Anda di halaman 1dari 10

Nama : Tri Yogi Rantika Sari

Kelas : XI IPA 1
No.Absen : 29

1. AHMADIYAH

Ahmadiyyah (Urdu: ‫ احمممدیہ‬Ahmadiyyah)


atau sering pula ditulis Ahmadiyah, adalah
sebuah gerakan keagamaan Islam yang didirikan
oleh Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) pada
tahun 1889, di sebuah kota kecil yang bernama
Qadian di negara bagian Punjab, India. Mirza
Ghulam Ahmad mengaku sebagai Mujaddid, al
Masih dan al Mahdi.
Para pengikut Ahmadiyah, yang disebut
sebagai Ahmadi atau Muslim Ahmadi, terbagi
menjadi dua kelompok. Kelompok pertama ialah
"Ahmadiyya Muslim Jama'at" atau Ahmadiyah
Qadian. Pengikut kelompok ini di Indonesia
Mirza Ghulam Ahmad
membentuk organisasi bernama Jemaat
Ahmadiyah Indonesia, yang telah berbadan hukum
sejak 1953 (SK Menteri Kehakiman RI No. JA
5/23/13 Tgl. 13-3-1953). Kelompok kedua ialah
"Ahmadiyya Anjuman Isha'at-e-Islam Lahore"
atau Ahmadiyah Lahore. Di Indonesia, pengikut
kelompok ini membentuk organisasi bernama
Gerakan Ahmadiyah Indonesia, yang mendapat
Badan Hukum Nomor I x tanggal 30 April 1930.
Anggaran Dasar organisasi diumumkan Berita
Negara tanggal
Bendera 28 November 1986 Nomor 95 Lampiran Nomor 35.
Ahmadiyah

Atas nama Pemerintah Indonesia, Menteri Agama, Menteri Dalam Negeri, dan
Jaksa Agung Indonesia pada tanggal 9 Juni 2008 telah mengeluarkan Surat
Keputusan Bersama, yang memerintahkan kepada penganut Ahmadiyah untuk
menghentikan kegiatannya yang bertentangan dengan Islam.
Di Indonesia Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah menetapkan semenjak
tahun 1980 tentang "sesatnya Jema’at Ahmadiyah Qadiyah yang berada di luar
Islam", lalu ditegaskan kembali pada fatwa MUI yang dikeluarkan tahun 2005 bahwa
"Aliran Ahmadiyah, baik Qodiyani ataupun Lahore, sebagai keluar dari Islam, sesat
dan menyesatkan".
Jemaat Muslim Ahmadiyah adalah satu organisasi keagamaan Internasional
yang telah tersebar ke lebih dari 185 negara di dunia. Pergerakan Jemaat Ahmadiyah
dalam Islam adalah suatu organisasi keagamaan dengan ruang lingkup internasional
yang memiliki cabang di 174 negara tersebar di Afrika, Amerika Utara, Amerika
Selatan, Asia, Australia dan Eropa. Saat ini jumlah keanggotaannya di seluruh dunia
lebih dari 150 juta orang. Jemaat Ahmadiyah Internasional juga telah menerjemahkan
l Quran ke dalam bahasa-bahasa besar di dunia dan sedang merampungkan
penerjemahan Al Qur’an ke dalam 100 bahasa di dunia.
Sedangkan Jemaat Ahmadiyah di Indonesia telah menerjemahkan Al Qur’an
dalam bahasa Indonesia, Sunda, dan Jawa.
Terdapat dua kelompok Ahmadiyah. Keduanya sama-sama mempercayai
bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Isa al Masih yang telah dijanjikan Nabi
Muhammad SAW. Akan tetapi dua kelompok tersebut memiliki perbedaan prinsip.
Ahmadiyah Qadian, di Indonesia dikenal dengan Jemaat Ahmadiyah
Indonesia (berpusat di Bogor), yakni kelompok yang mempercayai bahwa Mirza
Ghulam Ahmad adalah seorang mujaddid (pembaharu) dan seorang nabi yang tidak
membawa syariat baru.

Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah Qadian sebagai berikut:


1. Mengimani dan meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad, laki-laki kelahiran India
yang mengaku menjadi nabi, adalah nabinya.
2. Mengimani dan meyakini bahwa "Tadzkirah" yang merupakan kumpulan sajak
buatan Mirza Ghulam Ahmad adalah kitab sucinya. Mereka menganggap bahwa
wahyu adalah yang diturunkan kepada Mirza Ghulam Ahmad.
3. Mengimani dan meyakini bahwa kitab "Tadzkirah" derajatnya sama dengan
Alquran.
4. Mengimani dan meyakini bahwa wahyu dan kenabian tidak terputus dengan
diutusnya Nabi Muhammad saw. Mereka beranggapan bahwa risalah kenabian
terus berlanjut sampai hari kiamat.
5. Mengimani dan meyakini bahwa Rabwah dan Qadian di India adalah tempat suci
sebagaimana Mekah dan Madinah.
6. Mengimani dan meyakini bahwa surga berada di Qadian dan Rabwah. Mereka
menganggap bahwa keduanya sebagai tempat turunnya wahyu.
7. Wanita Ahmadiyah haram menikah dengan laki-laki di luar Ahmadiyah, namun
laki-laki Ahmadiyah boleh menikah dengan wanita di luar Ahmadiyah.
8. Haram hukumnya salat bermakmum dengan orang di luar Ahmadiyah.

Ahmadiyah Lahore, di Indonesia dikenal dengan Gerakan Ahmadiyah


Indonesia (berpusat di Yogyakarta). Secara umum kelompok ini tidak menganggap
Mirza Ghulam Ahmad sebagai nabi, melainkan hanya sekedar mujaddid dari ajaran
Islam.
Selengkapnya, Ahmadiyah Lahore mempunyai keyakinan bahwa mereka:
1. Percaya pada semua aqidah dan hukum-hukum yang tercantum dalam al Quran
dan Hadits, dan percaya pada semua perkara agama yang telah disetujui oleh para
ulama salaf dan ahlus-sunnah wal-jama'ah, dan yakin bahwa Nabi Muhammad
SAW adalah nabi yang terakhir.
2. Nabi Muhammad SAW adalah khatamun-nabiyyin. Sesudahnya tidak akan datang
nabi lagi, baik nabi lama maupun nabi baru.
3. Sesudah Nabi Muhammad SAW, malaikat Jibril tidak akan membawa wahyu
nubuwat kepada siapa pun.
4. Apabila malaikat Jibril membawa wahyu nubuwwat (wahyu risalat) satu kata saja
kepada seseorang, maka akan bertentangan dengan ayat: walâkin rasûlillâhi wa
khâtamun-nabiyyîn (QS 33:40), dan berarti membuka pintu khatamun-nubuwwat.
5. Sesudah Nabi Muhammad SAW silsilah wahyu nubuwwat telah tertutup, akan
tetapi silsilah wahyu walayat tetap terbuka, agar iman dan akhlak umat tetap cerah
dan segar.
6. Sesuai dengan sabda Nabi Muhammad SAW, bahwa di dalam umat ini tetap akan
datang auliya Allah, para mujaddid dan para muhaddats, akan tetapi tidak akan
datang nabi.
7. Mirza Ghulam Ahmad adalah mujaddid abad 14 H. Dan menurut Hadits,
mujaddid akan tetap ada. Dan kepercayaan kami bahwa Mirza Ghulam Ahmad
bukan nabi, tetapi berkedudukan sebagai mujaddid.
8. Percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad bukan bagian dari Rukun Islam dan Rukun
Iman, maka dari itu orang yang tidak percaya kepada Mirza Ghulam Ahmad tidak
bisa disebut kafir.
9. Seorang muslim, apabila mengucapkan kalimah thayyibah, dia tidak boleh disebut
kafir. Mungkin dia bisa salah, akan tetapi seseorang dengan sebab berbuat salah
dan maksiat, tidak bisa disebut kafir.
10. Ahmadiyah Lahore berpendapat bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah pelayan dan
pengemban misi Nabi Muhammad SAW.
Pada awalnya Mirza Ghulam Ahmad berdakwah sebagaimana para da’i Islam
yang lain, sehingga berkumpul di sekelilingnya orang-orang yang mendukungnya.
Selanjutnya dia mengklaim bahwa dirinya adalah seorang mujaddid (pembaharu).
Pada tahap berikutnya dia mengklaim dirinya sebagai Mahdi Al-Muntazhar dan
Masih Al-Maud. Lalu setelah itu mengaku sebagai nabi dan menyatakan bahwa
kenabiannya lebih tinggi dan agung dari kenabian Nabi kita Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam.Dia meninggal dengan meninggalkan lebih dari 50 buku, buletin
serta artikel hasil karyanya.Di antara kitab terpenting yang dimilikinya berjudul
Izalatul Auham, I’jaz Ahmadi, Barahin Ahmadiyah, Anwarul Islam, I’jazul Masih,
At-Tabligh dan Tajliat Ilahiah.

Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah


1. Meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah Al-Masih yang dijanjikan.
2. Meyakini bahwa Allah berpuasa dan melaksanakan shalat, tidur dan mendengkur,
menulis dan menyetempel, melakukan kesalahan dan berjimak. Mahatinggi Allah
setinggi-tingginya dari apa yang mereka yakini.
3. Keyakinan Ahmadiyah bahwa tuhan mereka adalah Inggris, karena dia berbicara
dengannya menggunakan bahasa Inggris.
4. Berkeyakinan bahwa Malaikat Jibril datang kepada Mirza Ghulam Ahmad, dan
memberikan wahyu dengan diilhamkan sebagaimana Al-Qur’an.
5. Menghilangkan aqidah/syariat jihad dan memerintahkan untuk mentaati
pemerintah Inggris, karena menurut mereka pemerintah Inggris adalah waliyul
amri (pemerintah Islam) sebagaimana tuntunan Al-Qur’an.
6. Seluruh orang Islam menurut mereka kafir sampai mau bergabung dengan
Ahmadiyah. Seperti bila ada laki-laki atau perempuan dari golongan Ahmadiyah
yang menikah dengan selain pengikut Ahmadiyah, maka dia kafir.
7. Membolehkan khamer, opium, ganja dan apa saja yang memabukkan.

8. Mereka meyakini bahwa kenabian tidak ditutup dengan diutusnya Nabi


Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi terus ada. Allah mengutus
rasul sewaktu-waktu jika dibutuhkan. Dan Mirza Ghulam Ahmad adalah nabi
yang paling utama dari para nabi yang lain.
9. Mereka mengatakan bahwa tidak ada Al-Qur’an selain apa yang dibawa oleh
Mirza Ghulam Ahmad. Dan tidak ada Al-Hadits selain apa yang disampaikan di
dalam majelis Mirza Ghulam Ahmad. Serta tidak ada nabi melainkan berada di
bawah pengaturan Mirza Ghulam Ahmad.
10. Meyakini bahwa kitab suci mereka diturunkan (dari langit), bernama Al-Kitab Al-
Mubin, bukan Al-Qur’an Al-Karim yang ada di tangan kaum muslimin.
11. Mereka meyakini bahwa Al-Qadian (tempat awal gerakan ini) sama dengan
Madinah Al-Munawarah dan Mekkah Al-Mukarramah ; bahkan lebih utama dari
kedua tanah suci itu, dan suci tanahnya serta merupakan kiblat mereka dan
kesanalah mereka berhaji.
12. Mereka meyakini bahwa mereka adalah pemeluk agama baru yang indenpenden,
dengan syarat yang indenpenden pula, seluruh teman-teman Mirza Ghulam
Ahmad sama dengan sahabat Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

