Anda di halaman 1dari 25

BAB I : Pemurnian dan pembaharuan di dunia muslim

A.Kemajuan peradaban islam dalam berbagai bidang

Ada beberapa target yang harus di perhatikan oleh mujahid muslim agar
dapatmenjadi acuan dalam keberhasilan pembaharuan dalam dunia muslim.Bidang itu
antara lain :

1) Kehidupan beragama , meliputi :


 Penyuburan akidah umat islam secara berkisinambungan.
 Menegakkan Tasamuh (toleransi) agama islam yang tinggi
 Menyelaraskan akidah dan kemasyarakatan
 Menjadikan agama sebagai usaha memperbaiki diri
 Memberikan kebebasan berakidah pada semua orang
2) Akhlak, mencakup didalam nya:
 Pembentukan masyarakat yang harmonis
 Tata sosial masyarakat yang islami (solidaritas muslim)
 Ilmu pengetahuan dan pengembangan wawasan keislaman
 Kebudayaan dan kesenian
 Ekonomi ,sosial ,politik

B.Sebab sebab kemundurannya

Muhammad abduh menggambarkan kemerosotan islam terjadi karena warisan


umat islam yang tidak dipergunakan dengan sebaik-baik nya. Kelemahan kaum
muslimin menurutnya disebabkan oleh perpecahan umat islam menjadi bangsa-bangsa
kecil yang beragam sekte ,keyakinan ,dan saling bertikai demi kesetiaan pada
pemimpinnya. Kemunduran umat muslim ini juga disebabkan hukuman yang
digambarkan dalam AL-Quran ,dan juga disebabkan oleh kebodohan umat islam dan
kesalahan memahami hakekat iman ,banyak nya perpecahan sekretarian ,adanya
anggapan tengtang tertutupnya pintu ijtihad serta kesalahan pemimpin dalam
mengambil arah kebijakan

C.Perlunya pemurnian dan pembaruan

Ketika kondisi masyarakat rapuh dan terjebak dalam kondisi yang serba lemah
lahirnya sebuah angin pembruan yang memberi perubahan besar dalam tubuh islam
hingga akhir sekarang ini.Pemurnian dan pembaruan sangat diperlukan untuk :

1) Mengobati penyakit umat muslim sebelum ajal menjemput mereka


2) Memperbaiki dan membangkitkan kembali kemegahan dan kebesaran umat
islam seperti pada masa-masa silam
3) Membersihkan tauhid dan penyakit TBC
4) Meluruskan amalan-amalan yang tidak bersumber dari AL-Quran dan sunnah
D.Tokoh-tokoh pembaruan dalam dunia islam

1) Taqiyuddin ibnu taimiyah

Taqiyuddin Abdul Abbas bin Abdul Halim bin Abdus bin Taimiyah al-Harrani
al-Hanbaly atau yang lebih dikenal dengan Taqiyuddin ibnu Taimiyah atau ibnu
Taimiyah. Beliau lahir pada tanggal 10 Rabiul Awal 661 Hijriyah, yang bertepatan
dengan tanggal 22 Januari 1263 Miladiyah di kota Al-Harran, Siria. Ibnu Taimiyah
lahir kurang lebih lima tahun kemudian setelah tentara Barbar dan Mongolia, yang
dimana bangsa Mongol menaklukkan kota Bagdad, ibukota pusat kekuasaan dinasti
Abbasyiah (Leopold Weiss: 22).

2) Muhammad bin Abdul Wahab

Muhammad bin Abdul Wahab pendiri Gerakan Muwahidin adalah seorang


ulama besar, yang dilahirkan di Uyainah. Ia dibesarkan dalam lingkungan kehidupan
beragama yang ketat di bawah pengaruh mazhab Hanbali. Dilihat dari latar belakang
kehidupannya dapat dipahami bahwa beliau ada kesamaan latar belakang dengan
tokoh pendahulunya, Ibnu Taimiyah. Beliau lahir pada tahun 1703 dengan nama
lengkap Syeikh al-Islam al-Imam Muhammad bin Abdul Wahab bin Sulaiman bin
Ali bin Muhammad bin Ahmad bin Rasyid bin Barid bin Muhammad bin al-Masyarif
at-Tamimi al-Hambali an-Najdi.

3) Muhammad Abduh

Muhammad Abduh merupakan seorang pemikir muslim dari Mesir, dan salah
satu penggagas pergerakan modernisme Islam. Beliau lahir pada tahun 1849 di Delta
Nil (kini wilayahnya Mesir). Beliau belajar tentang filsafat dan logika di Universitas
Al-Azhar, Kairo pada tahun 1876 dengan mendapat ijizah Alimiyyah. Ia juga murid
dari Jamal al-Din al-Afghani atau Jamaluddin al-Afghani. Pada tahun 1877, al-
Afghani datang ke Mesir, ia dikenal sebagai tokoh mujadid, mujahid, serta ulama
Islam yang berwibawa. Kehadiran beliau dimanfaatkan oleh Muhammad Abduh untuk
menemuinya. Pada pertemuan pertamanya itu, mereka berdiskusi tentang masalah
ilmu tasawuf dan ilmu tafsir. Sejak saat itu, Muhammad Abduh selalu berada
disamping Jamaluddin al-Afghani, dan Muhammad Abduh menjadikan beliau sebagai
guru besarnya.

4) Jamaluddin Al-Afghani

Jamaludin al-Afghani dilahirkan pada tahun 1939 di As’ad Abad, Afghanistan.


Ia berkebangsaan Afghanistan, oleh karena itu di belakang namanya dicantumkan
nisbah negeri tersebut “Al-Afghani.” Ia dikenal sebagai reformer dalam dunia Islam,
sekaligus sebagai seorang pejuang yang terus menerus mengobarkan api semangat
menegakkan “kalimatulhaq” kepada siapapun, sampai kepada penguasa yang
zalim.Jamaludin Al-Afghani terkenal juga sebagai pengembara yang tangguh, bukan
saja mengembara di negeri-negeri Islam melainkan ia melakukan pengembaraan ke
negeri-negeri non muslim daratan Eropa. Pengembaraannya ke negeri non muslim
untuk mengenalkan dan menjelaskan hakekat dinul Islam dan meluruskan pengertian
dan persepsi yang keliru tentang ikhwal Islam. Sedangkan terhadap negara-negara
Islam, beliau kembali mengobarkan semangat jihad menegakkan kebenaran dan
keadilan serta mengobarkan semangat jihad melawan kaum penjajah.

5) Shah Waliullah

Shah Waliullah Muhaddith Dehlawi lahir pada tanggal 21 Februaru 1703 di


Phulat, India. adalah seorang Islam sarjana dan pembaharu. Beliau dilahirkan pada
masa pemerintahan Aurangzeb. Beliau bekerja untuk kebangkitan Islam aturan dan
pembelajaran intelektual di Asia Selatan, selama waktu memudarnya kekuasaan
Muslim. Beliau adalah keturunan dari Quraisy suku Arabi dan silsilahnya dapat
ditelusuri ke khalifah kedua Islam, Umar di sisi pihak ayah. Ayahnya, Shah Abdur
Rahim. Dia dijuluki sebagai ‘Shah Waliullah’ karena Waliullah berarti “sahabat
Allah” dan dia adalah seorang individu yang shaleh.

