Pertama:Anta minni wa ana minka(
) , artinya Engkau
dari-Ku dan Aku dari engkau.
Jawab:
a. Hadhrat Masih Mauud as menyatakannya sebagai istiarah (kiasan).
(Lihat Haqiqatul-Wahyi hal. 86, catatan kaki).Tafsirul-qauli bimaa laa
yardha bihi qailuhu (
) , tidak benar.
b. Di dalam bahasa Arab ungkapan ini digunakan dalam arti menyatu
dalam kecintan (ittihat dan mahabbat). Di dalam Al-Quanul-Karim
terdapat ayat: Man Syariba minhu falaisa minni (Al-Baqarah,
2:250)yakni siapa pun yang meminum air dari sungai ini, maka dia
bukan dariku. Dan Faman tabiani fainnahu minni (Ibrahim, 14:37),
yakni siapa pun yang mengikutiku, maka dia dariku.
c. Di dalam Hadis pun terdapat:
i.
Yang Mulia Rasulullah saw bersabda kepada Sayyidina Ali: Anta
minni wa ana minka (Misykat babul-Manaqib, hal. 564 dan
Bukhari Jilid II,Kitabus-Sulh, bab Kaifa yuktabu hadza.
ii.
Beliau saw bersabda kepada qabila Asyari: Hum minni wa ana
mihum. (Bukhari, Jilid III, hal. 4, bab Qudumul-Asyariyin, Qisah
Aman wal-Bahrain. Dan Tirmidzi, Jilid II, hal. 234, mujtabai dan
Bukhari, Jilid II, hal. 47 Kitabul-Mazhalim, bab Syirkat fiththaam), yakni mereka dari saya dan saya dari mereka.
iii.
Di dalam Hadis disebutkan ungkapan demikian itu:
Yang Mulia Rasulullah saw bersabda: Aku dari Allah Azza wa Jalla dan
orang-orang mukmin dariku, maka siapa pun yang menyakiti orang mukmin
lainnya berarti ia menyakitiku dan siapa pun yang menyakitiku, maka berarti
ia menyakiti Allah Azza Wa Jalla (Firdausul-Akhbar Dailami, hal. 11, babulalif diriwayatkan oleh Hadhrat Abdullah bin Jarad ra)
iv. Hadis di bawah ini lebih jelas lagi:
Yakni Yang Mulia Rasulullah saw bersabda bahwa Allah Azza Wa Jalla
berfirman: Orang dermawan itu dari-Ku dan Aku darinya (Fardausul-Akhbar
Dailami, hal. 291, baris ke 4, bab Ya, diriwayatkan Hadhrat Anas bin Malik ra)
r
2
(Al-Firdausul-Akhbar Dailami, dikutip dari Jamius-Shaghir Imam Suyuthi,
babul-Alif, Jilid I, hal.6)
vii. Dalam sebuah Hadis disebutkan:
(Musnad Imam Ahmad bin Hanbal ra, dikutip dari Kunuzul-Haqaiq fi
Hadisil-khairil-khalaiq, karya Imam Abdur-Rauf Al-Minawi, babul-Alif,
catatan kaki Jamius-Shaghir, Jilid I hal. 65, Mesir.
viii.Dalam sebuah Hadis lagi tertulis:
(Kunuzul-Haqaiq fi Hadisil-khairil-khalaiq, karya Imam Abdur-Rauf AlMinawi, babul-Alif, catatan kaki Jamius-Shaghir, Jilid I hal. 99, Mesir).
d. i. Di dalam Tafsir Baidhawi berkenaan dengan penjelasan ayat Al-Quran:
(Al-Baqarah, 2:250)
Tertulis:
Yakni Siapa yang minum air, maka dia tidak bersatu denganku.(Baidhawi, di
bawah ayat tersebut di atas, cetakan Mathba Ahmadi, Jilid I, hal. 118).
:ii. Di dalam Tafsir Abus-Saud, di bawah ayat tersebut di atas tertulis
.(Catatan kaki Tafsir Kabir Imam Ar-Razi, Jilid II, hal. 440 )
iii. Di dalam penjelasan Hadis tertulis:
r
3
Artinya perkataan Abu Tamam Lastu min Saudin adalah demikian
sebagaimana dikatakan: Saya bukan dari si Fulan dan dia bukan dariku.
Menurut para Ahli bahasa maksudnya ialah menzhahirkan kerenggangan dan
kebencian. Dan demikian juga sabda Rasulullah saw: Anak zina bukan dari
kami, dan Ali dariku dan aku darinya (Wafiyatul-Iyan, Jilid I, dzikir AbutTamam Ath-Thai)
vi. Penyair Arab, Amar bin Syasy berkata kepada istrinya:
Kalau engkau dariku dan menghendaki hubungan denganku (Mujtabai,
hal.77)
Jadi, arti dari Anta minni wa ana minka ialah engkau mencintaiku dan aku
adalah tujuanmu yang juga keinginanku.
vii. Maulwi Tsanaullah Amrithsari menulis dalam Tafsirnya Tsanai
berkenaan dengan terjemahan ayat :
sebagai berikut: Siapa pun yang minum air dari sungai ini, berarti ia bukan
dariku, dan siapa yang tidak meminumnya, maka dia adalah temanku (Tafsir
Tsanai, jilid I, hal. 195)
Kedua: Anta minni bimanzilati auladi
Masalah:
A.
