Anda di halaman 1dari 9

DOA Rasul

A. Dalam Alquran
Pertama, tercantum dalam surat Ali Imran ayat 26-27:   ْ‫ال ٰلّ ُه َّم ٰمل َِك ْالم ُْلكِ ُتْؤ تِى ْالم ُْل َك َمن‬
ٰ ۗ َ ‫َت َش ۤا ُء َو َت ْن ِز ُع ْالم ُْل َك ِممَّنْ َت َش ۤا ۖ ُء َو ُتع ُِّز َمنْ َت َش ۤا ُء َو ُت ِذ ُّل َمنْ َت َش ۤا ۗ ُء ِب َيد‬
ِ ‫ ُت ْولِ ُج الَّ ْي َل فِى ال َّن َه‬.‫ِك ْال َخ ْي ُر ِا َّن َك َعلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر‬
‫ار‬
ٍ ‫ت َو ُت ْخ ِر ُج ْال َميِّتَ م َِن ْال َحيِّ َو َترْ ُز ُق َمنْ َت َش ۤا ُء ِبغَ ي ِْر ح َِسا‬
‫ب‬ ِ ‫ار فِى الَّي ِْل َو ُت ْخ ِر ُج ْال َحيَّ م َِن ْال َم ِّي‬ َ ‫ َو ُت ْولِ ُج ال َّن َه‬  Artinya:
“Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa
pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau
masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam
malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan
yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau
kehendaki tanpa perhitungan.” (Ali Imran:27)   Redaksi doa ini, menurut
Imam  Ath-Thabarani, menggunakan asma’ Allah yang agung. Jika digunakan
untuk bermunajat maka keinginan orang yang berdoa akan terkabul (Tafsir
Ibnu Katsir, II: 30).
Kedua, tercantum dalam surat Al-Isra' ayat 80:   ‫رَّ بِّ اَ ْدخ ِْلنِيْ م ُْد َخ َل صِ ْد ٍق َّواَ ْخ ِرجْ نِيْ م ُْخ َر َج‬
‫ صِ ْد ٍق َّواجْ َع ْل لِّيْ مِنْ لَّ ُد ْن َك س ُْل ٰط ًنا َّنصِ يْرً ا‬  Artinya: “Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat
masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan
berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)” (QS
Al-Isra': 80).   Redaksi doa di atas merupakan perintah bermunajat kepada
Allah saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Ibnu Abbas mengatakan bahwa
saat Nabi berada di Makkah beliau diperintahkan untuk hijrah ke Madinah.  
Imam al-Dhahhak mengatakan bahwa doa ini mengandung arti tentang
hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah dan kembalinya ke Makkah dalam
keadaan aman di hari Fathu Makkah. (Tafsir al-Qurthubi, X: 313).   Namun
demikian, redaksi ayat ini dapat digunakan untuk bermunajat kepada Allah
secara umum, baik ketika hendak melakukan sesuatu maupun ketika
perjalanan yang diridhai oleh Allah ‫ﷻ‬.
Ketiga, tercantum dalam surat Al-Isra’ ayat 111:
ٌ ‫ ْال َحمْ ُد هّٰلِل ِ الَّذِيْ لَ ْم َي َّتخ ِْذ َولَ ًدا َّولَ ْم َي ُكنْ لَّ ٗه َش ِر ْي‬  Artinya:
ُّ ‫ك فِى ْالم ُْلكِ َولَ ْم َي ُكنْ لَّ ٗه َولِيٌّ م َِّن‬
‫الذ ِّل َو َكبِّرْ هُ? َت ْك ِبيْرً ا‬
“Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula)
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong
dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya” (QS Al-Isra': 111).  
Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, mengajarkan ayat
ini kepada keluarganya, baik kepada anak kecil maupun yang dewasa.
Bahkan, menurutnya, Nabi menamakan ayat ini dengan ayat al-Izz (ayat
kemuliaan).   dinyatakan pula, bahwa sebagian atsar menyebutkan jika ayat
ini dibaca pada malam hari di sebuah rumah, maka rumah tersebut tidak
akan disatroni pencuri atau terjadi kecelakaan di dalamnya. (Tafsir Ibnu
Katsir: 131).