6) Sayyid Amir Ali

Sayyid Amir Ali berasal dari keluarga Syi’ah di zaman Nadir Syah (1736-
1747) pindah dari Khurasan di Persia ke India. Sayyid Amir lahir pada tahun 1849,
dan meninggal dalam usia 79 tahun pada tahun 1928. Pendidikannya ia peroleh di
perguruan tinggi Muhsiniyya yang berada di dekat Kalkuta. Disinilah beliau belajar
bahasa Arab. Selanjutnya beliau belajar bahasa Inggris dan kemudian juga sastra
Inggris dan hukum Inggris.

7) H.Dr. Muhammad Iqbal

Terlahir dengan nama Muhammad Iqbal pada tanggal 9 Nopember 1877 di


Sialkot, British India (sekarang berada di Pakistan). Beliau dikenal juga sebagai
Allama Iqbal adalah seorang filsuf, penyair, dan politisi yang dipandang luas telah
mengilhami Gerakan Pakistan. Ia dianggap sebagai salah satu tokoh yang penting
dalam literatur Urdu, dengan karya sastra baik dalam bahasa Persia maupun bahasa
Urdu.Ketika Iqbal berusia empat tahun, ia dikirimkan ke masjid untuk mempelajari
Al-Qur’an. Kemudian kepala Madrasah Sialkot menjadi gurunya. Beliau menerima
Fakultas eni ijazah pada tahun 1895, dimana gurunya Hassan adalah guru besar
bahasa Arab.

8) Sir Ahmad Khan

Beliau merupakan tokoh pembaharu kedua di negeri India setelah Syah


Waliyullah. Beliau juga dikenal sebagai tokoh yang mengembangkan dan
menyempurnakan lebih jauh ide-ide Waliyullah. Beliau lahir pada tanggal 17 Oktober
1817 di Delhi. Keluarganya dikatakan telah bermigrasi dari Haerat pada zaman kaisar
Akbar. Banyak generasi keluarganya sejak itu sangat berhubungan dengan
pemerintahan Mughal. Sir Syed merintis pendidikan modern bagi komunitas Muslim
India dengan mendirikan Muhammad Anglo-Oriental College, yang kemudian
dikembangkan menjadi Universitas Muslim Aligarh.
BAB II : Dakwah islam dinusantara dan asal usul Muhammadiyah

A.Teori masuknya islam di Nusantara

1) Teori Gujarat

Dalam teori ini dikatakan bahwa masuknya Agama Islam ke Indonesia dibawa
oleh orang-orang Gujarat, India. Tokoh yang mendukung teori ini adalah Snouck
Hurgronje dan J.Pijnapel. Mereka berpendapat bahwa Islam masuk ke Indonesia pada
abad ke-13 Masehi bersama dengan hubungan dagang yang terjalin antara masyarakat
Nusantara dengan para pedagang Gujarat yang datang.Kurangnya fakta yg
menjelaskan peranan bangsa Arab dalam penyebarannya ke Indonesia.Hubungan
dagang Indonesia dgn India telah lama melalui jalur Indonesia – Cambay – Timur
tengah – Eropa.Beberapa bukti yang mendukung teori ini diantaranya batu nisan
Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh tahun 1297 yang bercorak khas Islam Gujarat,
catatan Marcopolo bahwa di Perlak sudah banyak penduduk yg memeluk Islam dan
banyak pedagang Islam dari India yg menyebarkan ajaran Islam, serta adanya warna
tasawuf pada aliran Islam yang berkembang di Indonesia.Akan tetapi ada beberapa
kelemahan dari teori tersebut diantaranya masyarakat Samudra Pasai menganut
mazhab Syafi’i, sementara masyarakat Gujarat lebih banyak menganut mazhab Hanafi
dan saat islamisasi Samudra Pasai, Gujarat masih merupakan Kerajaan Hindu.

2) Teori Persia

Teori Persia ini menyatakan bahwa masuknya Agama Islam ke Indonesia


berasal dari Persia. Pencetus sekaligus pendukung Teori Persia adalah Umar Amir
Husen dan Hoesein Djajadiningrat, mereka mengatakan bahwa Agama Islam yang
masuk ke Indonesia pada abad ke-7 Masehi adalah Agama Islam yang dibawa oleh
kaum Syiah, Persia.Terdapat beberapa bukti yang mendukung teori ini
diantaranya kesamaan budaya Islam Persia dan Islam Nusantara seperti adanya
peringatan Asyura dan peringatan Tabut, kesamaan ajaran Sufi, penggunaan istilah
persia untuk mengeja huruf Arab, ditemukannya makam Maulana Malik Ibrahim
tahun 1419 di Gresik, adanya perkampungan Leren/Leran di Giri daerah Gresik
(Leren adalah nama salah satu pendukung teori ini yaitu Umar Amir Husen & PA
Hussein Jayadiningrat), kesamaan seni kaligrafi pada beberapa batu nisan, serta bukti
maraknya aliran Islam Syiah khas Iran pada awal masuknya Islam di
Indonesia.Karena banyaknya bukti yang mendukung teori ini, teori ini sempat menjadi
teori masuknya Islam ke Indonesia yang paling benar oleh sebagian sejarahwan.
Namun ternyata teori ini juga memiliki kelemahan. Bila dikatakan bahwa Islam
masuk pada abad ke 7, maka kekuasaan Islam di Timur Tengah masih dalam
genggaman Khalifah Umayyah yang berada di Damaskus, Baghdad, Mekkah, dan
Madinah. Jadi tidak memungkinkan bagi ulama Persia untuk menyokong penyebaran
Islam secara besar-besaran ke Nusantara.
3) Teori Arab atau Teori Makkah

Teori Arab atau Teori Makkah ini menyatakan bahwa proses masuknya Islam
ke Indonesia dibawa oleh orang-orang Arab yang memiliki semangat untuk
menyebarkan Agama Islam ke seluruh belahan dunia. Tokoh yang mendukung teori
ini adalah Van Leur, Anthony H. Johns, T.W Arnold, dan Buya Hamka.

Terdapat beberapa bukti yang mendukung teori ini diantaranya:

 Pada abad ke 7 Masehi, di Pantai Timur Sumatera memang telah


terdapat perkampungan Islam khas dinasti Ummayyah, Arab.
 Madzhab yang populer kala itu khususnya di Samudera Passai adalah
madzhab Syafii yang juga populer di Arab dan Mesir.
 Adanya penggunaan gelar Al Malik pada raja-raja Samudera Pasai
yang hanya lazim ditemui pada budaya Islam di Mesir.

Hingga saat ini, teori ini merupakan teori yang dianggap paling
kuat. Kelemahannya hanya terletak pada kurangnya fakta dan bukti yang menjelaskan
peran Bangsa Arab dalam proses penyebaran Islam di Indonesia.

4) Teori China

Teori China merupakan teori yang baru-baru ini berkembang, teori ini
menyatakan bahwa Islam masuk ke Indonesia karena dibawa perantau Muslim China
yang datang ke Nusantara. Tokoh yang mencetuskan teori ini adalah Slamet
Mulyana dan Sumanto Al Qurtuby.

