Anda di halaman 1dari 4

UAS HUKUM PERDATA

1. Dalam hukum perdata mengatur tentang subyek hukum dan obyek hukum.
a. Jelaskan dengan benar siapa saja yang dapat disebut sebagai subyek hukum dia adalah
pendukung hak dan kewajiban
b. Obyek hukum adalah benda dan barang. Jelaskan dengan benar perbedaan benda dan
barang juga sebutkan macam-macam benda-benda bergerak berwujud dan benda tak
bergerak berwujud
c. Jelaskan apa arti hak kebendaan
2. A. hukum perikatan yang diatur dalam buku ke3 KUH Perdata merupakan hukum yang
bersifat mengatur/pelengkap, jelaskan arti hukum yang bersifat mengatur dan memaksa
B. apakah konsekuensi yuridis apabila para subyek hukum membuat perjanjian diluar KUH
Perdata
C. asas-asas hukum apa saja yang saudara ketahui yang harus ada dalam setiap perjanjian
yang saudara buat
3. A. jelaskan ada 3 macam prestasi dan berikan contoh masing-masing
A. jelaskan apa arti wanprestasi/ingkar janji yang saudara ketahui dengan memberikan
contoh kasus
B. jelaskan apa yang saudara mengerti tentang overmah/daya paksa berikan contoh kasus
Jawaban
1. A. Yang menjadi subjek hukum perdata ialah
1) Orang
Menurut Subekti, orang (persoon) dalam hukum merupakan pembawa hak atau
subyek. Seseorang dikatakan sebagai subjek hukum (pembawa hak), dimulai dari ia
dilahirkan dan berakhir saat ia meninggal. Bahkan, jika diperlukan (seperti misalnya
dalam hal waris), dapat dihitung sejak ia dalam kandungan, asal ia kemudian
dilahirkan dalam keadaan hidup.
2) Badan Hukum
Subekti menyatakan bahwa di samping orang, badan-badan atau perkumpulan-
perkumpulan juga memiliki hak dan melakukan perbuatan hukum seperti halnya
manusia. Badan-badan atau perkumpulan-perkumpulan itu mempunyai kekayaan
sendiri, ikut serta dalam lalu lintas hukum dengan perantara pengurusnya, dapat
digugat, dan dapat juga menggugat di muka hakim.
B. Perbedaan benda dan barang, yaitu Benda ialah semua barang yang berwujud maupun
tidak berwujud dan dapat dibebani hak. Sedangkan, barang ialah segala sesuatu yang
berwujud
 Macam –Macam benda bergerak, yaitu:
1) Benda bergerak karena sifatnya. Misalnya Kendaraan, alat-alat rumah tanggal,
dll.
2) Benda bergerak karena ketentuan Undang-undang, Misalnya vruchtgebruik dari
suatu benda yang bergerak, lijfrenten, surat-surat sero dari suatu perseroan
perdagangan, surat-surat obligasi negara, dsb.
 Macam-macam benda tidak bergerak
1) Benda tidak bergerak karena sifatnya. Misalnya tanah
2) Benda tidak bergerak karena tujuan pemakaiannya. Misalnya pabrik dan barang-
barang yang dihasilkannya
3) Benda tidak bergerak karena ketentuan Undang-Undang, Misalnya hak pakai
hasil, dan hak pakai atas kebendaan tidak bergerak, hak pengabdian tanah, hak
numpang karang, hak usaha, dsb.
C. hak kebendaan ialah hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu benda dan
dapat dipertahankan terhadap siapapun. Setiap orang harus menghormati hak tersebut.
2. A. Hukum dikatakan bersifat mengatur ialah karena hukum memiliki aturan yang wajib
ditaati oleh semua golongan masyarakat sehingga tercipta ketertiban dan keamanan. Semua
aturan yang berlaku dalam setiap undang-undang serta didalamnya terdapat pasal yang
berlaku. Selain itu, hukum memiliki sifat memaksa. bersifat memaksa disini ialah karena
hukum dapat memaksa semua lapisan masyarakat agar mentaati aturan hukum dan wajib
dipatuhi. Dan dikatakan memaksa karena seseorang yang melanggar hukum dipaksa agar
mengikuti sanksi-sanksi yang berlaku sesuai undang-undang dan pasalnya.
B. Apabila ada subyek hukum melakukan perjanjian diluar KUHPerdata maka dampak atau
konsekuensi yang ditimbulkan yaitu tidak terpenuhi syarat sahnya dan perjanjian menjadi
tidak sah dan perjanjian tersebut dapat dibatalakan atau batal demi hukum. Sehingga
konsekuensi yuridisnya yaitu dapat dibatalakan atau batal demi hukum
C. Asas-asas hukum dalam perjanjian ialah:
1) Asas Kebebasan Berkontrak ialah setiap orang dapat secara bebas membuat atau
terikat dalam suatu perjanjian dan bebas menyepakati apa saja sepanjang itu tidak
bertentangan dengan hukum, kesusilaan dan kepentingan umum. Perjanjian yang sah
menurut hukum harus memenuhi syarat-syarat tertentu yang dudah ditentukan oleh
undang – undang, yakni pasal 1320 KUH Perdata, yaitu:
a) Adanya kata sepakat antar pihak
b) Adanya kecakapan dalam berbuat antar pihak
c) Adanya prihal tertentu
d) Adanya kuasa yang diperbolehkan atau halal
2) Asas Pacta Sunt Servanda. Asas ini juga dikenal dengan asas kepasatian hukum. Asas
Pacta Sunt Servanda juga merupakan manifestasi dari pasal 1338 ayat (1) KUH
Perdata. Makna dari asas ini ialah bahwa para pihak yang membuat perjanjian terikat