Akar Pemikiran dan Keyakinan Ahmadiyah


1. Bermula dari gerakan orientalis bawah tanah yang dilakukan oleh Sayyid Ahmad
Khan yang menyebarkan pemikiran-pemikiran menyimpang ; yang secara tidak
langsung telah membuka jalan bagi munculnya gerakan Ahmadiyah.
2. Inggris menggunakan kesempatan ini dan membuat gerakan Ahmadiyah, dengan
memilih untuk gerakan ini seorang lelaki pekerja dari keluaga bangsawan.
3. Pada tahun 1953M, terjadilah gerakan sosial nasional di Pakistan menuntut
diberhentikannya Zhafrillah Khan dari jabatannya sebagai menteri luar negeri.
Gerakan itu dihadiri oleh sekitar 10 ribu umat muslim, termasuk pengikut
kelompok Ahmadiyah, dan berhasil menurunkan Zhafrillah Khan dari jabatannya.
4. Pada bulan Rabiul Awwal 1394H, bertepatan dengan bulan April 1974M
dilakukan muktamar besar oleh Rabhithah Alam Islami di Mekkah Al-
Mukarramah yang dihadiri oleh tokoh-tokoh lembaga-lembaga Islam seluruh
dunia. Hasil muktamar memutuskan “Kufurnya kelompok ini dan keluar dari
Islam. Meminta kepada kaum muslimin berhati-hati terhadap bahaya kelompok
ini dan tidak bermu’amalah dengan pengikut Ahmadiyah, serta tidak
menguburkan pengikut kelompok ini di pekuburan kaum Muslimin”.
5. Majelis Rakyat (Parlemen) Pakistan melakukan debat dengan gembong kelompok
Ahmadiyah bernama Nasir Ahmad. Debat ini berlangsung sampai mendekati 30
jam. Nasir Ahmad menyerah/tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diajukan, dan tersingkaplah kedok kufurnya kelompok ini. Maka majelis
parlemen mengeluarkan keputusan bahwa kelompok ini lepas dari agama Islam.

Hal-Hal yang Mewajibkan Kafirnya Mirza Ghulam Ahmad


1. Pengakuannya sebagai nabi.
2. Menghapus kewajiban jihad dan mengabdi kepada penjajah.
3. Meniadakan berhaji ke Mekkah dan menggantinya dengan berhaji ke Qadian.
4. Penyerupaan yang dilakukannya terhadap Allah dengan manusia.
5. Kepercayaannya terhadap keyakinan tanasukh (menitisnya ruh) dan hulul
(bersatunya manusia dengan tuhan).
6. Penisbatannya bahwa Allah memiliki anak, serta klaimnya bahwa dia adalah anak
tuhan.
7. Pengingkarannya terhadap ditutupnya kenabian oleh Muhammad Shallallahu
‘alaihi wa sallam, dan membuka pintu bagi siapa saja yang menginginkannya.

Penyebaran dan Aktifitas Ahmadiyah


1. Penganut aliran Ahmadiyah kebanyakan hidup di India dan Pakistan dan sebagian
kecilnya di Israel dan wilayah Arab. Mereka senantiasa membantu penjajah agar
dapat membentuk/membangun sebuah markas di setiap negara di mana mereka
berada.
2. Ahmadiyah memiliki pekerjaan besar di Afrika dan pada sebagian negara-negara
Barat. Di Afrika saja mereka beranggotakan kurang lebih 5000 mursyid dan da’i
yang khusus merekrut manusia kepada kelompok Ahmadiyah. Dan aktifitas
mereka secara luas memperjelas bantuan/dukungan mereka terhadap penjajahan.
3. Keadaan kelompok Ahmadiyah yang sedemikian, ditambah perlakuan pemerintah
Inggris yang memanjakan mereka, memudahkan para pengikut kelompok ini
bekerja menjadi pegawai di berbagai instansi pemerintahan di berbagai negara, di
perusahaan-perusahaan dan persekutuan-persekutuan dagang. Dari hasil kerja
mereka itu dikumpulkanlah sejumlah dana untuk membiayai dinas rahasia yang
mereka miliki
4. Dalam menjalankan misi, mereka merekrut manusia kepada kelompok
Ahmadiyah dengan segala cara, khsusnya media massa. Mereka adalah orang-
orang yang berwawasan dan banyak memiliki orang pandai, insinyur dan dokter.
Di Inggris terdapat stasiun pemancar TV dengan nama “TV Islami” yang dikelola
oleh penganut kelompok Ahmadiyah.

