Anda di halaman 1dari 20

HUKUM PERJANJIAN

A. Pengertian Perjanjian
Suatu perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih (Pasal 1313 BW). Pengertian
perjanjian ini mengandung unsur :
1. Perbuatan,
Penggunaan kata “Perbuatan” pada perumusan tentang Perjanjian ini lebih
tepat jika diganti dengan kata perbuatan hukum atau tindakan hukum, karena
perbuatan tersebut membawa akibat hukum bagi para pihak yang
memperjanjikan;
2. Satu orang atau lebih terhadap satu orang lain atau lebih,
Untuk adanya suatu perjanjian, paling sedikit harus ada dua pihak yang saling
berhadap-hadapan dan saling memberikan pernyataan yang cocok/pas satu
sama lain. Pihak tersebut adalah orang atau badan hukum.
3. Mengikatkan dirinya,
Di dalam perjanjian terdapat unsur janji yang diberikan oleh pihak yang satu
kepada pihak yang lain. Dalam perjanjian ini orang terikat kepada akibat
hukum yang muncul karena kehendaknya sendiri.

B. DEFINISI PEMASOK (SUPPLIER)


Pemasok yang biasanya disebut juga dengan supplier atau vendor adalah individu atau
perusahaan (baik dalam skala besar atau kecil) yang memiliki kemampuan untuk
menyediakan kebutuhan individu atau perusahaan lain.
Contoh:
Petani kapas, menghasilkan kapas yang dibutuhkan sebagai bahan baku kain.
Pabrik kain, menghasilkan kain yang dibutuhkan sebagai bahan baku pakaian.
Penjahit, menghasilkan pakaian yang dibutuhkan oleh konsumen.

Pada contoh diatas, untuk menghasilkan pakaian, bahan baku dasar yang dibutuhkan
oleh penjahit adalah kain. Darimana kain diperoleh? Tentu saja dari pabrik kain.
Sehingga pabrik kain dapat dikatakan sebagai pemasok bahan baku kain bagi penjahit.
Begitu pula pabrik kain, tidak dapat menghasilkan kain apabila tidak memiliki bahan

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 1


baku berupa kapas, oleh karena itu petani kapas dapat dikatakan sebagai pemasok bagi
pabrik kain. Saling membutuhkan antara satu dan lainnya dapat terlihat pada contoh
diatas. Sama halnya dengan rantai makanan, situasi ini dapat disebut dengan rantai
pasok. Apabila terdapat satu mata rantai yang tidak berfungsi maka akan sangat
mempengaruhi keberadaan industri tersebut secara keseluruhan.

Kategori Pemasok
Dalam dunia usaha, pemasok dapat dikategorikan dalam 2 jenis:
A. Pemasok Barang
Individu atau perusahaan yang menghasilkan produk jadi berupa barang.
Contoh: Pabrik kain, akan membutuhkan mesin yang dapat
menghasilkan kain. Untuk itu, diperlukan perusahaan lain
yang dapat menghasilkan mesin penghasil kain sebagai
pemasok.
B. Pemasok Jasa
Individu atau perusahaan yang memberikan bantuan tidak dalam bentuk barang jadi,
tetapi dalam bentuk keahlian yang dimiliki.
Contoh: Untuk mengirimkan kain kepada penjahit maka dibutuhkan
jasa pengiriman barang. Individu atau perusahaan yang
memiliki keahlian dalam mengirimkan barang tersebut
merupakan pemasok jasa.

C. Berlakunya Perjanjian
Pada prinsipnya, hukum perjanjian menganut asas konsensualisme. Artinya
bahwa perikatan timbul sejak terjadi kesepakatan para pihak.
Misal: Pada saat terjadi musyawarah penanganan masalah, pelaku menyatakan
bahwa ia akan mengembalikan dana tersebut bulan depan. Maka, sejak ia
menyatakan kesediaannya, sejak itulah perikatan terjadi atau berlaku. Bahkan bila
pada saat itu tidak dilengkapi dengan adanya pernyataan tertulis.
Satu persoalan terkait dengan hukum perjanjian adalah bagaimana jika salah satu
pihak tidak melaksanakan perjanjian atau wan prestasi ?
Ada 4 akibat yang dapat terjadi jika salah satu pihak melakukan wan prestasi
yaitu:

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 2


a) Membayar kerugian yang diderita oleh pihak lain berupa ganti-rugi
b) Dilakukan pembatalan perjanjian
c) Peralihan resiko
d) Membayar biaya perkara jika sampai berperkara dimuka hakim

Mencari pengakuan akan kelalaian atau wan prestasi tidaklah mudah. Sehingga
apabila yang bersangkutan menyangkal telah dilakukannya wan prestasi dapat
dilakukan pembuktian di depan pengadilan. Sebelum kita melangkah pada proses
pembuktian di pengadilan, terdapat langkah-langkah yang dapat kita tempuh yaitu
dengan membuat surat peringatan atau teguran, yang biasa dikenal dengan istilah
SOMASI.

