Ada beberapa target yang harus di perhatikan oleh mujahid muslim agar
dapatmenjadi acuan dalam keberhasilan pembaharuan dalam dunia muslim.Bidang itu
antara lain :
Ketika kondisi masyarakat rapuh dan terjebak dalam kondisi yang serba lemah
lahirnya sebuah angin pembruan yang memberi perubahan besar dalam tubuh islam
hingga akhir sekarang ini.Pemurnian dan pembaruan sangat diperlukan untuk :
Taqiyuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus bin Taimiyah al-Harrani
al-Hanbaly atau yang lebih dikenal dengan Taqiyuddin ibnu Taimiyah atau ibnu
Taimiyah. Beliau lahir pada tanggal 10 Rabiul Awal 661 Hijriyah, yang bertepatan
dengan tanggal 22 Januari 1263 Miladiyah di kota Al-Harran, Siria. Ibnu Taimiyah
lahir kurang lebih lima tahun kemudian setelah tentara Barbar dan Mongolia, yang
dimana bangsa Mongol menaklukkan kota Bagdad, ibukota pusat kekuasaan dinasti
Abbasyiah (Leopold Weiss: 22).
3) Muhammad Abduh
Muhammad Abduh merupakan seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah
satu penggagas pergerakan modernisme Islam. Beliau lahir pada tahun 1849 di Delta
Nil (kini wilayahnya Mesir). Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas
Al-Azhar, Kairo pada tahun 1876 dengan mendapat ijizah Alimiyyah. Ia juga murid
dari Jamal al-Din al-Afghani atau Jamaluddin al-Afghani. Pada tahun 1877, al-
Afghani datang ke Mesir, ia dikenal sebagai tokoh mujadid, mujahid, serta ulama
Islam yang berwibawa. Kehadiran beliau dimanfaatkan oleh Muhammad Abduh untuk
menemuinya. Pada pertemuan pertamanya itu, mereka berdiskusi tentang masalah
ilmu tasawuf dan ilmu tafsir. Sejak saat itu, Muhammad Abduh selalu berada
disamping Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh menjadikan beliau sebagai
guru besarnya.
4) Jamaluddin Al-Afghani
5) Shah Waliullah
Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah di zaman Nadir Syah (1736-
1747) pindah dari Khurasan di Persia ke India. Sayyid Amir lahir pada tahun 1849,
dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tahun 1928. Pendidikannya ia peroleh di
perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di dekat Kalkuta. Disinilah beliau belajar
bahasa Arab. Selanjutnya beliau belajar bahasa Inggris dan kemudian juga sastra
Inggris dan hukum Inggris.
1) Teori Gujarat
Dalam teori ini dikatakan bahwa masuknya Agama Islam ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang Gujarat, India. Tokoh yang mendukung teori ini adalah Snouck
Hurgronje dan J.Pijnapel. Mereka berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke-13 Masehi bersama dengan hubungan dagang yang terjalin antara masyarakat
Nusantara dengan para pedagang Gujarat yang datang.Kurangnya fakta yg
menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebarannya ke Indonesia.Hubungan
dagang Indonesia dgn India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur
tengah – Eropa.Beberapa bukti yang mendukung teori ini diantaranya batu nisan
Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Islam Gujarat,
catatan Marcopolo bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yg memeluk Islam dan
banyak pedagang Islam dari India yg menyebarkan ajaran Islam, serta adanya warna
tasawuf pada aliran Islam yang berkembang di Indonesia.Akan tetapi ada beberapa
kelemahan dari teori tersebut diantaranya masyarakat Samudra Pasai menganut
mazhab Syafi’i, sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi
dan saat islamisasi Samudra Pasai, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.
2) Teori Persia
Teori Arab atau Teori Makkah ini menyatakan bahwa proses masuknya Islam
ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Arab yang memiliki semangat untuk
menyebarkan Agama Islam ke seluruh belahan dunia. Tokoh yang mendukung teori
ini adalah Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.
