Anda di halaman 1dari 19

MODUL HUKUM PENGANGKUTAN

MODUL 1
HUKUM PERJANJIAN DAN PERIKATAN

DISUSUN OLEH
ADE HARI SISWANTO, S.H, M.H

UNIVERSITAS ESA UNGGUL


2021

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
0 / 19
HUKUM PERJANJIAN DAN PERIKATAN

A. Kemampuan Akhir Yang Diharapkan

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Menjelaskan hukum perjanjian dan perikatan
2. Memahami bahwa hukum asuransi bersumber dari perikatan

B. Uraian dan Contoh

PERIKATAN YANG LAHIR DARI PERJANJIAN

Perjanjian ( Pasal 1313 KUHPerdata ) adalah suatu perbuatan dengan mana satu
orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang atau lebih.

Perikatan adalah : Suatu hubungan hukum antara dua orang atau lebih yang
memberi hak pada Pihak yang satu untuk menuntut sesuatu dari Pihak lain,
sedangkan Pihak lain diwajibkan memenuhi tuntutan tersebut.

Dari definisi diatas bahwa dapat disimpulkan suatu perjanjian yang dibuat para
Pihak,akan menimbulkan perikatan diantara mereka.

KUH Perdata tidak memberikan definisi terkait dengan perikatan, perikatan itu
sendiri berasal dari bahasa belanda yaitu Verbintenis. Menurut pakar hukum Prof.
Subekti, perikatan adalah suatu perhubungan hukum antara dua orang atau dua
pihak, berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak
yang lain, dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu.
Meskipun KUHPerdata tidak memberikan definisi tentang perikatan, akan tetapi
berkaitan dengan perikatan di atur didalam Buku Ke 3 tentang perikatan.

Dalam Pasal 1233 KUHPerdata perikatan itu lahir karena suatu persetujuan atau
karena undang-undang. Berdasarkan pasal tersebut suatu perikatan itu bisa lahir
karena adanya suatu perjanjian atau lahir berdasarkan undang-undang. Jika

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
1 / 19
didasarkan pada suatu perjanjian maka syarat sah perjanjian pada Pasal 1320
KUHPerdata harus terpenuhi terlebih dahulu. Ketika syarat sah perjanjian
terpenuhi maka akan lahir suatu perikatan yang didasarkan pada perjanjian,
dimana akan muncul hak dan kewajiban.

Sementara itu perikatan yang lahir karena undang-undang dibagi menjadi 2 yaitu
perikatan yang lahir dari undang-undang saja dan perikatan yang lahir dari
undang-undang karena perbuatan manusia seperti yang diatur didalam Pasal 1352
KUHPerdata. Perikatan yang lahir dari undang-undang saja seperti Pasal 321
KUHPerdata yang orang tua berkewajiban untuk memberi nafkah kepada anaknya
atau yang disebut (Alimentasi)

Perikatan yang lahir karena perbuatan manusia menurut Pasal 1353 KUHPerdata
juga dapat dibagi menjadi perbuatan manusia yang sesuai hukum/ halal
(Rechtmatige Daad) dan perbuatan manusia yang melanggar hukum
(onrechmatihge daad). Perikatan yang muncul karena perbuatan manusia
melanggar hukum seperti, A menjatuhkan vas bunga milik si B, A berkewajiban
menganti vas bunga tersebut bukan atas dasar perjanjian, melaikan atas dasar
undang-undang yang diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata. Sedangkan
perikatan yang lahir dari undang-undang karena perbuatan yang sesuai dengan
hukum seperti, A meminjam uang Rp.10.000.000 kepada B dan A menyanggupi
untuk mengembalikan dalam jangka waktu 6 bulan, pada saat waktu yang telah
ditentukan ternyata A tidak dapat mengembalikan uang tersebut, C datang
dengan sukarela menyediakan dirinya dengan maksud mengurus membayar
hutang si A, hal ini diatur didalam Pasal 1354 KUHPerdata.

SUMBER-SUMBER PERIKATAN

Suatu perikatan dapat lahir dari suatu perjanjian dan dari Undang-Undang.