Beberapa bukti yang mendukung teori ini diantaranya:

 Fakta adanya perpindahan orang-orang muslim China dari Canton ke


Asia Tenggara, khususnya Palembang pada abad ke 879 M.
 Adanya masjid tua beraksitektur China di Jawa.
 Raja pertama Demak yang berasal dari keturunan China (Raden Patah).
 Gelar raja-raja demak yang ditulis menggunakan istilah China.
 Serta catatan China yang menyatakan bahwa pelabuhan-pelabuhan di
Nusantara pertama kali diduduki oleh para pedagang China.
5) Teori Maritim

Teori Maritim ini menyatakan bahwa penyebaran Islam di Nusantara tidak


bisa dilepaskan dari kemampuan umat Islam dalam menjelajah samudera. Tidak
dijelaskan darimana asal Islam yang berkembang di Indonesia, yang jelas menurut
teori ini, masuknya Islam di Indonesia terjadi di sekitar abad ke-7 Masehi. Tokoh
yang mencetuskan teori ini ialah sejarawan asal Pakistan, N.A. Baloch.
B.Proses perkembangan islam di Nusantara

Penyebaran Islam di Nusantara adalah proses menyebarnya agama Islam di


Nusantara (sekarang Indonesia). Islam dibawa ke Nusantara oleh pedagang dari
Gujarat, India selama abad ke-11, meskipun Muslim telah mendatangi Nusantara
sebelumnya.Pada akhir abad ke-16, Islam telah melampaui jumlah penganut Hindu
dan Buddhisme sebagai agama dominan bangsa Jawa dan Sumatra. Bali
mempertahankan mayoritas Hindu, sedangkan pulau-pulau timur sebagian besar tetap
menganut animisme sampai abad 17 dan 18 ketika agama Kristen menjadi dominan di
daerah tersebut.

Penyebaran Islam di Nusantara pada awalnya didorong oleh meningkatnya


jaringan perdagangan di luar kepulauan Nusantara. Pedagang dan bangsawan dari
kerajaan besar Nusantara biasanya adalah yang pertama mengadopsi Islam. Kerajaan
yang dominan, termasuk Kesultanan Mataram (di Jawa Tengah sekarang), dan
Kesultanan Ternate dan Tidore di Kepulauan Maluku di timur. Pada akhir abad ke-13,
Islam telah berdiri di Sumatra Utara, abad ke-14 di timur laut Malaya, Brunei, Filipina
selatan, di antara beberapa abdi kerajaan di Jawa Timur, abad ke-15 di Malaka dan
wilayah lain dari Semenanjung Malaya (sekarang Malaysia). Meskipun diketahui
bahwa penyebaran Islam dimulai di sisi barat Nusantara, kepingan-kepingan bukti
yang ditemukan tidak menunjukkan gelombang konversi bertahap di sekitar setiap
daerah Nusantara, melainkan bahwa proses konversi ini rumit dan lambat.

Meskipun menjadi salah satu perkembangan yang paling signifikan dalam


sejarah Indonesia, bukti sejarah babak ini terkeping-keping dan umumnya tidak
informatif sehingga pemahaman tentang kedatangan Islam ke Indonesia sangat
terbatas. Ada perdebatan di antara peneliti tentang apa kesimpulan yang bisa ditarik
tentang konversi masyarakat Nusantara kala itu.[1]:3 Bukti utama, setidaknya dari
tahap-tahap awal proses konversi ini, adalah batu nisan dan beberapa kesaksian
peziarah, tetapi bukti ini hanya dapat menunjukkan bahwa umat Islam pribumi ada di
tempat tertentu pada waktu tertentu. Bukti ini tidak bisa menjelaskan hal-hal yang
lebih rumit seperti bagaimana gaya hidup dipengaruhi oleh agama baru ini, atau
seberapa dalam Islam mempengaruhi masyarakat. Dari bukti ini tidak bisa
diasumsikan, bahwa karena penguasa saat itu dikenal sebagai seorang Muslim, maka
proses Islamisasi daerah itu telah lengkap dan mayoritas penduduknya telah memeluk
Islam; namun proses konversi ini adalah suatu proses yang berkesinambungan dan
terus berlangsung di Nusantara, bahkan tetap berlangsung sampai hari ini di Indonesia
modern. Namun demikian, titik balik yang jelas terjadi adalah ketika Kerajaan Hindu
Majapahit di Jawa dihancurkan oleh Kerajaan Islam Demak. Pada 1527, pemimpin
perang Muslim Fatahillah mengganti nama Sunda Kelapa yang baru ditaklukkannya
sebagai "Jayakarta" (berarti "kota kemenangan") yang akhirnya seiring waktu menjadi
"Jakarta". Asimilasi budaya Nusantara menjadi Islam kemudian meningkat dengan
cepat setelah penaklukan ini.
C.Proses islamisasi di Indonesia

1) Saluran Perdagangan

Letak geografis Indonesia sangatlah strategis sebagai jalur perdagangan dan


pelayaran dunia pada masa silam yang mendorong proses masuknya &
berkembangnya Islam di Indonesia. Banyak pedagang dari berbagai penjuru dunia
datang ke Indonesia. Sehingga sangat memungkinkan jika para pedagang muslim dari
Gujarat, Arab, maupun Persia datang ke kepulauan Indonesia. Selain untuk berniaga,
sebagian lainnya juga ada yang membentuk perkampungan muslim yang menjadi
cikal bakal saluran islamisasi di Indonesia. Contoh perkampungan muslim dapat
banyak ditemui di pesisir pantai timur Sumatera dan pantai utara Jawa, seperti di
Pekojan, Jakarta Utara.

2) Saluran Perkawinan

Saluran ini menjadi saluran islamisasi yang paling besar pengaruhnya di


Indonesia. Dalam hal ini, kondisi ekonomi para pedagang muslim cenderung lebih
baik yang membua banyak wanita pribumi tertarik untuk dinikahi. Adapun karena
syarat pernikahan dalam agama Islam yang mengharuskan setiap pasangan calon
suami istri sama-sama memeluk agama Islam. Dari pasangan ini lahir anak-anak
generasi muslim yang kelak akan membantu penyebaran Islam di Indonesia. Terlebih
lagi bila banyak anak-anak muslim tersebut dilahirkan dari kaum bangsawan atau
pemimpin daerah menyebabkan banyak yang ikut tertarik untuk masuk Islam.

3) Saluran Dakwah

Saluran islamisasi di Indonesia juga tidak lepas dari dakwah para ulama.
Seperti yang kita ketahui bahwa setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan
risalah kebenaran kepada orang-orang yang belum mendapat pencerahan. Karena itu,
tidak sedikit para pedagang dari Gujarat, Arab, & Persia selain berdagang mereka pula
berdakwah tentang Islam. Lalu, banyak pula ulama yang melakukan pembinaan secara
intensif seperti yang dilakukan oleh Walisongo di pulau Jawa.

4) Saluran Pendidikan

Saluran islamisasi selanjutnya adalah saluran pendidikan. Hal itu dapat


dibuktikan dengan banyaknya pesantren di Jawa pada masa lalu. Kerajaan Demak
merupakan kerajaan Islam pertama di Pulau Jawa terbukti telah menjadi pusat
pendidikan islam. Para santri dari seluruh penjuru nusantara menimba ilmu di
pesantren-pesantren Demak yang kemudian akan menyebarkan ilmunya di daerah
asalnya masing-masing.

5) Saluran Budaya

Saluran ini banyak dilakukan para wali untuk menyebarkan agama Islam.
Penyebaran Islam menggunakan media seni budaya, yang kebanyakan merupakan
budaya lokal namun dengan sedikit ubahan sehingga terdapat isi dakwah dari para
wali. Cara ini merupakan cara yang dilakukan oleh walisongo seperti Sunan Kalijaga
dengan pertunjukan wayang kulit, Sunan Bonang dan Sunan Drajad lewat seni
gamelan dan lagu, Sunan Kudus lewat cerita bersensi filsafat Islam, dan sebagainya.

