Anda di halaman 1dari 22

The Split and The Truth About The Split Perselisihan dan Kebenaran mengenai Perselisihan Tinjauan Sejarah

1897-1914

Tujuan Makalah:
Pertama: Menyampaikan bukti-bukti bahwa peran Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. sebagai Mushlih atau juru Ishlah/yang memperbaiki keadaan jemaat yang sedang menghadapi ujian dan goncangan bukanlah terlihat setelah menjadi khalifah melainkan semenjak remaja/pemuda ketika belum menjadi Khalifatul Masih; Kedua: Akar perselisihan dalam jemaat ketika pembaiatan Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba melainkan sudah terlihat bibitnya ketika pada masa Hadhrat Masih Mauud a.s.; Ketiga: Isu atau persoalan penting yang selalu aktual dan faktual adalah apa perbedaan antara Muslim Ahmadi dan Muslim bukan Ahmadi? Bagaimana status Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Masih Mauud dan Mahdi? Bagaimana dengan orang yang menolak Imam Mahdi dan Masih Mauud? Bagaimana dan sejauh mana hubungan dengan pihak yang tidak menerima/tidak baiat kepada Hadhrat Imam Mahdi a.s. baik mengkafirkan maupun diam atau simpati? I. Kronologis kejadian penting 1897 - 1914 Tahun 1897 Peristiwa Konferensi Agama-Agama di Lahore. Khawajah Kamaluddin yang membawa undangan dari panitia konferensi kepada Hadhrat Masih Mauud a.s. Setelah Hadhrat Masih Mauud a.s. menulis makalah dan mendapat wahyu nubuatan keunggulan makalah beliau, beliau memerintahkan Khawajah Kamaluddin agar mencetak dan menyebarluaskan selebaran nubuatan/kabar gaib kemenangan tsb. Khawajah Kamaluddin enggan dan malu karena merasa makalah tsb kurang bermutu. Setelah para anggota Jemaat mengingatkan, selebaran nubuatan ditempel di tempat tinggi hingga sulit bagi orang-orang membacanya. (dari peristiwa ini terlihat keimanan Khawajah thd kebenaran Hadhrat Masih mauud a.s. lemah) The Watan, sebuah suratkabar Islam mengirimkan usul dan saran kepada The Review of Religion, majalah jemaat agar berhenti memuat berita-berita dan akidah-akidah Jemaat serta memuat berita2 dan prinsip-prinsip Islam yang umum saja agar diterima dan didukung oleh umat Islam dan jumlah yang berlangganan The Review bertambah banyak. Khawajah Kamaluddin terpengaruh dan bersama Maulwi Muhammad Ali mendesak agar usulan The Watan disetujui. Usulan diprotes oleh jemaat sehingga usul dilepaskan. Dr. Abdul Hakim yg sekian lama dlm pengaruh menyimpang terpengaruh dan mulai mempertanyakan berbagai akidah Masih Mauud serta berkorespondensi. Hadhrat Masih Mauud a.s. menulis buku Al Wasiyat. Isinya al: 1. Wahyu/kasyaf tentang wafat beliau as tidak akan lama lagi 2. Sunatullah adalah adanya Dua Kudrat. Yang pertama terjadi pada zaman Nabi-nabi Allah, yang kedua akan sempurna pada saat Nabi Allah wafat.

1905

Akhir 1905

Beliau contohkan setelah Rasulullah saw wafat, Hz Abu Bakar ra ditegakkan oleh Allah swt menjadi perwujudan kudrat kedua. 3. Beliau as membeli tanah seharga 1000 rupees untuk pekuburan Bahisti Maqbarah . Menghimbau Jemaat untuk memperluas dan menata areal pekuburan dan membuat jembatan kecil dengan jumlah biaya 3000 rupees. 4. Menetapkan syarat yang berhak dikubur di Bahisyti Makbaraah Buat sementara candah ini disampaikan ke Maulvi Hakim Nuruudin. Tetapi nanti harus dibentuk Anjuman (Badan) untuk mengatur bagaimana pantasnya pembelanjaan uang yang terkumpul, yang akan datang sewaktu-waktu untuk meninggikan kalimah Islam dan guna penyiaran Tauhid. Januari 1906 Hadhrat Masih Mauud a.s. mendirikan Sadr Anjuman Ahmadiyah Ketua : Hz. Maulvi Hakim Nuruddin, Sekretaris : Maulvi Muhammad Ali, Anggota : Khawaja Kamaluddin, Maulana Sayyid Muhammad Ahsan Amrohi (awal mula baiat beberapa tahun kemudian membatalkan baiat tetapi dekat wafat memihak khilafat lagi), Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad (Mian Mahmud), Khan Shahib Nawab Muhammad Ali Khan, Seth Abdur Rahman Madrasi, M.Ghulam Hasan Khan Shahib Peshawari (mertua Mirza Bashir Ahmad baiat pd 1940), Mir Hamid Shah (mula-mula bersama MMA tetapi balik ke Huzur II r.a.), Syaikh Rahmatullah, Dr. Mirza Yaqub Beg, Dr. Mir Muhammad Ismail, Dr. Syaikh Muhammad Ismail. Tugas utama : Membantu kelancaran pelaksanakan tugas Hz Masih Maud as (khususnya pengelolaan tugas kejemaatan dan administrasi keuangan). Maulwi Sher Ali, Mirza Bashir Ahmad (keduanya dipilih oleh Huzur I) dan Maulwi Sadruddin (pengganti sementara Khawaja Kamaluddin yang sedang di Inggris) menjadi anggota Anjuman pada masa Khalifatul Masih I. Ket.: huruf tebal ialah yg kemudian tidak baiat/baiat beberapa tahun kemudian kepada Huzur II r.a. pada 1914). Dari 15 anggota Anjuman Ahmadiyyah pada 1914, hanya 5 orang yang tetap tidak baiat kepada Huzur II r.a. hingga wafat mereka. Dr. Abdul Hakim mengirim surat pertamanya kepada Hadhrat Masih Mauud a.s. tegas-tegas menolak dan mempertanyakan atau mengkritik fatwa/pendapat Masih Mauud sejumlah 9 hal seperti pendakwaan Hadhrat Masih Mauud a.s., sholat di belakang org ghair boleh asal tdk mengkafirkan, dakwah hendaknya bertopik yg umum2 saja agar tidak ditentang oleh pihak ghair Ahmadi, usulan tt The Review oleh the Watan hendaknya diterima, dll. Surat-menyurat berlangsung lebih dari sekali. Dalam sebuah surat jawaban oleh Hadhrat Masih Mauud a.s.,.Dr. Abdul Hakim dinyatakan keluar dari Jemaat. Pengaruh pemikiran Dr. Abdul Hakim mengakar mendalam dalam sebagian anggota jemaat yang pemukanya ialah Khawajah Kamaluddin. Pemikiran2 Dr. Abdul Hakim banyak diadopsi oleh kelompok Lahore.

1906

1 Maret Edisi Perdana majalah Tashhidhul Adzhaan terbit. Artikel karya Mian 1906 Mahmud menyebutkan tentang perlunya mematuhi rasul ini yakni Hadhrat pendiri Jemaat. Maulwi Muhammad Ali mengulas artikel tersebut dan

memujinya dalam majalah The Review of Religions. Nama Tashhidhul Adzhaan diberikan oleh Hadhrat Masih Mauud sesudah beliau mengijinkan pendirian majalah berkala tersebut pada akhir 1905. Pengurus majalah ini ialah Syaikh Abdur Rahim Malerkotla, Choudhri Fateh Muhammad Sayyal M. A., Mian Mahmud dan beberapa mahasiswa/pelajar Ahmadi. 1906 s.d.1908 Beberapa kali beberapa media Jemaat memuat tulisan Mian Mahmud yang berisi pernyataan akan kenabian dan kerasulan pendiri Jemaat disertai kutipan wahyuwahyu dari Allah kepada Hadhrat Masih Mauud a.s. yang memanggil beliau dengan sebutan nabi dan rasul.