Keempat, tercantum dalam surat Thaha ayat 114:   ‫ رَّ بِّ ِز ْدنِيْ عِ ْلمًا‬  Artinya: “Ya
Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku” (QS Thaha: 114)   Kelima, tercantum
dalam surat Az-Zumar ayat 46:   ‫ب َوال َّش َهادَ ِة اَ ْنتَ َتحْ ُك ُم َبي َْن‬ ِ ‫ض ٰعلِ َم ْالغَ ْي‬ِ ْ‫ت َوااْل َر‬ِ ‫ال ٰلّ ُه َّم َفاطِ َر الس َّٰم ٰو‬
‫ِك فِيْ َما َكا ُن ْوا فِ ْي ِه َي ْخ َتلِفُ ْو َن‬ َ ‫ عِ َباد‬  Artinya: “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, yang
mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan
di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan”
(QS Az-Zumar: 46).   Syekh Sayyid al-Thanthawi, mantan grand Syekh al-Azhar,
mengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari ayat ini adalah menghibur
Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, dari apa yang dilakukan oleh kaum musyrik kepadanya,
sebagai penjagaan dari tipu daya kaum musyrik, sebagai ajaran kepada
hamba-hamba-Nya atas wajibnya berlindung kepada Allah Swt agar terhindar
dari tipu daya musuh-musuh mereka. (al-Thanthawi, Tafsir al-Wasith: 232).  
Ayat ini merupakan permohonan yang tidak ditolak oleh Allah ‫ﷻ‬. Sa’ad bin
Jubair mengatakan: Sungguh aku mengetahui bahwa tidaklah seorang
hamba membaca ayat ini, kemudian meminta kepada Allah (yang dia
inginkan) kecuali Allah mengabulkannya”.   Ayat ini juga bisa dibaca ketika
mendengar pertikaian yang mengakibatkan kematian, seperti kasus
Sayyidina Husain dengan Yazid bin Muawiyah. Diriwayatkan bahwa ketika
berita terbunuhnya al-Husain bin Abi Thalib sampai kepada al-Rabi’ bin
Khaitsam, beliau membaca doa tersebut. (Tafsir al-Qurthubi, VX: 265)
Keenam, tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 201:   ‫َر َّب َنٓا ٰا ِت َنا فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة وَّ فِى‬
‫ار‬ِ ‫اب ال َّن‬ َ ‫ ااْل ٰ خ َِر ِة َح َس َن ًة َّوقِ َنا َع َذ‬  Artinya: “Ya Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia
dan kenaikan di akhirat, dan lindungilah kamu dari azab neraka” (QS al-
Baqarah: 201).   Ulama sepakat bahwa doa ini mengandung “jawami’ al-
kalim”. Di samping itu, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa doa ini
paling sering dibaca oleh Nabi Muhammad ُ‫ َح َّد َث َنا ِإسْ مَاعِ ي ُل? بْن‬:‫ َو َقا َل اِإْل َما ُم َأحْ َم ُد‬  .‫ﷺ‬
: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل‬ َ ِ ‫ان َأ ْك َث ُر دَعْ َو ٍة َي ْدعُو ِب َها َرسُو ُل هَّللا‬ ٍ ‫ َعنْ َأ َن‬،ٍ‫ص َه ْيب‬
?َ ‫ َك‬:‫س َقا َل‬ ُ ُ‫يز بْن‬ ِ ‫ َح َّد َث َنا َع ْب ُد ْال َع ِز‬،‫ِإب َْراهِي َم‬
‫ "اللَّ ُه َّم ربَّنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َس َن ًة وقنا عذاب النار‬  Imam Ahmad bin Hanbal
berkata: Ismail bin Ibrahim menceritakan dari Abdul Aziz bin Shuhaib, dari
sahabat Anas, dia berkata: doa yang paling banyak dipanjatkan oleh Nabi
adalah doa di atas.   Selain itu, doa ini juga dapat digunakan sebagai terapi
pengobatan bagi penyakit yang diderita seseorang. Suatu ketika, Nabi
mengunjungi orang sakit., kemudian menanyakan kepadanya tentang doa
yang dia minta kepada Allah. Laki-laki itu menjawab bahwa dia memohon
kepada Allah, jikalau harus mendapatkan siksa di akhirat, maka dia berharap
agar siksa tersebut disegerakan di dunia saja. Nabi pun menimpali dengan
membaca tasbih seraya berkata: “Kamu tidak akan mampu (memikul derita
di dunia), sebaiknya panjatkan saja doa ini:   ‫ وقنا‬،‫ َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َس َن ًة‬،‫ربَّنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة‬
‫ عذاب النار‬  Maka laki-laki tersebut mengamalkan doa ini, dan dengan izin Allah
penyakitnya dapat sembuh. (Tafsir Ibnu Katsir/1/ 559).