6) Saluran Tasawuf

Eksistensi agama Hindu-Buddha pada kondisi masyarakat Nusantara diawal


penyebaran Islam membuat para ulama mengelaborasi pola pikir masyarakat yang
masih berorientasi pada agam yang lebih dulu dianutnya lewat jalur tasawuf. Tasawuf
adalah metode penyampaian syiar Islam lewat pendekatan kehidupan sehari-hari dan
mengantarkan pemahaman Islam berdasarkan logika dan pemikiran. Adapun
pengaruh ajaran tasawuf sendiri telah ada pada ajaran Islam yang masuk melalui
Gujarat India. Dengan pengaruh ini, masyarakat Indonesia yang awalnya memeluk
agama Hindu menjadi lebih mudahh memahami dan menerima ajaran Islam. Pengaruh
ini pula-lah yang menjadi alasan mengapa Islam bisa cepat diterima oleh masyarakat
Indonesia.

7) Saluran Politik

Saluran islamisasi di Indonesia juga dilakukan lewat jalur politik. Contoh


penerapan saluran ini misalnya terjadi pada kerajaan-kerajaan Islam di Sulawesi
Selatan. Kerajaan-kerajaan yang awalnya bercorak Hindu Budha ditaklukan untuk
kemudian menjadi kearajaan Islam.

D.Corak islam di Nusantara

1) “Sintesis Mistik”

Proses islamisasi terbatas dan bukan arabisasi menjadi kunci sukses gerakan
dakwah para Wali Sanga ini menghasilkan fenomena keislaman yang unik dan khas
yang disebut oleh Ricklefs sebagai “Sintesis Mistik”. Ajaran Islam dan kepercayaan
lokal tidak berhadap-hadapan dan bertentangan dalam pola kepercayaan lokal (tesis)
dan ajaran Islam sebagai anti-tesis, namun ada upaya untuk menemukan sintesis dari
keduanya, inilah cikal-bakal dari Islam Nusantara.

2) “Neo-Sufisme”

Dalam perkembangan selanjutnya, mulai abad ke-17 M muncul fenomena


pembaruan yang bisa dipahami semacam upaya pemurniaan terhadap “Sistesis
Mistik” ini. Gejala ini berupa ortodoksi keislaman dalam bentuk “neo-sufisme” yang
dipengaruhi telaah hadits, pengaruh ilmu syariat (dalam hal ini fiqih) yang merupakan
bentuk lain dari “sintesis baru” antara tasawwuf dan syariat yang telah didamaikan
oleh Imam al-Ghazali dalam kitab Ihya’ Ulumiddin setelah sebelumnya dua aspek ini
(tasawwuf dan syariat) terjadi pertentangan dan pertarungan misalnya dalam kasus Al-
Hallaj dan Suhrawardi al-Maqtul, dua tokoh sufi yang dihukum mati oleh para ulama
fiqih dengan tuduhan melanggar syariat. Dan untuk kasus tanah Jawa, munculnya
Syaikh Siti Jennar yang dikabarkan dihukum mati oleh para Wali Sanga karena
mengajarkan tasawwuf yang bertentangan dengan syariat.

“Sintesis Mistik” sebagaia corak pertama Islam Nusantara merupakan ajaran


tasawwuf “falsafi” yang bersambungan dengan kepercayaan-kepercayaan lokal.
Namun munculnya “neo-sufisme” yang bisa disebut tasawwuf “sunni” yang
merupakan perkawinan silang antara tasawwuf dan syariat (fiqih)—bukan lagi
kepercayaan lokal—yang tokoh-tokoh gerakan “Neo-Sufisme-Syariat” ini berasal dari
para pelajar Nusantara yang baru datang dari Haramayn (Makkah dan Madinah).

Meskipun para pelajar itu ke Haramayn membawa “sistesis mistik” alias corak
pertama Islam Nusantara dari daerah masing-masing, akan tetapi di Haramayn telah
menjadi semacam “melting pot” (panci pelebur) dari tradisi-tradisi “sintesis mistik”
lama dan terbentuklah suatu “sistesis baru” yang condong pada “tradisi besar” (neo-
sufisme: sintesis tasawwuf dan syariat).

Salah satu dampak dari gerakan “neo-sufisme” ini, Nuruddin Ar-Raniri di


Aceh mulai melarang ajaran-ajaran Hamzah Fansuri dan Abd Samad al-Sumatrani,
demikian pula di Jawa Tengah pada kasus Kyai Mutamakkin yang diserang oleh Ketib
Anom Kudus. Abd Shamad al-Palimbani “memurnikan” ajaran tasawwuf di
Palembang, Muhammad Arsyad Banjari di Kalimantan Selatan, Yusuf al-Makassari di
Sulawesi Selatan, dan Sayyid Alawi di Buton dan lain-lainnya.

Namun yang perlu dicatat, perubahan dan pembaruan ini lebih banyak dalam
proses damai, gradual, dan terbatas, tidak dalam konteks yang radikal, ekstrim dan
menggunakan kekerasan (kecuali contoh kasus Syaikh Siti Jennar di Jawa dan Haji
Abd Hamid di Kalimantan Selatan yang lebih kental karena alasan politik).
Meskipun perubahan itu dilakukan oleh jaringan ulama dengan cara yang tidak
radikal namun efektif, karena menggunakan pola relasi dan pengaruh kyai terhadap
santri-santrinya (dalam pesantren dan masyarakat), antara syaikh dan para muridnya
(dalam tarekat), dan yang lebih efektif lagi menjadikan dan mengajarkan kitab-kitab
standar yang berhaluan mendamaikan tasawwuf dan syariat (neo-sufisme) yang
dipelajari di pesantren-pesantren dan masyarakat dengan menyingkirkan kitab-kitab
lama (kitab-kitab yang berhaluan tasawwuf wahdatul wujud)
BAB III :Sejarah Muhammadiyah

A.Faktor objektif (kondisi sosial dan keagamaan bangsa Indonesia pada zaman
kolonial)

1) Setting realitas keummatan


a. Internal umat islam
o Islam sinkhtis ,sufidhk
o Kejunudan (beku berfikir) karena pintu ijtihad tertutup
o Terbelenggu oleh mazhab ,menganggap paling benar
o Konflik akibat khilafiah ,menyebabkan energi banyak terkuras
o Islam ritual dan islam budaya difasilitasi atau dibiayai berkembang
b. Antar umat beragama
o Misi kristenisasi
o Hubungan islam dengan kristen akibat kolonialisasi
2) Setting realitas kebangsaan
a. Imperialis ,akibatnya bodoh ,miskin ,terbelakang
b. Politik hindia belanda : islam politik dibungkam ,islam ritual dan budaya
di fasilitasi ,pembangunan mesjid dekat makam ,menunaikan ibadah haji
diperbolehkan tetapi di seleksi

B.Faktor subjektif (keprihatinan dan keterpanggilan KH.A Dahlan terhadap


umat dan bangsa)

1) Faktor keluarga (keluarga yang taat beragama)


2) Faktor lingkungan (lingkungan kampung kauman yogyakarta yang dikenal
sebagai kampung agamis)
3) Faktor kepribadian (mature personality)
4) Faktor kecerdasan (memahami AL-Quran khususnya surat Ali imran 104)
5) Faktor pemahaman agama (islam pembaruan)

C.Profil KH.A Dahlan

Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis (lahir di Yogyakarta, 1


Agustus 1868 – meninggal di Yogyakarta, 23 Februari 1923 pada umur 54 tahun)
adalah seorang Pahlawan Nasional Indonesia. Ia adalah putra keempat dari tujuh
bersaudara dari keluarga K.H. Abu Bakar. KH Abu Bakar adalah seorang ulama dan
khatib terkemuka di Masjid Besar Kasultanan Yogyakarta pada masa itu, dan ibu dari
K.H. Ahmad Dahlan adalah puteri dari H. Ibrahim yang juga menjabat penghulu
Kesultanan Ngayogyakarta Hadiningrat pada masa itu
Latar belakang keluarga dan pendidikan