B.
Jawaban:
1. Hadhrat Masih Mauud as bersabda:Allah swt suci dari mempunyai
anak (Haqiqatul-Wahyi, catatan kaki hal. 89)
Hadhrat Masih Mauud as menjelaskan wahyu ini: Ingatlah bahwa Allah
swt suci suci dari mempunyai anak. Ia tidak mempunyai sekutu, tidak
mempunyai anak dan tak seorang pun yang berhak mengatakan: Aku
Tuhan atau anak Tuhan, akan tetapi kalimat ini pada tempat ini
r
4
(Al-Fath, 48:11).
Demikianlah, bukannya mengunakan:
Yakni wahai hamba-hamba Allah, tapi menggunakan:
(Az-Zumar, 39:54), yakni Wahai Nabi, katakanlah kepada mereka: Wahai
hamba-hambaku!.
Dia pun berfirman:
(Al-Baqarah, 2:201), maka bacalah dengan bijak dan hati-hati firman-firman
Allah ini. Dan percayailah sebagai jenis mutasyabihat(yang mempunyi
bermacam-macam makna). Dan yakinilah bahwa Tuhan suci dari mengambil
anak dan tentangku wahyu ini menjadi dalil yang tertulis di dalam Barahin
Ahmadiyah
(Arbain, Jilid II, hal. 8, dikutip dari Barahin Ahmadiyah, hal.411\202), yakni
katakanlah bahwa akupun manusia seperti kamu yang diberi wahyu. Tidak
diragukan lagi Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Esa, semua kebaikan ada
dalam Al-Quran (Dafiul-Bala, catatan kaki, hal. 6, Tadzkirah hal. 297)
2. Ada dalam Al-Quran:
Bahwa Ingatlah Tuhan sedemikian rupa seolah-olah kamu mengingat bapakbapak kamu. Tuhan bukan Bapak kita, tapi dudukkan sebagai bapak.
Sebagaimana satu anak mengakui hanya satu bapak. Dalam pemahaman
inilah pernyataan ketauhidan-Nya. Demikian pula, Tuhan juga menginginkan
bahwa Ia diyakini tidak memiliki sekutu. Dan dalam pemahaman inilah
pernyataan ketauhidan Allah swt. Dan Ia memiliki ghairat (kecemburuan)
bahwa Allah berkedudukan sebagai..
3.Wahyu ini bukannya Anta waladi, tetapi bimanzilati waladiyang jelas
sekali menafikan bahwa Allah memiliki anak.
4. Yang Mulia Rasulullah saw bersabda:
a. Dalam Hadis:
(Misykat, babus-Safaah, mathbu Nizhami, ha. 363 dan mathbu Mujtabai
hal. 425). Bahwa semua manusia keluarga Allah, maka sebaik-baik manusia
adalah orang yang berbuat baik kepada keluarga-Nya.
r
5
b. Dalam Hadis:
Sesungguhnya orang-orang kafir itu keluarga Allah (Tafsir Kabir, Imam Razi,
jilid 4, hal. 673, cetakan Mesir) (Lihat juga Jamius-Shaghir, Imam Sayuthi,
cetakan Mesir, Jilid II, hal. 12)
5.Syah Waliyullah Sahib Muhaddis Delhi menulis tentang kata Ibnu Allah:
Kalau ungkapan anak digunakan selain untuk menyatakan rasa kecintaan
adalah sesuatu yang aneh (Al-Fauzul-Kabir, hal. 8 dan juga lihat HujatulBalighah, bab XXXVI, Jilid I, Terjemahan Urdu, mausumah bih sumusullah
al-Bajighah, cetakan Himayat-Islam Pres, Lahore, Jilid I, hal. 109). Beliau
bersabda:
Yakni sesudah masa permulaan kaum Nasrani, munculah generasi baru yang
mana mereka tidak memahami sebab penamaan Al-Masih sebagai anak Allah
dan mereka memahami ungkapan anak itu dalam arti hakiki.
6. Yang Mulia Mulwi rahmatullah Sahib Muhajir Makki berkata dalam
bukunya Izalatul-Auhamhal. 520. Yang dimaksud dengan farzan adalah
Hadhrat Isa as yang dianggap orang Nasrani sebagai anak yang sebenarnya.
Namun semua orang Islam mempercayai bahwa Isa as yang dijuluki sebagai
anak Allah itu adalah kekasih pilihan Allah. Seolah-olah kata anak
Allahmengandung arti sebagai kekasih pilihan Tuhan. Dan dalam pengertian
ini orang-orang Islam juga mempercayai bahwa Al-Masih itu ebagai anak
Allah.
Ketiga: Anta minni bimanzilati tauhidi wa tafridi