VERBINTENIS RECHT
Dalam golongan ini adalah termasuk ahli waris dari seseorang yang
meninggal, suami atau isteri terhadap harta kekayaan istri/suaminya.
2. Orang-orang yang memperoleh hak dari seseorang dengan alas hak
khusus.
Dalam golongan ini adalah termasuk pembeli barang, penukar barang,
penerima hibah, dll.
PELAKSANAAN SUATU PERJANJIAN
dirobohkan.
− Perusahaan yang dibuka atau didirikan melanggar perjanjian,
dapat ditutup.
Pihak yang berkepentingan (kreditur) tentunya juga dapat meminta kepada Pengadilan,
supaya ditetapkan sejumlah "uang paksa" untuk mendorong si debitur supaya ia
meniadakan lagi apa yang sudah diperbuat itu.
Pasal 1241 KUHPerdata
Apabila perjanjian tidak dilaksanakan (debitur tidak menepati
janjinya), maka kreditur boleh juga dikuasakan supaya dia
sendirilah yang mengusahakan pelaksanaannya atas biaya
debitur. (perjanjian untuk berbuat sesuatu)
Tidak mudah dilaksanakan secara riil jika sifatnya sangat
pribadi.
Misalnya :
− Membuat sebuah minuman/makanan atau hal lain, yang dengan mudah dapat
dapat dilakukan oleh orang lain selain pelukis yang menjanjikan membuat lukisan
itu.
Barang yang sudah tertentu (barang yang sudah disetujui atau dipilih),
menurut para ahli hukum dan yurisprudensi, dapat dilaksanakan secara riil.
Misal : jual beli suatu barang bergerak yang tertentu.
Barang tidak bergerak, menurut yurisprudensi pada waktu sekarang,
eksekusi secara riil tidak mungkin dilakukan, dengan alasan :
1. Untuk menyerahkan hak milik atas suatu benda tak bergerak
diperlukan suatu akte transport (akta peralihan: jual beli, hibah,
dll) yang merupakan suatu akte bilateral, yang harus
diselenggarakan oleh dua pihak dan karena itu tidak mungkin
diganti dengan suatu vonis atau putusan hakim.
PENAFSIRAN PERJANJIAN
Penafsiran Perjanjian adalah apa saja yang dimaksud oleh kedua
belah pihak itu tidak mencapai kejelasan.
Di dalam hukum perdata, penafsiran perjanjian sifatnya terbuka.
Menafsirkan suatu persetujuan, berarti menentukan isi
persetujuan dan mengakui akibat-akibat dari persetujuan. Dasar
hukum : Pasal 1342 s/d 1351 KUHPerdata
Langkah-langkah penafsiran perjanjian :
1. Jika kata-kata suatu perjanjian jelas, tidak diperkenankan menyimpang
daripadanya dengan jalan penafsiran. (Pasal 1342 KUHPer)
2. “Jelas” artinya kata-kata yang sedikit sekali memberikan kemungkinan untuk
terjadinya penafsiran yang berbeda.
3. Jika kata-kata suatu persetujuan tidak jelas, kita harus menyelidiki maksud para
pihak yang membuat persetujuan.
4. Menafsirkan maksud para pihak harus memperhatikan itikad baik.
1. Jika kata-kata suatu perjanjian dapat diberi berbagai penafsiran, maka
perjanjian harus diberikan penafsiran yang paling sesuai dengan
maksud para pihak, sekalipun harus menyimpang dari kata-kata
perjanjian (Pasal 1343 KUH Perdata).
Contoh: Ada suatu Jual beli dengan angsuran, tanggal 25 Juli. Penjual
memohon supaya membayar uang muka, maksud penjual 1 agustus
sudah mulai angsuran pertama, namun pembeli menafsirkan lain.
2. Jika suatu janji mengandung macam-macam pengertian, maka
pengertian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan janji itu
dilaksanakan. (Pasal 1344 KUH Perdata).
Contoh : kerugian harus dilaporkan sesegera mungkin (1x24 jam).
Kalau ternyata keadaan tersebut baru diketahui 2 minggu setelah
kejadian, maka arti “segera” adalah segera setelah diketahui, tidak
mungkin kita dipaksa langsung tahu saat kejadian.
3. Jika kata-kata mengandung 2 macam pengertian, harus dipilih
pengertian yang paling selaras dengan sifat persetujuan. (Pasal 1345
KUH Perdata).
Contoh : transaksi harus dibayar dengan visa. Yang dimaksud dengan
visa adalah jenis credit card, dan bukan visa dalam arti surat izin ke
luar negeri
4. Jika ada yang meragukan, harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi
kebiasaan dalam negeri atau di tempat di mana persetujuan telah
dibuat. (Pasal 1346 KUH Perdata).
Contoh : untuk daerah di mana jual beli tidak biasa dilakukan dengan
credit card, harus ditafsirkan bahwa perjualan baru jadi, misalnya jika
orangnya sudah menerima uang muka (jual beli secara fisik).
5. Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan,
dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam persetujuan,
meskipun tidak dengan tegas dinyatakan. (Pasal 1347 KUH
Perdata).
Contoh : dalam polis tidak dicantumkan tentang good faith
(itikad baik), namun prinsip ini menjadi rules yang selamanya
harus ada dalam kontrak asuransi.
6. Semua janji yang dibuat dalam suatu persetujuan, harus
diartikan dalam hubungan satu sama lain, tiap janji harus
ditafsirkan dalam rangka persetujuan seluruhnya. (Pasal 1348
KUH Perdata).
Contoh : kalau di pasal 1 telah diatur mengenai objek
pertanggungan adalah building, machinery dan stock, maka bila
pada pasal lain disebutkan objek pertanggungan, maka harus
diartikan seperti di pasal 1.
7. Jika ada keragu-raguan, maka suatu persetujuan harus
ditafsirkan atas kerugian orang yang telah meminta
diperjanjikannya suatu hal dan untuk keuntungan orang yang
telah mengikatkan dirinya untuk itu. (Pasal 1349 KUH
Perdata).
Contoh : tertanggung ingin menghapuskan suatu exclusion
(pengecualian), maka bila terjadi keraguan, harus diartikan atas
kerugian tertanggung, seakan-akan tertanggung yang menyusun
draft perjanjian itu.
8. Meskipun kata-kata dalam persetujuan mempunyai arti yang
luas, namun persetujuan itu hanya meliputi hal-hal yang nyata
dimaksud oleh para pihak sewaktu membuat persetujuan.
9. Jika seseorang dalam persetujuan menyatakan sesuatu hal untuk
menjelaskan perikatan, ia tidak dapat dianggap hendak
mengurangi atau membatasi kekuatan persetujuan menurut
hukum dalam hal-hal yang tidak dinyatakan.