Nama kecil KH. Ahmad Dahlan adalah Muhammad Darwisy. Ia merupakan


anak keempat dari tujuh orang bersaudara yang keseluruhan saudaranya perempuan,
kecuali adik bungsunya. Ia termasuk keturunan yang kedua belas dari Maulana Malik
Ibrahim, salah seorang yang terkemuka di antara Walisongo, yaitu pelopor
penyebaran agama Islam di Jawa. Silsilahnya tersebut ialah Maulana Malik Ibrahim,
Maulana Ishaq, Maulana 'Ainul Yaqin, Maulana Muhammad Fadlullah (Sunan
Prapen), Maulana Sulaiman Ki Ageng Gribig (Djatinom), Demang Djurung Djuru
Sapisan, Demang Djurung Djuru Kapindo, Kyai Ilyas, Kyai Murtadla, KH.
Muhammad Sulaiman, KH. Abu Bakar, dan Muhammad Darwisy (Ahmad Dahlan).

Pada umur 15 tahun, ia pergi haji dan tinggal di Mekah selama lima tahun.
Pada periode ini, Ahmad Dahlan mulai berinteraksi dengan pemikiran-pemikiran
pembaharu dalam Islam, seperti Muhammad Abduh, Al-Afghani, Rasyid Ridha dan
Ibnu Taimiyah. Ketika pulang kembali ke kampungnya tahun 1888, ia berganti nama
menjadi Ahmad Dahlan.

Pada tahun 1903, ia bertolak kembali ke Mekah dan menetap selama dua
tahun. Pada masa ini, ia sempat berguru kepada Syeh Ahmad Khatib yang juga guru
dari pendiri NU, KH. Hasyim Asyari. Pada tahun 1912, ia mendirikan
Muhammadiyah di kampung Kauman, Yogyakarta.

Sepulang dari Mekkah, ia menikah dengan Siti Walidah, sepupunya sendiri,


anak Kyai Penghulu Haji Fadhil, yang kelak dikenal dengan Nyai Ahmad Dahlan,
seorang Pahlawanan Nasional dan pendiri Aisyiyah. Dari perkawinannya dengan Siti
Walidah, KH. Ahmad Dahlan mendapat enam orang anak yaitu Djohanah, Siradj
Dahlan, Siti Busyro, Irfan Dahlan, Siti Aisyah, Siti Zaharah. Di samping itu KH.
Ahmad Dahlan pernah pula menikahi Nyai Abdullah, janda H. Abdullah. la juga
pernah menikahi Nyai Rum, adik Kyai Munawwir Krapyak. KH. Ahmad Dahlan juga
mempunyai putra dari perkawinannya dengan Nyai Aisyah (adik Adjengan Penghulu)
Cianjur yang bernama Dandanah. Ia pernah pula menikah dengan Nyai Yasin
Pakualaman Yogyakarta.

KH. Ahmad Dahlan meninggal pada tahun 1923 dan dimakamkan di


pemakaman KarangKajen, Yogyakarta

D.Pemikiran-pemikira KH.A Dahlan tentang Islam dan umatnya

Latar belakang penelitian ini bermula dari rasa penasaran peneliti terhadap
sekolah-sekolah Muhammadiyah yang berjumlah puluhan, ratusan bahkan ribuan,
yang mana sekolah-sekolah tersebut merupakan hasil dari pemikiran K.H Ahmad
Dahlan. Lebih tepatnya bukan pada sekolahnya, namun pada pemikiran luar biasa
beliau terutama dalam bidang Pendidikan Islam. Pendidikan Islam memiliki peran
besar dalam menentukan nasib bangsa. Penyebaran pendidikan dianggap kurang
merata khususnya di daerah-daerah terpencil. Untuk itu K.H Ahmad Dahlan (pendiri
Muhammadiyah) turut andil memberikan hasil perwujudan pemikirannya dalam
melihat masalah yang timbul di daerah pribumi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui apa gagasan dasar yang melatarbelakangi pemikiran K.H Ahmad Dahlan
dan apa saja pemikiran-pemikirannya pada Pendidikan Islam. Dari penelitian yang
telah dilakukan, peneliti menemukan hasil bahwa gagasan dasar pemikiran K.H
Ahmad Dahlan dilatarbelakangi beberapa hal, diantaranya:

(1) Keprihatinan terhadap umat Islam pribumi,

(2) Kesenjangan pendidikan, dan

(3) Pertarungan melawan Kristen.

Sedangkan pemikiran-pemikiran K.H Ahmad Dahlan dalam dunia pendidikan


Islam diantaranya:

(1) Mendirikan sekolah,

(2) Lahir “ulama-intelek” atau “intelek-ulama”,

(3) Kerjasama dengan pemerintah Belanda,

(4) Mengadopsi sistem pendidikan, serta

(5) Dakwah.
BAB IV : Matan keyakinan dan cita-cita Muhammadiyah

A.Cita-cita Muhammadiyah

Muhammadiyah adalah gerakan berasaskan islam ,bercita-cita dan bekerja


untuk mewujudkan masyarakat islam yang sebenar-benarnya ,untuk melaksanakan
fungsi dari manusia sebagai hamba dan khalifah Allah dimuka bumi

B.Islam dalam keyakinan Muhammadiyah

Islam adalah agama Allah yang diwahyukan kepada rasul-nya. Sejak nabi
adam hingga nabi muhammad ,sebagai hidayah dan rahmat Allah kepada umat
manusia sepanjang masa dan menjamin kesejahteraan hidup material dan spiritual di
dunia dan akhirat

C.Pemikiran dan gerakan Muhammadiyah dalam bidang akidah ,ibadah akirat


,dan muamalah duniawiyah.

Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya aqidah islam yang murni ,bersih dari
gejala-gejala kemusyrikan ,bid’ah ,khurafat tanpa mengabaikan prinsip toleransi
menurut agama islam
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya akhlak mulia dengan berpedoman
kepada ajaran-ajaran AL-Quran dan sunnah rasul ,tidak bersendi kepada nilai-nilai
ciptaan manusia
Muhammadiyah bekerja untuk tegaknya ibadah yang dituntunkan oleh
rasullullah saw tanpa tambahan dan perubahan manusia
Muhammadiyah bekerja untuk terlaksananya mu’amalat duniawiyat dengan
berdasarkan ajaran agama serta menjadikan semua kegiatan dalam bidang ini sebagai
ibadah kepada allah.
BAB V :Kepribadian Muhammadiyah

A.Hakikat Muhammadiyah

Adalah menyebarkan islam yang sebenar-benarnya ,dan karena itu cara-


caranya mengikuti bagaimana rasullullah menyebarkan islam pada mula-mula
pertumbuhannya

B.Dasar amal usaha Muhammadiyah

1) Hidup manusia harus berdasar tauhid ibadah, dan taat kepada Allah.
2) Hidup manusia bermasyarakat.
3) Menegakkan dan menjunjung tinggi agama islam dalam masyarakat adalah
kewajiban sebagai ibadah kepada Allah dan ikhsan kepada kemanusiaan.
4) Ittiba' kepada langkah dan perjuangan Nabi Muhammad SAW.
5) Melancarkan amal usaha dan perjuangannya dengan ketertiban organisasi.