Hingga saat ini, teori ini merupakan teori yang dianggap paling
kuat. Kelemahannya hanya terletak pada kurangnya fakta dan bukti yang menjelaskan
peran Bangsa Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.
4) Teori China
Teori China merupakan teori yang baru-baru ini berkembang, teori ini
menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia karena dibawa perantau Muslim China
yang datang ke Nusantara. Tokoh yang mencetuskan teori ini adalah Slamet
Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby.
1) Saluran Perdagangan
2) Saluran Perkawinan
3) Saluran Dakwah
Saluran islamisasi di Indonesia juga tidak lepas dari dakwah para ulama.
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan
risalah kebenaran kepada orang-orang yang belum mendapat pencerahan. Karena itu,
tidak sedikit para pedagang dari Gujarat, Arab, & Persia selain berdagang mereka pula
berdakwah tentang Islam. Lalu, banyak pula ulama yang melakukan pembinaan secara
intensif seperti yang dilakukan oleh Walisongo di pulau Jawa.
4) Saluran Pendidikan
5) Saluran Budaya
Saluran ini banyak dilakukan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
Penyebaran Islam menggunakan media seni budaya, yang kebanyakan merupakan
budaya lokal namun dengan sedikit ubahan sehingga terdapat isi dakwah dari para
wali. Cara ini merupakan cara yang dilakukan oleh walisongo seperti Sunan Kalijaga
dengan pertunjukan wayang kulit, Sunan Bonang dan Sunan Drajad lewat seni
gamelan dan lagu, Sunan Kudus lewat cerita bersensi filsafat Islam, dan sebagainya.
6) Saluran Tasawuf
7) Saluran Politik
1) “Sintesis Mistik”
Proses islamisasi terbatas dan bukan arabisasi menjadi kunci sukses gerakan
dakwah para Wali Sanga ini menghasilkan fenomena keislaman yang unik dan khas
yang disebut oleh Ricklefs sebagai “Sintesis Mistik”. Ajaran Islam dan kepercayaan
lokal tidak berhadap-hadapan dan bertentangan dalam pola kepercayaan lokal (tesis)
dan ajaran Islam sebagai anti-tesis, namun ada upaya untuk menemukan sintesis dari
keduanya, inilah cikal-bakal dari Islam Nusantara.
2) “Neo-Sufisme”
Meskipun para pelajar itu ke Haramayn membawa “sistesis mistik” alias corak
pertama Islam Nusantara dari daerah masing-masing, akan tetapi di Haramayn telah
menjadi semacam “melting pot” (panci pelebur) dari tradisi-tradisi “sintesis mistik”
lama dan terbentuklah suatu “sistesis baru” yang condong pada “tradisi besar” (neo-
sufisme: sintesis tasawwuf dan syariat).
Namun yang perlu dicatat, perubahan dan pembaruan ini lebih banyak dalam
proses damai, gradual, dan terbatas, tidak dalam konteks yang radikal, ekstrim dan
menggunakan kekerasan (kecuali contoh kasus Syaikh Siti Jennar di Jawa dan Haji
Abd Hamid di Kalimantan Selatan yang lebih kental karena alasan politik).
Meskipun perubahan itu dilakukan oleh jaringan ulama dengan cara yang tidak
radikal namun efektif, karena menggunakan pola relasi dan pengaruh kyai terhadap
santri-santrinya (dalam pesantren dan masyarakat), antara syaikh dan para muridnya
(dalam tarekat), dan yang lebih efektif lagi menjadikan dan mengajarkan kitab-kitab
standar yang berhaluan mendamaikan tasawwuf dan syariat (neo-sufisme) yang
dipelajari di pesantren-pesantren dan masyarakat dengan menyingkirkan kitab-kitab
lama (kitab-kitab yang berhaluan tasawwuf wahdatul wujud)
BAB III :Sejarah Muhammadiyah
A.Faktor objektif (kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia pada zaman
kolonial)
Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan
Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama
menjadi Ahmad Dahlan.
Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru
dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.