No. Pedoman penting dalam menafsirkan suatu perjanjian:


1. Jika kata-kata dalam perjanjian jelas, maka tidak diperkenankan
menyimpangkan dengan penafsiran.
2. Jika mengandung banyak penafsiran, maka harus diselidiki maksud
perjanjian oleh kedua pihak, dari pada memegang teguh arti kata-kata
3. Jika janji berisi dua pengertian, maka harus dipilih pengertian yang
memungkinkan janji dilaksanakan
4. Jika kata-kata mengandung dua pengertian, maka dipilih pengertian yang
selaras dengan sifat perjanjian
5. Apa yang meragukan, harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi
kebiasaan
6. Tiap janji harus ditafsirkan dalam rangka perjanjian seluruhnya

D. Subjek Hukum Dalam Perjanjian


Aturan mengenai subyek perjanjian terdapat dalam pasal 1315, 1317, 1318 dan pasal
1340 KUHPdt.KUHPdt membedakan 3 golongan subyek perjanjian ( pihak-pihak
yang terikat dengan diadakannya suatu perjanjian ) yaitu :
 Para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri;
 Para ahli waris dan mereka yang mendapat hak dari padanya;
 Pihak ketiga.

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 3


E. Objek Hukum Dalam Perjanjian
Obyek hukum menurut pasal 499 KUH Perdata, yakni benda. Benda adalah segala
sesuatu yang berguna bagi subyek hukum atau segala sesuatu yang menjadi pokok
permasalahan dan kepentingan bagi para subyek hukum atau segala sesuatu yang
dapat menjadi obyek hak milik.
a) Jenis Obyek Hukum
Berdasarkan pasal 503-504 KUH Perdata disebutkan bahwa benda dapat dibagi
menjadi 2, yakni benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen), dan benda
yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderan).
1. Benda yang bersifat kebendaan (Materiekegoderen) adalah suatu benda
yang sifatnya dapat dilihat, diraba, dirasakan dengan panca indera, terdiri
dari benda berubah / berwujud, meliputi:
i. Benda bergerak/tidak tetap . Berupa benda yang dapat dihabiskan
dan benda yang tidak dapat dihabiskan. Dibedakan menjadi sebagai
berikut :
a. Benda bergerak karena sifatnya, menurut pasal 509 KUH
Perdata adalah benda yang dapat dipindahkan, misalnya meja,
kursi, dan yang dapat berpindah sendiri contohnya ternak.
b. Benda bergerak karena ketentuan undang-undang, menurut
pasal 511 KUH Perdata adalah hak-hak atas benda bergerak,
misalnya hak memungut hasil (Uruchtgebruik) atas benda-
benda bergerak, hak pakai (Gebruik) atas benda bergerak, dan
saham-saham perseroan terbatas.
ii. Benda tidak bergerak . Benda tidak bergerak dapat dibedakan
menjadi sebagai berikut :
a. Benda tidak bergerak karena sifatnya, yakni tanah dan segala
sesuatu yang melekat diatasnya, misalnya pohon, tumbuh-
tumbuhan, area, dan patung.
b. Benda tidak bergerak karena tujuannya yakni mesin alat-alat
yang dipakai dalam pabrik. Mesin senebar benda bergerak,
tetapi yang oleh pemakainya dihubungkan atau dikaitkan pada
bergerak yang merupakan benda pokok.

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 4


c. Benda tidak bergerak karena ketentuan undang-undang, ini
berwujud hak-hak atas benda-benda yang tidak bergerak
misalnya hak memungut hasil atas benda yang tidak dapat
bergerak, hak pakai atas benda tidak bergerak dan hipotik.
2. Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriekegoderen)
Benda yang bersifat tidak kebendaan (Immateriegoderen) adalah suatu
benda yang dirasakan oleh panca indera saja (tidak dapat dilihat) dan
kemudian dapat direalisasikan menjadi suatu kenyataan, contohnya merk
perusahaan, paten, dan ciptaan musik / lagu.

