Anda di halaman 1dari 23

SEGERALAH BERTAUBAT KEPADA ALLAH  DAN

PERBANYAKLAH ISTIGHFAR
Ditulis Oleh:
Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas –Hafizhahullah–

ْ ْ َ ُ
ُ،‫ ﺗ ْﻮ ُ� ْﻮا إﻰﻟ اﷲ َواﺳ َﺘﻐﻔ ُﺮ ْوه‬،‫ﺎس‬ ُّ َ
ُ َّ َ َ َ َّ َ َ ْ َ َ ُ َّ َ ُْ ُ َ َ َ
ِ ِ ِ ‫ ﻳﺎ أ�ﻬﺎ اﻨﻟ‬:‫ﻗﺎل رﺳﻮل اﷲِ ﺻ� اﷲ ﻋﻠﻴ ِﻪ وﺳﻠﻢ‬
ََّ َ َ ْ َ ِّ ُ ُ ُ ْ َ ْ َ َ َ ُ َُْ ّْ َ
.‫ﻓﺈ ِ ِ� أﺗﻮب إِﻰﻟ اﷲِ وأﺳﺘﻐ ِﻔﺮه ِﻲﻓ ﻞﻛ ﻳﻮ ٍم ِﻣﺎﺋﺔ مﺮ ٍة‬

Rasulullah  bersabda, ‘“Wahai sekalian


manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan
mintalah ampun kepada-Nya, karena sesungguhnya
aku bertaubat kepada Allah dan minta ampun
kepada-Nya setiap hari sebanyak seratus kali.’”

KEDUDUKAN HADITS

Hadits ini diriwayatkan dari salah seorang Sahabat Nabi


.1 Hadits ini shahih, diriwayatkan oleh imam
Ahmad (IV/260-261 dan V/411) dan ath-Thabrani dalam
al-Mu’jamul Kabiir (I/301-302, no. 886).

1 Dalam ilmu mushthalah hadits, ini dinamakan mubham. Mubham shahabi adalah shahih,
karena para shahabat semuanya adil.
ٌ ْ ُ ُ ْ ُ ُّ ُ ُ َ َ َّ َ
.‫“ الﺼﺤﺎﺑﺔ ﻠﻛﻬﻢ ﻋﺪول‬Para Shahabat semuanya adalah adil (terpercaya).” (Lihat Irsyaadul
Fuhuul ilaa Tahqiiqil Haqqi min ‘Ilmil Ushuul (I/228) karya Imam asy-Syaukani tahqiq DR.
Sya’ban Muhammad Isma’il).
Menurut Syaikh al-Albani bahwa tampaknya shahabat tersebut adalah al-Agharr al-Muzani
. Bahkan Imam Abu Hatim ketika ditanya oleh anaknya Ibnu Abi Hatim, beliau
dengan tegas mengatakan bahwa riwayat di atas dari shahabat al-Agharr al-Muzani .
Ibnu Abi Hatim berkata, “Ayahku (Abu Hatim) berkata: Sesungguhnya orang ini adalah al-
Agharr al-Muzani, dia seorang shahabat (Nabi ).” (Al-’Ilal, V/182-183 no. 1904).

1
Hadits ini juga diriwayatkan oleh imam Muslim (no.
2702), Ahmad (IV/211), Abu Dawud (no. 1515), ath-
Thabrani dalam al-Mu’jamul Kabiir (no. 883) dan al-
Baghawi dalam Syarhus Sunnah (no. 1288). Hadits ini
dinilai shahih oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilah al-
Ahaadiits ash-Shahiihah (no. 1452).

SYARAH HADITS
Allah  memerintahkan kita untuk bertaubat dan
perintah ini merupakan perintah wajib yang harus segera
dilaksanakan sebelum ajal tiba.

Allah  berfirman:
L Õ Ô Ó Ò Ñ Ð Ï Î Í …M
“Dan bertaubatlah kamu semua kepada Allah, wahai
orang-orang yang beriman, agar kamu beruntung.” (QS.
An-Nuur [24]: 31)

Allah  juga berfirman:


L P ...( ' & % $ # " ! M
“Wahai orang-orang yang beriman! Bertaubatlah kepada
Allah dengan taubat yang semurni-murninya (ikhlas).”
(QS. At-Tahriim [66]: 8)

Allah  dan Rasul-Nya  memerintahkan


untuk bertaubat, karena taubat merupakan jalan
kebahagiaan, jalan menuju surga, pembersih hati,
penghapus dosa, dan menjadi sebab keridhaan Allah .

Setiap anak Adam pasti pernah berbuat dosa dan yang


terbaik dari mereka adalah yang bertaubat kepada Allah
, sebagaimana sabda Rasulullah :
َ ْ ُ َّ َّ َ ْ َّ َ ْ ُ ْ َ َ ٌ َّ َ َ َ َ ُّ ُ
.‫ وﺧ� اﺨﻟﻄﺎﺋِ� اﺘﻟﻮاﺑﻮن‬،‫ﻞﻛ ﺑ ِ� آدم ﺧﻄﺎء‬
2
“Setiap anak Adam pasti berbuat salah, dan sebaik-baik
orang yang berbuat kesalahan adalah yang bertaubat.”
[Hasan: HR. Ahmad (III/198), dan selainnya, dari Anas bin Malik .]

Rasulullah  juga memerintahkan ummatnya untuk


selalu bertaubat kepada Allah . Bahkan, Beliau 
mencontohkan kepada ummatnya bahwa Beliau 
bertaubat sebanyak 100 kali dalam sehari.

MAKNA TAUBAT
Asal makna taubat yaitu kembali dari kesalahan dan
dosa menuju kepada ketaatan.

Seorang dikatakan bertaubat kalau ia mengakui dosa-


dosanya, menyesal, berhenti dan berusaha untuk tidak
mengulangi perbuatan itu.2

Lafazh taubat dalam surat at-Tahriim pada ayat ke-8 di


atas diiringi dengan lafazh nashuh, sehingga menjadi
taubat nashuh. Taubat nashuh bermakna taubat yang
ikhlas, jujur, benar, dan taubat yang tidak diiringi lagi
dengan perbuatan dosa.