Latar belakang penelitian ini bermula dari rasa penasaran peneliti terhadap
sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berjumlah puluhan, ratusan bahkan ribuan,
yang mana sekolah-sekolah tersebut merupakan hasil dari pemikiran K.H Ahmad
Dahlan. Lebih tepatnya bukan pada sekolahnya, namun pada pemikiran luar biasa
beliau terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Pendidikan Islam memiliki peran
besar dalam menentukan nasib bangsa. Penyebaran pendidikan dianggap kurang
merata khususnya di daerah-daerah terpencil. Untuk itu K.H Ahmad Dahlan (pendiri
Muhammadiyah) turut andil memberikan hasil perwujudan pemikirannya dalam
melihat masalah yang timbul di daerah pribumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa gagasan dasar yang melatarbelakangi pemikiran K.H Ahmad Dahlan
dan apa saja pemikiran-pemikirannya pada Pendidikan Islam. Dari penelitian yang
telah dilakukan, peneliti menemukan hasil bahwa gagasan dasar pemikiran K.H
Ahmad Dahlan dilatarbelakangi beberapa hal, diantaranya:
(5) Dakwah.
BAB IV : Matan keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah
A.Cita-cita Muhammadiyah
Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-nya. Sejak nabi
adam hingga nabi muhammad ,sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual di
dunia dan akhirat
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah islam yang murni ,bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan ,bid’ah ,khurafat tanpa mengabaikan prinsip toleransi
menurut agama islam
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akhlak mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran AL-Quran dan sunnah rasul ,tidak bersendi kepada nilai-nilai
ciptaan manusia
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
rasullullah saw tanpa tambahan dan perubahan manusia
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat duniawiyat dengan
berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai
ibadah kepada allah.
BAB V :Kepribadian Muhammadiyah
A.Hakikat Muhammadiyah
1) Hidup manusia harus berdasar tauhid ibadah, dan taat kepada Allah.
2) Hidup manusia bermasyarakat.
3) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
4) Ittiba' kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
5) Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.
Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan
bagaimanapun cara perjuangan Muhammad-iyah untuk mencapai tujuan tunggalnya,
harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak
membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta
menempuh jalan yang diridlai Allah”
D.Sifat Muhammadiyah
C.Keanngotaan Muhammadiyah
D.Keanggotaan Muhammadiyah
1) Tajdid
Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar
" Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan" yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian
dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam agar terlepas dari Bid'ah, Takhayyul
dan Khurafat. At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada menghidupkan,
membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran
tentang tiga unsur yaitu keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian
dihidupkan dan dikembalikan.
2) Tajrid
Sedangkan Tajrid, berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan, pengungsian,
pengupasan, Pelepasan atau pengambil alihan. (Atabik Ali, 1999:410). Sedangkan
tajrid dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak se populer ketika
menyebut istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah memurnikan hal-hal yang
bersifat husus. Dalam ibadah kita tajrid, hanya ikut Nabi saw. dan tidak ada
pembaruan. Sedang dalam muamalah kita tajdid, yakni melakukan modernisasi dan
pembaruan
1) Model-model tajdid
a) Tajdid al-Islam yang menyangkut tandhifal-aqidah yaitu purifikasi terhadap ajaran
Islam (Sujarwanto 1990: 232).Tandhifal-aqidah ini berusaha untuk membersihkan
ajaran-ajaran Islam dari unsur takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC).
b) Pembaharuan yang menyangkut masalah teologi. Dalam bidang teologi,
Muhammadiyah sudah sewajarnya untuk mengkaji ulang konsep-konsep teologi yang
lebih responsif dan tanggap terhadap persoalan zaman. Pembaharuan yang dilakukan
adalah untuk membicarakan persoalan- persoalan kemanusiaan, di samping persoalan-
persoalan ke-Tuhanan.
c) Karena Islam menyangkut persoalan dunia dan akherat, ideologi dan pengetahuan
serta dimensi yang menyangkut kehidupan manusia, maka tajdid diorientasikan pada
pengembangan serta peningkatan kualitas kemampuan sumber daya manusia (Islam).