I. Perikatan yang terlahir dari Undang – Undang dibagi menjadi dua macam

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
2 / 19
a) Perikatan yang terlahir Undang-Undang saja, yaitu perikatan yang timbul
oleh suatu hubungan kekeluargaan, misalnya seorang suami harus
memberikan nafkah anak dan istri.
b) Perikatan yang lahir dari Undang-Undang karena perbuatan seseorang
yang dapat berupa perbuatan yang dibolehkan dan perbuatan melanggar
hukum
- Perbuatan yang diperbolehkan, misalnya seseorang dengan sukarela
dan tanpa diminta, mengurus kepentingan orang lain
(Zaakwarneming Pasal 1354 KUHPer)
- Perbuatan melanggar hukum (Pasal 1365 KUHPerdata
“onrechtmatigs daad) bahwa tiap perbuatan melanggar hukum,
mewajibkan orang yang melakukan perbuatan itu, jika karena
kesalahannya menimbulkan kerugian Wajib membayar kerugian itu.

II. Perikatan yang lahir dari perjajian.

Suatu perjanjian yang sah, harus memenuhi syarat-syarat :

1) Kata Sepakat : artinya para pihak menyetujui dan sepakat mengenai hal-
hal Pokok dalam perjanjian. Kesepakatan yang terjadi karena kehilafan,
paksaan atau penipuan mengakibatkan Perjanjian dapat diminta
pembatalannya di muka hakim.

2) Cakap dalam bertindak menurut hukum; artinya bahwa dapat bertindak


dalam lalulintas hukum, serta mempunyai hak dan Kewajiban menurut
hukum.

Dalam pasal 1330 KUHPerdata ditetapkan orang-orang yang tidak cakap


bertindak menurut hukum, yaitu :
a) Orang yang belum dewasa
b) Orang yang ditaruh dalam pengampunan
c) Wanita bersuami

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
3 / 19
3) Mengenai hal tertentu, artinya benda yang menjadi pokok perjanjian harus
jelas atau tertentu.
4) Mengenai sebab yang halal, apa yang diperjanjikan tidak bertentangan
dengan Undang-Undang dan ketertiban.
- Kesepakatan dan kecakapan bertindak adalah merupakan syarat
subjective. Adanya kekurangn syarat subjective ini maka perjanjian
tersebut dapat diminta pembatalannya kepada hakim.
- Hak tertentu dan causa yang halal merupakan syarat objective.
Adanya kekurangan syarat objective maka perjanjian tersebut Batal
demi hukum artinya sejak awal dianggap tidak pernah terjadi suatu
perjanjian.

Hakekat Suatu Perperjanjian

Hukum perjanjian menurut sistim terbuka dan berazaskan konsensual. Terbuka


artinya setiap orang mempunyai kebebasan seluas-luasnya dalam menentukan isi
dari perjanjian yang dibuatnya dengan ketentuan bahwa isi perjanjian tidak
bertentangan dengan Undang-Undang, Ketertiban umum dan kesusilaan, dan
perjanjian itu lahir atas kesepakatan antara kedua belah pihak. Pasal 1338 (1)
KUHPerdata menyebutkan. Perjanjian berlaku sebagai Undang-Undang bagi yang
menyebutnya. Bersifat konsensual artinya perjanjian lahir pada saat perjanjian itu
ditutup/ detik setelah tercapainya kesepakatan.

PERIKATAN YANG LAHIR DARI UNDANG UNDANG


Timbulnya perikatan dalam hal ini bukan dikarenakan karena adanya suatu
persetujuan atupun perjanjian, melainkan dikarenakan karena adanya undang-
undang yang menyatakan akibat perbuatan orang, lalu timbul perikatan. Perikatan
yang timbul karena undang- undang ini ada dua sumbernya, yaitu perbuatan orang
dan undang- undang sendiri. Perbuatan orang itu diklasifikasikanlagi menjadi dua,
yaitu perbuatan yang sesuai dengan hukum dan perbuatan yang tidak sesuai
dengan hukum (pasal 1352 dan 1353 KUHPerdata).

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
4 / 19
A. Perikatan dan undang-undang

Perikatan dapat bersumber dari persetujuan atau dari undang-undang.Perikatan


yang lahir dari undang-undang terbagi lagi menjadi undang-undang saja dan
undang-undang karena perbuatan orang. Perikatan yang timbul karena perbuatan
orang terdiri dari perbuatan yang menurut hukum danperbuatan yang melawan
hukum. Perikatan yang timbul dari perbuatan yang sesuai dengan hukum ada dua
yaitu wakil tanpa kuasa (zaakwaarneming) diatur dalam Pasal 1354 s/d 1358 KUH
perdata dan pembayran tanpa hutang (onverschulddigde betaling) diatur dalam
pasal 1359 s/d 1364 KUH Perdata. Sedangkan perikatan yang timbul dari
perbuatan yang tidak sesuai hukumadalah perbuatan melawan hukum
(onrechtmatige daad) diatur dalam Pasal 1365 s/d 1380 KUH Perdata.