Ketujuh, tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 118:   ‫اغفِرْ َوارْ َح ْم َواَ ْنتَ َخ ْي ُر‬ ْ ِّ‫رَّ ب‬
ٰ   Artinya: “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat,
‫الرّ ِح ِمي َْن‬
Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik” (QS al-Mu’minun: 118). Kedelapan,
tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 94:   ‫الظلِ ِمي َْن‬ ّ ٰ ‫ َربِّ َفاَل َتجْ َع ْلنِيْ فِى ْال َق ْوم‬  Artinya:
ِ
“Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku dalam golongan orang-
orang dhalim” (QS al-Mukminun: 94).
Kesembilan, tercantum dalam surat surat al-Mu’minun ayat 97-98:   ‫رَّ بِّ اَع ُْو ُذ ِب َك‬
‫ضر ُْو ِن‬ ُ ْ‫ َواَع ُْو ُذ ِب َك َربِّ اَنْ يَّح‬،‫ْن‬ ِ ‫ مِنْ َه َم ٰز‬  Artinya: “Ya Tuhanku, aku berlindung
ِ ۙ ‫ت ال َّش ٰيطِ ي‬
kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan” (QS al-Mu’minun: 97-98).   Sayyid
al-Thanthawi, dalam tafsir al-Wasith-nya berkomentar tentang doa-doa di
atas (8-9) bahwa di dalam doa tersebut terdapat ajaran kepada orang-orang
mukmin, petunjuk untuk selalu berlindung kepada Allah ‫ﷻ‬, agar terjaga dari
bisikan-bisikan setan. (al-Thanthawi, Tafsir al-Wasith, 10:  62).   Demikian
sebagian doa Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, yang termaktub dalam Al-Qur’an. Selain
itu, doa-doa Nabi Muhammad ‫ﷺ‬, juga termaktub dalam hadits-hadits beliau
dan kitab-kitab Tafsir Al-Qur’an. Namun, dalam beberapa doa yang berasal
dari Al-Qur’an, terdapat redaksi yang mengalami penambahan kata atau
kalimat, sebagai bentuk penyucian dan pengagungan kepada Allah ‫ﷻ‬

Kesepuluh, tercantum dalam surat Ali Imran 8-9:


َ ‫اس لِ َي ْو ٍم اَّل َري‬
َّ‫ْب فِ ْي ِه ۗاِن‬ ِ ‫ َر َّب َنٓا ِا َّن َك َجا ِم ُع ال َّن‬، ُ‫َر َّب َنا اَل ُت ِز ْغ قُلُ ْو َب َنا َبعْ دَ ا ِْذ َهدَ ْي َت َنا َو َهبْ لَ َنا مِنْ لَّ ُد ْن َك َرحْ َم ًة ۚ ِا َّن َك اَ ْنتَ ْال َوهَّاب‬
َ‫ هّٰللا َ اَل ي ُْخلِفُ ْال ِمي َْعاد‬Artinya: “Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati
kami kepada kesesatan setelah Engkau berikan petunjuk kepada kami, dan
karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisi-Mu, sesungguhnya Engkau Maha
Pemberi. Ya Tuhan kami, Engkaulah yang mengumpulkan manusia pada hari
yang tidak ada keraguan padanya. Sungguh, Allah tidak menyalahi janji" (QS
Ali 'Imran: 8-9).
Imam Al-Qurtubi menjelaskan bahwa doa ini merupakan permohonan yang
dipanjatkan oleh orang-orang yang mendalam ilmunya. Namun demikian,
doa ini juga dapat dipahami bahwa ini adalah perintah kepada Nabi
Muhammad saw untuk menggunakan doa di atas. (Tafsir al-Qurthubi, 4: 19).