d) Pembaharuan Islam menyangkut organisasi. Gerakan umat Islam harus rapi,
terorgansir dan memiliki manajemen yang professional, sehingga mampu bersaing
dengan yang lainnya.
e) Pembaharuan dalam bidang etos kerja. Point ini juga menjadi focus perhatian
Muhammadiyah karena etos kerja umat Islam saat berdirinya Muhammadiyah sangat
rendah. Sehingga berdasar BRM nomor khusus “Tanfidz Keputusan Muktamar
Tarjih” XXII: 47, menyebutkan bahwa gerakan tajdid merupakan karakter bagi
organisasi Muhammadiyah.
2) Model-model tajrid
a) Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, muatannya menjadi khurafat dan bid’ah.
Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari al-Qur’an dan al-Sunnah.
Hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang. Sedangkan bid’ah biasanya muncul
karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan Islamnya kurang luas, sehingga
yang dilakukan adalah bukan dari ajaran Islam. Misalnya selamatan dengan kenduri
dan tahlil dengan menggunakan lafal Islam.
b) Realitas sosio-agama yang dipraktikkan masyarakat inilah yang mendorong Ahmad
Dahlan melakukan pemurnian melalui organisasi Muhammadiyah. munawir Syazali
mengatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan pemurnian yang menginginkan
pembersihan Islam dari semua unsur singkretis dan daki-daki tidak Islami lainnya
Muhammadiyah memandang tajdid sebagai salah satu watak dari ajaran Islam. Tajdid
dalam pandangan Muhammadiyah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pemurnian
(purifikasi) dan dimensi peningkatan, pengembangan, modernisasi atau yang semakna
dengan itu (dinamisasi). Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai
pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-Qu ’ran
dan As- Sunnah Ash-Shahihah sedangkan dalam pengertian “peningkatan atau
pengembangan” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan dan perwujudan
ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-
Shahihah
Ayat yang menjadi landasan bagi gerakan-gerakan sosial dalam Islam, itulah
Al-Ma'un. Islam adalah agama yang sangat menghargai kesetaraan egaliterisme. Islam
menolak stratifikasi sosial-ekonomis yang berarti meminggirkan orang miskin dan
anak yatim dalam sistem sosial yang bertingkat. Anak yatim adalah mereka yang
malang, tak mampu mengelak dari takdir bahwa kasih sayang yang ia terima akan
jauh, disebabkan oleh ayah dan ibu mereka yang telah tiada. Atau, tidak memberi
porsi perhatian kasih-sayang pada kita.Menghardik anak yatim adalah refleksi
kesombongan diri, merasa diri lebih baik dan Allah menolak kesombongan. Oleh
sebab itu, mereka yang sombong dan bakhil seperti kata Hamka dengan menghardik
anak yatim sebagai simbolisasi, patut diucap sebagai "pendusta agama".
2) Bidang Kesehatan
Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus
mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-
balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat)
Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya Muhammadiyah bernama PKO
(Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai meningkat baik kuantitas maupun
kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah &
‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
a) Rumah sakit berjumlah 34
b) Rumah bersalin berjumlah 85
c) Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504.
d) Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah 115
e) Balai Pengobatan berjumlah 846
f) Apotek dan KB berjumlah 4
4) Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program
diantaranya:
a) Peningkatan kualitas pengkaderan
b) Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara
berkelanjutan
c) Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d) Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e) Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi
Revitalisasi Teologis
Revitalisasi Ideologis
Revitalisasi Pemikiran
Revitalisasi Organisasi
Revitalisasi Kepemimpinan
Revitalisasi Amal Usaha
Revitalisasi Aksi
BAB IX :Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan
1) Faktor internal
Kelemahan dalam praktek ajaran islam
Kelemahan lembaga pendidikan islam
2) Faktor eksternal
Kristenisasi
Kolonialisme belanda
Gerakan pembaruan timur tengah