F. Azas-azas Hukum Perjanjian


Ada beberapa azas yang dapat ditemukan dalam Hukum Perjanjian, namun ada dua
diantaranya yang merupakan azas terpenting dan karenanya perlu untuk diketahui,
yaitu:
1) Azas Konsensualitas, yaitu bahwa suatu perjanjian dan perikatan yang timbul
telah lahir sejak detik tercapainya kesepakatan, selama para pihak dalam
perjanjian tidak menentukan lain. Azas ini sesuai dengan ketentuan Pasal 1320
KUH Perdata mengenai syarat-syarat sahnya perjanjian.

2) Asas Kebebasan Berkontrak (freedom of contract), yaitu Asas kebebasan


berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat (1) KUHPer, yang
berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-
undang bagi mereka yang membuatnya.” Asas ini merupakan suatu asas yang
memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
a. Membuat atau tidak membuat perjanjian;
b. Mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
c. Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
d. Menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.

Latar belakang lahirnya asas kebebasan berkontrak adalah adanya paham


individualisme yang secara embrional lahir dalam zaman Yunani, yang
diteruskan oleh kaum Epicuristen dan berkembang pesat dalam zaman

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 5


renaissance melalui antara lain ajaran-ajaran Hugo de Grecht, Thomas Hobbes,
John Locke dan J.J. Rosseau. Menurut paham individualisme, setiap orang bebas
untuk memperoleh apa saja yang dikehendakinya.
Dalam hukum kontrak, asas ini diwujudkan dalam “kebebasan berkontrak”.
Teori leisbet fair in menganggap bahwa the invisible hand akan menjamin
kelangsungan jalannya persaingan bebas. Karena pemerintah sama sekali tidak
boleh mengadakan intervensi didalam kehidupan sosial ekonomi masyarakat.
Paham individualisme memberikan peluang yang luas kepada golongan kuat
ekonomi untuk menguasai golongan lemah ekonomi. Pihak yang kuat
menentukan kedudukan pihak yang lemah. Pihak yang lemah berada dalam
cengkeraman pihak yang kuat seperti yang diungkap dalam exploitation de
homme par l’homme.

3) Asas Konsensualisme (Concensualism) , yaitu Asas konsensualisme dapat


disimpulkan dalam Pasal 1320 ayat (1) KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan
bahwa salah satu syarat sahnya perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara
kedua belah pihak. Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian
pada umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara
kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak.Asas
konsensualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum Jerman.
Didalam hukum Jerman tidak dikenal istilah asas konsensualisme, tetapi
lebih dikenal dengan sebutan perjanjian riil dan perjanjian formal. Perjanjian riil
adalah suatu perjanjian yang dibuat dan dilaksanakan secara nyata (dalam
hukum adat disebut secara kontan). Sedangkan perjanjian formal adalah suatu
perjanjian yang telah ditentukan bentuknya, yaitu tertulis (baik berupa akta
otentik maupun akta bawah tangan). Dalam hukum Romawi dikenal istilah
contractus verbis literis dan contractus innominat. Yang artinya bahwa
terjadinya perjanjian apabila memenuhi bentuk yang telah ditetapkan. Asas
konsensualisme yang dikenal dalam KUHPer adalah berkaitan dengan bentuk
perjanjian.

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 6


4) Asas Kepastian Hukum (Pacta Sunt Servanda) , yaitu Asas kepastian hukum
atau disebut juga dengan asas pacta sunt servanda merupakan asas yang
berhubungan dengan akibat perjanjian. Asas pacta sunt servanda merupakan asas
bahwa hakim atau pihak ketiga harus menghormati substansi kontrak yang
dibuat oleh para pihak, sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka
tidak boleh melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh
para pihak.
Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338 ayat (1)
KUHPer. Asas ini pada mulanya dikenal dalam hukum gereja. Dalam hukum
gereja itu disebutkan bahwa terjadinya suatu perjanjian bila ada kesepakatan
antar pihak yang melakukannya dan dikuatkan dengan sumpah. Hal ini
mengandung makna bahwa setiap perjanjian yang diadakan oleh kedua pihak
merupakan perbuatan yang sakral dan dikaitkan dengan unsur keagamaan.
Namun, dalam perkembangan selanjutnya asas pacta sunt servanda diberi arti
sebagai pactum, yang berarti sepakat yang tidak perlu dikuatkan dengan sumpah
dan tindakan formalitas lainnya. Sedangkan istilah nudus pactum sudah cukup
dengan kata sepakat saja.