WAJIBNYA TAUBAT
Tidak ada khilaf (perbedaan pendapat) di antara para
Ulama tentang kewajiban bertaubat, bahkan taubat
adalah fardhu ‘ain yang harus dilakukan oleh setiap
Muslim dan Muslimah. Ibnu Qudamah al-Maqdisi 
berkata: “Para Ulama telah ijma’ tentang kewajiban
bertaubat, karena sesungguhnya dosa-dosa itu bisa
membinasakan manusia dan menjauhkan manusia dari
Allah . Maka, wajib segera bertaubat.”3

2 Lihat Fat-hul Baari (XI/103) dan al-Mu’jamul Wasith, bab Taa-ba (I/90).
3 Mukhtashar Minhajil Qashidin (hal. 322), karya Ibnu Qudamah al-Maqdisi, tahqiq: Syaikh

‘Ali bin Hasan bin ‘Ali ‘Abdul Hamid.


3
Imam Ibnul Qayyim  berkata: “Taubat merupakan
awal persinggahan, pertengahan, dan akhir perjalanan
hidup. Seorang hamba yang sedang mengadakan
perjalanan menuju Allah  tidak boleh lepas dari
taubat hingga ajal menjemputnya. Taubat merupakan
awal langkah seorang hamba kepada Allah  dan akhir
langkahnya. Kebutuhan seorang hamba terhadap taubat
di akhir hayatnya amat sangat penting dan sangat
mendesak, sebagaimana juga taubat dibutuhkan di awal
perjalanan hidup seorang hamba.

Allah  berfirman, yang artinya, “Dan bertaubatlah


kamu semua kepada Allah, wahai orang-orang yang
beriman, agar kamu beruntung.” (QS. An-Nuur [24]: 31)

Ayat ini diturunkan di Madinah. Allah 


berfirman kepada orang-orang yang beriman dan orang-
orang pilihan supaya mereka bertaubat, sesudah mereka
beriman, bersabar, hijrah, dan berjihad.”4

Allah  juga berfirman:


« ª © ¨ § ¦ ¥ ¤ £ ¢ ¡ ‫{ | } ~ ﮯ‬M
L ¸ ¶ µ ´ ³ ² ± ° ¯ ®¬
“Dan hendaklah kamu meminta ampun kepada Rabbmu
dan bertaubat kepada-Nya, (jika kamu mengerjakan yang
demikian), niscaya Dia akan memberi kenikmatan yang
baik (terus menerus) kepadamu, hingga pada waktu yang
telah ditentukan dan Dia akan memberikan kepada tiap-
tiap orang yang mempunyai keutamaan (balasan)
keutamaannya. Jika kamu berpaling, maka sungguh aku
takut, kamu akan ditimpa siksa hari Kiamat.” (QS. Huud
[11]: 3)

4 Madaarijus Saalikiin (I/198), cet. Darul Hadits-Kairo.


4
Begitu juga dalam firman-Nya, ketika Nabi Hud 
menyuruh kaumnya untuk beristighfar kepada Allah
:
Í Ì Ë Ê É È Ç Æ Å Ä ÃM
LÔÓ Ò ÑÐ ÏÎ
“Dan (Hud berkata), ‘Wahai kaumku! Mohonlah ampunan
kepada Rabbmu lalu bertobatlah kepada-Nya, niscaya Dia
menurunkan hujan yang sangat deras, Dia akan
menambahkan kekuatan di atas kekuatanmu, dan
janganlah kamu berpaling menjadi orang yang berdosa.’”
(QS. Huud [11]: 52)

Dan juga Nabi Nuh  berkata kepada kaumnya


untuk memohon ampun kepada Allah , yang artinya:
“Maka aku berkata (kepada mereka), ‘Mohonlah ampunan
kepada Rabbmu, Sungguh, Dia Maha Pengampun. Niscaya
Dia akan menurunkan hujan yang lebat dari langit
kepadamu, dan Dia memperbanyak harta dan anak-anakmu,
dan mengadakan kebun-kebun untukmu dan mengadakan
sungai-sungai untukmu.” (QS. Nuuh [71]: 10-12)

Ayat-ayat di atas menjelaskan bahwa orang yang


istighfar dan meminta ampun kepada Allah  dengan
benar, maka Allah  akan mengampuninya dan
memberi kenikmatan yang banyak serta keutamaan.
Sebaliknya, jika ia tidak mau bertaubat bahkan ia
berpaling dari Allah , maka Allah  berhak
untuk menimpakan adzab dan siksa kepadanya.

5
TAUBAT WAJIB DILAKUKAN DENGAN SEGERA, TIDAK
BOLEH DITUNDA

Imam Ibnul Qayyim  berkata: “Sesungguhnya


bertaubat kepada Allah  dari perbuatan dosa adalah
wajib dilakukan dengan segera dan tidak boleh ditunda.”5

Imam an-Nawawi  berkata: “Para Ulama telah


sepakat bahwa bertaubat dari seluruh perbuatan maksiat
adalah wajib. Wajib dilakukan dengan segera dan tidak
boleh ditunda, baik itu dosa kecil apalagi dosa besar.”6

Kesalahan dan dosa-dosa yang dilakukan oleh manusia


banyak sekali. Setiap hari, manusia pernah berbuat dosa,
baik dosa kecil maupun dosa besar, baik dosa kepada al-
Khaliq (Allah Maha Pencipta) maupun dosa kepada
makhluk-Nya. Setiap anggota tubuh manusia pernah
melakukan kesalahan dan dosa. Mata sering melihat yang
haram, lidah sering bicara yang tidak benar, berdusta,
melaknat, sumpah palsu, menuduh, membicarakan aib
sesama Muslim (ghibah), mencela, mengejek, menghina,
mengadu domba, menfitnah, dan lain-lain. Telinga sering
mendengarkan lagu dan musik yang jelas hukumnya
haram, tangan sering menyentuh perempuan yang bukan
mahram, mengambil barang yang bukan miliknya
(ghasab), mencuri, memukul, bahkan membunuh, atau
melakukan kejahatan yang lainnya. Kaki pun sering
melangkah ke tempat-tempat maksiat dan dosa-dosa
lainnya.