C.Pedoman amal usaha dan perjuangan Muhammadiyah

Menilik dasar prinsip tersebut di atas, maka apapun yang diusahakan dan
bagaimanapun cara perjuangan Muhammad-iyah untuk mencapai tujuan tunggalnya,
harus berpedoman: “Berpegang teguh akan ajaran Allah dan Rasul-Nya, bergerak
membangun di segenap bidang dan lapangan dengan menggunakan cara serta
menempuh jalan yang diridlai Allah”

D.Sifat Muhammadiyah

1) Beramal dan berjuang untuk perdamaian dan ke-sejahteraan.


2) Memperbanyak kawan dan mengamalkan ukhuwah Islamiyah.
3) Lapang dada, luas pandangan, dengan memegang teguh ajaran Islam.
4) Bersifat keagamaan dan kemasyarakatan.
5) Mengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar dan
falsafah negara yang sah.
6) Amar ma’ruf nahi munkar dalam segala lapangan serta menjadi contoh teladan
yang baik.
7) Aktif dalam perkembangan masyarakat dengan maksud ishlah dan
pembangunan, sesuai dengan ajaran Islam.
8) Kerjasama dengan golongan Islam manapun juga dalam usaha menyiarkan
dan mengamalkan agama Islam serta membela kepentingannya.
9) Membantu pemerintah serta bekerjasama dengan golongan lain dalam
memelihara dan membangunNegara untuk mencapai masyarakat adil dan
makmur yang diridlai Allah SWT.
10) Bersifat adil serta kolektif ke dalam dan keluar dengan bijaksana
BAB VI :Mukadimah anggaran dasar rumah tangga Muhammadiyah

A.Mukadimah anggaran dasar

1) Hidup manusia harus berdasarkan tauhid yaitu ,bertuhan


2) Beribadah ,serta tunduk dan taat hanya kepada allah semata.
3) Hidup manusia adalah bermasyarakat
4) Islam satu-satunya agam yang benar (hak) ,dan satu-satunya agama yang
sempurna
5) Berjuang menegakkan agama islam adalah wajib ,sebagai ibadah kepada Allah
,dan berbuat ihsan dan islah kepada manusia
6) Perjuangan menegakkan agama islam akan berhasil bila mengikuti jejak
perjuangan nabi Muhammad SAW ,perjuangan mewujudkan pokok-pokok
pikiran seperti di atas hanya dapat dilaksanakan dengan baik dan berhasil
dengan cara berorganisasi
7) Seluruh perjuangan diarahkan untuk tercapainya tujuan hidup ,yakni
terwujudnya masyarakat yang utama ,adil dan makmur yang diridai Allah
SWT

B.Identitas dan asas Muhammadiyah

1) Muhammadiyah sebagai gerakan islam


2) Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah
3) Muhammadiyah sebagai gerakan tajdid

C.Keanngotaan Muhammadiyah

1) Anggota biasa ,yaitu warga negara Indonesia beragama islam


2) Anggota luar biasa ,yaitu orang islam bukan warga negara indonesia
3) Anggota kehormatan ,yaitu perorangan yang beragama islam yang terhadap
Muhammadiyah dan atau karena kewibawaan dan keahlian bersedia
membantu Muhammadiyah

D.Keanggotaan Muhammadiyah

1) Jaringan kelembagaan Muhammadiyah


 Pimpinan pusat
 Pimpinan wilayah
 Pimpinan daerah
 Pimpinan cabang
 Pimpinan ranting
 Jamaah Muhammadiyah
2) Pembantu pimpinan persyarikatan
 Majelis
a. Majelis tarjih dan tajdid
b. Majelis tablig
c. Majelis pendidikan tinggi
d. Majelis pendidikan dasar & menengah
e. Majelis pendidikan kader
f. Majelis pelayanan sosial
g. Majelis ekonomi dan kewirausahaan
h. Majelis pemberdayaan masyarakat
i. Majelis pembina kesehatan umum
j. Majelis pustaka dan informasi
k. Majelis lingkungan hidup
l. Majelis hukum da hak asasi manusia
m. Majelis wakaf dan kehartabendaan
 Lembaga
a. Lembaga pengembangan cabang dan ranting
b. Lembaga pembina dan pengawasan keuangan
c. Lembaga penanganan bencana
d. Lembaga zakat ,infaq ,dan sedekah
e. Lembaga hikmah dan kebijakan publik
f. Lembaga seni dan olahraga
g. Lembaga hubungan dan kerja sama internasional
3) Organisasi ortonom
 Asyiyah
 Pemuda Muhammadiyah
 Nasyiyatul asyiyah
 IPM
 IMM
 Hizbul wathan
 Tapak suci
BAB VII :Muahmmadiyah sebagai gerakan islam yang berwatak tajdid dan tajrid

A.Pengertian tajdid dan tajrid

1) Tajdid

Tajdid adalah kata yang diambil dari bahasa Arab yang berkata dasar
" Jaddada-Yujaddidu-Tajdiidan" yang artinya memperbarui. Kata ini kemudian
dijadikan jargon dalam gerakan pembaruan Islam agar terlepas dari Bid'ah, Takhayyul
dan Khurafat. At-Tajdid menurut bahasa, maknanya berkisar pada menghidupkan,
membangkitkan dan mengembalikan. Makna-makna ini memberikan gambaran
tentang tiga unsur yaitu keberadaan sesuatu kemudian hancur atau hilang kemudian
dihidupkan dan dikembalikan.
2) Tajrid
Sedangkan Tajrid, berasal dari bahasa Arab berarti pengosongan, pengungsian,
pengupasan, Pelepasan atau pengambil alihan. (Atabik Ali, 1999:410). Sedangkan
tajrid dalam bahasa Indonesia berarti pemurnian. Istilah ini, tidak se populer ketika
menyebut istilah tajdid, sekalipun yang dimaksudkan adalah memurnikan hal-hal yang
bersifat husus. Dalam ibadah kita tajrid, hanya ikut Nabi saw. dan tidak ada
pembaruan. Sedang dalam muamalah kita tajdid, yakni melakukan modernisasi dan
pembaruan