B. Perwakilan Sukarela (Zaakwarneming)


Penggunaan istilah zaakwarneming banyak diartikan berbeda-beda antara satu
sarjana dengan sarjana yang lain. Ada yang mengertikan dengan istilah
Perwakilan Sukarela, ada yang mengertikan dengan istilah penyelenggaraan
kepentingan dan ada yang mengertikan wakil tanpa kuasa. Pada dasarnya
perbedaan istilah-istilah tersebut tidaklah penting karena hanya penyebutannya
saja yang berbeda tetapi maknanya sama.

Perbedaan antara wakil tanpa kuasa dengan pemberian kuasa adalah :


– Pada wakil tanpa kuasa, perikatan timbul karena undang-undang,sedangkan
pada pemberian kuasa perikatan timbul karena diperjanjikan sebelumnya.
– Wakil tanpa kuasa tidak berhenti jika orang yang diwakili itu meninggal dunia,
sedangkan pada pemberian kuasa perikatan berhenti jika pemberi kuasa
meninggal.
– Pada wakil tanpa kuasa tidak mengenal upah karena dilakukan dengan sukarela
sedangkan pada pemberian kuasa penerima kuasa berhak atas upah karena
diperjanjikan.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
5 / 19
Perwakilan sukarela adalah suatu perbuatan dimana seseorang secara sukarela
menyediakan dirinya dengan maksud mengurus kepentingan orang lain dengan
sepengetahuan maupun tanpa sepengetahuan dari yang diurus kepentingannya.
Perwakilan sukarela dapat terjadi biasanya yang diurus kepentingannya itu tidak
ditempat, sakit atau keadaan apapun dimana ia tidak dapat melakukan sendiri
kepentingannya.

Berdasarkan Pasal 1354 KUH Perdata jelas bahwa perwakilan sukarela dapat
terjadi tanpa sepengetahuan orang yang diwakilinya, tetapi pada umumnya dengan
sepengetahuannya.
Untuk adanya perwakilan sukarela disyaratkan bahwa :
1). yang diurus adalah kepentingan orang lain.
2). seorang wakil sukarela harus mengurus kepentingan orang yang diwakilinya
secara sukarela. Maksudnya bahwa ia berbuat atas inisiatif sendiri bukan
berdasarkan kewajiban yang ditimbulkan oleh undangundang atau persetujuan.
3). seorang wakil sukarela harus mengetahui dan menghendaki dalam mengurus
kepentingan orang lain.
4). harus terdapat keadaan yang sedemikian rupa yang membenarkan inisiatifnya
untuk bertindak sebagai wakil sukarela.

Perwakilan sukarela meliputi perbuatan nyata dan perbuatan hukum. Sepanjang


mengenai perbuatan nyata perwakilan sukarela bagi kepentingan orang yang tidak
cakap atau tidak wenang jelas masih mungkin. Sedangkan jika mengenai perbutan
hukum hal itu masih mungkin, sepanjang perbuatan hukum tersebut menurut
sifatnya menurut ketentuan undang-undang tidak dilarang. Karena perikatan ini
timbul akrena undang-undang, maka hak dan kewajiban pihak-pihak juga diatur
oleh undang-undang.

Hak dan kewajiban tersebut dapat adalah :


Hak dan kewajiban yang mewakili yaitu : ia berkewajiban mengerjakan segala

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
6 / 19
sesuatu yang termasuk urusan itu sampai selesai dengan memberikan
pertanggungjawaban. Apabila yang berkepntingan meninggal dunia yang
mengurus kepentingan itu meneruskan sampai ahli waris orang itu dapat
mengoper pengurusan tersebut (Pasal 1355 KUH Perdata). Yang mengurus
kepentingan itu memikul segala beban biaya atau ongkos-ongkos mengurus
kepentingan itu. Yang mengurus kepentingan berhak atas segala perikatan yang
dibuatnya secara pribadi dan memperoleh penggantian atas segala pengeluaran
yang perlu (Pasal 1357 KUH Perdata). Jika ganti rugi atau pengeluaran itu belum
dilunasi oleh yang berkepentingan, orang yang mewakili berhak menahan benda-
benda yang diurusnya sampai ganti rugi atau pengeluaran itu dilunasi.