Dosa dan kesalahan akan berakibat keburukan dan


kehinaan bagi pelakunya, baik di dunia maupun di akhirat,
bila orang itu tidak segera bertaubat kepada Allah. Setiap
Muslim dan Muslimah pernah berbuat salah, baik dia
sebagai orang awam maupun seorang ustadz, da’i, pendidik,
5 Madaarijus Saalikiin (I/297), cet. Darul Hadits-Kairo.
6 Syarah Shahih Muslim (XVII/59).
6
kyai, ataupun Ulama. Karena itu, setiap orang tidak boleh
lepas dari istighfar dan selalu bertaubat kepada-Nya,
sebagaimana yang dilakukan oleh Rasulullah .
Setiap hari Beliau  memohon ampun kepada Allah
 sebanyak seratus kali. Bahkan dalam suatu hadits
disebutkan bahwa Beliau  meminta ampun
kepada Allah  seratus kali dalam satu majelisnya.

Dari Ibnu ‘Umar , ia berkata, “Kami pernah


menghitung di satu majelis Rasulullah  bahwa
seratus kali Beliau  mengucapkan:
ْ‫الﺮﺣﻴ ُﻢ‬ ُ
َِّ ‫اﺘﻟ َّﻮاب‬
َّ ‫ﺖ‬ ْ َ
َ ‫ﻚ أﻧ‬َ َّ َّ َ َ ْ ُ َ ْ ْ ِّ َ
‫رب اﻏ ِﻔﺮ ِ� وﺗﺐ ﻋ� ِإﻧ‬
“Ya Rabbku! Ampunilah aku dan aku bertaubat kepada-
Mu. Sungguh, Engkau Mahamenerima taubat lagi Maha
Penyayang.” [Shahih: HR. At-Tirmidzi (no. 3434), Abu Dawud (no. 1516).]

Apabila ada yang beranggapan bahwa dirinya telah


melakukan perbuatan dosa yang banyak sekali, sehingga
merasa dosanya tidak akan diampuni oleh Allah .
Maka orang ini harus mengubah anggapan buruknya itu.
Dia harus yakin bahwa Allah  akan mengampuni
segala dosa jika pelakunya bertaubat kepada Allah 
dengan taubat nashuuh.

Segeralah bertaubat! Tidak ada kata terlambat dalam


masalah taubat, pintu taubat selalu terbuka sampai
matahari terbit dari barat.

Seorang Muslim tidak boleh merasa putus asa dari


rahmat Allah . Allah  berfirman:
¤ £ ¢ ¡ ‫ { | } ~ﮯ‬z y x w v u t M
L « ª © ¨ § ¦¥

7
“Katakanlah, ‘Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui
batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah kamu
berputus asa dari rahmat Allah.’ Sesungguhnya Allah
mengampuni dosa-dosa semuanya. Sungguh, Dialah Yang
Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Az-Zumar [39]:
53)

Disamping itu, ada banyak hadits yang menunjukkan


bahwa Allah Subhanahu wa Ta’ala senantiasa memberi
ampunan di setiap waktu dan menerima taubat setiap
saat. Allah  selalu mendengar istighfar dan
mengetahui taubat hamba-Nya, kapan saja dan dimana
saja. Oleh karena itu, jika ada orang yang mengabaikan
masalah taubat ini dan lengah dalam menggunakan
kesempatan untuk mencapai keselamatan, maka rahmat
Allah nan luas itu akan berbalik menjadi malapetaka,
kesedihan dan kepedihan di padang mahsyar. Hal ini tak
ubahnya seseorang yang sedang kehausan padahal di
hadapannya ada air bersih namun ia tidak dapat
menjamahnya, hingga akhirnya maut menjemput sesudah
merasakan penderitaan haus tersebut. Begitulah
gambaran orang-orang kafir dan orang-orang yang
durhaka. Pintu rahmat sebenarnya terbuka lebar, tetapi
mereka enggan memasukinya. Jalan keselamatan sudah
tersedia, namun mereka tetap berjalan di jalan kesesatan.

Apabila tanda-tanda kiamat besar telah tampak, yakni


matahari sudah terbit dari barat. Kematian sudah di
ambang pintu, yakni nyawa sudah berada di tenggorokan,
maka taubat tidak lagi diterima. Wal’iyadzubillah.

Allah  berfirman:
j i h g f e d c b a `M
L y x w v u t sr q p o n m l k

8
“Taubat itu bukanlah bagi orang-orang yang berbuat
kemaksiatan, sehingga apabila kematian telah datang kepada
seseorang di antara mereka lalu ia berkata: ‘Sungguh
sekarang ini aku taubat dan tidak (pula diterima taubat)
orang-orang yang mati dalam keadaan kafir. Bagi mereka
Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS. An-Nisaa’ [4]: 18)

Allah  juga berfirman:


1 0 /. - , + * ) ( ' & % $ # " ! M
D CB A @ ? > = < ; : 9 8 7 6 5 4 3 2
LHGF E
“Yang mereka nanti-nantikan hanyalah kedatangan
malaikat kepada mereka, atau kedatangan Rabbmu, atau
sebagian tanda-tanda dari Rabbmu. Pada hari datangnya
sebagian tanda-tanda Rabbmu tidak berguna lagi iman
seseorang yang belum beriman sebelum itu, atau (belum)
berusaha berbuat kebajikan dengan imannya itu.
Katakanlah, ‘Tunggulah! Kami pun menunggu.’” (QS. Al-
An’aam [6]: 158)

Maksud firman Allah : “Yang mereka nanti-


nantikan hanyalah kedatangan malaikat kepada mereka,
atau kedatangan Rabbmu, atau sebagian tanda-tanda dari
Rabbmu.” yaitu pada hari Kiamat.

Dan firman Allah: “atau sebagian tanda-tanda dari


Rabbmu. Pada hari datangnya sebagian tanda-tanda
Rabbmu,” yaitu munculnya tanda-tanda Kiamat.