Hal ini diperkuat oleh riwayat yang disampaikan Ummu Salamah bahwa Nabi
Muhammad saw menggunakan redaksi doa di atas. َّ‫ َأن‬،‫ َرضِ َي هَّللا ُ َع ْن َها‬،‫َعنْ ُأ ِّم َسلَ َم َة‬
‫ { َر َّب َنا اَل ُت ِز ْغ قُلُو َب َنا َبعْ دَ ِإ ْذ َهدَ ْي َت َنا‬:‫ِك" ُث َّم َق َرَأ‬َ ‫ِّت َق ْل ِبي َعلَى دِين‬ ْ ‫ب َثب‬ ِ ‫ب ْالقُلُو‬ َ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َك‬
َ ِّ‫ " َيا ُم َقل‬:‫ان َيقُو ُل‬ َ َّ‫ال َّن ِبي‬
} ُ‫ َو َهبْ لَ َنا مِنْ لَ ُد ْن َك َرحْ َم ًة ِإ َّن َك َأ ْنتَ ْال َوهَّاب‬Artinya: “Diceritakan dari Ummu Salamah bahwa
Nabi Muhammad saw, berkata: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati,
tetapkanlah hati ku atas agamamu”. Kemudian beliau membaca doa
'rabbanâ lâ tuzigh qulûbanâ ba‘da idz hadaitanâ wa hab lanâ mil ladungka
raḫmah, innaka antal-wahhâb'." (Tafsir Ibnu Katsir, 2: 13). Syekh Thahir bin
Asyur mengatakan dalam tafsirnya bahwa ayat di atas adalah doa yang
diajarkan Nabi Muhammad saw kepada umatnya. (Ibnu Asyur, at-Tahrir wa
Tanwir fi Tafsir Al-Qur’an, 3: 169).
Kesebelas, tercantum dalam surat al-Anbiya’ ayat 112:
‫ َربِّ احْ ُك ْم ِب ْال َح ِّق َو َر ُّب َنا الرَّ حْ ٰمنُ ْالمُسْ َت َعانُ َع ٰلى َما َتصِ فُ ْو َن‬Artinya: “Ya Tuhanku, berilah
keputusan dengan adil. Dan Tuhan kami Maha Pengasih, tempat memohon
segala pertolongan atas semua yang kamu katakan" (QS Al-Anbiya’: 112).
Syekh Sayyid ath-Thanthawi mengatakan dalam tafsirnya At-Tafsir al-Wasith li
al Al-Qur’an al-Karim bahwa setelah menyampaikan risalah dan amanah yang
diembannya, Nabi dengan khusyuk memanjatkan doa tersebut kepada
Tuhannya. (Sayyid Thanthawi, At-Tafsir al-Wasith, 9: 261). Said menceritakan
dari Imam Qatadah bahwa para Nabi terdahulu berdoa: ‫َر َّب َنا ا ْف َتحْ َب ْي َن َنا َو َبي َْن َق ْو ِم َنا ِب ْال َح ِّق‬
َ ‫ َوَأ ْنتَ َخ ْي ُر ْال َفا ِتح‬  Kemudian Rasulullah diperintahkan untuk berdoa:   ‫َربِّ احْ ُك ْم ِب ْال َح ِّق‬
‫ِين‬
‫ون‬َ ُ‫ َو َر ُّب َنا الرَّ حْ َمنُ ْالمُسْ َت َعانُ َعلَى َما َتصِ ف‬Demikian pula ketika Rasul berjumpa dengan
musuh dan mengetahui bahwa beliau berada di posisi yang benar sedangkan
musuhnya berada di posisi yang salah, maka Nabi Muhammad saw juga
berdoa dengan doa tersebut. (Tafsir al-Qurthubi, 11: 351). Ibnu Katsir
mengutarakan bahwa Zaid bin Aslam menyampaikan, bahwa dulu ketika
Nabi menyaksikan peperangan, Nabi Muhammad saw membaca doa di atas.
}‫ { َربِّ احْ ُك ْم ِب ْال َح ِّق‬:‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِإ َذا َش ِهدَ قِ َتااًل َقا َل‬ ?َ ‫ َك‬:‫ْن َأسْ لَ َم‬
َ ِ ‫ان َرسُو ُل هَّللا‬ ِ ‫ َعنْ َز ْي ِد ب‬Artinya:
“Diceritakan dari Zaid bin Aslam, dulu Nabi Muhammad Saw, ketika
menyaksikan peperangan, beliau membaca doa di atas. (Tafsir Ibnu Katsir, 5:
388).