untuk melaksanakan isi perjanjian tersebut sebagaimana keterikatannya untuk
melaksanakan perintah undang – undang. Dengan kata kata lain perjanjian tersebut
merupakan hukum yang memaksa bagi para pihak.
3) Asas Konsensualisme atau Kesepakatan. Kesepakatan atau kesamaan kehendak dari
para pihak merupakan syarat mutlak yang harus terpenuhi untuk menjamin keabsahan
suatu perjanjian. Dasar hukum asas ini ialah pasal 1320 KUH Perdata. Makna dari
asas ini yaitu bahwa tercapainya kata sepakat dari para pihak, maka pada prinsipnya
perjanjian tersebut telah sah, mengikat dan sudah memiliki kekuatan hukum,
walaupun perjanjian tersebut tidak dibuat dalam bentuk tertulis. Dengan kata lain
perjanjian tersebut sudah memiliki konsekuensi yuridis, yaitu terbitnya hak dan
kewajiban para pihak.
4) Asas Kepribadian. Asas kepribadian ialah bahwa sebuah perjanjian hanya mengikat
para pihak secara personal dan tidak mengikat pihak lain yang tidak memberikan
kesepakatannya. Dasar hukum asas ini terdapat pada pasal 1315 KUH Perdata,
bahwa “Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri atau
meminta ditetapkannya suatu janji dari pada untuk dirinya sendiri” dan pasal 1340
menegaskan “perjanjian hanya berlaku antara para pihak yang membuatnya.”
5) Asas Itikad Baik. Makna dari iktikat baik pada asas ini ialah para pihak harus jujur
dan saling percaya serta tidak ada niat untuk menipu pihak lainnya sehubungan
perjanjian yang mereka sepakati. Asas Iktikad tersebut juga disebutkan dalam pada
pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, bahwa “perjanjian harus dilaksanakan dengan
iktikad baik.”
3. A. Menurut Pasal 1234 KUHPerdata wujud prestasi ada 3, yaitu
1) Memberi Sesuatu. Pada Pasal 1235 KUHPerdata menjelaskan bahwa perikatan untuk
memberi sesuatu adalah perikatan yang mewajibkan debitur menjualkan sesuatu
kebendaan. Misalnya Febi merupakan pemilik mobil yang bannya bocor, kemudian,
Febi memberikan bayaran atau upah kepada Yoga atas jasanya yang telah menambal
ban.
2) Berbuat Sesuatu. Berbuat sesuatu menitikberatkan pada suatu perbuatan nyata yang
diberikan oleh salah satu pihak dalam perikatan sebagai suatu prestasi. Hal ini diatur
pada Pasal 1239 KUHPerdata. Misalnya Yoga adalah tukang tambal ban. Yoga
melakukan penambalan ban pada ban mobil milik Febi. Maka Yoga yang merupakan
tukang tambal ban yang telah berbuat sesuatu atau melakukan sesuatu, yaitu berbuat
menambal bannya febi.
3) Tidak Berbuat Sesuatu. Tidak berbuat sesuatu ialah perbuatan yang secara pasif
membiarkan sesuatu atau mempertahankan suatu keadaan yang ada sebagai suatu
prestasi. Hal ini diatur dalam Pasal 1239 sampai dengan pasal 1142 KUHPerdata.
Misalnya Febi dan Fatma mengadakan perjanjian bahwa di atas tanah hak milik
mereka berdua yang berdampingan untuk tidak dijadikan tempat parkir mobil. Maka
janji untuk tidak menjadikan tanah tersebut sebagai tempat parkir mobil merupakan
prestasi untuk tidak berbuat sesuatu.
B. Wanprestasi ialah tidak memenuhi sesuatu yang diwajibkan sebagaimana yang telah
ditetapkan oleh perikatan. Faktor yang penyebab wanprestasi ada dua, yaitu :
1) Karena kesalahan debitur, baik yang disengaja maupun karena kelalaian.
2) Karena keadaan memaksa (evermacht), force majeure, jadi di luar kemampuan
debitur. Debitur tidak bersalah.
Contoh: Misalnya, Febi dan Yoga sepakat melakukan jual beli hp. Febi
sudah menyerahkan sejumlah uang untuk pembayaran hp, tapi Yoga tidak juga
menyerahkan hp miliknya kepada Febi. Sebab Hp tersebut sudah dijualnya ke
orang lain. Dalam hal ini Yoga telah wanprestasi karena dia tidak melakukan apa
yang disanggupi untuk dilakukan yaitu menyerahkan sepedanya kepada Febi
sebagaimana yang sudah disepakati/diperjanjikan. Ini merupakan contoh
wanprestasi Tidak melakukan apa yang disanggupi untuk dilakukan
C. vermacht atau keadaan memaksa ialah tidak dipenuhinya prestasi karena diluar
kemampuannya. Ketentuan overmacht terdapat pada Pasal 1244 dan 1245
KUHPerdata, yang intinya ialah keadaan memaksa terjadi apabila debitur terhalang
untuk memenuhi prestasinya dikarenakan suatu keadaan yang tidak dapat diduga
sebelumnya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan, sehingga debitur dibebaskan
dalam penggantian rugi, biaya dan bunga. Misalnya Yoga harus melaksanakan
prestasinya untuk menyerahkan kambing kepada Ali, tetapi di perjalanan hujan deras
dan kambing yang dibawa Yoga tersambar petir dan membuat kambing tersebut mati.
Sehingga siapapun yang mengalami peristiwa seperti itu tidak mungkin dapat
memenuhi prestasinya.

Anda mungkin juga menyukai