5) Asas Itikad Baik (Good Faith) , yaitu Asas itikad baik tercantum dalam Pasal
1338 ayat (3) KUHPer yang berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik.” Asas ini merupakan asas bahwa para pihak, yaitu pihak kreditur dan
debitur harus melaksanakan substansi kontrak berdasarkan kepercayaan atau
keyakinan yang teguh maupun kemauan baik dari para pihak. Asas itikad baik
terbagi menjadi dua macam, yakni itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada
itikad yang pertama, seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang
nyata dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat dan
keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai keadaan (penilaian
tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.Berbagai putusan Hoge
Raad (HR) yang erat kaitannya dengan penerapan asas itikad baik dapat
diperhatikan dalam kasus-kasus posisi berikut ini.

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 7


6) Asas Kepribadian (Personality) , yaitu Asas kepribadian merupakan asas yang
menentukan bahwa seseorang yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak
hanya untuk kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal
1315 dan Pasal 1340 KUHPer. Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada
umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian selain
untuk dirinya sendiri.” Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk mengadakan
suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan dirinya sendiri.
Pasal 1340 KUHPer berbunyi: “Perjanjian hanya berlaku antara pihak
yang membuatnya.” Hal ini mengandung maksud bahwa perjanjian yang dibuat
oleh para pihak hanya berlaku bagi mereka yang membuatnya. Namun demikian,
ketentuan itu terdapat pengecualiannya sebagaimana dalam Pasal 1317 KUHPer
yang menyatakan: “Dapat pula perjanjian diadakan untuk kepentingan pihak
ketiga, bila suatu perjanjian yang dibuat untuk diri sendiri, atau suatu pemberian
kepada orang lain, mengandung suatu syarat semacam itu.” Pasal ini
mengkonstruksikan bahwa seseorang dapat mengadakan perjanjian/kontrak
untuk kepentingan pihak ketiga, dengan adanya suatu syarat yang ditentukan.
Sedangkan di dalam Pasal 1318 KUHPer, tidak hanya mengatur perjanjian untuk
diri sendiri, melainkan juga untuk kepentingan ahli warisnya dan untuk orang-
orang yang memperoleh hak daripadanya.
Jika dibandingkan kedua pasal itu maka Pasal 1317 KUHPer mengatur
tentang perjanjian untuk pihak ketiga, sedangkan dalam Pasal 1318 KUHPer
untuk kepentingan dirinya sendiri, ahli warisnya dan orang-orang yang
memperoleh hak dari yang membuatnya. Dengan demikian, Pasal 1317 KUHPer
mengatur tentang pengecualiannya, sedangkan Pasal 1318 KUHPer memiliki
ruang lingkup yang luas
G. Syarat – Syarat Sahnya Perjanjian
Perjanjian dalam bahasa Belanda disebut overeenkomst, sedangkan hukum
perjanjian disebut overeenkomstenrecht. Suatu perjanjian dinyatakan sah, apabila
memenuhi 4 (empat) syarat sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPerdata, yaitu
sebagai berikut :
1) Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 8


Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri terjadi secara bebas atau dengan
kebebasan. Kebebasan bersepakat tersebut dapat terjadi secara tegas
(mengucapkan kata/tertulis) atau secara diam (dengan suatu sikap/isyarat).
Suatu perjanjian dikatakan tidak memenuhi unsur kebebasan apabila
mengandung salah satu dari 3 (tiga) unsur di bawah ini, yaitu :
a) Unsur paksaan (dwang)
Paksaan ialah paksaan terhadap badan, paksaan terhadap jiwa, serta
paksaan lain yang dilarang oleh undang-undang.
b) Unsur kekeliruan (dwaling)
Kekeliruan terjadi dalam 2 (dua) kemungkinan yaitu kekeliruan
terhadap orang (subjek hukum) dan kekeliruan terhadap barang
(objek hukum).
c) Unsur penipuan (bedrog)
Apabila suatu pihak dengan sengaja memberikan keterangan yang
tidak benar.