Rasulullah  bersabda:
َ ْ َ َ ْ َ َ َ ُ َّ َ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َّ َ ُ ْ َ َّ َ ُ َ َّ ُ ْ ُ َ َ
،‫ ﻓ ِﺈذا رآﻫﺎ اﻨﻟﺎس آﻣﻦ ﻣﻦ ﻋﻠﻴﻬﺎ‬،‫ﻻ �ﻘﻮم الﺴﺎﻋﺔ ﺣﻰﺘ �ﻄﻠﻊ الﺸﻤﺲ ِﻣﻦ ﻣﻐ ِﺮ�ِﻬﺎ‬
َُْ ْ ْ ََ ْ ُ َ َْ َُ َ ً َْ ُ ََْ َ َ َ ََ
.‫ ﻻ �ﻨﻔﻊ �ﻔﺴﺎ ِإﻳﻤﺎ�ﻬﺎ لﻢ ﺗ�ﻦ آﻣﻨﺖ ِﻣﻦ �ﺒﻞ‬: �‫ﻓﺬاك ِﺣ‬

9
“Hari Kiamat tidak terjadi sampai matahari terbit dari
barat. Ketika manusia melihatnya, mereka semua
beriman (kepada Allah). Maka saat itulah, “tidak berguna
lagi iman seseorang yang belum beriman sebelum itu.”
[Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 4635), dari Shahabat Abu Hurairah .]

Rasulullah  bersabda:
ْ َ َ ُ َ َ َ ْ َ ْ ُ ْ َّ َ ُ ْ َ ْ َ َ ْ َ َ َ ْ َ
.‫ﻣﻦ ﺗﺎب �ﺒﻞ أن �ﻄﻠﻊ الﺸﻤﺲ ِﻣﻦ ﻣﻐ ِﺮ�ِﻬﺎ ﺗﺎب اﷲ ﻋﻠﻴ ِﻪ‬
“Barangsiapa taubat sebelum matahari terbit dari barat,
maka Allah akan menerima taubatnya.”
[Shahih: HR. Muslim (no. 2703), dari Shahabat Abu Hurairah .]

Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu


‘Abdirrahman ‘Abdullah bin ‘Umar bin al-Khaththab
, Nabi  bersabda:
ْ.‫اﷲ َ� ْﻘﺒَ ُﻞ ﺗَ ْﻮ َ� َﺔ اﻟْ َﻌﺒْﺪ َﻣﺎ ل َ ْﻢ ُ� َﻐ ْﺮ ِﻏﺮ‬
َ ‫إ َّن‬
ِ ِ
”Sesungguhnya Allah menerima taubat seorang hamba,
selama (ruh) belum sampai di tenggorokan.”
[Shahih: HR. At-Tirmidzi (no. 3537)]

SYARAT-SYARAT TAUBAT

Para Ulama menjelaskan syarat-syarat taubat yang


diterima Allah  sebagai berikut:
1. Al-Iqlaa’u, yaitu berhenti dari perbuatan dosa dan
maksiat yang ia pernah lakukan.
2. An-Nadamu, yaitu menyesali perbuatan dosanya itu.
3. Al-‘Azmu, yaitu bertekad untuk tidak mengulangi
perbuatan itu.
4. Jika perbuatan dosanya itu ada hubungannya dengan
orang lain, maka di samping tiga syarat di atas,
ditambah satu syarat lagi yaitu harus ada pernyataan

10
bebas dari hak kawan yang dirugikan itu. Jika yang
dirugikan itu hartanya, maka hartanya itu harus
dikembali Jika berupa tuduhan jahat, maka ia harus
meminta maaf, dan jika berupa ghibah atau umpatan,
maka ia harus bertaubat kepada Allah  dan tidak
perlu minta maaf kepada orang yang diumpat.7
5.

Di samping syarat-syarat di atas, dianjurkan pula bagi


orang yang bertaubat untuk melakukan shalat dua raka’at
yang dinamakan shalat Taubat, berdasarkan hadits yang
diriwayatkan dari Abu Bakar , ia mendengar
Rasulullah  bersabda:
ُ ‫اﷲ إ َّﻻ َ� َﻔ َﺮ‬
ُ، ‫اﷲ َﻪﻟ‬ َ ‫ﺐ َذ ْ�ﺒًﺎ ُ� َّﻢ َ� ُﻘ ْﻮ ُم َ�ﻴَﺘَ َﻄ َّﻬ ُﺮ ُ� َّﻢ ﻳُ َﺼ ِّ� ُ� َّﻢ � َ ْﺴﺘَ ْﻐﻔ ُﺮ‬ُ ‫َﻣﺎ ﻣ ْﻦ َر ُﺟﻞ ﻳُ ْﺬﻧ‬
ِ
ِ ِ ِ ٍ
َ َ َ ْ ُ َ ُ ْ َ ُ َ َ ْ َ ً َ َ ُ َ َ َ َ َّ َ َ َ َ َ
َ َ َ َّ ُ
ُ
...‫ﺎﺣﺸﺔ أو ﻇﻠﻤﻮا أ�ﻔﺴﻬﻢ ذﻛﺮوا اﷲ‬ ِ ‫اﺬﻟﻳﻦ ِإذا �ﻌﻠﻮا ﻓ‬ ِ ‫ و‬: ‫�ﻢ ﻗﺮأ ﻫﺬ ِه اﻵﻳﺔ‬
“Tidak ada seorang hamba pun yang berbuat dosa
kemudian ia pergi bersuci (berwudhu’), lalu ia shalat (dua
raka’at), lalu ia mohon ampun kepada Allah (dari dosa
tersebut), niscaya Allah akan ampuni dosanya.”
Kemudian Beliau  membaca ayat ini:
H G F E D C B A @ ? > =M
LTSRQP ONMLKJI
“Dan orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan
keji atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada
Allah, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka
dan siapa lagi yang dapat mengampuni dosa selain
daripada Allah? Dan mereka tidak meneruskan perbuatan
kejinya itu sedang mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imraan
[3]: 135). [Hasan: HR. At-Tirmidzi (no. 406)]

7 Lihat Riyaadhush Shaalihiin bab Taubat (hal. 24-25) dan Shahiih al-Waabilish Shayyib
(hal. 272-273).
11
KEUTAMAAN TAUBAT NASHUHA

1. Taubat menghapuskan dosa-dosa seolah-olah ia tidak


pernah berdosa
Rasulullah  bersabda:
ُ.‫ﺐ َﻪﻟ‬
َ ْ‫اﺬﻟﻧْﺐ َﻛ َﻤ ْﻦ َﻻ َذﻧ‬
َّ َ ُ َّ
‫اﺘﻟﺎﺋِﺐ ِﻣﻦ‬
ِ
“Orang yang bertaubat dari dosa seolah-olah ia tidak
berdosa.”
[Shahih: HR. Ibnu Majah (no. 4250), dari Ibnu Mas’ud .]