Hak dan kewajiban yang diwakili yaitu :

Yang diwakili atau yang berkepentingan berkewajiban memenuhi perikatan yang


dibuat oleh wakil itu atas namanya, membayar ganti kerugian atau pengeluaran
yang telah dipenuhi oleh pihak yang mengurus kepentingan itu (Pasal 1357 KUH
Perdata). Orang yang berkepentingan juga berhak atas keringanan pembayaran
ganti kerugian atau pengeluaran itu, yang disebabkan oleh kesalahan atau
kelalaian pihak yang mengurus kepentingan itu, berdasarkan kepentingan hakim
(Pasal 1357 ayat 2 KUH Perdata). Pihak yang berkepentingan berhak meminta
pertanggungjawaban atas pengurusan kepentingan itu. Dalam perikatan
perwakilan sukarena tidak dikenal upah. Hal ini didasarkan atas Pasal 1358 KUH
Perdata. Namun apabila orang yang berkepentingan membayarkan sejumlah uang
kepada orang yang mewakili, maka pembayaran tersebut hanya didasarkan atas
kemanusiaan saja. Karena pada dasarnya mengurus kepentingan orang lain tidak
boleh menagih upah (Pasal 1356 KUH Perdata).

C. Pembayaran yang tidak terutang (onverschulddigde betaling)


Seseorang yang membayar tanpa adanya utang, berhak menuntut kembali apa
yang telah dibayarkan. Dan yang menerima tanpa hak berkewajiban untuk
mengembalikan. Hal ini sejalan dengan apa yang ada dalam Pasal 1359 KUH
Perdata bahwa setiap pembayaran yang ditujukan untuk melunasi suatu hutang

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
7 / 19
tetapi ternyata tidak ada hutang, pembayaran yang telah dilakukan itu dapat
dituntut kembali. Pembayaran yang dilakukan itu bukanlah bersifat sukarela
namun karena merasa ada kewajiban yang harus dipenuhi yaitu utang. Kekliruan
bukanlah syarat untuk menuntut pengembalian pembayaran yang tidak terutang.
Oleh karena itu seseorang yang dengan sadar membayar tanpa adanya utang
berhak menuntut pengembalian. Jika seseorang karena kekhilafan mengira bahwa
ia berutang dan telah membayar utang tersebut, dapat menuntut kembali apa yang
ia telah bayarkan. Hak untuk menuntut kepada kreditur hilang, jika surat
pengakuan utang telah dimusnahkan setelah terjadinya pembayaran. Sekalipun
demikian orang yang telah membayar berhak untuk menuntut pengembaliannya
dari orang yang sebenarnya berutang (Pasal 1361 KUH Perdata).

Menurut Pasal 1362 KUH Perdata bahwa barang siapa dengan itikad buruk
menerima sesuatu pembayaran tanpa hak harus mengembalikan hasil dan
bunganya. Selain itu harus pula membayar ganti rugi jika nilai barangnya menjadi
berkurang. Jika barangnya musnah di luar kesalahannya ia harus mengganti harga
barangnya beserta biaya, kerugian dan bunga kecuali jika ia dapat membuktikan
bahwa barangnya tetap akan musnah sekalipun berada pada pihak yang berhak.

Barang siapa dengan itikad baik menerima pembayaran yang tidak terutang dan
telah menjual barang tersebut maka ia hanya wajib membayar kembali harganya.
Jika ia dengan itikad baik menghadiahkan barangnya kepada orang lain maka ia
tidak wajib mengembalikan apapun. Dalam perikatan pembayaran tanpa utang,
tuntutan kembali atas pembayaran yang telah dilakukan itu disebut conditio
indebiti. Tuntutan semacam ini dapat dilakukn terhadap badan-badan pemerintah,
misalnya pembayaran pajak yang kemudian ternyata tidak ada pajak, maka bisa
dilakukan meminta kembali pembayaran tersebut.