Suatu perjanjian yang tidak mengandung kebebasan bersepakat sebab


terdapat unsur paksaan dan/atau unsur kekeliruan, dan/atau unsur penipuan
dapat dituntut pembatalannya sampai batas waktu 5 tahun sebagaimana
dimaksud Pasal 1454 KUHPerdata.

2) Kecakapan untuk membuat suatu perikatan.

Seseorang dikatakan cakap hukum apabila telah berumur minimal


21 tahun, atau apabila belum berumur 21 tahun namun telah melangsungkan
perkawinan. Selain itu seseorang itu tidaklah boleh sedang ditaruh dalam
pengampuan (curatele), yaitu orang yang telah dewasa tetapi dianggap tidak
mampu sebab pemabuk, gila, atau boros. Untuk lebh jelasnya dapat dilihat
ketentuan Pasal 1330 KUHPerdata yang perlu pula dihubungkan dengan
Pasal 330 KUHPerdata.

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 9


3) Suatu hal tertentu.

Ketentuan mengenai hal tertentu menyangkut objek hukum atau mengenai


bendanya. Dalam membuat perjanjian antara para subjek hukum itu
menyangkut mengenai objeknya, apakah menyangkut benda berwujud, tidak
berwujud, benda bergerak, atau benda tidak bergerak. Hal tertentu mengenai
objek benda oleh para pihak biasanya ditegaskan dalam perjanjian mengenai
jenis barang, kualitas dan mutu barang, buatan pabrik dan dari negara mana,
jumlah barang, warna barang, dan lain sebagainya.

4) Suatu sebab yang halal (causa yang halal).

Sebab yang halal/causa yang halal mengandung pengertian bahwa pada


benda (objek hukum) yang menjadi pokok perjanjian itu harus melekat hak
yang pasti dan diperbolehkan menurut hukum sehingga perjanjian itu
kuat.Syarat kesepakatan mereka yang mengikatkan diri dan syarat kecakapan
untuk membuat suatu perikatan disebut sebagai syarat subjektif, yaitu syarat
untuk subjek hukum atau orangnya. Syarat suatu hal tertentu dan syarat suatu
sebab yang halal merupakan syarat objektif, yaitu syarat untuk objek hukum
atau bendanya.

H. Bentuk Bentuk Perjanjian


Bentuk perjanjian dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: tertulis dan
lisan. Perjanjian tertulis adalah suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam
bentuk tulisan, sedangkan perjanjian lisan adalah suatu perjanjian yang dibuat
oleh para pihak dalam wujud lisan (cukup kesepakatan para pihak). Ada tiga jenis
perjanjian tertulis: Perjanjian dibawah tangan yang ditandatangani oleh para pihak
yang bersangkutan saja. Perjanjian dengan saksi notaris untuk melegalisir tanda
tangan para pihak. Perjanjian ynag dibuat di hadapan dan oleh notaris dalam
bentuk akta notariel. Akta notariel adalah akta yang dibuat di hdapan dan di muka
pejabat yang berwenang untuk itu.
a. Perjanjian Tertulis , Suatu perjanjian yang dibuat oleh para pihak dalam
bentuk tulisan. Ada 2 macam perjanjian tertulis:
i. Akta dibawah tangan :

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 10


1. Tanpa keterlibatan pejabat umum;
2. Waarmerken (didaftar);
3. Dilegalisasi.
ii. Akta autentik (notariil).
b. Perjanjian Tidak Tertulis (Lisan).

I. Anatomi Perjanjian atau Kontrak


Setiap badan usaha dan perorangan yang membuat dan/atau merancang
suatu perjanjian/kontrak dengan itikad baik di Indonesia berdasarkan pada buku
III Pasal 1338 KUHPerdata yang menyebutkan semua perjanjian yang dibuat
secara sah berlaku sebagai undang - undang bagi mereka yang membuatnya (asas
kebebasan berkontrak). Dalam membuat perjanjian/kontrak harus mempunyai
anatomi perjanjian/kontrak yang jelas agar dapat dipahami oleh para pihak yang
membuat, anatomi perjanjian/kontrak yang digunakan dalam bisnis, yaitu
memuat:

Kepala Perjanjian/Kontrak
Judul dari suatu perjanjian/kontrak.

Komparasi/Preamble
Hari, Tanggal, Tahun pembuatan perjanjian/kontrak dan data para pihak
yang melakukan perjanjian/kontrak.

Latar belakang/Recital
Latar belakang di adakannya suatu perjanjian/kontrak antara para pihak dan
kedudukan para pihak.

