Anda di halaman 1dari 32

HUKUM PERIKATAN/

VERBINTENIS RECHT

Lindri Purbowati, S.H., M.H.


Personalia dalam Suatu Perjanjian
 Yang dimaksud dengan personalia di sini adalah tentang siapa-siapa yang tersangkut
dalam suatu perjanjian.
 Syarat menjadi subjek dalam perjanjian adalah harus mampu atau berwenang
melakukan perbuatan hukum.
 Mampu/cakap menurut hukum adalah orang yang sudah dewasa dan sehat pikirannya.
 Menurut Pasal 1330 KUHPdt, orang yang dinyatakan tidak cakap menurut hukum adalah :
1. Orang-orang yang belum dewasa.
2. Mereka yang ditaruh dibawah pengampuan.
3. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan oleh Undang-Undang, dan semua
orang kepada siapa Undang-Undang telah melarang membuat perjanjian-perjanjian tertentu.
 Selain itu, terdapat subjek hukum yang dilarang undang-undang untuk melakukan
perbuatan-perbuatan hukum tertentu, diantaranya adalah:
1. Orang-orang dewasa yang dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan.
2. Badan hukum yang dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan.
3. Seseorang untuk waktu yang pendek maupun untuk waktu yang lama
meninggalkan tempat tinggalnya, tetapi sebelum pergi ia tidak memberikan kuasa
kepada orang lain untuk mewakili dirinya dan mengurus harta kekayaannya.
 Aturan mengenai subjek perjanjian terdapat dalam pasal 1315, 1317, 1318
dan pasal 1340 KUHPdt.
 KUHPdt membedakan 3 golongan subjek perjanjian ( pihak-pihak yang
terikat dengan diadakannya suatu perjanjian ) yaitu :
1. para pihak yang mengadakan perjanjian itu sendiri;
2. para ahli waris dan mereka yang mendapat hak dari padanya;
3. pihak ketiga.
 Pasal 1315 KUHPdt : ”Pada umumnya tak seorang dapat mengikatkan diri atas nama sendiri
atau meminta ditetapkannya suatu janji melainkan untuk dirinya sendiri”
 Pasal 1340 ayat (1) KUHPdt : ”Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antara pihak-pihak
yang membuatnya”
 Karena suatu perjanjian hanya berlaku bagi yang mengadakan perjanjian itu sendiri, maka
pernyataan tersebut dikatakan menganut asas kepribadian suatu perjanjian.
 Maksud mengikatkan diri di sini ditujukan untuk memikul kewajiban atau menyanggupi
melakukan sesuatu.
 Adapun penetapan suatu janji, ditujukan pada unsur memperoleh hak atas sesuatu atau dapat
menuntut sesuatu.
 Suatu perjanjian hanya meletakkan hak-hak dan kewajiban-kewajiban
antara pihak yang membuatnya, sedangkan orang lain adalah pihak
ketiga yang tidak mempunyai sangkut paut dengan perjanjian itu.
 Contoh : jika saya akan membuat perjanjian atas nama orang lain,
haruslah saya diberi kuasa oleh orang lain itu dan saya dalam hal ini
tidak bertindak atas nama diri saya sendiri, melainkan untuk pemberi
kuasa sehingga yang menjadi pihak dalam perjanjian tersebut adalah
orang lain itu dan bukan saya sendiri.
 Suatu perikatan hukum yang dilahirkan oleh suatu perjanjian,
mempunyai 2 (dua) sudut :
1. Sudut kewajiban-kewajiban (obligations) yang dipikul oleh