1906 s.d. Maulvi Muhammad Ali had always been of an irritable temper. He never could 1908 tolerate anything adverse to his own way of thinking. He was also slow to forget when once he became offended. He would stick at nothing to injure those who differed from him. While the Promised was alive, he often became annoyed with Hazrat Khalifatul Masih I, in matters the Anjuman. By Huzur II r.a. 26 Mei Hadhrat Masih Mauud as wafat di Lahore, jenazah dibawa ke Qadian 1908 27 Mei 1. Maulvi Hakim Nuruddin dipilih sebagai Khalifatul Masih. 1908 2. Seluruh anggota Jemaat melakukan baiat di tangan beliau r.a. 3. Kemudian, beliau ra memimpin shalat jenazah dan penguburan Hz. Masih Mauud as. 2 Juni Suratkabar jemaat al-Badr menerbitkan pengumuman yang ditandatangani oleh 1908 sejumlah besar anggota terkemuka Jemaat termasuk Maulwi Muhammad Ali, Khawajah Kamaluddin dan kawan-kawan yang diantara bunyinya: Menyetujui perintah2 Masih Mauud pada kitab al-Wasiyyat, atas nama Ahmad mengambil baiat mereka di tangan Hadhrat Haji Maulwi Hakim Nuruddin Sahib,perintah-perintah Hadhrat Maulwi Sahib harus dianggap oleh kita sebagaimana perintah-perintah dari Masih Mauud dan Mahdi. Awal 1. M.Muhamad Ali dan Khawaja Kamaluddin menemui Hz.Mirza Bashiruddin pertengah Mahmud Ahmad. Membicarakan topik pembagian wewenang antara Khilafat an Juni dan Anjuman. Muhamad Ali dan Khawaja Kamaluddin berpendapat bahwa 1908 telah terjadi kesalahan tentang lembaga khilafat. Tugas Khalifah hanyalah menjadi Imam shalat, memimpin shalat jenazah, menerima baiat, memberi nasihat/khutbah pernikahan. Pengendalian dan wewenang operasional Jemaat ada ditangan Anjuman. 2. Hz. Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad menjawab, kalaulah mau merumuskan batas wewenang khalifah, seyogyanya dilakukan sebelum diadakan pemilihan Khalifah. Sedangkan saat itu karena mereka berdua dan juga diri beliau sendiri telah baiat di tangan Khalifah, maka adalah kewajiban semua untuk taat dalam segala hal kepada Khalifah. 3. Khawajah Kamaluddin akhirnya mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

Desembe r 1908

Dalam kesempatan ceramah Jalsah Salanah, Maulwi Muhammad Ali berulangulang dan menekankan bahwa penerus Hadhrat Masih Mauud a.s. adalah Sadr Anjuman bukan Khalifah. Kelompok/teman2 dekat Maulwi Muhammad Ali menghembuskan ide ini kpd peserta jalsah.

1909 s.d. Dalam beberapa kali kesempatan (Jalsah Salanah), Mian Mahmud berpidato 1911 dengan menyebutkan utusan Allah yang datang pada zaman ini dan pentingnya menerima serta mematuhi beliau a.s. Pidato Miyan Mahmud (dan juga penceramah Jalsah lainnya) dimuat oleh suratkabar-suratkabar Jemaat. Awal Januari 1909 Terjadi diskusi dalam jemaat mengenai ide tsb. Jemaat terbagi 2 kelompok yang berbeda. All this time, Hazrat Khalifatul Masih I had no knowledge of these discussions, and I too was quite unaware of them. (h. 213) Huzur I r.a. tidak mengetahui tentang diskusi tsb begitu jg Mian Mahmud/Huzur II r.a. yang tidak menghadiri keseluruhan ceramah jalsah karena ada kepentingan lain. 1. Sayid Mir Muhammad Ishaq (ipar Hadhrat Masih Mauud as) menulis surat ke Khalifatul Masih, agar kepada anggota Jemaat diuraikan perbedaan Khilafat dengan Anjuman disertai argumentasi yang jelas. 2. Pertanyaan ini diteruskan kepada para tokoh Jemaat, dan harus dijawab tertulis dan dikembalikan kepada beliau segera. 3. Khalifatul Masih merencanakan untuk mengadakan musyawarah dengan para tokoh Jemaat pada tanggal 31 Januari 1909, untuk membahas topik tersebut atas dasar jawaban tertulis para tokoh Jemaat tersebut. 1. Di Lahore (rumah Khawaja Kamaludin), kelompok Lahore mengadakan pertemuan membahas topik Siapa pengganti/penerus Masih Maud as. Peserta yang hadir berpendapat Anjuman sebagai pengganti Masih Mauud as, kecuali 2 orang berpendapat bahwa Khilafat sebagai pengganti/penerus. 2. Ketika berita itu sampai di Qadian, Yaqub Ali Irfani, Editor Majalah Al Hakam, mengadakan pertemuan di rumahnya dengan topik serupa. 40 peserta bertekad melestarikan Khilafat, 2 orang menolak. 1. Musyawarah dilakukan di Qadian yang dipimpin oleh Khalifatul Masih, dihadiri oleh 200-250 orang tokoh Jemaat. Para undangan telah hadir pada malam sebelumnya. Sholat tahajjud diiringi doa-doa penuh keperihan. Khawajah Kamaluddin dan kawan-kawan girang karena Hadhrat Khalifatul Masih I r.a. datang terlambat mengimami sholat shubuh. Mereka mendapat kesempatan mempengaruhi para hadirin. Syaikh Rahmatullah sempat menyebut kemurkaan Tuhan karena seorang remaja dicadangkan memegang khilafat. Mereka menaruh harapan Khalifah menyetujui pendapat mereka. Huzur I r.a. menekankan bahwa Khilafat adalah pranata keagamaan. Tanpa khilafat, mustahil dapat diraih kemajuan ke depan Diingatkan juga bahwa Khalifah adalah pilihan Allah swt, Para anggota Anjuman yang merasa bahwa dialah yang membentuk Khilafat adalah tolol dan keblinger, mereka hendaknya bertobat. Beliau mempersilakan waktu berbicara pada hadirin. Khawajah Kamaluddin berbicara dng ragu2.

30 Januari 1909

31 Januari 1909

2. Beliau menegur M.Muhamad Ali yang mengadakan pertemuan pendahuluan di Lahore dan juga menegur Yaqub Ali Irfani yang mengadakan pertemuan serupa tanpa izin Khalifah. Ditekankan bahwa ketika khalifah mengundang ke sebuah rapat agar tidak mengadakan rapat lain selain fokus ke rapat yang akan diadakan khalifah. 3. M.Muhamad Ali, Khawaja Kamaludin dan juga Yaqub Ali Irfani, diperintahkan untuk melakukan baiat ulang di tangan Khalifah dan baiat ulangpun dilaksanakan dihadapan hadirin. 4. Pertemuan selesai. Jemaat merasa bahwa masalah wewenang Khilafat dan Anjuman besar telah berhasil dipecahkan 5. Tetapi, peristiwa ini membuat M.Muhamad Ali tersinggung dan memendam amarah semenjak itulah ia jatuh kedalam golongan yang berbeda keyakinan dengan Jemaat. M.Muhamad Ali berniat hengkang dari Qadian. Dr.Khalifa Rasyiduddin, teman dekatnya melaporkan hal ini kepada Khalifah dan memohon Khalifah untuk membujuk M.Muhamad Ali agar tidak meninggalkan Qadian. Tetapi Khalifah menolak dan bahkan mengatakan agar kalau M.Muhammad Ali mau meninggalkan Qadian, silakan pergi saat itu juga.M.Muhammad Ali akhirnya tidak jadi meninggalkan Qadian, karena dibujuk oleh Khawaja Kamaludin. Setelah Januari 1909 Khawajah Kamaluddin dan kawan2 memakai taktik baru. Dalam arsip-arsip Anjuman, mereka menggunakan sebutan Presiden/Sadr Anjuman untuk Hadhrat Khalifatul Masih I, Hakim Nuruddin r.a. Istilah yang dipakai ialah rekomendasi Sadr/ketua Anjuman yang disetujui para anggota Anjuman bukan istilah perintah Khalifah. Taktik ini pun terbongkar dengan karunia Allah. Di Lahore tuduhan-tuduhan dilancarkan kepada Hadhrat Khalifatul Masih I r.a. Dibuat pengumuman-pengumuman terbuka agar beliau dipecat dari jabatannya sebagai Khalifah dengan segala cara yang dapat dilakukan. Kegiatan ini diketahui oleh Khalifatul Masih I r.a. Pada khutbah Idul Fitri, beliau r.a. menyebutkan tentang pentingnya persatuan dan ketaatan kepada Khilafat. Beliau r.a. juga mengumumkan pengasingan/boikot kepada mereka yang terlibat isu pemakzulan atau pemecatan Khalifah di depan umum. Khawajah Kamaluddin dan kawan2 yg terlibat datang kepada Khalifah memohon maaf dan baiat kembali yang kedua kalinya (tidak terhitung baiat pada 1908). Semenjak itu Khawajah Sahib dan kawan-kawannya menghindari membicarakan di depan umum tentang kedudukan Khilafat. Mereka juga sering sowan kepada Khalifatul Masih. Khalifah menganggap mereka benar-benar sudah tobat. Khawajah Kamaluddin termasuk ahli pidato dan pembicara umum yang menarik. Ia berpidato di berbagai daerah dengan pendengar dari kalangan yang luas Muslim non-Ahmadi. Ia menjadi penceramah yang meninggalkan kesan mendalam bagi pendengarnya dan dihormati kaum Muslim secara luas. Ia populer dan pandai mengiklankan diri dengan berita2 perjalanannya yang diterbitkan suratkabar-suratkabar. Ia menghindari pembahasan mengenai pendiri