Kalimat Penghubung
Kalimat berupa pernyataan kesepakatan para pihak sebelum memuat pasal -
pasal tentang isi atau muatan perjanjian.

Substansi Perjanjian/Kontrak
Definisi, obyek perjanjian/kontrak, jangka waktu perjanjian/kontrak, cara

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 11


pembayaran, hak dan kewajiban para pihak.

Klausul Penunjang
Force majeur/keadaan kahar, addendum, pilihan penyelesaian sengketa,
notice/pemberitahuan, pengakhiran perjanjian/kontrak, dan bahasa yang
digunakan.

Penutup/Testimonium
Memuat pernyataan tegas kekuatan hukum dalam perjanjian/kontrak yang
dibuat para pihak yang berlaku sama dan tanda tangan para pihak.

Lampiran
Lampiran yang memuat hal - hal detail atau penjelasan lebih lanjut dari
klausul - klausul dalam kontrak.
J. Kelalaian/Wanprestasi
Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena
kesalahan debitur baik karena kesengajaan atau kelalaian.

Menurut J Satrio: “Suatu keadaan di mana debitur tidak memenuhi


janjinya atau tidak memenuhi sebagaimana mestinya dan
kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya”.

Yahya Harahap: “Wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang


tidak tepat pada waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya,
sehingga menimbulkan keharusan bagi pihak debitur untuk
memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau
dengan adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya
dapat menuntut pembatalan perjanjian.

Bentuk-bentuk Wanprestasi:

1. Tidak melaksanakan prestasi sama sekali;


2. Melaksanakan tetapi tidak tepat waktu (terlambat);

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 12


3. Melaksanakan tetapi tidak seperti yang diperjanjikan; dan
4. Debitur melaksanakan yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

K. Hapusnya Perjanjian
Hapusnya suatu perjanjian yaitu dengan cara-cara sebagai berikut:
1. Pembayaran
Adalah setiap pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam perjanjian
secara sukarela. Berdasarkan pasal 1382 KUH Perdata dimungkinkan
menggantikan hak-hak seorang kreditur/berpiutang. Menggantikan hak-hak
seorang kreditur/berpiutang dinamakan subrogatie. Mengenai subrogatie
diatur dalam pasal 1400 sampai dengan 1403 KUH Perdata. Subrogatie dapat
terjadi karena pasal 1401 KUH Perdata dan karena Undang-undang (Pasal
1402 KUH Perdata).
2. Penawaran pembayaran tunai diikuti oleh penyimpanan atau penitipan
uang atau barang pada Panitera Pengadilan Negeri
Adalah suatu cara pembayaran yang harus dilakukan apabila si berpiutang
(kreditur) menolak pembayaran utang dari debitur, setelah kreditur menolak
pembayaran, debitur dapat memohon kepada Pengadilan Negeri untuk
mengesahkan penawaran pembayaran itu yang diikuti dengan penyerahan
uang atau barang sebagai tanda pelunasan atas utang debitur kepada Panitera
Pengadilan Negeri.Setelah penawaran pembayaran itu disahkan oleh
Pengadilan Negeri, maka barang atau uang yang akan dibayarkan itu,
disimpan atau dititipkan kepada Panitera Pengadilan Negeri, dengan
demikian hapuslah utang piutang itu.
3. Pembaharuan utang atau novasi
Adalah suatu pembuatan perjanjian baru yang menggantikan suatu perjanjian
lama. Menurut Pasal 1413 KUH Perdata ada 3 macam cara melaksanakan
suatu pembaharuan utang atau novasi, yaitu yang diganti debitur, krediturnya
(subyeknya) atau obyek dari perjanjian itu.
4. Perjumpaan utang atau Kompensasi
Adalah suatu cara penghapusan/pelunasan utang dengan jalan
memperjumpakan atau memperhitungkan utang piutang secara timbal-balik
antara kreditur dan debitur. Jika debitur mempunyai suatu piutang pada

