A. Dalam Alquran
Pertama, tercantum dalam surat Ali Imran ayat 26-27: ْال ٰلّ ُه َّم ٰمل َِك ْالم ُْلكِ ُتْؤ تِى ْالم ُْل َك َمن
ٰ ۗ َ َت َش ۤا ُء َو َت ْن ِز ُع ْالم ُْل َك ِممَّنْ َت َش ۤا ۖ ُء َو ُتع ُِّز َمنْ َت َش ۤا ُء َو ُت ِذ ُّل َمنْ َت َش ۤا ۗ ُء ِب َيد
ِ ُت ْولِ ُج الَّ ْي َل فِى ال َّن َه.ِك ْال َخ ْي ُر ِا َّن َك َعلى ُك ِّل َشيْ ٍء َق ِد ْي ٌر
ار
ٍ ت َو ُت ْخ ِر ُج ْال َميِّتَ م َِن ْال َحيِّ َو َترْ ُز ُق َمنْ َت َش ۤا ُء ِبغَ ي ِْر ح َِسا
ب ِ ار فِى الَّي ِْل َو ُت ْخ ِر ُج ْال َحيَّ م َِن ْال َم ِّي َ َو ُت ْولِ ُج ال َّن َه Artinya:
“Wahai Allah, Pemilik kekuasaan, Engkau berikan kekuasaan kepada siapa
pun yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kekuasaan dari siapa yang
Engkau kehendaki. Engkau muliakan siapa yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan siapa yang Engkau kehendaki. Di tangan-Mulah segala
kebajikan. Sesungguhnya Engkau Mahakuasa atas segala sesuatu. Engkau
masukkan malam ke dalam siang dan Engkau masukkan siang ke dalam
malam. Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan
yang mati dari yang hidup. Engkau berikan rezeki kepada siapa yang Engkau
kehendaki tanpa perhitungan.” (Ali Imran:27) Redaksi doa ini, menurut
Imam Ath-Thabarani, menggunakan asma’ Allah yang agung. Jika digunakan
untuk bermunajat maka keinginan orang yang berdoa akan terkabul (Tafsir
Ibnu Katsir, II: 30).
Kedua, tercantum dalam surat Al-Isra' ayat 80: رَّ بِّ اَ ْدخ ِْلنِيْ م ُْد َخ َل صِ ْد ٍق َّواَ ْخ ِرجْ نِيْ م ُْخ َر َج
صِ ْد ٍق َّواجْ َع ْل لِّيْ مِنْ لَّ ُد ْن َك س ُْل ٰط ًنا َّنصِ يْرً ا Artinya: “Ya Tuhanku, masukkan aku ke tempat
masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan
berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong(ku)” (QS
Al-Isra': 80). Redaksi doa di atas merupakan perintah bermunajat kepada
Allah saat hijrah dari Makkah ke Madinah. Ibnu Abbas mengatakan bahwa
saat Nabi berada di Makkah beliau diperintahkan untuk hijrah ke Madinah.
Imam al-Dhahhak mengatakan bahwa doa ini mengandung arti tentang
hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah dan kembalinya ke Makkah dalam
keadaan aman di hari Fathu Makkah. (Tafsir al-Qurthubi, X: 313). Namun
demikian, redaksi ayat ini dapat digunakan untuk bermunajat kepada Allah
secara umum, baik ketika hendak melakukan sesuatu maupun ketika
perjalanan yang diridhai oleh Allah ﷻ.
Ketiga, tercantum dalam surat Al-Isra’ ayat 111:
ٌ ْال َحمْ ُد هّٰلِل ِ الَّذِيْ لَ ْم َي َّتخ ِْذ َولَ ًدا َّولَ ْم َي ُكنْ لَّ ٗه َش ِر ْي Artinya:
ُّ ك فِى ْالم ُْلكِ َولَ ْم َي ُكنْ لَّ ٗه َولِيٌّ م َِّن
الذ ِّل َو َكبِّرْ هُ? َت ْك ِبيْرً ا
“Segala puji bagi Allah yang tidak mempunyai anak dan tidak (pula)
mempunyai sekutu dalam kerajaan-Nya dan Dia tidak memerlukan penolong
dari kehinaan dan agungkanlah Dia seagung-agungnya” (QS Al-Isra': 111).