D. Perbuatan Melawan Hukum (onrechtmatige daad)


Menurut ketentuan Pasal 1365 KUH Perdata yaitu : ”setiap perbuatan melawan
hukum, yang oleh karenanya menimbulkan kerugian pada orang lain, mewajibkan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
8 / 19
orang yang karena kesalahannya menyebabkan kerugian itu
mengganti kerugian”.

Dari ketentuan pasal tersebut jelas terlihat unsur-unsur perbuatan melawan hukum
adalah :

1). perbuatan tersebut harus melawan hukum.

2). harus ada kesalahan

3). harus ada kerugian yang ditimbulkan.

4). adanya hubungan kausal antara perbuatan dan kerugian.

Perbuatan Melawan Hukum Terhadap Diri Pribadi Perbuatan melawan hukum


yang ditujukan terhadap diri pribadi orang lain dapat menimbulkan kerugian fisik
atau pun kerugian nama baik (martabat). Kerugian fisik atau jasmani misalnya :
cacad tubuh, luka, memar, dll. Apabila seseorang mengalami luka atau cacat pada
salah satu anggota badan disebabkan karena kesengajaan atau kurang hati-hati
pihak lain, undang-undang memberikan hak kepada korban untuk memperoleh
penggantian biaya pengobatan, ganti kerugian karena luka atau cacat tersebut.
Perbuatan tidak menyenangkan adalah perbuatan yang bertentangan dengan
kesusilaan, jadi dapat dimasukkan melawan hukum. Termasuk juga penghinaan,
pencemaran nama baik, dll. Tidak termasuk memfitnah, karena memfitnah masuk
kedalam pidana bukan perdata. Memfitnah melanggar ketentuan pasal 314 KUHP
dan perkara ini harus diperiksa dan diputus oleh hakim pidana (Pasal 1373 KUH
Perdata).

Perbuatan Melawan Hukum Dari Badan Hukum Seorang supir suatu perusahaan
travel yang sedang bekerja untuk
perusahaan tersebut tiba-tiba mengalami kecelakaan beserta penumpang yang ada
di kendaraan travel. Apakah perbuatan supir tersebut merupakan perbuatan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
9 / 19
perusahaan travel ? Pada dasarnya tidak setiap perbuatan orgaan dapat
dipertanggungjawabkan kepada badan hukum, dalam hal ini harus ada hubungan
antara perbuatan dengan lingkungan kerja dari orgaan. Perbuatan melawan hukum
dari orgaan dianggap sebagai perbuatan melawan hukum dari badan hukum
apabila orgaan tersebut bertindak untuk memenuhi tugas yang dibebankan
kepadanya. Adapun yang dimaksud dengan orgaan adalah perwakilan yang
mempunyai fungsi essensiil dalam struktur badan hukum dan kedudukannya
diatur dalam anggaran dasar atau peraturan-peraturan. Orgaan PT misalnya adalah
pengurus (direksi), komisaris, rapat para pemegang saham. Jika yang melakukan
perbuatan melawan hukum adalah orang yang mempunyai hubungan kerja dengan
badan hukum, maka pertanggungjawaban badan hukum didasarkan kepada Pasal
1367 KUH Perdata. Dalam hal orgaan juga mempunyai hubungan kerja dengan
badan hukum (ondergeschikte), maka pertanggungjawab badan hukum dapat
didasarkan kepada Pasal 1365 KUH Perdata atau Pasal 1367 KUH Perdata.

Pasal-pasal dalam KUHPerdata terkait perikatan yang lahir dari Undang


undang
Pasal 1352

Perikatan yang lahir karena undang-undang, timbul dan undang-undang sebagai


undang- undang atau dan undang-undang sebagai akibat perbuatan orang.

Pasal 1353

Perikatan yang lahir dan undang-undang sebagai akibat perbuatan orang, muncul
dan suatu perbuatan yang sah atau dan perbuatan yang melanggar hukum.

Pasal 1354

Jika seseorang dengan sukarela tanpa ditugaskan, mewakili urusan orang lain,
dengan atau tanpa setahu orang itu, maka ia secara diam-diam mengikatkan
dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan itu, hingga orang yang ia
wakili kepentingannya dapat mengerjakan sendiri urusan itu. Ia harus membebani
diri dengan segala sesuatu yang termasuk urusan itu. Ia juga harus menjalankan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
10 / 19
segala kewajiban yang harus ia pikul jika ia menerima kekuasaan yang dinyatakan
secara tegas.