Pemimpin-Pemimpin Ahmadiyah
1. Pemimpin Ahmadiyah sepeninggal Mirza Ghulam Ahmad bernama Nuruddin.
Pemerintah Inggris menyerahkan kepemimpinan Ahmadiyah kepadanya dan
diikuti para pendukungnya. Di antara tulisannya berjudul “Fashlb Al-Khithab“.
2. Pemimpin lainnya adalah Muhammad Ali dan Khaujah Kamaluddin. Amir
Ahmadiyah di Lahore. Keduanya adalah corong dan ahli debat kelompok
Ahmadiyah. Muhammad Ali telah menulis terjemah Al-Qur’an dengan perubahan
transkripnya ke dalam bahasa Inggris. Tulisannya yang lain. Haqiqat Al-Ikhtilaf
An-Nubuwah Fi Al-Islam dan Ad-Din Al-Islami. Khaujah Kamaluddin menulis
kitab yang berjudul Matsal Al-A’la Fi Al-Anbiya serta kitab-kitab lain. Jamaah
Ahmadiyah Lahore ini berpandangan bahwa Mirza Ghulam Ahmad hanyalah
seorang mujadid. Tetapi yang berpandangan seperti ini dan yang tidak, mereka
sama saja saling mengadopsi satu sama lain.
3. Muhammad Shadiq, mufti kelompok Ahmadiyah. Di antara tulisannya berjudul
Khatam An-Nabiyyin.
4. Basyir Ahmad bin Ghulam, pemimpin pengganti kedua setelah Mirza Ghulam
Ahmad. Di antara tulisannya berjudul Anwar Al-Khilafah, Tuhfat Al-Muluk,
Haqiqat An-Nubuwwah.
5. Dzhafrilah Khan, menteri luar negeri Pakistan. Dia memiliki andil besar dalam
menolong kelompok sesat ini, dengan memberikan tempat luas di daerah Punjab
sebagai markas besar Ahmadiyah sedunia, dengan nama Robwah Isti’aroh (tanah
tinggi yang datar) yang diadopsi dari ayat Al-Qur’an: “Dan Kami melindungi
mereka di suatu Robwah Isti’aroh (tanah tinggi yang datar) yang banyak
terdapat padang-padang rumput dan sumber-sumber air bersih yang mengalir.”
(Qs. Al-Mukminun: 50)

Khalifah Ahmadiyah Qadiyan:


1. Hadhrat Hakim Maulana Nur-ud-Din, Khalifatul Masih I, 27 Mei 1908 - 13 Maret
1914
2. Hadhrat Alhaj Mirza Bashir-ud-Din Mahmood Ahmad, Khalifatul Masih II, 14
Maret 1914 - 7 November 1965
3. Hadhrat Hafiz Mirza Nasir Ahmad, Khalifatul Masih III, 8 November 1965 - 9
Juni 1982
4. Hadhrat Mirza Tahir Ahmad, Khalifatul Masih IV, 10 Juni 1982 - 19 April 2003
5. Hadhrat Mirza Masroor Ahmad, Khalifatul Masih V, 22 April 2003 – sekarang

Amir Gerakan Ahmadiyah Lahore


Gerakan Ahmadiyah (Ahmadiyah Movement) atau Ahmadiyah Lahore tidak
mengenal khalifah sebagai pemimpin, akan tetapi seorang Amir yang diangkat
sebagai pemimpin.
Adapun para Amir tersebut adalah sbb:
1. Hazrat Maulana Hakim Nurudin
2. Maulana Muhammad Ali MA. LLB.
3. Maulana Sadrudin
4. Dr. Saed Ahmad Khan
5. Prof. Dr. Asghar Hamid Ph.D
6. Prof. Dr.Abdul Karim Saeed

Kesimpulan
Ahmadiyah adalah kelompok sesat yang tidak ada hubungannya dengan Islam.
Aqidah (keyakinan) mereka berbeda dengan keyakinan agama Islam dalam segala
hal. Kaum Muslimin perlu diperingatkan atas aktifitas mereka, setelah para ulama
Islam memfatwakan bahwa kelompok ini kuffur.
2. NII (Negara Islam Indonesia)