Imam Ibnu Katsir mengatakan bahwa Nabi Muhammad ﷺ, mengajarkan ayat
ini kepada keluarganya, baik kepada anak kecil maupun yang dewasa.
Bahkan, menurutnya, Nabi menamakan ayat ini dengan ayat al-Izz (ayat
kemuliaan). dinyatakan pula, bahwa sebagian atsar menyebutkan jika ayat
ini dibaca pada malam hari di sebuah rumah, maka rumah tersebut tidak
akan disatroni pencuri atau terjadi kecelakaan di dalamnya. (Tafsir Ibnu
Katsir: 131).
Keempat, tercantum dalam surat Thaha ayat 114: رَّ بِّ ِز ْدنِيْ عِ ْلمًا Artinya: “Ya
Tuhanku, tambahkanlah ilmu kepadaku” (QS Thaha: 114) Kelima, tercantum
dalam surat Az-Zumar ayat 46: ب َوال َّش َهادَ ِة اَ ْنتَ َتحْ ُك ُم َبي َْن ِ ض ٰعلِ َم ْالغَ ْيِ ْت َوااْل َرِ ال ٰلّ ُه َّم َفاطِ َر الس َّٰم ٰو
ِك فِيْ َما َكا ُن ْوا فِ ْي ِه َي ْخ َتلِفُ ْو َن َ عِ َباد Artinya: “Ya Allah, Pencipta langit dan bumi, yang
mengetahui segala yang ghaib dan yang nyata, Engkaulah yang memutuskan
di antara hamba-hamba-Mu tentang apa yang selalu mereka perselisihkan”
(QS Az-Zumar: 46). Syekh Sayyid al-Thanthawi, mantan grand Syekh al-Azhar,
mengatakan dalam tafsirnya bahwa maksud dari ayat ini adalah menghibur
Nabi Muhammad ﷺ, dari apa yang dilakukan oleh kaum musyrik kepadanya,
sebagai penjagaan dari tipu daya kaum musyrik, sebagai ajaran kepada
hamba-hamba-Nya atas wajibnya berlindung kepada Allah Swt agar terhindar
dari tipu daya musuh-musuh mereka. (al-Thanthawi, Tafsir al-Wasith: 232).
Ayat ini merupakan permohonan yang tidak ditolak oleh Allah ﷻ. Sa’ad bin
Jubair mengatakan: Sungguh aku mengetahui bahwa tidaklah seorang
hamba membaca ayat ini, kemudian meminta kepada Allah (yang dia
inginkan) kecuali Allah mengabulkannya”. Ayat ini juga bisa dibaca ketika
mendengar pertikaian yang mengakibatkan kematian, seperti kasus
Sayyidina Husain dengan Yazid bin Muawiyah. Diriwayatkan bahwa ketika
berita terbunuhnya al-Husain bin Abi Thalib sampai kepada al-Rabi’ bin
Khaitsam, beliau membaca doa tersebut. (Tafsir al-Qurthubi, VX: 265)
Keenam, tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 201: َر َّب َنٓا ٰا ِت َنا فِى ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة وَّ فِى
ارِ اب ال َّن َ ااْل ٰ خ َِر ِة َح َس َن ًة َّوقِ َنا َع َذ Artinya: “Ya Tuhan kami, berikan kami kebaikan di dunia
dan kenaikan di akhirat, dan lindungilah kamu dari azab neraka” (QS al-
Baqarah: 201). Ulama sepakat bahwa doa ini mengandung “jawami’ al-
kalim”. Di samping itu, Imam Ahmad bin Hanbal mengatakan bahwa doa ini
paling sering dibaca oleh Nabi Muhammad ُ َح َّد َث َنا ِإسْ مَاعِ ي ُل? بْن: َو َقا َل اِإْل َما ُم َأحْ َم ُد .ﷺ
: صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َيقُو ُل َ ِ ان َأ ْك َث ُر دَعْ َو ٍة َي ْدعُو ِب َها َرسُو ُل هَّللا ٍ َعنْ َأ َن،ٍص َه ْيب
?َ َك:س َقا َل ُ ُيز بْن ِ َح َّد َث َنا َع ْب ُد ْال َع ِز،ِإب َْراهِي َم
"اللَّ ُه َّم ربَّنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َس َن ًة وقنا عذاب النار Imam Ahmad bin Hanbal
berkata: Ismail bin Ibrahim menceritakan dari Abdul Aziz bin Shuhaib, dari
sahabat Anas, dia berkata: doa yang paling banyak dipanjatkan oleh Nabi
adalah doa di atas. Selain itu, doa ini juga dapat digunakan sebagai terapi
pengobatan bagi penyakit yang diderita seseorang. Suatu ketika, Nabi
mengunjungi orang sakit., kemudian menanyakan kepadanya tentang doa
yang dia minta kepada Allah. Laki-laki itu menjawab bahwa dia memohon
kepada Allah, jikalau harus mendapatkan siksa di akhirat, maka dia berharap
agar siksa tersebut disegerakan di dunia saja. Nabi pun menimpali dengan
membaca tasbih seraya berkata: “Kamu tidak akan mampu (memikul derita
di dunia), sebaiknya panjatkan saja doa ini: وقنا، َوفِي اآْل خ َِر ِة َح َس َن ًة،ربَّنا آ ِت َنا فِي ال ُّد ْن َيا َح َس َن ًة
عذاب النار Maka laki-laki tersebut mengamalkan doa ini, dan dengan izin Allah
penyakitnya dapat sembuh. (Tafsir Ibnu Katsir/1/ 559).
Ketujuh, tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 118: اغفِرْ َوارْ َح ْم َواَ ْنتَ َخ ْي ُر ْ ِّرَّ ب
ٰ Artinya: “Ya Tuhanku, berilah ampunan dan (berilah) rahmat,
الرّ ِح ِمي َْن
Engkaulah pemberi rahmat yang terbaik” (QS al-Mu’minun: 118). Kedelapan,
tercantum dalam surat al-Mu’minun ayat 94: الظلِ ِمي َْن ّ ٰ َربِّ َفاَل َتجْ َع ْلنِيْ فِى ْال َق ْوم Artinya:
ِ
“Ya Tuhanku, maka janganlah Engkau jadikan aku dalam golongan orang-
orang dhalim” (QS al-Mukminun: 94).
Kesembilan, tercantum dalam surat surat al-Mu’minun ayat 97-98: رَّ بِّ اَع ُْو ُذ ِب َك
ضر ُْو ِن ُ ْ َواَع ُْو ُذ ِب َك َربِّ اَنْ يَّح،ْن ِ مِنْ َه َم ٰز Artinya: “Ya Tuhanku, aku berlindung
ِ ۙ ت ال َّش ٰيطِ ي
kepada Engkau dari bisikan-bisikan setan” (QS al-Mu’minun: 97-98). Sayyid
al-Thanthawi, dalam tafsir al-Wasith-nya berkomentar tentang doa-doa di
atas (8-9) bahwa di dalam doa tersebut terdapat ajaran kepada orang-orang
mukmin, petunjuk untuk selalu berlindung kepada Allah ﷻ, agar terjaga dari
bisikan-bisikan setan. (al-Thanthawi, Tafsir al-Wasith, 10: 62). Demikian
sebagian doa Nabi Muhammad ﷺ, yang termaktub dalam Al-Qur’an. Selain
itu, doa-doa Nabi Muhammad ﷺ, juga termaktub dalam hadits-hadits beliau
dan kitab-kitab Tafsir Al-Qur’an. Namun, dalam beberapa doa yang berasal
dari Al-Qur’an, terdapat redaksi yang mengalami penambahan kata atau
kalimat, sebagai bentuk penyucian dan pengagungan kepada Allah ﷻ
B. Dalam Alhadits