Pasal 1355

Ia diwajibkan meneruskan pengurusan itu, meskipun orang yang kepentingannya


diurus olehnya meninggal sebelum urusan diselesaikan,sampai para ahli waris
orang itu dapat mengambil alih pengurusan itu.

Pasal 1356

Dalam melakukan pengurusan itu, ia wajib bertindak sebagai seorang kepala


rumah tangga yang bijaksana. Meskipun demikian Hakim berkuasa meringankan
penggantian biaya, kerugian dan bunga yang disebabkan oleh kesalahan atau
kelakuan orang yang mewakili pengurusan, tergantung pada keadaan yang
menyebabkan pengurusan itu.

Pasal 1357

Pihak yang kepentingannya diwakili oleh orang lain dengan baik, diwajibkan
memenuhi perikatan-perikatan, yang dilakukan oleh wakil itu atas namanya,
memberi ganti rugi dan bunga yang disebabkan oleh segala perikatan yang secara
perorangan dibuat olehnya, dan mengganti segala pengeluaran yang berfaedah dan
perlu.

Pasal 1358

Orang yang mewakili urusan orang lain tanpa mendapat perintah, tidak berhak
atas suatu upah.

Pasal 1359

Tiap pembayaran mengandalkan adanya suatu utang; apa yang telah dibayar tanpa
diwajibkan untuk itu, dapat dituntut kembali. Terhadap perikatan bebas, yang
secara sukarela telah dipenuhi, tak dapat dilakukan penuntutan kembali.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
11 / 19
Pasal 1360

Barangsiapa secara sadar atau tidak, menerima suatu yang tak harus dibayar
kepadanya, wajib mengembalikannya kepada orang yang memberikannya.

Pasal 1361

Jika seseorang, karena khilaf mengira dirinya berutang, membayar suatu utang,
maka ia berhak menuntut kembali apa yang telah d dibayar kepada kreditur.
Walaupun demikian, hak itu hilang jika akibat pembayaran tersebut kreditur telah
memusnahkan surat-surat pengakuan utang tanpa mengurangi hak orang yang
telah membayar itu untuk menuntutnya kembali dan debitur yang sesungguhnya.

Pasal 1362

Barangsiapa dengan itikad buruk menerima suatu barang yang tidak harus
dibayarkan kepadanya, wajib mengembalikannya dengan harga dan hasil-hasil,
terhitung dari hari pembayaran, tanpa mengurangi penggantian biaya, kerugian
dan bunga, jika barang itu telah menderita penyusutan. Jika barang itu musnah,
meskipun hal itu terjadi di luar kesalahannya, fa wajib membayar harganya dan
mengganti biaya, kerugian dan bunga, kecuali jika ia dapat membuktikan bahwa
barang itu akan musnah juga seandainya berada pada orang yang seharusnya
menerimanya.

Pasal 1363

Barangsiapa menjual suatu barang yang diterimanya dengan itikad baik, sebagai
pembayaran yang diwajibkan, cukup memberikan kembali harganya. Jika Ia
dengan itikad baik telah memberikan barang itu dengan cuma-cuma kepada orang
lain, maka fa tak usah mengembalikan sesuatu apa pun.

Pasal 1364

Orang yang kepadanya barang yang bersangkutan dikembalikan, diwajibkan


bahkan juga kepada orang yang dengan itikad baik telah memiliki barang itu,
mengganti segala pengeluaran yang perlu dan telah dilakukan guna keselamatan

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
12 / 19
barang itu. Orang yang menguasai barang itu berhak memegangnya dalam
penguasaannya hingga pengeluaran-pengeluaran tersebut diganti.

Pasal 1365

Tiap perbuatan yang melanggar hukum dan membawa kerugian kepada orang
lain, mewajibkan orang yang menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya
untuk menggantikan kerugian tersebut.

Pasal 1366

Setiap orang bertanggung jawab, bukan hanya atas kerugian yang disebabkan
perbuatan- perbuatan, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan kelalaian
atau kesembronoannya.