Setelah Januari 1909 Oktober 1909

Akhir 1909 dst

jemaat. Larangan sholat di belakang imam ghair Ahmadi diremehkannya. Menurutnya, itu hanya sementara. Asal orang ghair Ahmadi tidak mencap kafir maka boleh-boleh saja seorang Ahmadi sholat dibelakangnya. Akhir Beberapa muballigh Ahmadi mengikuti jejak Khawajah Shahib. Mereka mulai 1909 s.d. segan menyebut-nyebut Masih Mauud dalam khotbahnya. Orang-orang Jemaat 1910 mempertanyakan Khawajah Kamaluddin yang tidak pernah merujuk kepada Masih Mauud dalam khotbah-khotbahnya. Timbul pertanyaan mengenai apa perbedaan antara Muslim Ahmadi dan Muslim bukan Ahmadi? Bagaimana status orang Muslim yang menolak Imam Mahdi dan Masih Mauud? Pertengah 1. Hz. Maulvi Hakim Nuruddin menyampaikan bahwa karena beliau khalifah an dan yang tidak terikat Anjuman maka beliau bukan anggota Anjuman atau Sadr akhir Anjuman. 1910 2. Hadhrat Khalifatul Masih I menunjuk pengganti Sadr/Presiden/ketua Anjuman adalah Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad. Usia Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad pada saat itu masih sangat belia, 21 tahun. 3. Kerancuan fungsi Khilafat dan Anjuman dapat diselesaikan. Hal ini menambah rasa tidak senang kelompok Lahore (M.Muhamad Ali dan kawankawannya. 18 Novembe r 1910 Khalifatul Masih jatuh dari kuda, dan menderita parah pada muka dan kepala. Setelah diperiksa, Huzur I r.a. menanyakan sakitnya dan kalau parah, beliau ingin perintah-perintah beliau didiktekan/ditulis. Mirza Yaqub Beg yang memeriksa menyampaikan kepada beliau r.a. bahwa lukanya tidak berbahaya. 1. Mirza Yaqub Beg segera menemui Khawajah Kamaluddin dan Maulwi Muhammad Ali mengenai luka Huzur I r.a. 2. Khawaja Kamaludin, M.Muhamad Ali, Dr.Mirza Yaqub Beg, M.Sadrudin menemui Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad. Mereka berbicara masalah sakitnya Khalifah yang parah dan melemah, menyatakan bahwa yang pantas sebagai pengganti Khalifah adalah Hz.Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad dan menyatakan bahwa jangan ada penggantian sebelum anggota Lahore tiba di Qadian???. 3. Hz Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad mengatakan bahwa menurut para sahabat Rasul saw adalah haram membicarakan pengganti khalifah, sementara khalifah masih hidup. Khalifah menulis surat di amplop isinya Sesuai telad an Abu Bakar, baiatlah kepada orang yang tertulis dalam amplop ini, Mahmud Ahmad. Amplop ini diserahkan kepada Syekh Muhamad Taimur. Amplop wasiat yang diamanatkan kepada Syekh Muhammad Taimur ditarik kembali oleh Huzur I r.a. setelah kesehatan beliau membaik. Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad pada tanggal 20an bermimpi melihat istana yg sedang direnovasi dan diperbesar. Dengan seizin Khalifah beliau

Novembe r 1910

Januari 1911

Pebruari 1911

mendirikan Ansharullah. Beliau dituduh oleh kelompok Lahore menggalang dukungan untuk mengganti Khalifah. Sesudah Pebruari 1911 Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. melihat dalam kasyaf Khawajah Kamaluddin telah keliru karena ia menganggap roti kering sebagai kue tart dan menawarkannya kepada masyarakat. Guna mengishlah/memperbaikinya karena pengaruhnya telah mengena kepada sebagian Ahmadi, sebagaimana beliau r.a. berkhotbah pada 27 Maret 1910, pada bulan April 1911 beliau mengupas kekafiran orang yang menolak Imam Zaman/Imam Mahdi dalam majalah Tashhidhul Adzhan (bukanlah perkara enteng bagi siapa saja yang menolak atau meremehkan utusan Allah). Artikel tersebut telah diperiksa oleh Khalifatul Masih I r.a. sebelum diterbitkan. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. naik haji ke Makkah bersama Sayyid Abdul Muhyi Arabi dan Mir Nasir Nawab Sahib, kakek beliau dari ibu. Selama 20 hari berada di Makkah. Mir Nasir menyampaikan bahwa Khalifatul Masih I mengijinkan Ahmadi sholat di belakang orang Muslim non-Ahmadi lalu sholat lagi setelahnya. Setelah beberapa kali sholat dibelakang imam ghair, Mian Mahmud merasa sakit lalu karena segan meminta Sayyid menanyakan lagi apakah Mir Nasir mendengar langsung dari Huzur I r.a. memerintahkan demikian atau kabar dari orang lain. Mir Nasir menjawab itu bukan perintah umum tetapi beliau mendengar Huzur I r.a. berkata kepada beberapa Ahmadi saja. Mian Mahmud akhirnya mendirikan sholat berjamaah sendiri baik di rumah penginapan maupun di depan Kabah. Sejumlah kaum Muslim mengikuti sholat berjamaah tersebut. Setelah pulang dari Makkah, hal itu ditanyakan lagi kepada Huzur I r.a. yang menjawab bahwa itu hanya ijin bagi beberapa Ahmadi yg lemah yang mengajukan permohonan saja. Seorang abang dari Ahmadi yang mengajukan permohonan juga mengajukan permohonan serupa tetapi tidak dijinkan. Dalam The Truth about the Split, Huzur II r.a. menyampaikan bahwa fatwa Hadhrat Khalifatul Masih I r.a. bukan berfatwa tetapi memberi toleransi kepada ahmadi yang lemah, penakut dan berkali-kali mengajukan ijin. Fatwa Hadhrat Masih Mauud a.s. bersifat umum dan diatas atau tidak bisa dibatalkan oleh pendapat Khalifatul Masih. Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad menjadi perwakilan/utusan Pusat Qadian guna mengunjungi ke madrasah-madrasah Arab dan membuat rencana guna pembentukan Madrasah Ahmadiyah. Beliau menyampaikan ceramahceramah di Lucknow, Benares dan Cownpore. Beberapa anggota Jemaat menginginkan beliau r.a. meniru Khawajah Sahib yakni menghindari membahas mengenai Hadhrat Masih Mauud guna menarik hati kaum Muslim. Mian Mahmud menyatakan pidato saya bukan untuk mencari tepuk tangan tetapi menyampaikan kebenaran. Hal sebaliknya terbukti, kaum Muslim yang hadir justru bertepuk tangan dan bahkan ada yang mencium tangan beliau r.a.

1912

April 1912

Pertengah Khawajah Kamaluddin ditinggal wafat istrinya. Khawajah mengajukan an akhir permohonan keliling India. Di Bombay/Mumbai, Khawajah bertemu seorang

1912

Ahmadi kaya raya yang sedang mencari orang yang cocok mengurus bisnisnya di Inggris. Khawajah ditawarkan sejumlah uang + biaya perjalanan asal mau mengurus bisnisnya tersebut. Hadhrat Khalifatul Masih I r.a. berpesan kepada Khawajah yang mau berangkat ke Inggris agar mengabdikan diri untuk agama sesuai kemampuan yang terbaik. Dengan menyembunyikan/mengaburkan fakta yg sebenarnya, Khawajah Kamaluddin menulis di suratkabar Zamindar bahwa ia telah meninggalkan semua pekerjaan dan berangkat ke Inggris untuk tabligh/menyebarkan firman Allah. Dari Inggris Khawajah berkali-kali mengirim surat permohonan kepada Huzur I r.a. agar diijinkan sholat dibelakang Imam non-Ahmadi. Huzur I r.a. menjawab: Biarkan ia... Kawan2 Khawajah mengirim kabar bahwa Huzur I r.a. memberi ijin padahal itu bukan ijin. Seorang bangsawan Inggris, Lord Headley yang telah masuk Islam beberapa puluh tahun sebelumnya dan jarang sholat bersama orang Islam lainnya serta seorang wanita Inggris istri pria kaya Muslim dari India ditemui oleh Khawajah Kamaluddin. Keislaman mereka diberitakan seolah-olah karena peran Khawajah-lah yang berdakwah kepada mereka. Khawajah menjadi bertambah populer.