2. Mengganti kejelekannya dengan kebaikan. Allah 


berfirman, yang artinya: “Kecuali orang-orang yang
bertaubat beriman dan beramal shalih, maka Allah akan
ganti kejahatan mereka dengan kebajikan. Dan Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-
Furqaan [25]: 70)
Nabi  bersabda:
َ َ َ ْ َ ِّ َ َّ َ َ َّ َ ُ َ َّ َ َ ْ َّ َ ِّ َّ َ ْ ُ َ ْ َ ْ َ ٌ َ ْ َ َّ َ َّ َ َ َ َ
.‫ﺎت‬
ٍ ‫اﺬﻟ�ﻦ ﺑﺪل اﷲ ﻋﺰ وﺟﻞ ﺳيﺌﺎﺗِ ِﻬﻢ ﺣﺴﻨ‬ ِ ‫ﺎت‬ِ ‫ﻴﻟﺘﻤﻨ� أﻗﻮام لﻮ أ�ﺮﺜوا ِﻣﻦ الﺴيﺌ‬
Sesungguhnya ada beberapa kaum bila mereka banyak
berbuat kesalahan-kesalahan, mereka bercita-cita
menjadi orang-orang yang Allah  ganti kesalahan-
kesalahan mereka dengan kebajikan.
[Hasan: HR. Al-Hakim (IV/252), dari Shahabat Abu Hurairah .]

3. Membawa kepada Kesuksesan


Allah  berfirman, yang artinya: “Maka adapun
orang yang bertobat dan beriman, serta mengerjakan
kebajikan, maka mudah-mudahan dia termasuk orang
yang beruntung.” (QS. At-Taubah [9]: 104)
4. Jalan menuju surga dan penghalang dari neraka
Allah  berfirman, yang artinya: “Kecuali orang yang
bertaubat, beriman dan mengerjakan kebajikan, maka

12
mereka itu akan masuk surga dan tidak dizhalimi
(dirugikan) sedikit pun.” (QS. Maryam [19]: 60)
5. Membersihkan hati, menghapuskan dosa, dan
membuat ridha Allah 
Allah  berfirman: “Jika kamu berdua bertobat
kepada Allah, maka sungguh, hati kamu berdua telah
condong (untuk menerima kebenaran)…” (QS. At-
Tahriim [66]:4)

OBAT MUJARAB AGAR ISTIQOMAH DALAM TAUBAT


DAN TIDAK TERUS BERBUAT DOSA

Setiap penyakit ada obatnya dan setiap penyakit ada


ahli yang dapat menangani untuk menyembuhkannya.
Obat penyakit badan dan anggota tubuh manusia bisa
diserahkan kepada dokter, tetapi penyakit hati hanya bisa
diobati dengan kembali kepada agama yang benar.

Hati yang lalai merupakan pokok segala kesalahan, dan


penyakit hati ini lebih banyak dari penyakit badan,
karena orang tersebut tidak sadar dirinya sedang sakit,
dan akibat dari penyakit ini, seolah-olah tidak dapat
tampak di dunia ini. Oleh karena itu, obat yang mujarab
bagi penyakit ini, sesudah ia kembali ke agama yang
benar ialah:
1. Mengingat ayat-ayat Allah  yang menakutkan dan
mengerikan tentang siksa yang pedih bagi orang yang
berbuat dosa dan maksiat. Bacalah al-Qur`an juz
‘Amma (juz ke-30) beserta artinya, dan sebaiknya
dihafalkan.
2. Baca hikayat para Nabi bersama ummatnya dan para
salafus shalih, dan musibah-musibah yang menimpa
mereka beserta ummatnya dengan sebab dosa yang
mereka lakukan.

13
3. Ingat bahwa setiap dosa dan maksiat memiliki akibat
buruk di dunia maupun akhirat.
4. Ingat ayat-ayat al-Qur-an dan hadits-hadits Nabi
 yang mengisahkan tentang siksa akibat
perbuatan dosa. Satu per satu, seperti dosa minum
khamr, dosa riba, dosa zina, dosa khianat, dosa ghibah,
dosa membunuh, dan lain-lain.
5. Bacalah Istighfar dan Sayyidul Istighfar setiap hari,
serta do’a-do’a pelebur dosa lainnya.

HAL-HAL YANG WAJIB DIINGAT SEBELUM DAN


SESUDAH TAUBAT

1. Allah  Maha Mengetahui seluruh perbuatan


dosa para hamba-Nya.
Allah  berfirman:
L Þ Ý Ü Û Ú Ù Ø ×Ö Õ Ô Ó Ò Ñ Ð M
“Dan berapa banyak kaum setelah Nuh, yang telah Kami
binasakan. Dan cukuplah Rabbmu Yang Maha Mengetahui,
Maha Melihat dosa para hamba-Nya.” (QS. Al-Israa` [17]:
17)
L D C B A @ ? >= < ; : 9 8 7 6 M
“Dan bertawakallah kepada Allah Yang Hidup, Yang tidak
mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah
Dia Maha Mengetahui dosa hamba-hamba-Nya.” (QS. Al-
Furqaan [25]: 58)

2. Mengingat bahwa adzab Allah  sangat pedih


Allah  berfirman:
LÒÑÐ Ï ÎÍÌËÊÉÈÇÆM

14
“Kabarkanlah kepada para hamba-Ku, bahwa Akulah Yang
Maha Pengampun, Maha Penyayang, dan sesungguhnya
adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih.” (QS. Al-Hijr
[15]: 49-50)

Abdullah bin Mas’ud  berkata:


ُ َ َ َ َ ْ َ ْ ُ َّ َ َ ُ َ ْ ُ ُ َ َ َ ْ ُ ْ َّ
ُ‫ َو� َّن اﻟْ َﻔﺎﺟ َﺮ ﻳَ َﺮى ُذﻧُ ْﻮ َ�ﻪ‬.‫ﺎف أَ ْن َ� َﻘ َﻊ َﻋﻠَﻴْﻪ‬
ِ ِ ِ � ‫ِإن الﻤﺆ ِﻣﻦ ﻳﺮى ذﻧﻮ�ﻪ ﻛﺄﻧﻪ ِﻲﻓ أﺻ ِﻞ ﺟﺒ ٍﻞ‬
َْ ََ َ َ َ َ ُ َ
‫ﺎب و�ﻊ ﻰﻠﻋ أﻧ ِﻔ ِﻪ‬
ٍ ‫ﻛﺬﺑ‬
“Sesungguhnya seorang Mukmin melihat dosa-dosanya
seperti ia berada di kaki gunung, ia takut gunung itu akan
menimpanya. Adapun seorang yang fajir (suka berbuat
maksiat) melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap
di hidungnya.” [Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6308) dan at-Tirmidzi (no.
2497).]