Pasal 1367

Seseorang tidak hanya bertanggung jawab, atas kerugian yang disebabkan


perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian yang disebabkan perbuatan-
perbuatan orang-orang yang menjadi tanggungannya atau disebabkan barang-
barang yang berada di bawah pengawasannya. Orangtua dan wali bertanggung
jawab atas kerugian yang disebabkan oleh anak-anak yang belum dewasa, yang
tinggal pada mereka dan terhadap siapa mereka melakukan kekuasaan orangtua
atau wali. Majikan dan orang yang mengangkat orang lain untuk mewakili urusan-
urusan mereka, bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh pelayan
atau bawahan mereka dalam melakukan pekerjaan yang ditugaskan kepada orang-
orang itu.

Guru sekolah atau kepala tukang bertanggung jawab atas kerugian yang
disebabkan oleh murid-muridnya atau tukang-tukangnya selama waktu orang-
orang itu berada di bawah pengawasannya.

Tanggung jawab yang disebutkan di atas berakhir, jika orangtua, guru sekolah
atau kepala tukang itu membuktikan bahwa mereka masing-masing tidak dapat
mencegah perbuatan itu atas mana meneka seharusnya bertanggung jawab.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
13 / 19
Pasal 1368

Pemilik binatang, atau siapa yang memakainya, selama binatang itu dipakainya,
bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh binatang tersebut, baik
binatang itu ada di bawah pengawasannya maupun binatang tersebut tersesat atau
terlepas dan pengawasannya.

Pasal 1369

Pemilik sebuah gedung bertanggung jawab atas kerugian yang disebabkan oleh
ambruknya gedung itu seluruhnya atau sebagian, jika itu terjadi karena kelalaian
dalam pemeliharaan atau karena kekurangan dalam pembangunan ataupun dalam
penataannya.

Pasal 1370

Dalam hal pembunuhan dengan sengaja atau kematian seseorang karena kurang
hati-hatinya orang lain, suami atau istri yang ditinggalkan, anak atau orangtua
korban yang lazimnya mendapat nafkah dan pekerjaan korban, berhak menuntut
ganti rugi yang harus dinilai menurut kedudukan dan kekayaan kedua belah pihak,
serta menurut keadaan.

Pasal 1371

Menyebabkan luka atau cacat anggota badan seseorang dengan sengaja atau
karena kurang hati-hati, memberi hak kepada korban selain untuk menuntut
penggantian biaya pengobatan, juga untuk menuntut penggantian kerugian yang
disebabkan oleh luka atau cacat badan tersebut. Juga penggantian kerugian ini
dinilai menurut kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak dan menurut
keadaan. Ketentuan terakhir ini pada umumnya berlaku dalam hal menilai
kerugian yang ditimbulkan oleh suatu kejahatan terhadap pribadi seseorang.

Pasal 1372

Tuntutan perdata tentang hal penghinaan diajukan untuk memperoleh penggantian


kerugian serta pemulihan kehormatan dan nama baik.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
14 / 19
Dalam menilai satu sama lain, hakim harus memperhatikan kasar atau tidaknya
penghinaan, begitu pula pangkat, kedudukan dan kemampuan kedua belah pihak
dan keadaan.

Pasal 1373

Selain itu, orang yang dihina dapat menuntut pula supaya dalam putusan juga
dinyatakan bahwa perbuatan yang telah dilakukan adalah perbuatan memfitnah.
Jika ia menuntut supaya dinyatakan bahwa perbuatan itu adalah fitnah, maka
berlakulah ketentuan-ketentuan dalam Pasal 314 Kitab Undang-undang Hukum
Pidana tentang penuntutan perbuatan memfitnah. Jika diminta oleh pihak yang
dihina, putusan akan ditempelkan di tempatkan di tempat umum, dalam jumlah
sekian lembar dan tempat, sebagaimana diperintahkan oleh Hakim atas biaya si
terhukum.

Pasal 1374

Tanpa mengurangi kewajibannya untuk memberikan ganti rugi, tergugat dapat


mencegah pengabulan tuntutan yang disebutkan dalam pasal yang lalu dengan
menawarkan dan sungguh- sungguh melakukan di muka umum di hadapan Hakim
suatu pernyataan yang berbunyi bahwa Ia menyesali perbuatan yang telah ^a
lakukan, bahwa Ia meminta maaf karenanya, dan menganggap orang yang dihina
itu sebagai orang yang terhormat.