suatu pihak (sudut pasif); dan


2. Sudut hak-hak atau manfaat, yang diperoleh oleh pihak
lainnya, yaitu hak-hak untuk menuntut dilaksanakannya
sesuatu yang disanggupi dalam perjanjian itu (sudut aktif).
 Apakah setiap perjanjian takluk terhadap asas kepribadian tersebut?
 Asas tersebut tidak bersifat mutlak, dapat dikecualikan, yaitu dalam bentuk
“janji untuk pihak ketiga”
 Dalam janji untuk pihak ketiga itu, seorang membuat suatu perjanjian, di mana
ia menjanjikan hak-hak bagi seorang lain.
 A mengadakan suatu perjanjian dengan B. Dalam perjanjian itu ia minta
diperjanjikan hak-hak bagi C, tanpa adanya kuasa dari C. Dalam hubungan ini
A dinamakan stipulator dan B dinamakan promissor.
 Pasal 1317 KUHPdt : “Lagi pula diperbolehkan juga untuk meminta
ditetapkannya suatu janji guna kepentingan seorang pihak ketiga, apabila
suatu penetapan janji, yang dibuat oleh seorang untuk dirinya sendiri, atau
suatu pemberian yang dilakukannya kepada seorang lain, memuat janji
yang seperti itu”.
 Selain ketentuan pasal tersebut juga memberi syarat antara stipulator dan
promissor bahwa mereka tidak boleh menarik kembali, apabila pihak ketiga
telah mengatakan kehendak untuk mempergunakan hak-hak tersebut.
 Pengecualian lain dari asas kepribadian yang diatur dalam pasal 1315 KUHPdt
adalah perjanjian garansi yang diatur dalam pasal 1316 KUHPdt, yang berbunyi :
“Meskipun demikian, diperbolehkan untuk menanggung atau menjamin seorang
pihak ketiga, dengan menjanjikan bahwa orang lain ini akan berbuat sesuatu,
dengan tidak mengurangi tuntutan pembayaran ganti rugi terhadap siapa yang
telah menanggung pihak ketiga itu atau yang telah berjanji, untuk menyuruh
pihak ketiga tersebut menguatkan sesuatu, jika pihak ini menolak perikatannya”.
 Lazimnya suatu perjanjian adalah timbal balik atau bilateral. Artinya suatu
pihak yang memperoleh hak-hak dari perjanjian itu, juga menerima
kewajiban-kewajiban yang merupakan kebalikannya dari hak-hak yang
diperolehnya, dan sebaliknya suatu pihak yang memikul kewajiban-
kewajiban juga memperoleh hak-hak yang dianggap sebagai kebalikannya
kewajiba-kewajiban yang dibebankan kepadanya itu.
 Apabila tidak demikian, maka perjanjian yang demikian itu adalah
unilateral atau sepihak.
 Terhadap perjanjian sepihak, janji untuk pihak ketiga tidak dapat
dilakukan. Karena dalam perjanjian sepihak, hanya ada hak di satu
pihak, sedangkan di pihak lain hanya ada kewajiban.
 Pihak yang hanya mendapatkan kewajiban saja, tidak memperjanjikan
sesuatu untuk dirinya sendiri, karena tidak dapat melalui perjanjian itu
menjanjikan sesuatu untuk pihak ketiga.
Subjek Perjanjian yang Diperluas (Pasal 1318 KUHPdt)

 Pasal 1318 KUHPdt melebarkan personalia suatu perjanjian, hingga


meliputi para ahli waris dari pihak-pihak yang mengadakan suatu
perjanjian..
 Pasal 1318 KUHPdt menyebutkan bahwa : ”Jika seorang minta
diperjanjikan sesuatu hal, maka dianggap itu adalah untuk ahli warisnya
dan orang-orang yang memperoleh hak daripadanya, kecuali jika dengan
tegas ditetapkan atau dapat disimpulkan dari sifat persetujuan tidak
sedemikian maksudnya”.
 Selain ahli waris, dalam pasal 1318 KUHPdt juga menyebutkan orang-orang
yang memperoleh hak dari para pihak yang mengadakan perjanjian.
 Orang-orang yang memperoleh hak dari sesorang ini dapat dibagi dalam dua
golongan, yaitu :
1. Orang-orang yang memperoleh hak dari seseorang dengan alas hak umum.

Dalam golongan ini adalah termasuk ahli waris dari seseorang yang
meninggal, suami atau isteri terhadap harta kekayaan istri/suaminya.
2. Orang-orang yang memperoleh hak dari seseorang dengan alas hak
khusus.
Dalam golongan ini adalah termasuk pembeli barang, penukar barang,
penerima hibah, dll.
PELAKSANAAN SUATU PERJANJIAN

 Perjanjian merupakan suatu peristiwa dimana seorang berjanji kepada


seorang lain, atau dimana dua orang saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu.
 Berdasarkan hal yang dijanjikan untuk dilaksanakan, perjanjian dibagi
dalam tiga macam (Pasal 1234 KUHPerdata), yaitu :
1. Perjanjian untuk memberikan/menyerahkan sesuatu barang.
Contoh : Jual beli, tukar menukar, hibah, sewa menyewa, pinjam
pakai, dsb.
2. Perjanjian untuk berbuat sesuatu.
Contoh : Perjanjian untuk membuat suatu lukisan, perjanjian
perburuhan, perjanjian untuk membuat garasi, dsb.
3. Perjanjian untuk tidak berbuat sesuatu.