Negara Islam Indonesia (disingkat NII juga dikenal dengan nama Darul Islam
atau DI) yang artinya adalah "Rumah Islam" adalah gerakan politik yang
diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 (ditulis sebagai 12 Syawal 1368 dalam
kalender Hijriyah) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di Desa Cisampah,
Kecamatan Ciawiligar, Kawedanan Cisayong, Tasikmalaya, Jawa Barat.
Gerakan ini bertujuan menjadikan Republik Indonesia yang saat itu baru saja
diproklamasikan kemerdekaannya dan ada di masa perang dengan tentara Kerajaan
Belanda sebagai negara teokrasi dengan agama Islam sebagai dasar negara. Dalam
proklamasinya bahwa "Hukum yang berlaku dalam Negara Islam Indonesia adalah
Hukum Islam", lebih jelas lagi dalam undang-undangnya dinyatakan bahwa "Negara
berdasarkan Islam" dan "Hukum yang tertinggi adalah Al Quran dan Hadits".
Proklamasi Negara Islam Indonesia dengan tegas menyatakan kewajiban negara
untuk membuat undang-undang yang berlandaskan syari'at Islam, dan penolakan yang
keras terhadap ideologi selain Alqur'an dan Hadits Shahih, yang mereka sebut dengan
"hukum kafir", sesuai dalam Qur'aan Surah 5. Al-Maidah, ayat 50.
Dalam perkembangannya, DI menyebar hingga di beberapa wilayah, terutama
Jawa Barat (berikut dengan daerah yang berbatasan di Jawa Tengah), Sulawesi
Selatan dan Aceh.Setelah Kartosoewirjo ditangkap TNI dan dieksekusi pada 1962,
gerakan ini menjadi terpecah, namun tetap eksis secara diam-diam meskipun
dianggap sebagai organisasi ilegal oleh pemerintah Indonesia.

1. Gerakan DI/TII Daud Beureueh


Pemberontakan DI/TII di Aceh dimulai dengan "Proklamasi" Daud
Beureueh bahwa Aceh merupakan bagian "Negara Islam Indonesia" di bawah
pimpinan Imam Kartosuwirjo pada tanggal 20 September 1953.
Daued Beureueh pernah memegang jabatan sebagai "Gubernur Militer
Daerah Istimewa Aceh" sewaktu agresi militer pertama Belanda pada pertengahan
tahun 1947. Sebagai Gubernur Militer ia berkuasa penuh atas pertahanan daerah
Aceh dan menguasai seluruh aparat pemerintahan baik sipil maupun militer.
Sebagai seorang tokoh ulama dan bekas Gubernur Militer, Daud Beureuh tidak
sulit memperoleh pengikut. Daud Beureuh juga berhasil memengaruhi pejabat-
pejabat Pemerintah Aceh, khususnya di daerah Pidie. Untuk beberapa waktu
lamanya Daud Beureuh dan pengikut-pengikutnya dapat mengusai sebagian besar
daerah Aceh termasuk sejumlah kota.
Sesudah bantuan datang dari Sumatera Utara dan Sumatera Tengah,
operasi pemulihan keamanan ABRI ( TNI-POLRI ) segera dimulai. Setelah
didesak dari kota-kota besar, Daud Beureuh meneruskan perlawanannya di hutan-
hutan. Penyelesaian terakhir Pemberontakan Daud Beureuh ini dilakukan dengan
suatu " Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh" pada bulan Desember 1962 atas
prakarsa Panglima Kodam I/Iskandar Muda, Kolonel Jendral Makarawong.
2. Gerakan DI/TII Ibnu Hadjar
Pada bulan Oktober 1950 DI/ TII juga tercatat melakukan pemberontakan
di Kalimantan Selatan yang dipimpin oleh Ibnu Hadjar. Para pemberontak
melakukan pengacauan dengan menyerang pos-pos kesatuan ABRI (TNI-POLRI).
Dalam menghadapi gerombolan DI/TII tersebut pemerintah pada mulanya
melakukan pendekatan kepada Ibnu Hadjar dengan diberi kesempatan untuk
menyerah, dan akan diterima menjadi anggota ABRI. Ibnu Hadjar sempat
menyerah, akan tetapi setelah menyerah dia kembali melarikan diri dan
melakukan pemberontakan lagi sehingga pemerintah akhirnya menugaskan
pasukan ABRI (TNI-POLRI) untuk menangkap Ibnu Hadjar. Pada akhir tahun
1959 Ibnu Hadjar beserta seluruh anggota gerombolannya tertangkap dan
dihukum mati.