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 13


kreditur, sehingga antara debitur dan kreditur itu sama-sama berhak untuk
menagih piutang satu dengan lainnya.Menurut pasal 1429 KUH Perdata,
perjumpaan utang ini dapat terjadi dengan tidak membedakan darimana
sumber utang-piutang antara kedua belah pihak itu telah terjadi, kecuali:
a. Apabila penghapusan/pelunasan itu dilakukan dengan cara yang berlawanan
dengan hukum.
b. Apabila dituntutnya pengembalian barang sesuatu yang dititipkan atau
dipinjamkan.
c. Terdapat sesuatu utang yang bersumber pada tunjangan nafkah yang telah
dinyatakan tak dapat disita (alimentasi).
5. Percampuran utang
Adalah apabila kedudukan sebagai orang berpiutang (kreditur) dan orang
berutang (debitur) berkumpul pada satu orang, maka terjadilah demi hukum
suatu percampuran utang dengan mana utang-piutang itu dihapuskan,
misalnya: debitur menikah dengan krediturnya, atau debitur ditunjuk sebagai
ahli waris tunggal oleh krediturnya.
6. Pembebasan utang
Menurut pasal 1439 KUH Perdata, Pembebasan utang adalah suatu perjanjian
yang berisi kreditur dengan sukarela membebaskan debitur dari segala
kewajibannya.
7. Musnahnya barang yang terutang
Adalah jika barang tertentu yang menjadi obyek perjanjian musnah, tak lagi
dapat diperdagangkan, atau hilang, hingga sama sekali tak diketahui apakah
barang itu masih ada, maka hapuslah perikatannya, jika barang tadi musnah
atau hilang di luar kesalahan si berutang dan sebelum ia lalai
menyerahkannya.
8. Batal/Pembatalan
Menurut pasal 1446 KUH Perdata adalah, pembatalan atas perjanjian yang
telah dibuat antara kedua belah pihak yang melakukan perjanjian, dapat
dimintakan pembatalannya kepada Hakim, bila salah satu pihak yang
melakukan perjanjian itu tidak memenuhi syarat subyektif yang tercantum
pada syarat sahnya perjanjian.Menurut Prof. Subekti permintaan pembatalan

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 14


perjanjian yang tidak
memenuhi syarat subyektif dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu:
a. Secara aktif menuntut pembatalan perjanjian tersebut di depan hakim;
b. Secara pembelaan maksudnya adalah menunggu sampai digugat di depan
hakim untuk memenuhi perjanjian dan baru mengajukan kekurangan dari
perjanjian itu.
9. Berlakunya suatu syarat batal
Menurut pasal 1265 KUH Perdata, syarat batal adalah suatu syarat yang
apabila terpenuhi, menghentikan perjanjian dan membawa segala sesuatu
kembali pada keadaan semula seolah-olah tidak penah terjadi perjanjian.
10. Lewat waktu
Menurut pasal 1946 KUH Perdata, daluwarsa atau lewat waktu adalah suatu
upaya untuk memperoleh sesuatu atau untuk dibebaskan dari suatu perjanjian
dengan lewatnya suatu waktu tertentu dan atas syarat-syarat yang ditentukan
oleh undang-undang.Dalam pasal 1967 KUH Perdata disebutkan bahwa
segala tuntutan hukum, baik yang bersifat kebendaan, maupun yang bersifat
perseorangan hapus karena daluwarsa dengan lewatnya waktu tiga puluh
tahun. Dengan lewatnya waktu tersebut, maka perjanjian yang telah dibuat
tersebut menjadi hapus

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 15


Contoh Surat Perjanjian Pengadaan Barang (Kotrak Supplier)

Pada hari Senin, 23 April 2015 yang bertanda tangan di bawah ini.
Nama :
Perusahaan :
Jabatan :
Alamat :
Phone/fax :
Mobile :
Email :
Bertindak atas dan untuk [nama perusahaan] untuk selanjutnya disebut sebagai pihak
kesatu atau sebagai fo (factory outlet).
Nama :
Perusahaan :
Jabatan :
Alamat :
Phone/fax :
Mobile :
Email :
Bertindak atas dan untuk [nama perusahaan] untuk selanjutnya disebut sebagai pihak
kedua atau sebagai supplier barang.
Kedua belah pihak sepakat untuk mengadakan suatu perjanjian kerjasama dalam bidang
penjualan dan pendistribusian produk berupa (_____Jenis produk atau barang____) dan
untuk mewujudkan kelancaran kerjasama tersebut, maka kedua belah pihak sepakat untuk
dan mentaati pasal-pasal sebagai berikut:

Pasal I
Pihak-pihak
I. Pihak kesatu dalam perjanjian ini bertindak sebagai outlet atau dealer di mana pihak
kesatu berhak menerima serta menjual produk yang di keluarkan pihak kedua.