Contoh : perjanjian untuk tidak mendirikan tembok, perjanjian


untuk tidak mendirikan suatu perusahaan yang sejenis dengan
milik orang lain, dsb.
 Adapun hal yang harus dilaksanakan itu dinamakan "prestasi". 
 Persoalannya :
− apakah jika si berhutang atau si debitur tidak menepati

janjinya, si berpiutang atau kreditur dapat mewujudkan


sendiri prestasi yang dijanjikan itu?
− Artinya : apakah si berpiutang dapat dikuasakan oleh hakim

untuk mewujudkan atau merealisasikan sendiri apa yang


menjadi haknya menurut perjanjian?
 Jika hal tersebut dimungkinkan, maka dikatakan bahwa perjanjian tadi
dapat dieksekusikan secara riil. Meskipun selalu ada  kemungkinan untuk
mendapat suatu ganti rugi, tetapi apabila seseorang mendapatkan apa yang
dijanjikan, maka itu adalah yang paling memuaskan.
 Dalam hal ini KUHPerdata hanya memberikan petunjuk untuk menjawab
persoalan tersebut. Apakah perjanjian tersebut dapat dilaksanakan secara riil?
− Pasal 1240 tentang perjanjian tidak untuk berbuat sesuatu; dan

− pasal 1241 KUHPerdata tentang perjanjian untuk berbuat sesuatu.


 Pasal 1240 KUHPerdata
Kreditur berhak menuntut penghapusan segala sesuatu yang telah
dibuat berlawanan dengan perjanjian, dan bolehlah ia minta supaya
dikuasakan oleh hakim untuk menyuruh menghapuskan segala
sesuatu yang telah dibuat tadi atas biaya si berutang (debitur),
dengan tidak mengurangi haknya untuk menuntut penggantian biaya,
ganti rugi, dan bunga, jika ada alasan untuk itu. (perjanjian untuk
tidak berbuat sesuatu)
 Apabila perjanjian dilanggar, dapat secara mudah hasil dari
perbuatan yang melanggar perjanjian itu dihapuskan atau ditiadakan.
 Misal :
− Tembok yang didirikan secara melanggar perjanjian, dapat

dirobohkan.
− Perusahaan yang dibuka atau didirikan melanggar perjanjian,

dapat ditutup.
Pihak yang berkepentingan (kreditur) tentunya juga dapat meminta kepada Pengadilan,
supaya ditetapkan sejumlah "uang paksa" untuk mendorong si debitur supaya ia
meniadakan lagi apa yang sudah diperbuat itu.
 Pasal 1241 KUHPerdata
Apabila perjanjian tidak dilaksanakan (debitur tidak menepati
janjinya), maka kreditur boleh juga dikuasakan supaya dia
sendirilah yang mengusahakan pelaksanaannya atas biaya
debitur. (perjanjian untuk berbuat sesuatu)
Tidak mudah dilaksanakan secara riil jika sifatnya sangat
pribadi.
 Misalnya :
− Membuat sebuah minuman/makanan atau hal lain, yang dengan mudah dapat

dilakukan oleh orang lain.


− Kalau yang harus dibuat itu sebuah lukisan, sudah barang tentu perbuatan itu tidak