Keduabelas, tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 118: َ‫اغفِرْ َوارْ َح ْم َواَ ْنت‬ ْ ِّ‫َرب‬
ٰ ‫ َخ ْي ُر‬Artinya: "Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat,
‫الرّ ِح ِمي َْن‬
Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik" (QS Al-Mu'minun: 118). Redaksi doa
ini merupakan perintah Allah swt, kepada Nabi Muhammad supaya
mendapatkan mendapatkan ampunan dan kucuran rahmat dari-Nya.
Seorang hamba yang menggunakan doa di atas, dia akan mendapatkan
ampunan dan rahmat dari Allah swt. Imam ath-Thabari menjelaskan makna
doa di atas sebagai berikut: “Katakan wahai Muhammad, Ya Tuhan ku
rahasiakanlah dosa-dosa ku dengan ampunan-Mu, rahmatilah aku dengan
menerima taubatku kepada-Mu, jangan hukum aku atas keburukan yang aku
lakukan, Engkau, Wahai Tuhan ku, sebaik-baik Dzat yang merahmati
pendosa, penerima taubat, dan tidak menghukum atas kesalahannya”. (Imam
ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fi Ta’wil Al-Qur’an, 19: 85). Imam al Alusi
mengatakan bahwa dalam doa ini terkandung isyarat agar seorang hamba
sebaiknya tidak terlena oleh amal-amal yang telah dilakukan serta
memberikan petunjuk agar seorang hamba bergantung kepada rahmat
Tuhan Yang Maha Menguasai dan Mahatinggi. (Al-Alusi, Tafsir Ruh al Ma’ani fi
Tafsir Al-Qur’anil Adzim wa Sab’i al Matsani, 9: 272). Ketigabelas, tercantum
dalam surat ash-Shaffat ayat 180-181: ،‫ َو َس ٰل ٌم َعلَى ْالمُرْ َسلِي َْن‬،‫ِّك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُ ْو َن‬ َ ‫ُسب ْٰح َن َرب‬
‫هّٰلِل‬
‫ َو ْال َحمْ ُد ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِمي َْن‬Artinya: “Mahasuci Tuhanmu, Tuhan Yang Mahaperkasa dari
sifat yang mereka katakan. Selamat sejahtera bagi para rasul. Segala puji bagi
Allah Tuhan seluruh alam" (QS As-Saffat Ayat 180-182). Doa ini merupakan
pemungkas dari rangkaian doa yang dipanjatkan  seorang hamba. Bila doa
diawali dengan memuji kepada Allah, maka juga harus diakhiri dengan
memuji atas kekuasaan Allah.  Sebagaimana kebiasaan yang dilakukan oleh
sebagian masyarakat kita, doa ini dibaca bersama di akhir pertemuan/ majlis
pengajian.  Imam al-Qurthubi menyatakan bahwa beliau menerima sanad
yang sangat panjang, yang tersambung kepada sahabat Said al-Khudri. Beliau
mendengar Nabi menyampaikan berulang kali: “Barang siapa yang suka
mendapatkan timbangan pahala yang sempurna di hari kiamat, maka
bacalah di akhir pengajiannya atau majlisnya:    ‫ َو َس ٰل ٌم‬،‫ِّك َربِّ ْالع َِّز ِة َعمَّا يَصِ فُ ْو َن‬ َ ‫ُسب ْٰح َن َرب‬
‫هّٰلِل‬
‫ َو ْال َحمْ ُد ِ َربِّ ْال ٰعلَ ِمي َْن‬،‫ َعلَى ْالمُرْ َسلِي َْن‬Senada dengan pernyataan di atas, Ibnu Katsir
mengutip riwayat yang disampaikan oleh ath-Thabrani: “Barang siapa yang
membaca doa di atas tiga kali setiap selesai shalat, maka (kelak) dia akan
mendapatkan timbangan pahala yang sempurna. Keempatbelas, tercantum
dalam surat at-Taubah ayat 129:   ‫ش ْال َعظِ ي ِْم‬ ُ ‫ َحسْ ِب َي هّٰللا ُ ٓاَل ا ِٰل َه ِااَّل ه َُو ۗ َعلَ ْي ِه َت َو َّك ْل‬ 
ِ ْ‫ت َوه َُو َربُّ ْال َعر‬
Artinya: “Cukuplah Allah bagiku; tidak ada tuhan selain Dia. Hanya kepada-
Nya aku bertawakal, dan Dia adalah Tuhan yang memiliki ‘Arsy (singgasana)
yang agung" (QS at-Taubah: 129). Doa-doa di atas secara tersurat merupakan
wahyu yang diterima oleh Nabi Muhammad saw yang termaktub dalam Al-
Qur’an. Dengan demikian, selayaknya kita sebagai umat Nabi Muhammad
saw meneladaninya dalam berdoa. Namun, dalam beberapa doa yang
berasal dari Al-Qur’an, terdapat redaksi yang mengalami penambahan kata
atau kalimat, sebagai bentuk pensucian dan pengagungan kepada Allah swt.