Anas bin Malik  berkata: “Sungguh kalian


mengerjakan suatu amal yang –dalam pandangan kalian–
lebih tipis daripada rambut, namun kami menganggapnya
di zaman Nabi  sebagai suatu dosa besar (yang
membinasakan).” [Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6492).]

3. Berusaha pindah dari tempat yang banyak


dikerjakan maksiat
Sebagaimana dalam hadits tentang orang yang
membunuh 100 jiwa. Singkatnya, setelah orang tersebut
membunuh 100 jiwa, ia bertanya kepada seorang ‘alim,
“Apakah jika ia bertaubat akan diterima taubatnya?”
Orang ‘alim itu menjawab, ‘Ya, dan siapakah yang akan
menghalangi antara dia dan taubat. Pergilah ke tempat ini
dan ini karena di sana ada sekelompok orang yang
beribadah kepada Allah, maka beribadahlah kepada Allah
bersama mereka dan janganlah kamu kembali ke
tempatmu karena tempatmu adalah tempat yang jelek.”
[Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 3470) dan Muslim (no. 2766)]

15
PERKARA-PERKARA YANG WAJIB DIHINDARI DALAM
TAUBAT

1. Terus menerus dalam berbuat dosa


Allah  berfirman, yang artinya, “Dan (juga) orang-
orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau
menzalimi diri sendiri, (segera) mengingat Allah, lalu
memohon ampunan atas dosa-dosanya, dan siapa (lagi)
yang dapat mengampuni dosa-dosa selain Allah? Dan
mereka tidak meneruskan perbuatan dosa itu, sedang
mereka mengetahui.” (QS. Ali ‘Imraan [3]: 135)

2. Berbangga dengan perbuatan dosa


Rasulullah  bersabda:
ً َ َ ْ َّ ُ ُ َّ َ َ ْ َ ْ َ َ َ َ ُ ْ َ َّ َ َ ْ َ ُ ْ َّ ً َ ُ ْ َّ ُ ُّ ُ
،‫ و ِ�ن ِﻣﻦ الﻤﺠﺎﻫﺮ ِة أن �ﻌﻤﻞ الﺮﺟﻞ ﺑِﺎلﻠﻴ ِﻞ �ﻤﻼ‬،‫ﻞﻛ أﻣ ِﻲﺘ ﻣﻌﺎﻰﻓ ِإﻻ الﻤﺠﺎ ِﻫ ِﺮ�ﻦ‬
ْ َ َ َ َ َ َ َ َ َ َ ْ ُ ْ َ ُ َ ُ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ُ ُ َ َ َ ْ َ َ َ ْ ُ َّ ُ
‫ وﻗﺪ‬،‫ﺎرﺣﺔ ﻛﺬا و�ﺬا‬ ِ ‫ ﻳﺎ ﻓﻼن ﻋ ِﻤﻠﺖ اﺒﻟ‬:‫ �ﻴﻘﻮل‬،‫�ﻢ ﻳﺼ ِﺒﺢ وﻗﺪ ﺳﺮﺘه اﷲ ﻋﻠﻴ ِﻪ‬
َ ْ ‫�ﺸ ُﻒ ﺳ‬
ُ.‫ﺮﺘ اﷲ َ�ﻨْﻪ‬ ْ َ ُ ْ ُ َ ُ ُّ َ ُ ُ ُ ْ َ َ َ
ِ ِ ِ ‫ و�ﺼ ِﺒﺢ ﻳ‬،‫ﺑﺎت �ﺴﺮﺘه ر�ﻪ‬
“Setiap ummatku diampuni kecuali al-mujaahirin (orang-
orang yang sengaja menampakkan perbuatan dosanya-
red). Dan sungguh termasuk mujaharah (perbuatan

menyengaja menampak dosa) yaitu orang yang


mengerjakan suatu perbuatan dosa pada malam hari,
kemudian ia memasuki waktu pagi padahal Allah 
telah menutupi dosanya tersebut, namun ia berkata
(menceritakannya), ‘Wahai fulan! Saya tadi malam
melakukan ini dan itu.’ Padahal Allah  telah
menutupi perbuatannya pada malam hari, tetapi pagi
harinya ia membuka sendiri perbuatannya yang telah
ditutupi oleh Allah tersebut.”
[Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6069) dan Muslim (no. 2990) dari Abu
Hurairah .]

Mujaahir adalah orang yang bangga, sengaja


menampakkan dan menceritakan dosanya kepada orang
16
lain. Orang yang berbangga dengan dosanya berarti dia
telah melakukan lima kejahatan, yaitu:
Pertama, Kejahatan karena perbuatan dosa atau
maksiat itu sendiri
Kedua, Kejahatan karena ia menceritakan perbuatan
dosa yang telah dikerjakannya atau ia mengerjakannya
dihadapan orang lain
Ketiga, Kejahatan karena ia telah membuka penutup
aib yang telah Allah tutupkan
Keempat, Kejahatan karena ia telah membangkitkan
semangat orang untuk berbuat dosa sepertinya.
Kelima, Kejahatan karena ia menganggap remeh
perbuatan dosa dan maksiatnya itu.8

3. Tidak istiqamah dalam bertaubat


Ada beberapa tingkatan manusia yang bertaubat
kepada Allah , yaitu:

Pertama, yaitu orang yang istiqamah dalam taubatnya


sampai meninggal dunia. Ia tidak berkeinginan untuk
mengulangi dosanya dan ia berusaha membereskan
semua kesalahannya. Tetapi ada sedikit dosa-dosa kecil
yang terkadang masih ia lakukan, dan memang semua
manusia tidak bisa lepas darinya. Meski demikian, namun
ia selalu bersegera untuk beristighfar dan berbuat
kebajikan, ia termasuk orang saabiqun bil khairat.

