.Basiruddin ini
mendongeng dalam bukunya , begini :

“Dalam keadaan demikian, aku menyetujui menerima bai’at


Jema’at sebagai khalifah ke II dan dalam kedudukan itu mulai
mengkhidmati Jema’at, Islam dan umat manusia. Karena bagian besar dari
mereka, yang dipandang sebagai pejabat-pejabat pimpinan Jema’at
menentang nizam (peraturan) Khilafat, maka jema’at menghadapi krisis
dan bahaya besar. Orang-orang besar mulai meramalkan, bahwa
kehancuran Jema’at dan bubar berantakan hanya soal beberapa hari saja.
Pada saat itu Tuhan menurunkan wahyu kepadaku, bahwa Tuhan akan
melindungi dan meme

liharaku dan memberikan kapadaku kemenangan dan akan


menghancurkan mereka”.10

9
10

10
            Begitulah dongeng Mirza Basiruddin, anak dan khalifah yang ke II
dari Mirza Ghulam Ahmad yang mendirikan gerakan Ahmadiyah.

Dongeng ini bertentangan dengan Agama Islam yang suci, karena


Nabi Muhmammad saw. telah menyatakan dengan gamblang, bahwa nabi
dan kenabian tidak ada lagi. Kepercayaan bahwa khalifah-khalifah
menerima wahyu juga sama dengan kepercayaan kaum Syi’ah.11

4. Ia Menyempurnakan Syari’at Islam


            Majalah Universitas al Azhar Kairo terbitan tanggal 1 Februari
1957 telah membongkar habis-habisan kesesatan Ahmadiyah Qadiyan dan
Ahmadiyah Lahore. Di antara uraiannya dikutipkan di bawah ini dan fasal
12 berikutnya, tersebut :

            I’tiqad kaum Ahmadiyah mempercayai bahwa Mirza Ghulam


Ahmad diutus Allah untuk menyempurnakan agama Islam. Agama Islam
masih kurang, karena itu ia di utus untuk menyempurnakannya.

            Nabi Muhammad kalau dibanding dengan Mirza Ghulam Ahmad


adalah sebagai Hilal (bulan sabit), sedang dirinya adalah Badar (bulan
purnama). Pada lambang bendera kaum Ahmadiyah dicantumkan :

a. Hilal (bulan sabit)


b. Badar (bulan purnama)
c. Menara
Hilal bagi mereka artinya Muhammad, Badar artinya Mirza Ghulam
Ahmad, dan menara Damsyik, dimana Nabi Isa akan turun pada akhir
zaman12

Tentang menyempurnakan syari’at Islam, ia memfatwakan bahwa :

a. Jihad dengan senjata tidak ada lagi


b. Melawan pemerintah Inggeris yang berkuasa di India ketika itu adalah
haram

11
12

11
c. Jihad yang diakui oleh syari’at ialah jihad bersama-sama Inggeris
melawan pemberontak-pemberontak yang terdiri dari orang Islam. 13
            Itulah yang dinamakan menyempurnakan Syari’at Islam oleh
Ahmadiyah. Fatwa semacam ini ditentang keras oleh kaum Ahlu Sunnah
Wal Jama’ah, karena dalam fatwanya ini terselip penghinaan terhadap
Islam dan juga terhadap Nabi Muhammad saw.

            Islam dianggapnya belum sempurna dan Nabi Muhammad saw.


dianggapnya lebih rendah dari dia. Nabi Muhammad saw. bagaikan hilal
dan dia bagaikan bulan purnama.

            Nabi Muhammad saw – menurut kepercayaan kaum Ahlu Sunnah


Wal Jama’ah – adalah “Saidul khalaik” (penghulu sekalian makhluk),
tiada makhluk yang lebih tinggi pada sisi Tuhan yang melebihi Nabi
Muhammad saw.

            Dan agama Islam itu sudah sempurna, tak perlu ditambah atau
disempurnakan lagi oleh siapapun, juga oleh Mirza Ghulam Ahmad.

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan


telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu
Jadi agama bagimu”. 14

            Jadi agama Islam sudah cukup pada tahun 10 H, tidak perlu
dicukupkan lagi oleh Mirza Ghulam Ahmad yang lahir lebih 1200 tahun di
belakang Nabi Muhammad saw.