B. Dalam Alhadits

‫ك‬ َ ‫َأللَّهُ َّم َأ ِعنِّى َعلَى ِذ ْك ِر‬


َ ِ‫ك َو ُش ْك ِركَ َو ُح ْس ِن ِعبَا َدت‬
Allahumma a’innii ‘alaa dzikrika wa syukrika wa husni ‘ibaadatika169
Ya Allah, dengan kemudahan dan keberlimpahan, perkenankanlah aku
untuk mengingatMu, bersyukur kepadaMu dan mengabdi kepadaMu
dengan cara yang sebaik-baiknya.
Saya pikir doa ini sangat berharga; oleh karena itu, saya menempatkannya di
bagian depan dari semua formula dzikir saya.
Rasulullah (saw) mengajarkan doa ini melalui Muaz bin Jabal, salah seorang
sahabat Rasul (saw) yang paling dekat dan paling dicintai.
Muaz bin Jabal menerangkan:
“Pada suatu hari Rasulullah (saw) memegang tangan saya dan berkata, “Wahai
Muaz… Aku bersumpah demi Allah aku sangat mencintaimu! Biarkan aku
menyarankan sesuatu kepadamu agar engkau mau membaca pada setiap akhir
shalat (sebelum membaca salam) dan jangan pernah enggan untuk
membacanya… Ucapkanlah – ‘Ya Allah, dengan kemudahan dan keberlimpahan,
perkenankanlah aku untuk mengingatmu, bersyukur kepadaMu dan mengabdi
kepadaMu dengan sebaik-baiknya.’”
Mengingat bagaimana Rasululah (saw) mengajarkan doa ini dan
menganjurkannya untuk tetap membacanya kepada sahabat yang dicintainya,
terutama dengan pernyataan cintanya yang disertai sumpah, maka Anda bisa
menilai betapa pentingnya doa ini!
‫َأللَّهُ َّم َأ ْل ِه ْمنِى ُر ْش ِدى َوَأ ِع ْذنِى َش ِّر نَ ْف ِسى‬
Allahumma al-himnii rusydi wa a’idznii syarri nafsii170
Ya Allah, ilhamkanlah kepadaku arahan spiritualku. Aku berlindung
kepadaMu dari kejahatan (identitas) egoku.
Ketika masuk Islam, Imran bin Husayn (ra) mendatangi Rasulullah (saw) dan
mengingatkan beliau:
“Ya Rasulullah, engkau telah berjanji kepadaku bahwa jika aku menjadi seorang
Muslim, engkau akan mengajarkan kepadaku beberapa kalimat (yang akan
bermanfaat besar bagiku).”
Rasulullah (saw) menjawab,
“Husayn, jadikanlah permohonan ini sebagai doamu: ‘Ya Allah, ilhamkanlah
kepadaku rusyd-ku (kedewasaan). Aku berlindung kepadaMu dari kejahatan
perbuatan identitas-diriku (jiwa-ego).’”
Mengikuti arahan dari hadits ini, saya mengamalkannya dan mendapatkan
manfaat dari doa ini. Oleh karenanya, saya menganjurkan Anda untuk
menyertakannya dalam daftar doa umum dan mengulangnya sedikitnya 300 kali
sehari.