Allah  berfirman:
L J ... ED C B A @ ... M
“Di antara mereka ada (pula) yang lebih dahulu berbuat
kebaikan dengan izin Allah.” (QS. Faathir [35]: 32)

8 Bahjatun Naazhiriin (I/330).


17
Taubatnya dikatakan taubat nashuha, yakni taubat yang
benar dan ikhlas. Jiwa yang demikian dinamakan an-
nafsul muthmainnah.

Kedua, yaitu orang yang menempuh jalannya orang-


orang yang istiqamah dalam semua ketaatan dan
menjauhkan semua dosa-dosa besar tetapi ia terkena
musibah, yaitu ia sering melakukan dosa-dosa kecil tanpa
sengaja. Setiap ia melakukan dosa-dosa itu, ia mencela
dirinya dan menyesalinya. Orang-orang ini akan
mendapatkan janji kebaikan dari Allah .
Allah  berfirman,
L ²... yx w v u ts r q p o n m M
“(Yaitu) orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan
perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil.
Sesungguhnya Rabbmu Maha Luas ampunan-Nya…” (QS.
An-Najm [53]: 32)

Dan jiwa yang demikian dinamakan an-nafsul


lawwaamah.
L c b a ` _M
“Dan Aku bersumpah demi jiwa yang amat menyesali
(dirinya sendiri).” (QS. Al-Qiyaamah [75]: 2)

Ketiga, orang yang bertaubat dan istiqamah dalam


taubatnya sampai satu waktu, kemudian suatu saat ia
mengerjakan lagi sebagian dosa besar karena ia
dikalahkan oleh syahwatnya. Kendati demikian ia masih
tetap menjaga perbuatan-perbuatan yang baik dan masih
tetap taat kepada Allah . Ia selalu menyiapkan dirinya
untuk bertaubat dan berkeinginan agar Allah 
mengampuni dosa-dosanya. Keadaan orang ini
sebagaimana yang Allah firmankan:

18
f e dc b a ` _ ^ ] \ [ Z Y X W M
L ih g
“Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-
dosa mereka, mereka mencampuradukkan pekerjaan yang
baik dengan pekerjaan lain yang buruk. Mudah-mudahan
Allah menerima taubat mereka, sesungguhnya Allah Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. At-Taubah [9]:
102)
Jiwa inilah yang disebut an-nafsul mas-uulah.
Tingkatan ketiga ini berbahaya, karena bisa jadi ia
menunda taubatnya. Bahkan ada kemungkinan sebelum
ia berkesempatan untuk bertaubat, Malaikat maut telah
diperintah Allah  untuk mencabut ruhnya, sedangkan
amal-amal manusia dihisab menurut akhir kehidupan
manusia, menjelang mati.

Keempat, yaitu orang yang bertaubat tetapi taubatnya


hanya sementara waktu saja, kemudian ia kembali lagi
melakukan dosa dan maksiat dan tidak peduli lagi
terhadap perintah-perintah dan larangan-larangan Allah
serta tidak ada lagi rasa menyesal terhadap dosa-
dosanya. Nafsu sudah menguasai kehidupannya serta
selalu menyuruh kepada perbuatan-perbuatan yang jelek.
Ia termasuk orang yang terus-menerus dalam perbuatan
dosa, bahkan ia sudah sangat benci kepada orang-orang
yang berbuat baik, dan malah menjauhinya. Jiwa yang
demikian ini dinamakan an-nafsul ammaarah.

Allah  berfirman:
L 3 2 1 0 / .- , + * ) ( ' & %$ # " M
“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan),
karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada
kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Rabbku.
19
Sesungguhnya Rabbku Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” (QS. Yusuf [12]: 53)

Tingkatan keempat ini sangat berbahaya dan bila ia


mati dalam keadaan demikian, maka ia termasuk su’ul
khatimah (Akhir kehidupan yang jelek).

Nas-alullaaha al-‘afwa wal ‘afiyah. Kita memohon


ampunan kepada Allah  dan memohon agar
diselamatkan dari hal yang seperti ini.

FAWAA’ID HADITS
1. Taubat merupakan nikmat, karunia dan hidayah
taufik dari Allah kepada para hamba-Nya.
2. Setiap manusia pernah berbuat dosa dan kesalahan,
dan yang terbaik adalah yang bertaubat kepada Allah
.
3. Kita wajib bertaubat dan meninggalkan semua dosa
dan sifat yang tercela.
4. Taubat wajib dilakukan dengan segera dan tidak
boleh ditunda.
5. Taubat wajib dilakukan dengan ikhlas, jujur dan
memenuhi syarat-syaratnya.
6. Beristighfar dan bertaubat itu hendaknya dilakukan
dengan sungguh-sungguh dan berusaha mengadakan
ishlah (perbaikan), serta perubahan kepada yang
lebih baik.
7. Pintu taubat masih tetap terbuka, siang dan malam,
sampai matahari terbit dari barat.
8. Seorang hamba tidak boleh putus asa dari rahmat
Allah .

20
9. Allah Yang Maha Pengampun dan Maha Penyayang
mengampuni semua dosa besar dan kecil.
10. Allah  tidak akan menerima taubat apabila ruh
sudah berada di tenggorokan dan apabila matahari
telah terbit dari barat (hari Kiamat).
11. Nabi Muhammad  setiap hari istighfar dan
bertaubat kepada Allah  100 kali.
12. Rasulullah  dan para Sahabatnya 
adalah contoh teladan yang baik dalam bertaubat
kepada Allah .
13. Allah  telah menerima taubat Nabi  dan
para Sahabatnya . (QS. At-Taubah [9]: 117)
14. Allah  cinta kepada orang-orang yang bertaubat.
Allah  berfirman:
L ± ° ¯ ® ¬ « ª... M
“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang
taubat dan menyukai orang-orang yang mensucikan
diri.” (QS. Al-Baqarah [2]: 222)
15. Allah  sangat senang dengan taubat seorang
hamba yang ikhlas dan jujur.
16. Taubat dan istighfar wajib dibuktikan dengan
amalan-amalan ketaatan kepada Allah, menjauhi
maksiat, dan tidak mengulangi perbuatan dosa-
dosanya. Ini adalah taubat yang ikhlas dan jujur.
17. Taubat yang ikhlas, jujur, dan istiqamah dalam
taubatnya akan membuat seorang hamba lebih baik
dari sebelumnya dan husnul khatimah.
18. Orang yang selalu bertaubat kepada Allah , maka
Allah akan menunjuki hatinya. (QS. Ar-Ra’d [13]:27)