Setelah Septembe r 1912

19 Juni Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. dengan seijin Khalifatul Masih I r.a. 1913 menerbitkan suratkabar Al Fadhl. Penerbitan suratkabar dilatarbelakangi oleh banyaknya Ahmadi yang berlangganan suratkabar non-Ahmadi Al-Hilal guna meminimalisir efek buruk secara pemikiran dari isi tulisan Al-Hilal. akhir Juni M.Muhamad Ali dkk menerbitkan majalah Paigham Sulh yang dijadikan sebagai 1913 corong pemikiran kelompok Lahore. Paigham Sulh cenderung mendekat kepada kaum Muslimin umum dengan cara: 1. Menyebut Khalifatul Muslimin kepada Sultan Turki; 2. menyebut Mirza Shahib alaihir rohmah kepada Hadhrat Pendiri Jemaat bukan Hadhrat Masih Mauud a.s.; 3. mendukung/membenarkan kaum Muslimin ketika mrk menuntut pemerintah karena masjid Cownpore dipugar kamar kecilnya oleh pemerintah. Pertengah Karena isinya yang cenderung menyerang dan bersifat mendua, Huzur I r.a. an akhir menjuluki Paigham Sulh atau Piagam Perdamaian menjadi Paigham Jang 1913 Piagam perang. Huzur I r.a. juga menolak dikirimi lagi suratkabar tersebut. Nov. 1913 Dua selebaran tanpa nama penulis berjudul Izharul Haq no. 1 dan Izharul Haq no. 2 terbit dan beredar. Isinya mengenai pengelolaan Jemaat harus menurut demokrasi, pemujaan orang suci, orang yang menerima baiat/Khalifah I bukan orang yang tepat, Khalifah menghinakan orang2 terkemuka Jemaat. Izharul Haqq menyebutkan orang yang cocok menjadi Khalifah setelah Huzur I r.a. ialah Maulwi Muhammad Ali namun namun keluarga Masih Mauud mendekati Khalifah agar hal itu digagalkan dan menonjolkan Mirza Mahmud Ahmad, keluarga Masih Mauud menjadi beban keuangan Anjuman dst. Khalifah memberi catatan tahun lalu ada orang dungu yang mencoba memecah belah Jemaat dan merendahkan fungsi Khilafat. Tetapi Allah menyelamatkan Jemaat.

15 Januari 1914

4 Maret Khalifah menulis wasiat, bahwa pengganti beliau seharusnya orang yang saleh, 1914 akhlak baik, terpelajar dan bersabar terhadap para sahabat Masih Mauud as. Wasiat dibacakan oleh M.Muhamad Ali kemudian diserahkan ke Nawab Muhamad Ali Khan. 13 Maret Khalifah wafat dalam usia 73 tahun. 1914 1. M.Muhamad Ali menemui Hz Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad. Diusulkan, perlu diskusi dan keputusan yang bulat tentang penerus Hz Masih Mauud as. Perlu waktu 4-5 bulan, baru diambil keputusan. Huzur menolak dengan alasan tidak praktis 2. M.Basyirudin Mahmud Ahmad mengatakan, dia akan bersedia baiat kepada orang yang diusulkan M.Muhamad Ali, sebagai Khalifah. M.Muhamad Ali menolak usul itu. Perundingan macet 3. Hz.Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad berembuk dengan 60 para tokoh Jemaat terkemuka. Disepakati Khalifah harus segera dipilih dan memimpin shalat jenazah Khalifah I 14 Maret 1. Beredar brosur yang telah disiapkan kelompok Lahore, bahwa:Pengganti 1914 sejati Hz Masih Mauud adalah Sadr Anjuman, Khalifah bukan jabatan dan Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad tidak memenuhi syarat sebagai Khalifah sesuai wasiat Khalifatul Masih I. 2. Sore hari, sekitar 1500 s.d. 2000 orang Jemaah berkumpul dan mendesak agar Khalifah harus tetap dipilih. Calon Khalifah bisa dipilih dari anggota yang netral bukan golongan Lahore atau kawan dekat Mian Mahmud. Jika tidak ada, dipilih dari kelompok Lahore, asal tetap menyandang nama Khalifah. M.Muhamad Ali membuat surat mengundang Hz.Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad. Huzur ditemani Sayid Muhammad Ahsan, Khan Muhamad Ali Khan, Khalifah Rasyiduddin. Dijelaskan keputusan/sikap tentang Khilafat dan siap baiat ditangan khalifah kelompok Lahore. M.Muhamad Ali menolak. Perundingan macet. 3. Huzur kembali ke Masjid Nur. Anggota Jemaat sudah menunggu. Khan Muhamad Ali Khan berdiri dan membacakan wasiat Khalifah I. Para hadirin bergumam menyebut nama Hz Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad. Sayid Muhamad Ahsan Amrohi kemudian bicara, bahwa dia disebut sebagai salah satu malaikat oleh Hz Masih Mauud as, beliau katakan bahwa Hz Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad layak menjadi Khalifatul Masih II. 4. M.Muhamad Ali dan Mir Hamid Sayid berebut berbicara. Yaqub Ali Irfani berdiri dan berkata, tidak guna lagi membuang-buang waktu dan meminta Huzur untuk mengambil baiat anggota Jemaat. Huzur meminta Sayid Sarwar Shah mengambil teks baiat. Baiat dilakukan. 5. Shalat jenazah Khalifatul Masih I dipimpin oleh Khalifah II. 22 Maret Maulwi Muhammad Ali menyatakan pemilihan Khalifah di Qadian oleh 1914 sekumpulan jemaat (1500 s.d 2000 lebih) tidak sah karena tidak mencerminkan pendapat dan saran jemaat secara luas. Lewat surat dan pengumuman di suratkabar, MMA mengundang jemaat untuk mendiskusikannya. Menurut

informasi Paigham Sulh (suratkabar golongan Lahore) 110 orang berkumpul di Lahore yang mana berasal kota itu dan 42 orang dari luar Lahore umumnya mewakili pribadi bukan jemaat. (apakah yang hadir tersebut mewakili jemaat secara lebih luas?) Maret 1914 Maret 1914 Seluruh anggota Jemaat di desa Qadian kecuali 4 atau 5 orang telah baiat. Terdengar khabar Maulwi Muhamad Ali dilempari batu-batuan oleh 3 atau 4 orang anak berumur 5 s.d. 7 tahun setelah sholat Jumat. Huzur II r.a. Dalam kesempatan daras Quran menyampaikan kepada Jemaat walaupun pelakunya anak-anak, orangtua mrk akan didatangi dan dimintai pertanggungjawabannya dengan memberi sanksi/hukuman. Terdengar kabar Maulwi Muhammad Ali akan pergi dari Qadian ke Lahore dengan alasan takut tinggal di Qadian. Huzur II r.a. mengirim Dr. Rashid-ud-Din datang menemuinya dng pesan Khalifah bertanggungjawab penuh menjamin keamanannya, Huzur II r.a. juga mengirim surat berisi serupa bahkan Huzur II r.a. ditemani 2 org sahabat mengunjunginya agar membuang jauh-jauh pemikiran pergi dari Qadian. Maulwi Muhammad Ali menyatakan terimakasih atas perhatian dan jaminan tsb. Dengan alasan meneruskan penerjemahan alQuran, Maulwi Muhammad Ali membawa property jemaat seperti mesin ketik, buku-buku dll seharga 3000 rupees. M.Muhamad Ali dan kelompoknya membentuk Gerakan Ahmadiyah dengan Anjuman Ishaat Islam Ahmadiyyah. Dia sendiri menjadi Amir. Markas kelompok ini ada di kota Lahore. Catatan : Fungsi dan wewenang keamiran, sama besar dengan fungsi dan wewenang khalifah sebagaimana diuraikan Khalifatul Masih I r.a.