B.Model tajdid dan tajrid

1) Model-model tajdid
a) Tajdid al-Islam yang menyangkut tandhifal-aqidah yaitu purifikasi terhadap ajaran
Islam (Sujarwanto 1990: 232).Tandhifal-aqidah ini berusaha untuk membersihkan
ajaran-ajaran Islam dari unsur takhayul, bid’ah dan khurafat (TBC).
b) Pembaharuan yang menyangkut masalah teologi. Dalam bidang teologi,
Muhammadiyah sudah sewajarnya untuk mengkaji ulang konsep-konsep teologi yang
lebih responsif dan tanggap terhadap persoalan zaman. Pembaharuan yang dilakukan
adalah untuk membicarakan persoalan- persoalan kemanusiaan, di samping persoalan-
persoalan ke-Tuhanan.
c) Karena Islam menyangkut persoalan dunia dan akherat, ideologi dan pengetahuan
serta dimensi yang menyangkut kehidupan manusia, maka tajdid diorientasikan pada
pengembangan serta peningkatan kualitas kemampuan sumber daya manusia (Islam).
d) Pembaharuan Islam menyangkut organisasi. Gerakan umat Islam harus rapi,
terorgansir dan memiliki manajemen yang professional, sehingga mampu bersaing
dengan yang lainnya.
e) Pembaharuan dalam bidang etos kerja. Point ini juga menjadi focus perhatian
Muhammadiyah karena etos kerja umat Islam saat berdirinya Muhammadiyah sangat
rendah. Sehingga berdasar BRM nomor khusus “Tanfidz Keputusan Muktamar
Tarjih” XXII: 47, menyebutkan bahwa gerakan tajdid merupakan karakter bagi
organisasi Muhammadiyah.
2) Model-model tajrid
a) Dalam bidang kepercayaan dan ibadah, muatannya menjadi khurafat dan bid’ah.
Khurafat adalah kepercayaan tanpa pedoman yang sah dari al-Qur’an dan al-Sunnah.
Hanya ikut-ikutan orang tua atau nenek moyang. Sedangkan bid’ah biasanya muncul
karena ingin memperbanyak ritual tetapi pengetahuan Islamnya kurang luas, sehingga
yang dilakukan adalah bukan dari ajaran Islam. Misalnya selamatan dengan kenduri
dan tahlil dengan menggunakan lafal Islam.
b) Realitas sosio-agama yang dipraktikkan masyarakat inilah yang mendorong Ahmad
Dahlan melakukan pemurnian melalui organisasi Muhammadiyah. munawir Syazali
mengatakan bahwa Muhammadiyah adalah gerakan pemurnian yang menginginkan
pembersihan Islam dari semua unsur singkretis dan daki-daki tidak Islami lainnya
Muhammadiyah memandang tajdid sebagai salah satu watak dari ajaran Islam. Tajdid
dalam pandangan Muhammadiyah memiliki dua dimensi, yaitu dimensi pemurnian
(purifikasi) dan dimensi peningkatan, pengembangan, modernisasi atau yang semakna
dengan itu (dinamisasi). Dalam arti “pemurnian” tajdid dimaksudkan sebagai
pemeliharaan matan ajaran Islam yang berdasarkan dan bersumber kepada Al-Qu ’ran
dan As- Sunnah Ash-Shahihah sedangkan dalam pengertian “peningkatan atau
pengembangan” tajdid dimaksudkan sebagai penafsiran, pengamalan dan perwujudan
ajaran Islam dengan tetap berpegang teguh pada Al-Qur’an dan As-Sunnah Ash-
Shahihah

C.Makna gerakan kegamaan Muhammadiyah


Sebuah gerakan yang memiliki makna “perubahan/change” yakni
kehadirannya untuk melakukan perubahan tertentu baik yang evolusioner maupun
revolusioner. Muhammadiyah bukan gerakan keagamaan biasa ,tetapi sebagai gerakan
islam yang bukan asal bergerak ,harus dilandasi ,dibingkai dan di arahkan dengan
islam

D.Gerakan tajdid pada 100 tahun kedua


Muhammadiyah 100 tahun kedua, meninjau ulang paradi gma
y a n g s e l a m a i n i dipegang merupakan suatu keharusan. Misalnya, sikap
Muhammadiyah terhadap persoalan budaya lebih bersifat monolitik.
kecendrungan ini bisa dilihat dari identitas yang melekatd a l a m M u h a m m a d i y a h
y a k n i g e r a k a n I s l a m ya n g m u r n i , d i s a m p i n g s e b a g a i
g e r a k a n modernisme. Muhammadiyah 100 tahun kedua, diharapkan mampu
melangkah dengan pandangandan strategi yang lebih tepat sasaran dan mencapai
keberhasilan dalam mewujudkan isi dantujuannya, baik tujuan jangka menengah
dan jangka panjang, maupun tujuan ideal yakniterbentuknya masyarakat
Islam yang sebenar-benarnya
BAB VIII :Muhammadiyah sebagai gerakan sosial

A.Nilai-nilai dan ajaran sosial kemanusiaan Muhammadiyah (teologi Al-Maun)

Ayat yang menjadi landasan bagi gerakan-gerakan sosial dalam Islam, itulah
Al-Ma'un. Islam adalah agama yang sangat menghargai kesetaraan egaliterisme. Islam
menolak stratifikasi sosial-ekonomis yang berarti meminggirkan orang miskin dan
anak yatim dalam sistem sosial yang bertingkat. Anak yatim adalah mereka yang
malang, tak mampu mengelak dari takdir bahwa kasih sayang yang ia terima akan
jauh, disebabkan oleh ayah dan ibu mereka yang telah tiada. Atau, tidak memberi
porsi perhatian kasih-sayang pada kita.Menghardik anak yatim adalah refleksi
kesombongan diri, merasa diri lebih baik dan Allah menolak kesombongan. Oleh
sebab itu, mereka yang sombong dan bakhil seperti kata Hamka dengan menghardik
anak yatim sebagai simbolisasi, patut diucap sebagai "pendusta agama".

B.Gerakan peduli kepada fakir miskin dan anak yatim

Muhammadiyah adalah institusi dan institusionalisasi teologi Al-Ma’un yang


diharapkan perduli pada kaum tersebut dalam mengikis problematika social.
Muhammadiyah dalam praktisi sosial dengan pemihakan terhadap kaum mustadl’afin,
dhuafa, masakin, dan anak yatim, mengilhami Muhammadiyah untuk mendirikan
banyak lembaga pendidikan, panti asuhan, rumah sakit, dan tempat layanan sosial
lainnya. Pendirian tempat layanan sosial adalah kepedulian Muhammadiyah kepada
kaum miskin dan kepentingan umat.

C.Bentuk dan model gerakan sosial kemanuasiaan Muhammadiyah

Bidang-bidang yang terdapat dalam gerakan sosial muhammadiyah, diantaranya:


1) Bidang Pendidikan
Dalam bidang pendidikan misalnya, hingga tahun 2000 ormas Islam
Muhammadiyah telah memiliki 3.979 taman kanak-kanak, 33 taman pendidikan Al-
Qur’an, 6 sekolah luar biasa, 940 sekolah dasar, 1.332 madrasahdiniyah/ibtidaiyah,
2.143 sekolah lanjutan tingkat pertama (SMP dan MTs), 979 sekolah lanjutan tingkat
atas (SMA,MA, SMK), 101 sekolah kejuruan, 13 mualimin/mualimat, 3 sekolah
menengah farmasi, serta 64 pondok pesantren. Dalam bidang pendidikan tinggi,
hingga tahun ini Muhammadiyah memiliki 36 universitas, 72 sekolah tinggi, 54
akademi, dan 4 politeknik. Nama-nama seperti Bustanul Athfal/TK Muhammadiyah,
SD Muhammadiyah, SMP Muhammadiyah, SMA Muhammadiyah, SMK
Muhammadiyah, dan Universitas Muhammadiyah bermunculan di berbagai daerah.

2) Bidang Kesehatan
Dalam amal usaha bidang kesehatan, Muhammadiyah telah dan terus
mengembangkan layanan kesehatan masyarakat, sebagai bentuk kepedulian. Balai-
balai pengobatan seperti rumah sakit PKU (Pembina Kesejahteraan Umat)
Muhammadiyah, yang pada masa berdirinya Muhammadiyah bernama PKO
(Penolong Kesengsaraan Oemat), kini mulai meningkat baik kuantitas maupun
kualitasnya. Berdasarkan buku Profil dan Direktori Amal Usaha Muhammadiyah &
‘Aisyiyah Bidang Kesehatan pada tahun 1997, sebagai berikut:
a) Rumah sakit berjumlah 34
b) Rumah bersalin berjumlah 85
c) Balai Kesehatan Ibu dan Anak berjumlah 504.
d) Balai Kesehatan Masyarakat berjumlah 115
e) Balai Pengobatan berjumlah 846
f) Apotek dan KB berjumlah 4

3) Bidang Kesejahteraan Sosial


Hingga tahun 2000 Muhammadiyah telah memiliki:
a) 228 panti asuhan yatim
b) 18 panti jompo
c) 22 balaikesehatan social
d) 161 santunan keluarga
e) 5 pantiwreda/manula
f) 13 santunan wreda/manula
g) 1 panti cacat netra
h) 38 santunan kematian
i) 15 BPKM (Balai Pendidikan Dan Keterampilan Muhammadiyah).