3. Gerakan DI/TII Amir fatah


Amir Fatah merupakan tokoh yang membidani lahirnya DI/TII Jawa
Tengah. Semula ia bersikap setia pada RI, namun kemudian sikapnya berubah
dengan mendukung Gerakan DI/TII. Perubahan sikap tersebut disebabkan oleh
beberapa alasan. Pertama, terdapat persamaan ideologi antara Amir Fatah dengan
S.M. Kartosuwirjo, yaitu keduanya menjadi pendukung setia Ideologi Islam.
Kedua, Amir Fatah dan para pendukungnya menganggap bahwa aparatur
Pemerintah RI dan TNI yang bertugas di daerah Tegal-Brebes telah terpengaruh
oleh "orang-orang Kiri", dan mengganggu perjuangan umat Islam. Ketiga, adanya
pengaruh "orang-orang Kiri" tersebut, Pemerintah RI dan TNI tidak menghargai
perjuangan Amir Fatah dan para pendukungnya selama itu di daerah Tegal-
Brebes. Bahkan kekuasaan yang telah dibinanya sebelum Agresi Militer II, harus
diserahkan kepda TNI di bawah Wongsoatmojo. Keempat, adanya perintah
penangkapan dirinya oleh Mayor Wongsoatmojo. Hingga kini Amir Fatah dinilai
sebagai pembelot baik oleh negara RI maupun umat muslim Indonesia.

4. Gerakan DI/TII Kahar Muzakkar


Pemerintah berencana membubarkan Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan
(KGSS) dan anggotanya disalurkan ke masyarakat. Tenyata Kahar Muzakkar
menuntut agar Kesatuan Gerilya Sulawesi Selatan dan kesatuan gerilya lainnya
dimasukkan delam satu brigade yang disebut Brigade Hasanuddin di bawah
pimpinanya. Tuntutan itu ditolak karena banyak di antara mereka yang tidak
memenuhi syarat untuk dinas militer. Pemerintah mengambil kebijaksanaan
menyalurkan bekas gerilyawan itu ke Corps Tjadangan Nasional (CTN). Pada
saat dilantik sebagai Pejabat Wakil Panglima Tentara dan Tetorium VII, Kahar
Muzakkar beserta para pengikutnya melarikan diri ke hutan dengan membawa
persenjataan lengkap dan mengadakan pengacauan. Kahar Muzakkar mengubah
nama pasukannya menjadi Tentara Islam Indonesia dan menyatakan sebagai
bagian dari DI/TII Kartosuwiryo pada tanggal 7 Agustus 1953. Tanggal 3
Februari 1965, Kahar Muzakkar tertembak mati oleh pasukan ABRI (TNI-
POLRI) dalam sebuah baku tembak.
NII AL-ZAYTUN