Maret/Ap ril 1914

Maret/Ap ril 1914

April dst Maulwi Muhammad Ali dan kawan-kawan melebih-lebihkan peristiwa 1914 pelemparan batu oleh anak-anak menjadi: Keamanan saya terancam di Qadian sehingga saya perlu pergi keluar dari Qadian. Kawan-kawan Maulwi menyebar isu: Orang-orang Qadian telah melempari batu kepada Maulwi Shahib, alhamdu lillaah mata beliau tidak terluka. Dll. Beberapa bulan setelah April 1914 Setelah pembaiatan sekitar 2000 orang kepada Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. di Qadian pada April 1914, prioritas utama pekerjaan ialah menerangkan kejadian yang sebenarnya kepada jemaat di luar Qadian, Punjab dan seantero Hindustan yang kebanyakan tidak mengetahui hal yang sebenarnya. Walaupun bilangannya kecil, kelompok Lahore mempunyai pengaruh yang cukup luas di luar Qadian. Dari Qadian, surat-surat kabar, majalah-majalah dan plakat yang tidak terhitung banyaknya dicetak dan disebarluaskan ke seluruh negeri, utusanutusan dari Qadian dikirim ke berbagai daerah untuk memberi penerangan kejadian yang sebenarnya dan menjelaskan ajaran-ajaran Masih Mauud serta mengumpulkan mereka ketangan Khilafat. Melalui kerja keras siang dan malam hasilnya 95 persen jemaat berkumpul kembali dibawah panji Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. Allaahu Akbar!!

II. Isyu yang dilemparkan Gerakan Lahore setelah tahun 1914 1. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad a.s. adalah serupa dengan Nabi Isa a.s. Ada golongan maghdhuubi alaihim atau yang dimurkai seperti Yahudi karena menentang keras pada beliau yaitu umat Islam umumnya. Golongan dhoolliin, yang sesat seperti Nashrani karena melebih-lebihkan kedudukan beliau yang muhaddats/mujaddid/nabi zilli menjadi nabi betul-betul ialah golongan Ahmadiyyah Qadian. Adapun golongan yang diberi nikmat adalah Ahmadiyyah Lahore. (Penyerupaan/persamaan dengan antara Al-Masih I dan Al-Masih II bukan berarti semua yang terjadi diantara pengikut keduanya sama persis dalam kadar dan jumlahnya. Ada Petrus dan Yudas namun ada Sayyid Abdul Latif r.a. yang jauh lebih setia pada Al-Masih II dibanding mereka berdua kepada Al-Masih I. Berkeyakinan bahwa pendiri Jemaat a.s. adalah nabi yang tidak membawa Syariat dan mengikuti Syariat Hadhrat Khoatamun Nabiyyin s.a.w. bukanlah tindakan/sikap berlebih-lebihan. Muhammad Zahuruddin adalah contoh orang yang mengaku Ahmadi pada masa Huzur I r.a. dan Huzur II r.a. namun berlebihan dalam memandang Hadhrat Masih Mauud a.s. sebagai nabi pembawa syariat baru dan Qiblat baru. Pokok perselisihan pada masa pengikut awal Nabi Isa a.s. bukanlah penuhanan terhadap beliau namun bagaimana berhubungan dengan pihak yang menolak. Pada waktu itu belum diperselisihkan tentang ketuhanan. Paulus, Barnabas dan kawan-kawan cenderung melonggarkan ikatan-ikatan syariat agar orang2 beriman dan simpati kepada Nabi Isa a.s. Hal yang sama dilakukan oleh kelompok Lahore) 2. Penerus Masih Mauud as adalah Sadr Anjuman Ahmadiyah karena Anjuman didirikan oleh Masih Mauud as. Khilafat dibuat sesaat setelah Masih Mauud as wafat. (isu ini juga dihembuskan kpd anggota2 Jemaat sebelum 1914). Mereka terpengaruh dengan ide demokrasi parlementer dimana Perdana Menteri atau Presiden tunduk kepada Parlemen/wakil-wakil rakyat. Presiden atau Perdana Menteri diangkat dan bisa dipecat oleh Parlemen dan dalam mengambil kebijakan harus semufakat atau disetujui parlemen. 3. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad adalah Masih Mauud dan Mujadid abad 14, tidak mengaku sebagai Nabi atau Rasul. Pendawaan nabi/Rasul hanya dibuat-buat oleh Hz.Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad. (Faktanya hadits riwayat Muslim menyebutkan Nabiyullooh isa s.a.w. wa ashhaabuhu Nabi Allah Isa s.a.w. dan para sahabatnya..) 4. Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad berpendapat bahwa Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir dan mengartikan Khataman Nabiyin sebagai Nabi terakhir. Mereka juga beralasan perpecahan ditimbulkan oleh Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. yang mengangkat ayahnya menjadi nabi. 5. Hadhrat Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad mengkafirkan mereka yang tidak mengakui dawa Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. (Mereka terpengaruh gerakan Pan Islamic yang bertujuan, semua orang Islam harus tinggal damai, dan segala

pertikaiaan/perselisihan pendapat/keyakinan harus dihilangkan serta bersatu hendaknya diatas sebuah podium yang sama. Dampak dari hal ini Jemaat harus berkompromi demi persatuan kaum Muslimin termasuk dalam hal-hal yang prinsipil, pokok dan penting secara keimanan. Huzur II r.a. sebenarnya setuju dalam hal sosial politik hendaknya umat Islam bersatu dengan definisi Muslim yang lebih luas yaitu siapa saja yang mengaku Muslim. Namun demikian secara akidah, penerimaan seseorang kepada Imam Mahdi termasuk sangat esensial dan menentukan kemusliman dan keimanan seseorang karena secara langsung berkaitan dengan aplikasi rukun iman: iman kepada para malaikat, iman kepada nabi-nabi dan syahadat/persaksian akan kerasulan Hadhrat Muhammad s.a.w. berarti harus menerima dan bersaksi akan kebenaran sabda-sabda beliau s.a.w.) 6. Pemilihan Khalifatul Masih II r.a. adalah sebuah konspirasi/persekongkolan pengurus Jemaat pendukung Mian Mahmud Shahib. (Pihak Lahore menuduh Majlis Anshorullah-lah yang berada dibalik persekongkolan menaikan Mian Mahmud. Tuduhan ini dibantah oleh anggota majlis Anshorullah yang tidak baiat dan berpihak kepada Maulwi Muhammad Ali. Dari antara mereka ada yg demikian adil dan jujurnya sehingga bersaksi bahwa selama menjadi anggota Anshorullah tidak pernah ada pembicaraan mengenai khilafat dan pencalonan ornag tertentu agar menjadi khalifah.) 7. Pihak Lahore mengkritik Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ketika beliau mendakwakan sebagai Muslih Mauud. (Kritik khas kelompok Lahore tentang tidak benarnya Mushlih Mauud ialah Huzur II r.a. tertusuk lehernya dan jarak waktu pendakwaan sebagai Mushlih Mauud pada Pebruari 1944 s.d. kewafatan 1965 tidak sampai 23 tahun.(faktanya tidak terputus urat nadinya/tidak meninggal, jarak waktu pendakwan 23 tahun untuk pendakwaan kerasulan/mamuriyyat) III. Pertanyaan untuk Gerakan Lahore 1. Dalam Al Wasiyat yang dikarang Hz Mirza Ghulam Ahmad tahun 1905, beliau menulis tentang qudrat kedua yang akan sempurna manakala beliau as pergi (wafat) (Al Wasiyat, hal. 18). Qudrat-us-tsani sempurna dalam bentuk Khilafat yang terbentuk setelah beliau as wafat. Sedangkan Anjuman ada/dibentuk pada saat beliau as hidup dan memang dibentuk oleh beliau as sendiri. Tafsir kelompok Lahore bahwa Kudrat kedua adalah pertolongan Tuhan jg tidak tepat mengingat pertolongan Tuhan senantiasa turun sebelum wafatnya Hadhrat Masih Mauud. 2. Jika fungsi Hz.Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujadid abad 14, siapa Mujadid abad 15 ? (mereka berkilah kemujadidan beliau a.s. hingga 1000 tahun lebih walaupun hadits Abu Daud menyebutkan miatin sanatin seratus tahun) 3. Mengapa masalah kenabian Hz. Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah diangkat pada saat beliau as masih hidup? Juga tidak dimunculkan pada saat Khalifatul Masih I masih ada? Mengapa baru dihembuskan setelah tahun 1914, ketika

mereka membentuk Gerakan Lahore? Mengapa justru masalah khilafat/kepemimpinan setelah Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad dan masalah bagaimana berhubungan dengan non Ahmadi yang diperselisihkan pada masa sebelum perpecahan/pengunduran diri mereka dari Jemaat Ahmadiyyah? Adakah bukti tertulis dan faktual yang menyebutkan para sahabat Hadhrat Mirza Ghulam Ahmad, Masih Mauud bersepakat bahwa kenabian beliau adalah zilli/bayangan dan muhaddats sehingga waktu itu tidak dipermasalahkan? 4. Kalau Hz. Mirza Ghulam Ahmad as tidak mendakwakan sebagai Nabi/Rasul, sedangkan Allah swt menyapa beliau sebagai Nabi/Rasul dalam wahyu YaAhmad, engkau telah dijadikan Rasul (Tadzkiratus-syahadatain hal. 486) . juga Ya.. Nabi, beri makanlah (orang) yang lapar dan susah (Al Hakam 2 Januarin 1908). Apakah M.Muhamad Ali dan kelompok Lahore lebih faham dibanding Allah swt? IV. Ruya dan Pendapat Masih Mauud as tentang Maulvi Muhammad Ali 1. Dari antara jemaatku Maulwi Muhammad Ali, MA adalah salah seorang dari yang terbaik dan salah seorang dari sahabat-sahabat yang tertulus. Disamping kemampuannya yang lain ia baru saja lulus ujian ilmu hukum (Majmuuah Isytihaaraat, 9 Agustus 1899 vol. VIII hal. 47, lihat The Ahmadiyyah Movement, hal XIII) 2. Saya sangat bahagia tentang ini bahwa pemuda jujur lain telah memasuki gerakan kita dengan karunia Allah, itulah sahabat tersayang saya Maulwi Muhammad Ali, MA, advokat. Dalam dirinya saya melihat ada tanda-tanda istimewa (Majmuuah Isytihaaraat, 4 Oktober 1899 vol. VIII hal. 68) 3. Aap bhi salih the, our neik iraadah rakhte the aao hamaree saath beth jao; (Tadzkirah, Asy-syirkatul Islamiyah, Rabwah 1969, hal. 518, wahyu turun pada Juni 1904. You were also righteous and had pious intensions. Come and visit by us. Artinya: Tuan dulu juga saleh dan jujur. Marilah kesini dan duduklah bersama kami Perihal ini dijelaskan oleh Huzur II r.a.: In my opinion the person at the root of these dissensions is Khwaja Kamaluddin who has attained great fame because of his connection with Woking Mission. Maulvi Muhammad Ali is only a disciple who joined Khawajah Sahib a long time after. (Hadhrat Khalifatul Masih II r.a. dalam the Truth about the Split) I do think, however, that during the lifetime of the Promised Messiah there was not much slackening of faith in Maulvi Muhammad Ali. (The Truth about the Split h. 209) 4. Lahore me eik besyarem he (hal. 704, wahyu turun 13 Maret 1907). Di Lahore ada satu yang tidak bermalu 5. Wahyu tentang Qadian tahun 1891; Ukhrija minhul yaziidiyyuuna (YazidYazid akan dikeluarkan daripadanya /Qadian). Catatan : Yazid bin Muawiyah dan kelompoknya berperan atau bertanggungjawab atas penzaliman yang menimpa para ahlul bait/keluarga Nabi s.a.w. Puluhan

keluarga nabi s.a.w. seperti Husein r.a. terbunuh pada jamannya oleh anak-anak buahnya. Ia merusak sistem Khilafat dan mengangkat dirinya sebagai khalifah. 6. Inni maaka wa maa ahlika Sesungguhnya Aku bersamamu dan bersama keluargamu. 7. Phir is ke bad eik kitab mujh ko di gai jis nisbat yeh bat liya gaya keh yeh tafsir Quran he jis ko Ali rodhiyalloohu anhu ne talif kiya he. Aur ab Ali rodhiyalloohu anhu woh tafsir tujh ko deta he. Falhamdulillah ala dzalika (Barahin Ahmadiyah, hal 503, Tadzkirah hal. 21-22). Sesudah ini sebuah buku diberikan kepadaku, yang dikatakan, bahwa itu adalah tafsir Quran Suci karya Ali ra dan Ali ra memberikan tafsir Quran itu kepadaku. Segala puji bagi Allah. Ruya ini menerangkan tentang Ali bin Abi Thalib ra, Siti Fatimah ra, Hasan ra dan Husen ra. Kelompok Lahore menambahkan kalimat MUHAMMAD, sehingga menjadi Muhammad Ali. Sehingga seolah-olah ruya ini ditujukan kepada Muhammad Ali. Alhamdu lillaahi robbil aalamiin Kemang, 13-19 Pebruari 2010 Yang dhoif, Dildaar Ahmad

Makalah ini takkan bisa disusun tanpa karunia Allah, jazaahumulloh kepada: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Hz Mirza Ghulam Ahmad a.s. penulis Al Wasiat (terjemahan Abdul Wahid HA), PB. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jakarta, 1981. Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. penulis The Truth about the Split (Ainah Shadaqat), terbitan 1965 Naskah terjemahan bapak R. Yogaswara tentang The Truth about the Split (Ainah Shadaqat), Hadhrat Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad r.a. Hadhrat Mirza Bashir Ahmad, M. A. penulis Permulaan Pertentangan dalam Masa Khilafat Kedua, Majalah Sinar Islam Oktober 1956 Muhammad Zafrulla Khan penulis Ahmadiyyat The Renaissance of Islam, Tabshir Publications, London, 1978. Sinar Islam, Maret 1980, Sinar Islam, April 1980, Sinar Islam, September 1980 dan Sinar Islam, Februari 1983. Bpk. Mahmud Mubarik/Ekki (Anshor Bandung Tengah) penulis Khilafat atau Anjuman, Makalah 2004 Ahmadiyya Anjuman Ishaati Islam, Lahore, Muhammad Ali The Great Missionary of Islam, 1966.

Al-afdholu lil mutaqoddimiin: Pena Muhammad Ali ada Arsy Tuhan Hazrat Khalifatul Masih Kembali pada tarbiyat = pendidikan.

Akhir 1914, khawajah pulang dari Inggris.

The Split and The Truth About The Split Tinjauan Sejarah 1908-1914 I. Kronoligis kejadian penting 1905 - 1914 Tahun 1897 Akhir 1905 Peristiwa Masih Mauud as menulis buku Al Wasiyat. Isinya al: 5. Wahyu/kasyaf tentang wafat beliau as tidak akan lama lagi 6. Sunatullah adalah adanya Dua Kudrat. Yang pertama terjadi pada zaman Nabi-nabi Allah, yang kedua akan sempurna pada saat Nabi Allah wafat. Beliau contohkan setelah Rasulullah saw wafat,

Januari 1906

26 Mei 1908 27 Mei 1908

Mei 1908

Hz Abu Bakar ra ditegakkan oleh Allah swt menjadi perwujudan kudrat kedua 7. Beliau as membeli tanah seharga 1000 rupees untuk pekuburan Bahisti Maqbarah . Meminta kepada Jemaat untuk memerluas dan menata areal pekuburan dan membuat jembatan kecil dengan jumlah biaya 3000 rupees. 8. Menetapkan syarat yang berhak dikubur di Bahisyti Makbaraah 9. Buat sementara candah ini disampaikan ke Maulvi Hakim Nuruudin. Tetapi nanti harus dibentuk Anjuman (Badan) untuk mengatur bagaimana pantasnya pembelanjaan uang yang terkumpul, yang akan datang sewaktu-waktu untuk meninggikan kalimah Islam dan guna penyiaran Tauhid. Masih Mauud as mendirikan Sadr Anjuman Ahmadiyah (SAA). Ketua : Hz. Maulvi Hakim Nuruddin Sekretaris : Maulvi Muhammad Ali Anggota : Khawaja Kamaluddin, Maulana Syed Muh.Ahsan Amrohi, Mirza Basyiruddin Mahmiud Ahmad, Nawab M.Ali Khan, Seth Abd.Rahman, M.Ghulam Hasan Khan, Mir Hamid Shah, Syaikh Rahmat Ullah, Dr. Mirza Yaqub Beg, Dr. Mir Muhammad Ismail, Dr. Sykh Muhammad Ismail. Tugas utama : Membantu kelancaran pelaksanakan tugas Hz Masih Maud as (khususnya pengeloaan tugas kejemaatan dan administrasi keuangan) . Masih Mauud as wafat di Lahore, jenazah dibawa ke Qadian 1. Maulvi Hakim Nuruddin dipilih sebagai Khalifatul Masih. 2. Seluruh anggota Jemaat melakukan baiat di tangan Khalifatul Masih 3. Kemudian, beliau ra memimpin shalat jenazah dan penguburan Hz. Masih Mauud as. 1. M.Muhamad Ali dan Khawaja Kamaluddin menemui Hz.Mirza Bashiruddin Mahmud Ahmad. Membicarakan topik pembagian wewenang antara Khilafat dan Anjuman. Muhamad Ali dan Khawaja Kamaluddin berpendapat bahwa telah terjadi kesalahan tentang lembaga khilafat. Tugas Khalifah hanyalah menjadi Imam shalat, memimpin shalat jenazah, menerima baiat, memberi nasihat/khutbah pernikahan. Pengendalian dan wewenang operasional Jemaat ada ditangan Anjuman. 2. Hz. Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad menjawab, kalaulah mau merumuskan batas wewenang khalifah, seyogyanya dilakukan sebelum diadakan pemilihan Khalifah. Sedangkan saat itu karena mereka berdua dan juga diri beliau sendiri telah baiat di tangan Khalifah, maka adalah kewajiban semua untuk taat dalam segala hal kepada Khalifah. 3. Khawajah Kamaluddin akhirnya mengalihkan pembicaraan ke topik lain.

Awal 1909

Januari 4. Sayid Muhammad Ishaq (ipar .Masih Mauud as) menulis surat ke Khalifatul Masih, agar kepada anggota Jemaat diuraikan perbedaan Khilafat dengan Anjuman disertai argumentasi yang jelas. 5. Pertanyaan ini diteruskan kepada para tokoh Jemaat, dan harus dijawab tertulis dan dikembalikan kepada beliau segera. 6. Khalifatul Masih merencanakan untuk mengadakan musyawarah dengan para tokoh Jemaat pada tanggal 31 Januari 1909, untuk membahas topik tersebut atas dasar jawaban tertulis para tokoh Jemaat tersebut. 1. Di Lahore (rumah Khawaja Kamaludin), kelompok Lahore mengadakan pertemuan membahas topik Siapa pengganti/penerus Masih Maud as. Peserta yang hadir berpendapat Anjuman sebagai pengganti Masih Mauud as, kecuali 2 orang berpendapat bahwa Khilafat sebagai pengganti/penerus. 2. Ketika berita itu sampai di Qadian, Yaqub Ali Irfani, Editor Majalah Al Hakam, mengadakan pertemuan di rumahnya dengan topik serupa. 40 peserta bertekad melestarikan Khilafat, 2 orang menolak. 1. Musyawarah dilakukan di Qadian yang dipimpin oleh Khalifatul Masih, dihadiri oleh 250 orang tokoh Jemaat. Beliau menekankan bahwa Khilafat adalah pranata keagamaan. Tanpa khilafat, mustahil dapat diraih kemajuan ke depan Diingatkan juga bahwa Khalifah adalah pilihan Allah swt, Para anggota Anjuman yang merasa bahwa dialah yang membentuk Khilafat adalah tolol dan keblinger, mereka hendaknya bertobat. Beliau mempersilakan waktu bertanya pada hadirin. Tidak ada seorangpun yang bertanya. 2. Beliau menegur M.Muhamad Ali yang mengadakan pertemuan pendahuluan di Lahore dan juga menegur Yaqub Ali Irfani yang mengadakan pertemuan serupa tanpa izin Khalifah. 3. M.Muhamad Ali, Khawaja Kamaludin dan juga Yaqub Ali Irfani, diperintahkan untuk melakukan baiat ulang di tangan Khalifah dan baiat ulangpun dilaksanakan dihadapan hadirin. 4. Pertemuan selesai. Jemaat merasa bahwa masalah wewenang Khilafat dan Anjuman besar telah berhasil dipecahkan 5. Tetapi, peristiwa ini membuat M.Muhamad Ali tersinggung dan memendam amarah. M.Muhamad Ali berniat hengkang dari Qadian. Dr.Khalifa Rasidudin, teman dekatnya melaporkan hal ini kepada Khalifah dan memohon Khalifah untuk membujuk M.Muhamad Ali agar tidak meninggalkna Qadian. Tetapi Khalifah menolak dan bahkan mengatakan agar kalau M.Muhammad Ali mau meninggalkan Qadian, silakan pergi saat itu juga.M.Muhammad Ali akhirnya tidak jadi meninggalkan Qadian, karena dibujuk oleh Khawaja Kamaludin Khalifatul Masih berkhutbah pada Idul Fitri tentang pentingnya

30 Januari 1909

31 Januari 1909

Oktober 1909

persatuan dan ketaatan kepada Khilafat Pertengahan 4. Hz. Maulvi Hakim Nuruddin mengundurkan diri sebagai Presiden 1910 Anjuman Ahmadiyah. 5. Dalam proses musyawarah Anjuman ditetapkan pengganti atau Presiden Anjuman adalah Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad. Usia Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad pada saat itu masih sangat belia, 21 tahun. 6. Kerancuan fungsi Khilafat dan Anjuman dapat diselesaikan. 4. Hal ini menambah rasa tidak senang kelompok Lahore (M.Muhamad Ali dan kawan-kawannya 18 November Khalifatul Masih jatuh dari kuda, dan menderita parah pada muka dan 1910 kepala. November 1910 4. Khawaja Kamaludin, M.Muhamad Ali, Dr.Mirza Yaqub Beg, M.Sadrudin menemui Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad. Mereka berbicara masalah sakitnya Khalifah, menyatakan bahwa yang pantas sebagai pengganti Khalifah adalah Hz.Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad dan menyatakan bahwa jangan ada penggantian sebelum anggota lahore tiba di Qadian. 5. Hz Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad mengatakan bahwa menurut para sahabat Rasul saw adalah haram membicarakan pengganti khalifah, sementara khalifah masih hidup. Januari 1911 Khalifah menulis surat di amplop isinya Sesuai teladan Abu Bakar, baiatlah kepada oarng yang tertulis dalam amplop ini, Mahmud Ahmad. Amplop ini diserahkan kepada Syekh Muhamad Taimur.amplop wasiat di Syekh Muhammad Taimur ditarik kembali. Januari 1911 Setelah kesehatan membaik, wasiat diatas ditarik kembali dan dimusnahkan beliau. Februari 1911 Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, dengan seizin Khalifah mendirikan Majelis Ansharullah. Beliau dituduh oleh kelompok Lahore menggalang dukungan untuk mengganti Khalifah Hz.Mirza Basyiruddin Mahmud Ahmad, mendirikan Ansharullah menerbitkan majalah Al Fazal M.Muhamad Ali menerbitkan majalah Paigham Sulh yang dijadikan sebagai corong pemikiran kelompok Lahore Khalifah memberi catatan, tahun lalu ada orang dungu yang mencoba memecah belah Jemaat dan merendahkan fungsi Khilafat. Tetapi Allah swt menyelamatkan Jemaat Khalifah menulis wasiat, bahwa pengganti beliau seharusnya orang yang saleh, akhlak baik, terpelajar dan bersabar terhadap para sahabat Masih Mauud as. Wasiat dibacakan oleh M.Muhamad Ali kemudian diserahkan ke Nawab Muhamad Ali Khan. Khalifah wafat dalam usia 73 tahun. 4. M.Muhamad Ali menemui Hz Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad. Diusulkan, perlu diskusi dan keputusan yang bulat tentang penerus Hz Masih Mauud as. Perlu waktu 4-5 bulan, baru diambil

19 Juni 1913 10 Juli 1913 15 Januari 1914

4 Maret 1914

13 Maret 1914

14 Maret 1914

keputusan. Huzur menolak dengan alasan tidak praktis 5. M.Basyirudin Mahmud Ahmad mengatakan, dia akan bersedia baiat kepada orang yang diusulkan M.Muhamad Ali, sebagai Khalifah. M.Muhamad Ali menolak usul itu. Perundingan macet 6. Hz.Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad berembuk dengan 60 para tokoh Jemaat terkemuka. Disepakati Khalifah harus segera dipilih dan memimpin shalat jenazah Khalifah I 6. Beredar brosur yang telah disiapkan kelompok Lahore, bahwa pengganti sejati Hz Masih Mauud adalah Sadr Anjuman 7. Khalifah bukan jabatan 8. Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad tidak memenuhi syarat sebagai Khalifah sesuai wasiat Khalifatul Masih I 9. Sore hari, sekitar 1000 orang lebih Jemaah berkumpul dan mendesak agar Khalifah harus tetap dipilih 10. Calon Khalifah bisa dipilih dari anggota yang netral 11. Jika tidak ada, dipilih dari kelompok Lahore, asal tetap menyandang nama Khalifah. 12. M.Muhamad Ali membuat surat mengundang Hz.Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad. Huzur ditemani Sayid Muhamad Ahsan, Khan Muhamad Ali Khan, Khalifah Rasyidin. Dijelaskan keputusan/sikap tentang Khilafat dan siap baiat ditangan khalifah kelompok Lahore. 13. M.Muhamad Ali menolak. Perundingan macet. 14. Huzur kembali ke Masjid Nur. Anggota Jemaat sudah menunggu. 15. Khan Muhamad Ali Khan berdiri dan membacakan wasiat Khalifah I. Para hadirin bergumam menyebut nama Hz Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad. Sayid Muhamad Ahsan kemudian bicara, bahwa dia disebut sebagai salah satu malaikat oleh Hz Masih Mauud as, beliau katakan bahwa Hz Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad layak menjadi Khalifatul Masih II. 16. M.Muhamad Ali dan Mir Hamid Sayid berebut berbicara. Yaqub Ali Irfani berdiri dan berkata, tidak guna lagi membuang-buang waktu dan meminta Huzur untuk mengambil baiat anggota Jemaat. 17. Huzur meminta Sayid Sarwar Shah mengambil teks baiat. Baiat dilakukan 18. Shalat jenazah dipimpin oleh Khalifah II.

Maret 1914

Maret 1914

Terdengar khabar M.Muhamad Ali akan hengkang dari Qadian ke Lahore dengan alasan keamanan terancam. Huzur datang menemuinya dan menjamin keamanan tetapi ybs, menolak dan tetap pergi ke Lahore. M.Muhamad Ali dan kelompoknya membentuk Gerakan Ahmadiyah dengan dia sendiri menjadi Amir. Catatan : Fungsi dan wewenang keamiran, sama besar dengan fungsi dan wewenang khalifah sebagaimana diuraikan Kahlifatul Masih I

V. Isyu yang dilemparkan Gerakan Lahore setelah tahun 1914 8. Penerus Masih Mauud as adalah Sadr Anjuman Ahmadiyah karena Anjuman didirikan oleh Masih Mauud as. Khilafat dibuat sesaat setelah Masih Mauud as wafat 9. Mirza Ghulam Ahmad adalah Masih Mauud dan Mujadid abad 14, tidak mengaku sebagai Nabi atau Rasul. Pendawaan nabi/Rasul hanya dibuat-buat oleh Hz.Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad 10. Mirza Ghulam Ahmad berpendapat bahwa Nabi Muhammad saw adalah Nabi terakhir dan mengartikan Khataman Nabiyin sebagai Nabi terakhir 11. Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad mengkafirkan mereka yang tidak mengakui dawa Hz.Mirza Ghulam Ahmad as. 12. M.Muhamad Ali mengkritik Mirza Basyirudin Mahmud Ahmad ketika beliau mendakwakan sebagai Muslih Mauud as.

VI. Pertanyaan untuk Gerakan Lahore 5. Dalam Al Wasiyat yang dikarang Hz Mirza Ghulam Ahmad tahun 1905, beliau menulis tentang qudrat kedua yang akan sempurna manakala beliau as pergi (wafat) (Al Wasiyat, hal. 18). Qudrat-us-sani sempurna dalam bentuk Khilafat yang terbentuk setelah beliau as wafat. Sedangkan Anjuman ada/dibentuk pada saat beliau as hidup dan memang dibentuk oleh beliau as sendiri. 6. Jika fungsi Hz.Mirza Ghulam Ahmad adalah Mujadid abad 14, siapa Mujadid abad 15 ? 7. Mengapa masalah kenabian Hz. Mirza Ghulam Ahmad tidak pernah diangkat pada saat beliau as masih hidup? Juga tidak dimunculkan pada saat Khalifatul Masih I masih ada? Mengapa baru dihembuskan setelah tahun 1914, ketika mereka membentuk Gerakan Lahore. 8. Kalau Hz. Mirza Ghulam Ahmad as tidak mendakwakan sebagai Nabi/Rasul, sedangkan Allah swt menyapa beliau sebagai Nabi/Rasul dalam wahyu YaAhmad, engkau telah dijadikan Rasul (Tadzkiratus-syahadatain hal. 486) . juga Ya.. Nabi, beri makanlah (orang) yang lapar dan susah (Al Hakam 2 Januarin 1908). Apakah M.Muhamad Ali dan kelompok Lahore lebih faham dibanding Allah swt?

VII.Perkembangan Ahmadiyah dibawah Khilafat Derap maju Ahmadiyah dibawah Khilafat. Sampai saat ini berhasil menyebarkan Islam di 5 benua (lebih dari 100 negara, mendirikan mesjid, rumah sakit, menterjemahkan Al-Quran dalam berbagai bahasa, program MTA) .

VIII. Ruya Masih Mauud as tentang Maulvi Muhammad Ali 8. Dari antara jemaatku Maulwi Muhammad Ali, MA adalah salah seorang dari yang terbaik dan salah seorang dari sahabat-sahabat yang tertulus. Disamping kemampuannya yang lain ia baru saja lulus ujian ilmu hukum (Majmuuah Isytihaaraat, 9 Agustus 1899 vol. VIII hal. 47, lihat The Ahmadiyyah Movement, hal XIII) 9. Saya sangat bahagia tentang ini bahwa pemuda jujur lain telah memasuki gerakan kita dengan karunia Allah, itulah sahabat tersayang saya Maulwi Muhammad Ali, MA, advokat. Dalam dirinya saya melihat ada tanda-tanda istimewa (Majmuuah Isytihaaraat, 4 Oktober 1899 vol. VIII hal. 68) 10. Aap bhi salih the, our nek iraadah rakhte the aaohamaree saath beth jao; (Tadzkirah, Alsyirkatul Islamiyah, Rabwah 1969, hal. 518, wahyu turun pada Juni 1904. You were also righteous and had pious intensions. Come and visit by us. Tuan dulu juga saleh dan jujur. Marilah kesini dan duduklah bersama kami 11. Lahore eik besyarem he (hal. 704, wahyu turun 13 Maret 1907). Di Lahore ada satu yang tidak bermalu 12. Wahyu tentang Qadian tahun 1891; Ukhrija minhul yaziidi yuuna (Yazid-Yazid akan dikeluarkan daripadanya /Qadian). Catatan : Yazid bin Muawiyah merusak sistem Khilafat dan mengangkat dirinya sebagai khalifah. 6. Phir bad is ke ek kitab mugh ko di gai jis nisbat yeh batlya gaya keh yeh tafsir Quran he jis ko Ali ra ne talif kya he. Aur ab Ali ra who tafsir tujh ko deta he. Falhamdulillah ala dzlika (Barahimm Ahmadiyah, hal 503, Tadzkirah hal. 2122). Sesudah ini sebuah buku diberikan kepadaku, yang dikatakan, bahwa itu adalah tafsir Quran Suci karya Ali ra dan Ali ra memberikan tafsir Quran itu kepadaku. Segala puji bagi Allah. Ruya ini menerangkan tentang Ali bin Abi Thalib ra, Siti Fatimah ra, Hasan ra dan Husen ra.

Kelompok Lahore menambahkan kalimat MUHAMMAD, sehingga menjadi Muhammad Ali. Sehingga seolah-olah ruya ini ditujukan kepada Muhammad Ali. Jakarta, Agustus 2004

Mahmud Mubarik

Referensi : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Al Wasiat, Hz Mirza Ghulam Ahmad (terjemahan Abdul Wahid HA), PB. Jemaat Ahmadiyah Indonesia, Jakarta, 1981. Ahmadiyyat The Renaissance of Islam, Muhammad Zafrulla Khan, Tabshir Publications, London, 1978. Muhammad Ali The Great Missionary of Islam, Ahmadiyya Anjuman Ishaati Islam, Lahore, 1966. Sinar Islam, Maret 1980. Sinar Islam, April 1980. Sinar Islam, September 1980. Sinar Islam, Februari 1983.

Anda mungkin juga menyukai