4) Bidang Kaderisasi
Dalam bidang kaderisasi Muhammadiyah telah melakukan program
diantaranya:
a) Peningkatan kualitas pengkaderan
b) Melaksanakan program pengkaderan formal dan informalsecara
berkelanjutan
c) Menyelenggaraka baitul arqam dan darul arqam Muhammadiyah
d) Tranformasi kader per jenjang dan per generasi
e) Sinergi Building antar unit persyarikatan untuk kaderisasi

Contoh kaderisasi/organisasi dalam Muhammadiyah: aisyiyah, pemuda


muhammadiyah, IPM, IMM, Tapak Suci Muhammadiyah.

D.Revitalisasi gerakan sosial Muhammadiyah

1) Memperluas peran Muhammadiyah dalam dinamika kehidupan masyarakat di


daerah lokal, nasional, dan global dengan menjalankan fungsi dakwah dan
tajdid serta mengembangkan ukhuwah dan kerjasama dengan semua pihak
yang membawa pada pencerahan dan kemaslahatan hidup.
2) Meneguhkan dan mewujudkan kehidupan Islami sesuai dengan paham agama
dalam Muhammadiyah yang mengedepankan uswah hasanah dan menjadi
rahmat bagi kehidupan.
3) Mengembangkan pemikiran Islam sesuai dengan prinsip Manhaj Tarjih dan
ijtihad yang menjadi acuan/pedoman Muhammadiyah.
4) Pengembangan infrastruktur dan perbaikan sistem pengelolaan organisasi
yang mampu menjalankan fungsi-fungsi gerakan dan semakin mengarah pada
pencapaian tujuan Muhammadiyah.
5) Mendinamisasi kepemimpinan Persyarikatan di semua tingkatan (Wilayah,
Daerah, Cabang, dan Ranting).
6) Peningkatan kualitas dan memperluas jaringan amal usaha Muhammadiyah
menuju tingkat kompetisi dan kepentingan misi Persyarikatan yang tinggi,
serta menjadikannya sebagai pelaksana usaha yang terikat dan memiliki
ketaatan pada kepemimpinan Persyarikatan.
7) Pengembangan model-model kegiatan/aksi yang lebih sensitif terhadap
kepentingan-kepentingan aktual/nyata umat, masyarakat, dan dunia
kemanusiaan dengan pengelolaan yang lebih konsisten.
8) Menggerakkan seluruh potensi angkatan muda dan organisasi otonom
Muhammadiyah sebagai basis kader dan pimpinan Persyarikatan.
9) Meningkatkan bimbingan, arahan, dan panduan kepada seluruh tingkatan
pimpinan dan warga Muhammadiyah.
10) Menggerakkan kembali Ranting dan jamaah sebagai basis gerakan
Muhammadiyah.
Macam macam aspek revitalisasi gerakan yaitu:

 Revitalisasi Teologis
 Revitalisasi Ideologis
 Revitalisasi Pemikiran
 Revitalisasi Organisasi
 Revitalisasi Kepemimpinan
 Revitalisasi Amal Usaha
 Revitalisasi Aksi
BAB IX :Muhammadiyah sebagai gerakan pendidikan

A.Faktor yang melatarbelakangi gerakan Muhammadiyah di bidang pendidikan

1) Faktor internal
 Kelemahan dalam praktek ajaran islam
 Kelemahan lembaga pendidikan islam
2) Faktor eksternal
 Kristenisasi
 Kolonialisme belanda
 Gerakan pembaruan timur tengah

B. Cita-cita pendidikan Muhammadiyah

Cita-cita pendidikan yang digagas Kyai Dahlan adalah lahirnya manusia-


manusia baru yang mampu tampil sebagai "ulama-intelek" atau "intelek-ulama", yaitu
seorang muslim yang memiliki keteguhan iman dan ilmu yang luas, kuat jasmani dan
rohani.

C.Bentuk dan model pendidikan Muhammadiyah

Muhammadiyah konsekwen untuk mencetak elit muslim terdidik lewat jalur


pendidikan. Ada beberapa tipe pendidikan Muhammadiyah:

1) Tipe MualliminMualimat Yogyakarta (pondok pesantren)


2) Tipe madrasahDepag; Ibtidaiyah, Tsanawiyah dan Aliyah
3) Tipe sekolah Diknas; TK, SD, SMP, SMA SMK, Universitas ST
PoliteknikAkademi
4) Madrasah Diniyah, dan lain-lain

D.Pemikiran dan praksis pendidikan Muhammadiyah


Menurut K.H. Ahmad Dahlan, upaya strategis untuk menyelamatkan umat Islam dari pola
berpikir yang statis menuju pada pemikiran yang dinamis adalah melalui pendidikan.
Memang, Muhammadiyah sejak tahun 1912 telah menggarap dunia pendidikan,
namun perumusan mengenai tujuan pendidikan yang spesifik baru disusun pada 1936.
Pada mulanya tujuan pendidikan ini tampak dari ucapan K.H. Ahmad Dahlan: “ Dadiji
kjai sing kemajorean, adja kesel anggonu njambut gawe kanggo Muhammadiyah”( Jadilah manusia
yang maju, jangan pernah lelah dalam bekerja untuk Muhammadiyah)

D.Tantangan dan Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah


1) Tantangan Pendidikan Muhammadiyah
 Masalah Kualitas Pendidikan
 Permasalahan Profesionalisme Guru
 Masalah kebudayaan (alkulturasi)
 Permasalahan Strategi Pembelajaran
 Masalah Kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
2) Revitalisasi Pendidikan Muhamadiyah

Konsep pendidikan Muhammadiyah yang integrative-interkonektif


mengajarkan keilmuan Agama dan umum sekaligus, menjadi ciri khas pendidikan
Muhammadiyah. Ciri khas ini yang akan menjadi icon pendidikan Muhammadiyah,
sekaligus menjadi oase dalam kekeringan ruh spiritual dalam pendidikan. Dalam Kurikulum
ISMUBA Majelis Pendidikan Dasar dan Menengah DIY (Dikdasmen PWM DIY,
2012:II), pendidikan Muhammadiyah memiliki empat fungsi, yaitu: pertama sebagai
sarana pendidikan dan pencerdasan, kedua, pelayanan masyarakat, dakwah amar
ma’ruf nahi munkar dan keempat, lahan kaderisasi. Dengan adanya fungsi-fungsi
tersebut, sekolah dan madrasah Muhammadiyah didesain dan diorientasikan untuk
memberikan pelayanan dan peningkatan kualitas lulusan yang unggul dalam kepribadian,
keagamaan, keilmuan, keterampilan, berkarya seni-budaya dan berdaya saing tinggi, baik di
tingkal lokal, nasional maupun global. Mengacu pada tujuan pendidikan
Muhammadiyah yaitu, pendidikan, pelayanan, dakwah, dan perkaderan. Paradigma
pendidik dalam lembaga pendidikan Muhammadiyah harus disatukan
BAB X :Muhammadiyah dan pemberdayaan perempuan

Anda mungkin juga menyukai