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 16


II. Pihak kedua dalam perjanjian ini bertindak sebagai suplier yang menyedikan dan
menyuplai t-shirt,jaket, sweater, sandal, sepatu, topi dll kepada pihak kesatu.

Pasal II
Konsinyasi
I. Pihak kedua memberikan konsigmen sebesar 25 % untuk penjualan di pihak kesatu
yang merupakan share/discount yg diberikan kepada pihak kesatu.

Pasal III
Pengiriman dan Penarikan
I. Pengiriman barang dari pihak kedua (suplier) kepada pihak kesatu, biaya pengiriman di
tanggung oleh pihak kedua.
II. Apabila ada peraturan barang bisa langsung di kirim ke alamat yang tertera di atas yang
di tanggung oleh pihak kesatu.
III. Pihak kedua berhak atas kehendak sendiri untuk menarik kembali ( me-retur) produk yg
dikirimkan/dititipkan pada pihak kesatu bila suatu waktu di perlukan.
IV. Apabila pihak kedua meminta retur barang dari pihak pertama, maka pihak pertama
harus menyetujui dan menanggung biaya kirim barang yang diretur tersebut.

Pasal IV
Hak dan Kewajiban
I. Pihak kesatu bertanggung jawab tehadap keberadaan/kondisi barang-barang yang
dititipkan,serta akan memberi laporan administrasi secara rutin dan professional
kepada pihak kedua.
II. Pihak kesatu tidak merubah,menghilangkan,menutupi,merusak atau membuat cacat
tanda-tanda termasuk merek dagang atau nama dagang yang tertera pada setiap barang
yang dititipkan oleh pihak kedua.
III. Pembayaran terhadap penjulan produk pihak kedua dilakukan pihak kesatu berupa
pembayaran tunai atau via transfer berdasarkan realisasi penjualan sebenarnya pada
tanggal 1-5 setiap bulannya

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 17


IV. Sale report bisa dikirim via email
V. Pihak kedua berhak meminta bukti/nota pembayaran untuk produk yang terjual di
pihak kesatu.

Pasal V
Perselisihan dan Penyelesaian
I. Apabila terjadi perselisihan di kemudian hari,maka kedua belah pihak sepakat untuk
menyelesaikan dengan musyawarah untuk mufakat
II. Apabila ada hal-hal yang tidak atau belum diatur dalam Perjanjian ini dan juga jika
terjadi perbedaan penafsiran atas seluruh atau sebagian dari Perjanjian ini, maka kedua
belah pihak sepakat untuk menyelesaikannya secara musyawarah untuk mufakat.
III. Jika penyelesaian secara musyawarah untuk mufakat juga ternyata tidak
menyelesaikan perselisihan tersebut, maka perselisihan tersebut akan diselesai-kan
secara hukum yang berlaku di Indonesia, dan oleh karena itu kedua belah pihak
memilih tempat tinggal yang tetap dan seumumnya di Kepaniteraan Pengadilan Negeri
_____ .

.
Pasal VI
Ketentuan
I. Pihak pertama dan pihak kedua tunduk pada ketentuan dan pasal-pasal yang ada.
II. Perjanjian ini berlaku sejak di tandatangani oleh kedua belah pihak sampai adanya
perubahan atau pertimbangan dari salah satu pihak,dan berakhir sampai kerja sama
selesai.

Demikian Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh kedua belah pihak pada hari
dan tanggal tersebut di atas, dibuat rangkap dua bermeterai cukup untuk masing-
masing pihak yang mempunyai kekuatan hukum yang sama.

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 18


Surabaya, 19 Juli 2010

Pihak Pertama Pihak


Kedua

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 19


Sumber:
http://legalbanking.wordpress.com/materi-hukum/dasar-dasar-hukum-
perjanjian/http://lista.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/19365/Hukum+Perjanjian.
pdf
http://fadhilhadzamimuhammad.blogspot.com/2013/04/hukum-perjanjian.html

http://aryanhanantolegal.blogspot.com/2013/01/anatomi-perjnjiankontrak.html

http://sciencebooth.com/2013/05/27/jenis-jenis-perjanjian-dari-berbagai-segi/

http://deanazcupcup.blogspot.com/2011/04/bentuk-bentuk-perjanjian-dan-fungsi.html

SURAT KONTRAK PERJANJIAN SUPPLIER 20

Anda mungkin juga menyukai