Aliran Ahmadiyah ini lahir pertama kali di Qadiyan Punjab India


oleh Hazrat Mirza Ghulam Ahmad yang pokok ajarannya adalah
memfatwakan diri menjadi Nabi terakhir sebagai penyempurna dari Nabi
dan Rasul sebelumnya. Nabi Muhammad saw. diumpamakan sebagai
bulan sabit, sedang dirinya diumpamakan dengan bulan purnama. Hal ini
sangat melecehkan Islam dan Nabi Muhammad saw. yang dalam
kepercayaan Ahlu Sunnah Wal Jama’ah, bahwa Nabi Muhammad saw.

13
14

12
adalah khatam al nabiyyin. Nabi terakhir penutup dan penyempurna ajaran
Nabi-nabi terdahulu dan merupakan Nabi akhir zaman.  15

BAB III
PENUTUP
15

13
A. Kesimpulan

Pendiri dari golongan ini bernama Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, lahir di
Qadariyah sebuah desa dekat daerah Punjab 1836 M, sekarang Pakistan tahun
1950 M. Ghulam Ahmad mendakwahkan bahwa ia adalah Nabi sesudah Nabi
Muhammad saw.

            Sudah terang bahwa Mirza Ahmad bin Ghulam ini termakan ajaran
Syi’ah Isma’iliyah yang ketika itu banyak di daerah Punjab, yang
mempercayai bahwa akan lahir pada akhir zaman Imam Mahdi yang adil yang
akan mambawa keadilan untuk seluruh dunia, yang pangkatnya tidak kalah
dari Nabi dan juga menerima wahyu dari Tuhan.

Memang kaum Syi’ah berpaham bahwa ke-Nabian dan ke-Rasulan


belum putus, imam-imam mereka dianggapnya masih menerima wahyu
langsung dari Tuhan Mirza Ghulam Ahmad bertindak lebih jauh, ia bukan lagi
Imam, bukan saja Imam Mahdi, tetapi Nabi benar-benar mendapat wahyu dari
Tuhan. Tetapi ajaran bahwa ada Nabi sesudah Nabi Muhammad, bertentangan
pula dengan kaum Syi’ah. Bagi mereka yang ada ialah Imam, bukan Nabi
yang baru, sedang Imam itu harus dari keturunan Saidina Ali kw. Karena itu
Mirza Ghulam Ahmad bukan saja ditentang oleh kaum Sunnah Wal Jama’ah
diseluruh dunia, tetapi juga oleh ulama-ulama Syi’ah yang berada di Pakistan,
di Iran dan Yaman. Maka Mirza Ghulam Ahmad akhirnya melawan dan
menghantam pula kepada kaum Syi’ah. Dalam buku-bukunya Mirza Ghulam
Ahmad mengejek kaum Syi’ah dan mengejek Hasan dan Husein radiyallahu
‘anhuma.

Ulama-ulama di seluruh India pada saat itu mengeluarkan fatwa bahwa


Mirza Ghulam Ahmad tidak lagi dalam lingkungan umat Islam karena
mendakwahkan dirinya menjadi Nabi sesudah Nabi Muhammad saw. hal ini
jelas bertentangan dengan sebuah ayat dalam al Qur’an suci yang mengatakan
bahwa Nabi Muhammad itu adalah Nabi paling akhir.

B. Saran

14
Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak terdapat kekurangan
dan kekhilafan oleh karena itu, kepada para pembaca dan para pakar utama
penulismengharapkan saran dan kritik ataupun tegur sapa yang sifatnya
membangun akan diterima dengan senang hati demi kesempurnaan makalah
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Rozak, Abdul dan Rosihon Anwar, Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 2000.

15
Ahmad, Muhammad, Tauhid Ilmu Kalam, Pustaka Setia, Bandung, 1998.

Mahmud Qasim, Fi Ilm Al-Kalam, Maktabah al-Anglo al-Maishriah, Kairo, 1969

Lepel H. Griffin: The Punjab chiefs .Lahore,1865

Mirza Bashiruddin, Mahmud Ahmad, Da'watul Amir Jemaat Ahmadiyah


Indonesia, terj.Bhs.Indonesia, 1989,

http://www.alislam.org/indonesia/latar.html

http://www.alislam.org/indonesia/latar.html

16

iii

Anda mungkin juga menyukai