Pengikut komunitas Negara Islam Indonesia (NII) memiliki cara sendiri untuk
menunaikan ibadah haji. Dalam Islam, mereka yang menunaikan ibadah haji akan
berangkat ke Tanah Suci Mekah di Arab Saudi. Tapi bagi NII, untuk naik haji cukup ke
Indramayu, ke Pondok Pesantren Al Zaytun. "Ibadah Haji dalam NII itu adalah
perkumpulan NII dari seluruh Indonesia. Semua petinggi kumpul di Indramayu," kata
Ken Setiawan, pendiri NII Crisis Center yang juga anggota NII sejak 2000 sampai 2002,
dalam perbincangan dengan VIVAnews.com,Kamis 28 April 2011.
Puncak ibadah haji dalam Islam jatuh pada 9 Zulhijah. Tapi dalam komunitas NII,
puncak haji jatuh setiap tanggal 1 Muharram. Dalam berhaji bagi Islam ada beberapa
tahapan. Tahapan-tahapan itu antara lain, Tawaf atau tahapan berhaji dengan
mengelilingi Ka'bah sebanyak tujuh kali. "Kalau di NII, tawaf ini cukup berkeliling
pondok pesantran Al Zaytun yang seluas 1.200 hektar. Saat naik haji di NII, kami
ditunjukkan kebanggaan Al Zaytun dengan kata-kata, inilah Islam," kata Ken. Kemudian,
yang lebih aneh lagi saat proses lontar atau lempar jumrah. Saat naik haji dalam Islam,
proses melempar jumroh dilakukan dengan melempar tujuh buah batu-batu kecil atau
kerikil ke arah tiga tiang di kota Mina, Arab Saudi. "Di NII, melempar jumrah itu
dilakukan dengan tujuh buah sak semen. Menurut petinggi NII, kalau pakai kerikil, kapan
Islam bisa maju," kata Ken. Tujuh buah sak semen itu tidak serta-merta dilempar di Al
Zaytun, tetapi diwujudkan dalam bentuk uang. Berapa harga total dari tujuh sak semen
itu. Dari jumrah tujuh sak semen itu mengalir dana ratusan juta. Ada yang menyumbang
lebih dari harga tujuh sak semen. "Saat ini NII masih dipimpin Panji Gumilang alias Abu
Toto alias Abu Maarif. Posisi Panji Gumilang sebagai Presiden," kata Ken.
Secara organisasi, kekuatan riil dan dianggap lengkap dalam gerakan NII faksi
Komando AS Panji Gumilang hanya ada di teritorial IX (KW IX) yang juga dijuluki
sebagai Dapur Negara. Hal ini bisa dirujuk berdasarkan target perolehan setoran dana
bulanan program mobilisasi dana NII sekitar Rp 10.500.000.000,- (sepuluh miliar lima
ratus juta rupiah) dari total target Rp 14,5 miliar adalah kontribusi dari Wilayah IX, yang
terbesar diantara penyetor dana bulanan NII di wilayah IX adalah daerah Jakarta Timur
yakni Rp 1.160.000.000,- (satu miliar seratus enam puluh juta rupiah), dan yang paling
minim kontribusinya adalah daerah Banten.
Tentang kekuatan pendukung teritorial NII yang sudah dianggap menuju proses
lengkap organisasi teritorialnya adalah seluruh wilayah yang ada di Jawa. Hal ini ditandai
dengan program mutasi aparat NII besar-besaran dari wilayah IX menuju ke seluruh
wilayah Indonesia, sesuai dengan Perpu No. II NII versi AS Panji Gumilang. Yang
dimaksud dengan organisasi teritorial yang lengkap adalah telah memiliki struktur
organisasi dan keaparatan dari tingkat wilayah (Gubernur) hingga tingkat Desa
sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya.
Dalam hal basis massa, daerah yang memiliki massa paling banyak dan kuat
anggota atau warga NII AS Panji Gumilang adalah Derah Jakarta Timur dan Jakarta
Selatan, Depok, Tangerang serta Bekasi dan Banten.
Tetapi menurut data riil dari faksi Insan Hadid yang baru saja memisahkan diri
terhadap kepemimpinan AS Panji Gumilang, hingga tanggal 1 Jumad Al-Uwla 1422 atau
Juli 2001, Kekuatan Aparat (Mas’ul) Teritorial NKA/NII (Al Zaytun) diketahui telah
mencapai sebanyak 15.149 personil Mas’ul (Aparat dari strata Desa hingga Gubernur
Wilayah) dengan kekuatan Ummat pendukung sebanyak 140.069 Personil yang tersebar
di seluruh Jawa dan luar Jawa yang disebut sebagai aparat dan ummat (Thoifah).
Kemudian ditambah dengan aparat yang terdapat dalam Struktur Fungsional, maka total
kekuatan anggota gerakan NII Al Zaytun adalah sebanyak 168.660 Orang.
(Data ini didasarkan data laporan resmi dari data base Al Zaytun yang ditemukan di
lapangan dan hasil kerja sama informasi dari mantan elite NII Al Zaytun dengan
beberapa lembaga resmi pemerintah)
Dalam perkembangan selanjutnya menyusul peristiwa eksodus para kader militan
terlatih di bawah komando Insan Hadid dan Muammar Yasir, kekuatan Al Zaytun kini
setidaknya telah menyusut hampir sekitar 30.000 an anggota dan aparat, baik jajaran
teritorial maupun jajaran fungsional. Tidak ketinggalan pula eksodus dikalangan para
santri Ma’had, karena tidak kurang dari 1700 santri pada liburan kenaikan kelas tahun
2002 ini menyatakan tidak akan kembali ke Ma’had, baik karena alasan mengikuti
keputusan para orang tua atau keluarga yang telah eksodus dan bersikap kontra terhadap
AS Panji Gumilang maupun yang karena alasan beaya tinggi, termasuk diantaranya para
santri yang berasal dari Malaysia. Seperti diketahui dari 5323 jumlah santri angkatan 1s/d
3, 1815 diantaranya adalah berasal dari warga NII.

Anda mungkin juga menyukai