Pasal 1375

Tuntutan-tuntutan yang disebutkan dalam ketiga pasal yang lalu dapat juga
diajukan oleh suami atau istri, orangtua, kakek nenek, anak dan cucu, karena
penghinaan yang dilakukan terhadap istri atau suami, anak, cucu, orangtua dan
kakek nenek mereka, setelah orang-orang yang bersangkutan meninggal.

Pasal 1376

Tuntutan perdata tentang penghinaan tidak dapat dikabulkan jika tidak ternyata
adanya maksud untuk menghina. Maksud untuk menghina tidak dianggap ada,

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
15 / 19
jika perbuatan termaksud nyata-nyata dilakukan untuk kepentingan umum atau
untuk pembelaan diri secara terpaksa.

Pasal 1377

Begitu pula tuntutan perdata itu tidak dapat dikabulkan, jika orang yang dihina itu
dengan suatu putusan Hakim yang telah memperoleh kekuatan hukum yang pasti,
telah dipersalahkan melakukan perbuatan yang dituduhkan kepadanya. Akan
tetapi jika seseorang terus-menerus melancarkan penghinaan terhadap seseorang
yang lain, dengan maksud semata-mata untuk menghina, juga setelah kebenaran
tuduhan ternyata dan suatu putusan yang memperoleh kekuatan hukum yang pasti
atau dan sepucuk akta otentik, maka ia diwajibkan memberikan kepada orang
yang dihina tersebut penggantian kerugian yang dideritanya.

Pasal 1378

Segala tuntutan yang diatur dalam ketentuan keenam pasal yang lalu, gugur
dengan pembebasan orang dinyatakan secara tegas atau diam-diam, jika setelah
penghinaan terjadi dan diketahui oleh orang yang dihina, ia melakukan perbuatan-
perbuatan yang menyatakan adanya perdamaian atau pengampuan, yang
bertentangan dengan maksud untuk menuntut penggantian kerugian atau
pemulihan kehormatan.

Pasal 1379

Hak untuk menuntut ganti rugi sebagaimana disebutkan dalam pasal 1372, tidak
hilang dengan meninggalnya orang yang menghina ataupun orang yang dihina.

Pasal 1380

Tuntutan dalam perkara penghinaan gugur dengan lewatnya waktu satu tahun,
terhitung mulai dari hari perbuatan termaksud dilakukan oleh tergugat dan
diketahui oleh penggugat.

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
16 / 19
C. Latihan
1) Jelaskan perikatan yang lahir dari Undang-Undang?
2) Sebutkan syarat perikatan yang lahir dari perjanjian ?
3) Apa yang dimaksud sistem terbuka dalam hukum perjanjian?

D. Kunci Jawaban

a. Perikatan yang terlahir Undang-Undang saja, yaitu perikatan yang


timbul oleh suatu hubungan kekeluargaan, misalnya seorang suami
harus memberikan nafkah anak dan istri. Perikatan yang lahir dari
Undang-Undang karena perbuatan seseorang yang dapat berupa
perbuatan yang dibolehkan dan perbuatan melanggar hukum

b. Perjanjian antara dua pihak yaitu penanggung atau perusahaan


asuransi dengan tertanggung atau orang yang diasuransikan atau yang
mengasuransikan objek asuransi yang dapat berupa harta benda, jiwa
manusia atau tanggung jawab hukum.

c. Artinya setiap orang mempunyai kebebasan seluas-luasnya dalam


menentukan isi dari perjanjian yang dibuatnya dengan ketentuan
bahwa isi perjanjian tidak bertentangan dengan Undang-Undang,
Ketertiban umum dan kesusilaan, dan perjanjian itu lahir atas
kesepakatan antara kedua belah pihak.

Daftar Pustaka

1. Prof. Subekti, S.H, Hukum Perjanjian, (Jakarta : Intermasa)


2. Prof. Wirjono Prodjodikoro, S.H, Asas-Asas Hukum Perjanjian,
(Bandung : Mandar Maju)

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
17 / 19
3. http://repository.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/23887/Chapter
%20II.pdf;jsessionid=618E7F5846A36C17AD68AB62E095D8D8?se
quence=3
4. http://www.sangkoeno.com/2015/02/perikatan-yang-lahir-dari-
undang-undang.html
5. https://mohmahfudz.wordpress.com/2014/12/15/perikatan-yang-lahir-
dari-undang-undang/

Universitas Esa Unggul


http://esaunggul.ac.id
18 / 19

Anda mungkin juga menyukai