Anda di halaman 1dari 11

PEMIKIRAN KALAM

AHMADIYAH
Disusun Oleh : KRISTIN OKTAVIA PUTRI
(206121285) 5H
Pembahasan
01 02 03
Latar belakang Biografi pendiri
Sejarah perkembangan
kalam ahmadiyah ahmadiyah
ahmadiyah

04 05 06
Pokok pemikiran Dalil kalam Kritik pemikiran
kalam ahmadiyah ahmadiyah ahmadiyah

07 Relevansi kalam
ahmadiyah di era
modern
Latar Belakang Aliran Ahmadiyah
Ahmadiyah merupakan suatu gerakan keagamaan
yang didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad pada
tahun 1891 di Asia Selatan (sekarang India).
Gerakan ini mempunyai dasar pemikiran dan
penafsiran berdasarkan ajaran Islam, namun ada
beberapa hal yang membuat mereka berbeda dari
umat Islam pada umumnya. Beberapa hal yang
membedakannya adalah penafsiran mengenai
pemahaman tentang kenabian, konsep tentang
wahyu, dan kedatangan Nabi Isa yang kedua
(Lubis, 1994: 13).
Sejarah Perkembangan Ahmadiyah
1. [05.13, 14/11/2022] Kristin Oktavia Ptr: ahun 1914 Ahmadiyah pecah menjadi dua golongan, yakni Ahmadiyah
Qadian dan Ahmadiyah Lahore. Pada perkembangannya, hal yang paling mencolok datang dari Ahmadiyah sekte
Qadian. Bagi Qadiani, Nabi Muhammad bukanlah nabi terakhir, karena bagi mereka pintu kenabian akan terus
terbuka sepanjang masa. Namun demikian, mereka tetap mempercayai Nabi Muhammad SAW sebagai khatam al-
nabiyyin, yakni sebagai nabi yang paling sempurna dan nabi terakhir pembawa syariat (Novianti, 2006: 3).
sedangkan Ahmadiyah Lahore mempercayai semua yang diajarkan oleh Mirza Ghulam Ahmad tetapi tak
menganggapnya sebagai seorang nabi.[05.14, 14/11/2022] Kristin Oktavia Ptr: Ahmadiyah Qadian di Indonesia
lebih dikenal dengan sebutan Jemaah Ahmadiyah Indonesia (JAI) sedangkan Ahmadiyah Lahore dikenal dengan
nama Gerakan Ahmadiyah Indonesia (GAI). Eksistensi atau keberadaan Ahmadiyah Qadian (JAI) di Indonesia
telah lama ada, yakni sebelum Indonesia merdeka sekitar tahun 1926 dan dibawa oleh Rahmat Ali seorang alumnus
Universitas Punjab. Dia berangkat ke Sumatera atas undangan tiga mahasiswa Minangkabau, yang belajar di
Lahore, British India. Pada tahun 1926. Jemaah Ahmadiyah resmi berdiri sebagai organisasi di Padang, dalam masa
pemerintahan Gubernur Jenderal Andries Cornelis Dirk de Graeff pada tahun 1926-1931 (diambil pada laporan
investigasi di situs www.andreasharsono.com yang diunduh tanggal 2 Desember 2011 pukul 20.35).Sama seperti
Pakistan, keberadaan Ahmadiyah Qadian (JAI) di Indonesia yang telah lama ada, juga mendapat beragam sorotan
dari berbagai elemen masyarakat. Tak hanya sorotan, beberapa masyarakat di wilayah Indonesia terutama Jawa
Barat (pusat JAI), bahkan melakukan protes penolakan terhadap keberadaan anggota JAI.
Biografi Pendiri Ahmadiyah
[05.18, 14/11/2022] Kristin Oktavia Ptr: Hazrat Mirza Ghulam Ahmad, al-Masih al-Mau’ud alaihis salam, demikian
namanya disebutkan. Nama yang asli hanyalah Ghulam Ahmad. Sedangkan "Hazrat" adalah kata penghormatan kepada
dia oleh para pengikutnya. Kata "Mirza" melambangkan keturunan bangsawan dari Moghul. Adalah merupakan
kebiasaan, dia suka menggunakan nama Ahmad agar lebih ringkas.[05.19, 14/11/2022] Kristin Oktavia Ptr: Ia lahir di
Punjab, India pada 13 Februari 1835 atau 14 Syawal 1250 H, pada waktu salat subuh hari Jumat, di rumah Mirza
Ghulam Murtaza di desa Qadian. Ia lahir dalam sebuah keluarga yang berkecukupan sebagai bayi kembar, namun
kembarannya meninggal saat lahir.Dia dikabarkan selalu menghabiskan waktunya di mesjid dengan mempelajari Al
Qur'an dan pelajaran agamanya, Islam.[05.21, 14/11/2022] Kristin Oktavia Ptr: Ketika Ahmad berumur 40 tahun,
ayahnya wafat. Waktu itu Ahmad mengaku bahwa Tuhan telah berkomunikasi dengannya melalui wahyu. Sejak saat itu
Ahmad banyak menulis untuk melawan apa yang menurutnya sebagai tulisan-tulisan anti Islam dari berbagai kelompok
misionaris Kristen[05.26, 14/11/2022] Kristin Oktavia Ptr: Memang benar MGA beberapa kali buang air besar karena
sakit diare bukan kolera. Mirza Ghulam Ahmad wafat dengan tenang diatas peraduannya dan kepergiannya disaksikan
oleh keluarga, Sahabat dan kerabatnya pada tanggal 26 Mei 1908, pukul 10:30 pagi.
Pokok Pemikiran Kalam Ahmadiyah
Ahmadiyah memiliki kepercayaan bahwa ada nabi setelah
Nabi Muhammad Saw yaitu Mirza Ghulam Ahmad,
pengertian Khataman Nabiyyin (nabi penutup), dan
Ahmadiyah mempercayai bahwa Nabi Isa telah wafat, serta
Ahmadiyah mempercayai Imam Mahdi telah datang yaitu
dalam bentuk wujud Mirza Ghulam Ahmad.
Dalil Pemikiran Kalam Ahmadiyah
Kitab atau dalil suci Ahmadiyah dikenal dengan nama
Tazkirah, al-Kitab al-Mubin, dan az-Zikr. Kitab ini adalah
pembajakan serta pencampur-adukan ayat- ayat suci al-Quran
dalam bahasa Arab dengan bahasa Urdu, bahasa Persia
karangan Mirza Ghulam Ahmad. Kitab suci mereka ini
memiliki dua puluh juz dan terbagi ke dalam beberapa ayat.
Kritik Pada Pemikiran Kalam Ahmadiyah