21
19. Taubat yang jujur dan ikhlas akan membawa kepada
ketenangan, tawadhu, menumbuhkan rasa takut
terhadap Allah dan siksa-Nya.
20. Segeralah bertaubat dan memperbanyak istighfar,
maka Allah  akan memberikan kenikmatan yang
banyak dan menurunkan hujan yang deras.
21. Bertaubat dan memperbanyak istighfar akan
mendatangkan rezeki dan jalan keluar yang terbaik.
22. Kita dianjurkan setiap hari beristighfar dan bertaubat
kepada Allah . Dianjurkan kita beristighfar pada
waktu sahur.
Istighfar yang dibaca yaitu:
َْ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ ُّ َ ْ ُّ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
.‫أﺳﺘﻐ ِﻔﺮ اﷲ اﻟﻌ ِﻈﻴﻢ اﺬﻟِي ﻻ إِﻪﻟ إِﻻ ﻫﻮ اﻟﻲﺤ اﻟﻘﻴﻮم وأﺗﻮب إِﻴﻟ ِﻪ‬
“Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Mahaagung,
Yang tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar
kecuali Dia, Yang Maha-hidup lagi Maha Berdiri sendiri
dan aku bertaubat kepada-Nya.”9

Yang paling baik dibaca yaitu sayyidul isighfar, di


waktu pagi dan petang.
ْ َ َ
َ َ َ َ َ ُ َ َ ْ َ َ ََ ْ َ َ ْ َ ْ َ َّ َ َ َ ْ َ
ّْ َ َ َّ ُ َّ َ
‫ وأﻧﺎ ﻰﻠﻋ �ﻬ ِﺪك‬، ‫ وأﻧﺎ �ﺒﺪك‬، �ِ ‫ ﺧﻠﻘﺘ‬، ‫ ﻻ إِﻪﻟ إِﻻ أﻧﺖ‬، �ِ ‫الﻠﻬﻢ أﻧﺖ ر‬
َ َ ْ َ ُ َ
َ ُ ْ ُ َ َ ِّ ْ َ ْ ْ َ َ ُ ُ َ ُ ْ ََ ْ َ َ ْ َ َ
‫ أﺑﻮء لﻚ ﺑِﻨِﻌﻤﺘِﻚ‬،‫ أﻋﻮذ ﺑِﻚ ِﻣﻦ ﺮﺷ ﻣﺎ ﺻﻨﻌﺖ‬،‫ووﻋ ِﺪك ﻣﺎ اﺳﺘﻄﻌﺖ‬
َ ْ َ َّ َ ْ ُ ُّ ُ ْ َ
َ ُ ْ ْ َّ َ ْ َ ْ َ َ َ ْ ُ َ َ َ َ
.‫ﻲﻠﻋ وأﺑﻮء لﻚ ﺑِﺬﻧ ِﻲﺒ ﻓﺎﻏ ِﻔﺮ ِ� ﻓﺈِﻧﻪ ﻻ �ﻐ ِﻔﺮ اﺬﻟﻧﻮب إِﻻ أﻧﺖ‬ ْ ُ َّ
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada ilah (yang
berhak diibadahi dengan benar) melainkan Engkau, dan
9 Nabi  bersabda: “Barangsiapa yang mengucapkan:
ْ َ ُ ْ ُ َ َ ُ ْ ُّ َ ْ ُّ َ ْ َ ُ َّ َ َ َ ْ َّ َ ْ َ ْ َ ُ ْ َ ْ َ
.‫اﺬﻟي ﻻ ِإﻪﻟ ِإﻻ ﻫﻮ اﻟﻲﺤ اﻟﻘﻴﻮم وأﺗﻮب ِإﻴﻟ ِﻪ‬ ِ ‫أﺳﺘﻐ ِﻔﺮ اﷲ اﻟﻌ ِﻈﻴﻢ‬
‘Aku memohon ampunan kepada Allah Yang Mahaagung, Yang tidak ada ilah yang berhak
diibadahi dengan benar kecuali Dia, Yang Mahahidup lagi Maha Berdiri sendiri dan aku
bertaubat kepada-Nya.’ Maka Allah pasti akan mengampuni dosanya meskipun ia
pernah lari dari medan peperangan.”
[Shahih: HR. Abu Dawud (no. 1517), at-Tirmidzi (no. 3577), dan al-Hakim (I/511)].
22
Engkau adalah yang menciptakanku. Aku adalah hamba-
Mu. Aku (yakin) dengan janji-Mu dan aku setia pada
perjanjianku dengan-Mu semampuku. Aku berlindung
kepada-Mu dari keburukan (segala apa) yang kuperbuat.
Aku mengakui nikmat-Mu (yang diberikan) kepadaku dan
aku mengakui dosaku; oleh karena itu ampunilah aku.
Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa
kecuali Engkau.”10

Wallaahu a’lamu bish shawaab.

Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada


Nabi Muhammad , keluarganya, para
Shahabatnya, dan orang-orang yang mengamalkan dan
membela Sunnah beliau sampai akhir zaman.
َْ َ ْ َ ْ َ َ َ َ َ َّ َ ُ َ ِّ َ َ َ َ َّ َ َ ُ َّ َ َ
�‫آﻪﻟ وﺻﺤ ِﺒ ِﻪ أﻤﺟ ِﻌ‬
ِ ِ ‫وﺻ� اﷲ وﺳﻠﻢ ﻰﻠﻋ ﻧ ِبﻴﻨﺎ �ﻤ ٍﺪ وﻰﻠﻋ‬

10 Barangsiapa yang membaca do’a ini dengan yakin di pagi hari lalu ia meninggal
sebelum masuk waktu sore, maka ia termasuk ahli Surga. Dan barangsiapa yang
membacanya dengan yakin di waktu sore lalu ia meninggal sebelum masuk waktu
pagi, maka ia termasuk ahli Surga. [Shahih: HR. Al-Bukhari (no. 6306, 6323), Ahmad
(IV/122-125), dan an-Nasa-i (VIII/279-280)].
23

Anda mungkin juga menyukai