َ َّ‫َأللَّهُ َّم ِإنِّى َأ ْسَألُكَ ُحب‬
َ‫ك َو حُبَّ َم ْن يُ ِحبُّك‬
Allahumma innii as-aluka hubbaka wa hubba man yuhibbuka
Ya Allah, aku memohon kepadaMu cintaMu, dan untuk cinta dari orang-
orang yang mencintaiMu.
Abu Darda meriwayatkan bahwa:
“Rasulullah (saw) berkata, ‘di antara umat manusia, Dawud (as) adalah yang
paling mulia dalam penyembahan’, kemudian beliau melanjutkan dan berkata,
‘Inilah doa Dawud; Ya Allah, aku memohon kepadaMu cintaMu, dan untuk
mencintai orang-orang yang mencintaiMu. Aku memohon kecintaan akan
perbuatan-perbuatan yang akan menarikku kepada cintaMu. Ya Allah, buatlah
cintaMu kepadaku lebih baik dibanding cintaku pada diriku sendiri dan
keluargaku, buatlah cintaMu kepadaku lebih baik dibanding air yang sejuk.’”171
Karenanya, tak ada lagi yang bisa saya katakan kecuali bahwa doa inipun telah
saya masukkan kedalam daftar doa harian saya dan sebagai doa yang saya
anjurkan kepada setiap orang.
َ ُّ‫ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم﴾ َو نَعُو ُذ بِكَ ِم ْن َشرِّ َماا ْستَ َعا َذ ِم ْنهُ نَبِي‬ ُ‫ﷲ‬ ‫ص َّل‬
‫ك‬ َ ﴿ ‫ك ُم َح َّم ٌد‬ َ َ‫ك ِم ْن خَ ي ِْر َما َسَأل‬
َ ُّ‫ك ِم ْنهُ نَبِي‬ َ ُ‫َأللَّهُ َّم ِإنَّا نَ ْسَأل‬
ٌ ‫ﷲُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم﴾ َوَأ ْنتَ ُم ْستَ َع‬ ‫ص َّل‬
‫ان‬ َ ﴿ ‫ُم َح َّم ٌد‬
Allahumma innaa nas’aluka min khayri maa sa’alaka minhu nabiyyuka
Muhammadin wa na’uudzubika min syarri maasta’aadza minhu nabiyyuka
Muhammadun shallallahu ‘alayhi wa sallam wa anta musta’aan
Ya Allah, apapun yang baik yang RasulMu inginkan dariMu, akupun
menginginkannya, dan apapun yang buruk yang darinya dia berlindung
kepadaMu, aku pun berlindung kepadaMu darinya… Karena Engkau adalah
Musta’an (Penolong).
Abu Umam (ra) meriwayatkan:
Pada suatu hari Rasulullah (saw) berdoa sangat panjang dan kami tidak dapata
mengingat apapun darinya. Oleh karena itu kami berkata…
“Ya Rasulullah, engkau berdoa begitu panjang sehingga kami tidak sanggup
mengingat apapun darinya.”
Rasulullah (saw) menjawab:
“Maukah aku tunjukkan kepada kalian sebuah doa yang mencakup semua doa
ini? Berdoalah seperti ini: Ya Allah, apapun yang baik yang RasulMu inginkan
dariMu, akupun menginginkannya, dan apapun yang buruk yang darinya dia
berlindung kepadaMu, aku pun berlindung kepadaMu darinya… Karena Engkau
adalah Musta’an (Penolong). Semua akhir bertemu kepadaMu, daya dan
kekuatan hanyalah karena Allah.”172
Lagi-lagi, Rasulullah (saw) lah yang mengajari kita doa lengkap yang mencakup
semua kebutuhan, keinginan dan perlindungan…
َ ِ‫ِّت قَ ْلبِى َعلَى ِدين‬
‫ك‬ ِ ‫ب ْالقُلُو‬
ْ ‫ب ثَب‬ َ ِّ‫يَا ُمقَل‬
Ya muqalliba l-quluubi tsabbit qalbii ‘alaa diinika173 (cat kaki 173: At-Tirmidzi)
Wahai Yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku kepada
sistemMu.