Sebagaimana diketahui bahwa manusia berakal dan beragam tetap


mempunyai kebiasaan berkehendak untuk menyatakan dan
mengungkapkan pikirannya, ide dan menentukan jalan hidupnya masing-
masing.Dari kebebasan berpikir itu maka muncul berbagai paham dalam
agama. Disini muncul berbagai aliran contohnya: Jabariyah, Qodariyah,
Syi’ah, Maturudiyah dan sebagainya, serta aliran yang tak kalah
pentingnya yang dianggap ajarannya banyak bertentangan dengan ajaran
Islam yaitu Ahmadiyah.
Relevansi Kalam Ahmadiyah Di Era Modern
Akhir-akhir ini di Indonesia konflik dan tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama semakin
marak di mana-mana, mulai dari kasus bom Bali I, bom Hotel J.W. Marriot, bom Kuningan, sampai bom
Bali II. Ahmadiyah juga mendapat perlakuan yang sama dengan tak henti-hentinya sekelompok
masyarakat menyingkirkan Ahmadiyah di ranah Indonesia ini karena dianggap sebagai aliran sempalan
yang sesat di dalam Islam.Jurnal Penelitian, Vol. 7, No. 2, Agustus 2013221Ridwan A. Malik Melihat
kasus-kasus Ahmadiyah dari dulu sampai sekarang yang tak berujung penyelesainnya, menurut penulis,
pemerintah dan masyarakat harus mampu mengidentifikasi Ahmadiyah yang sudah keluar ajarannya dari
prinsip ajaran Islam. Sebagaimana uraian sebelumnya, bahwa Ahmadiyah Lahore tidak bisa dikatakan
sesat, karena masih berpegang teguh akan eksistensi Nabi Muhammad saw. sebagai nabi terakhir. Lain
halnya dengan Ahmadiyah Qodyan yang mengakui adanya nabi setelah Nabi Muhammad saw., yaitu
Mirza Ghulam Ahmad.Di Indonesia, tentunya dua aliran Ahmadiyah ini tersebar di berbagai daerah. Maka,
di sinilah tugas pemerintah dan masyarakat untuk mengidentifikasinya supaya tidak terjebak pada
memukul rata semua Ahmadiyah dianggap sesat atau dianggap benar. Hal ini sebagaimana yang pernah
ditulis oleh Riki Saputra dalam di Koran Harian Haluan pada tanggal 7 Juli 2011. Riki Saputra tidak
sepakat, karena ia menganggap semua Ahmadiyah di Indonesia tidak pantas dizalimi. Terkesan tulisan
tersebut menganggap semua Ahmadiyah tidak sesat.
Relevansi Kalam Ahmadiyah Di Era Modern

Dari kajian di atas, penulis memahami bahwa kita harus mengambil jalan tengah dengan cara menentukan
"jenis kelamin❞ Ahmadiyah yang sesat dan yang tidak sesat. Pasca proses identifikasi tersebut, baru
terlihat jelas aliran Ahmadiyah mana yang mesti ditobatkan. Ini semua supaya menggiring kita untuk
berpikir dan bersikap objektif terhadap satu persoalan, khususnya terhadap eksistensi Ahmadiyah di
Indonesia.
Sekian, Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai