Anda di halaman 1dari 3

Fiqih Lapangan

Materi Technical Meeting LMD

Dalam kondisi kita di alam bebas, kita dihitung sedang melakukan safar. Tentu, Allah
Yang Maha Pengasih dan Penyayang memberi kita rukhsah atau kemudahan. Dan Allah
senang jika hamba-Nya menggunakan rukhsah-Nya.

Safar dan Salat Jama'

Tentang jarak, yang masyhur di mazhab Syafi'I adalah 81 km. Ada riwayat lain yang
mengatakan :

Ibn Hazm berdasarkan hadits sahih Muslim bahwa Nabi sallallahu alayhi wasallam
melakukan salat qasar setelah mengarungi perjalanan 3 farsakh (9 mil/15 km).

Untuk penyebab bolehya melakukan jaama', dari sebuah artikel yang ditulis oleh
Shulhan (2007) antara lain :

1. Safar
2. Hujan
3. Sakit
4. Haji
5. Keperluan mendesak

Jika ada instruksi dari panitia untuk menjamak salat, pasti sudah dipertimbangkan
dengan kondisi-kondisi seperti di atas, sehingga peserta wajib taat terhadap semua
instruksi panitia.

Potong Kuku

Semua peserta wajib memotong kuku demi safety di lapangan. Selain alasan safety,
memotong kuku juga merupakan salah satu perkara yang termasuk menjaga fitrah.
Dari hadits Abu Hurayrah radhiyallahu anhu bahwa Rasulullah sallallahu alayhi
wasallam bersabda "Lima perkara yang termasuk fitrah yaitu mencukur rabut
kemaluan, berkhitan, memotong kumis, mencabut rambut ketiak, dan memotong
kuku" (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, Nasa'I, dan Ibnu Majah). Agar
mendapat nilai lebih dalam mendapatkan sunnah, maka disarankan untuk memotong
kuku pada hari Kamis ketika matahari terbenam (masuk hari Jumat). Menurut Hadits
riwayat Al-Baghawi di dalam musanad-nya (Al-Baghawi), dari Abdullah ibn Amr ibn
Al-'Aas (radhiyallahuanhu) bahwasanya Nabi (sallallahu alayhi wasallam) memotong
kuku dan kumisnya pada setiap Hari Jumat.

Mengusap Khuf

Ketika seseorang mesti mengenakan khuf (sepatu dan sejenisnya) dan sulit ia copot
karena berada dalam perjalanan (misalnya), maka Islam mengajarkan jika kondisi
demikian, sepatu tersebut tidak perlu dilepas. Sepatu tersebut hanya perlu diusap
asalkan sebelumnya dikenakan dalam keadaan suci. Dalam Hadits Ali ibn Abi Talib
(radhiyallahuanhu) dinyatakan bahwa "Seandainya agama itu dengan logika semata,
maka tentu bagia bawah khuf lebih pantas untuk diusap daripada bagian atasnya.
Namun, sugguh aku sendiri telah melihat Rasulullah (sallallahu alayhi wasallam)
mengusap bagan atas khufnya" (HR Abu Dawud).

Syarat bisa melakukan wudhu dengan mengusap khuf adalah sudah bersuci
sebelumnya. Al-Mughirah ibn Syu'bah, ia berkata, "Pada suatu malam di suatu
perjalanan aku bersama Naabi (sallallahu alayhi wasallam). Lalu aku sodorkan pada
beliau bejana berisi air. Kemudian beliau membasuh wajahnya, lengannya, mengusap
kepalanya. Kemudian aku ingin melepaskan sepatu beliau (sallallahu alayhi wasallam),
namun beliau berkata 'Biarkan keduanya (tetap kukenakan). Kaarena aku telah
memakai keduanya dalam keadaan bersuci sebelumnya.' Lalu beliau cukup mengusap
khufnya saja." (HR Ahmad, Bukhari, dan Muslim)

Jangka waktu mengusap khuf adalah untuk mukim 1x24 jam, sedangkan untuk
musafir adalah 3x24 jam. Dalam sebuah Hadits diceritakan bahwa dari Syuraih ibn
Haari', ia berkata, "Aku pernah mendatangi 'Aisyah (radhiyallahuanha) lalu aku
menanyakannya mengenai cara mengusap khuf. 'Aisyah menjawab, "Lebih baik
engkau bertanya kepada 'Ali ibn Abi Talib, tanyakan padanya karena Ali pernah
bersama Nabi (sallallahu alayhi wasallam)." Kemudian aku bertanya kepada 'Ali,
lantas ia menjawab "Rasulullah menjadikan 3 hari 3 malam sebagai jangka waktu
mengusap khuf bagi musafir, sedangkan sehari semalam untuk mukim." (HR Muslim)

Hal-hal yang membatalkan wudhu dengan mengusap khuf (selain standard pembatal
wudhu) :

1. Berakhirnya waktu mengusap khuf.


2. Terkena junub.
3. Melepaskan sepatu.

Contohnya, Daris berangkat dari rumahnya jam 13.00 menuju Hutan Kareumbi dalam
keadaan masih suci sejak salat dzuhur tadi. Pukul 15.00 Daris batal
wudhunya karena kentut dan posisi Daris adalah di dalam hutan, Hutan Kareumbi.
Maka Daris ketika berwudhu lagi, hanya perlu mengusap khufnya ketika saatnya
membasuh kaki, dan melaksanakkan salat asar pada pukul 15.30.

Sangat ditekankan untuk peserta untuk sebisa mungkin menjaga wudhunya jangan
sampai batal selama kegiatan LMD.

Referensi

As-Salman, A. A. M. 2004. "Sunnah Fitrah : Hukum Mencukur Jenggot dan Memotong


Kumis". Diakses melalui https://almanhaj.or.id/1036-sunnah-fitrah-hukum-
mencukur-jenggot-dan-memotong-kumis.html pada tanggal 18 Desember 2016.

Shulhan. 2007. "Kapan Kita Boleh Melakukan Salat Jama'?". Diakses melalui
https://www.eramuslim.com/shalat/kapan-kita-boleh-melakukan-shalat-jama-
039.htm pada tanggal 18 Desember 2016.

Tuasikal, M. A. 2011. "Ajaran Mengusap Khuf". Diakses melalui


https://rumaysho.com/1681-ajaran-mengusap-khuf.html pada tanggal 18
Desember 2016

Anda mungkin juga menyukai