Doa ini ditanyakan kepada Ummu Salamah (ra):
“Wahai ibunya kaum muminin. Apabila Rasulullah bersamamu, doa mana yang
paling banyak dibaca beliau?”
Istri Rasulullah (saw) yang diberkahi itu menerangkan:
“Doa yang paling banyak Rasululah baca adalah: Wahai Yang membolak-balikkan
hati, teguhkanlah hatiku kepada agamaMu. Maka aku bertanya kepada beliau,
‘mengapa doa ini yang paling banyak engkau panjatkan? Untuk itu beliau
menjawab: Wahai Ummu Salamah, sebenarnya tidak ada seorang pun yang
tidak berada di antara kedua jari Allah. Dia akan menyelamatkan siapa yang
dikehendakiNya dan akan dibiarkan tersesat siapa yang dikehendakiNya!”
Siapa yang rasi bintangnya Gemini, Sagitarius, Virgo atau Visces sungguh sangat
dianjurkan membaca doa ini.
َ ِ‫ُور ِه ْم َونَعُو ُذ ب‬
ِ ‫ك ِم ْن ُشر‬
‫ُور ِه ْم‬ َ ُ‫َأللَّهُ َّم ِإنَّا نَجْ َعل‬
ِ ‫ك فِى نُح‬
Allahumma inna naj’aluka fii nuhuurihim wa na’uudzubika min syuruurihim174
Ya Allah, aku memohon kepadamu agar Engkau menghadapi mereka dan
agar Engkau melindungi (aku) dari kejahatan mereka. 
Ini adalah doa yang sangat penting yang diajarkan guru kita Rasulullah (saw)
kepada kita. Doa ini patut mendapat perhatian penuh dan serius. Mengapa
demikian?
Hal yang sangat normal apabila menghadapi bahaya dia akan berusaha
menyambutnya dengan kemampuan pribadinya.
Serupa dengan itu, hal yang normal pula jika mereka menghadap kepada Allah
dan memohon pertolongan dariNya.
Namun, ada suatu hal yang halus di dalam doa ini yang memerlukan perhatian
kita. Guru kita, dengan doa ini, memohon kepada kekuatan ilahi untuk
menghadapinya bukannya oleh ‘diri manusianya’. Kekuatan ilahi ini bisa muncul
dari luar dan bangkit melawan bahaya, atau bisa juga mewujud dari diri orang
itu sendiri.
Lebih jauh lagi, kita bisa memahami doa ini dengan lebih baik jika kita melihat
situasi-situasi mengingat ayat, “Dan bukan kamu yang
melempar (panah) ketika kamu (diri ilusi, ego) melempar, tapi Allah lah yang
melempar!”175
Karenanya, serupa dengan itu, doa dipanjatkan agar yang agung yang
membela… Namun saya tidak akan membahasnya lebih jauh. Barangsiapa ingin
memahaminya lebih dalam agar menunjukkan upanyanya ke arah itu.
‫ور ْالفَه ِْم‬
ِ ُ‫ت ْال َو ْه ِم َوَأ ْك ِر ْمنِى بِن‬
ِ ‫َأللَّهُ َّم َأ ْخ ِرجْ نِى ِم ْن ظُلُ َما‬
Allahumma akhrijnii min zhulumaati l-wahmi wa akrimnii bi nuuri l-fahmi
Ya Allah, keluarkanlah aku dari gelapnya keraguan dan anugerahilah aku
dengan Nur (cahaya) Mu.
Orang-orang yang mengikuti jalan Sufisme akan mengetahui bahwa masalah
terburuk dari manusia adalah terperangkap dalam KERAGUAN. Hijab paling
tebal yang memisahkan antara manusia dari Allah adalah hijab KERAGUAN.
Kesatuan dengan Allah akan segera dicapai apabila hijab KERAGUAN ini diangkat
dan pemahaman akan dikaruniakan dengan Nurnya Allah. Kemudian dia akan
meraih kesadaran! Hanya mereka yang telah mencapai dan merasakan keadaan
ini yang akan benar-benar memahami betapa nikmatnya hal itu!
169  Abu Dawud, Al-Hakim
170 At-Tirmidzi
171 At-Tirmidzi
172 At-Tirmidzi
173 at-Tirmidzi
174  Abu Dawud, An-Nasai
175  Al-Qur’an 8:17

Anda mungkin juga menyukai