dapat dilakukan oleh orang lain selain pelukis yang menjanjikan membuat lukisan
itu.
 Barang yang sudah tertentu (barang yang sudah disetujui atau dipilih),
menurut para ahli hukum dan yurisprudensi, dapat dilaksanakan secara riil.
Misal : jual beli suatu barang bergerak yang tertentu.
 Barang tidak bergerak, menurut yurisprudensi pada waktu sekarang,
eksekusi secara riil tidak mungkin dilakukan, dengan alasan :
1. Untuk menyerahkan hak milik atas suatu benda tak bergerak
diperlukan suatu akte transport (akta peralihan: jual beli, hibah,
dll) yang merupakan suatu akte bilateral, yang harus
diselenggarakan oleh dua pihak dan karena itu tidak mungkin
diganti dengan suatu vonis atau putusan hakim.
PENAFSIRAN PERJANJIAN
 Penafsiran Perjanjian adalah apa saja yang dimaksud oleh kedua
belah pihak itu tidak mencapai kejelasan.
 Di dalam hukum perdata, penafsiran perjanjian sifatnya terbuka.
 Menafsirkan suatu persetujuan, berarti menentukan isi
persetujuan dan mengakui akibat-akibat dari persetujuan. Dasar
hukum : Pasal 1342 s/d 1351 KUHPerdata 
 Langkah-langkah penafsiran perjanjian : 
1. Jika kata-kata suatu perjanjian jelas, tidak diperkenankan menyimpang
daripadanya dengan jalan penafsiran. (Pasal 1342 KUHPer) 
2. “Jelas” artinya kata-kata yang sedikit sekali memberikan kemungkinan untuk
terjadinya penafsiran yang berbeda. 
3. Jika kata-kata suatu persetujuan tidak jelas, kita harus menyelidiki maksud para
pihak yang membuat persetujuan. 
4. Menafsirkan maksud para pihak harus memperhatikan itikad baik. 
1. Jika kata-kata suatu perjanjian dapat diberi berbagai penafsiran, maka
perjanjian harus diberikan penafsiran yang paling sesuai dengan
maksud para pihak, sekalipun harus menyimpang dari kata-kata
perjanjian (Pasal 1343 KUH Perdata).
Contoh: Ada suatu Jual beli dengan angsuran, tanggal 25 Juli. Penjual
memohon supaya membayar uang muka, maksud penjual 1 agustus
sudah mulai angsuran pertama, namun pembeli menafsirkan lain.
2. Jika suatu janji mengandung macam-macam pengertian, maka
pengertian yang dipilih adalah yang paling memungkinkan janji itu
dilaksanakan.  (Pasal 1344 KUH Perdata).
Contoh : kerugian harus dilaporkan sesegera mungkin (1x24 jam).
Kalau ternyata keadaan tersebut baru diketahui 2 minggu setelah
kejadian, maka arti “segera” adalah segera setelah diketahui, tidak
mungkin kita dipaksa langsung tahu saat kejadian. 
3. Jika kata-kata mengandung 2 macam pengertian, harus dipilih
pengertian yang paling selaras dengan sifat persetujuan.  (Pasal 1345
KUH Perdata).
Contoh : transaksi harus dibayar dengan visa. Yang dimaksud dengan
visa adalah jenis credit card, dan bukan visa dalam arti surat izin ke
luar negeri 
4. Jika ada yang meragukan, harus ditafsirkan menurut apa yang menjadi
kebiasaan dalam negeri atau di tempat di mana persetujuan telah
dibuat.  (Pasal 1346 KUH Perdata).
Contoh : untuk daerah di mana jual beli tidak biasa dilakukan dengan
credit card, harus ditafsirkan bahwa perjualan baru jadi, misalnya jika
orangnya sudah menerima uang muka (jual beli secara fisik).
5. Hal-hal yang menurut kebiasaan selamanya diperjanjikan,
dianggap secara diam-diam dimasukkan dalam persetujuan,
meskipun tidak dengan tegas dinyatakan.  (Pasal 1347 KUH
Perdata).
Contoh : dalam polis tidak dicantumkan tentang good faith
(itikad baik), namun prinsip ini menjadi rules yang selamanya
harus ada dalam kontrak asuransi.
6. Semua janji yang dibuat dalam suatu persetujuan, harus
diartikan dalam hubungan satu sama lain, tiap janji harus
ditafsirkan dalam rangka persetujuan seluruhnya.  (Pasal 1348
KUH Perdata).
Contoh : kalau di pasal 1 telah diatur mengenai objek
pertanggungan adalah building, machinery dan stock, maka bila
pada pasal lain disebutkan objek pertanggungan, maka harus
diartikan seperti di pasal 1. 
7. Jika ada keragu-raguan, maka suatu persetujuan harus
ditafsirkan atas kerugian orang yang telah meminta
diperjanjikannya suatu hal dan untuk keuntungan orang yang
telah mengikatkan dirinya untuk itu.  (Pasal 1349 KUH
Perdata).
Contoh : tertanggung ingin menghapuskan suatu exclusion
(pengecualian), maka bila terjadi keraguan, harus diartikan atas
kerugian tertanggung, seakan-akan tertanggung yang menyusun
draft perjanjian itu. 
8. Meskipun kata-kata dalam persetujuan mempunyai arti yang
luas, namun persetujuan itu hanya meliputi hal-hal yang nyata
dimaksud oleh para pihak sewaktu membuat persetujuan.
9. Jika seseorang dalam persetujuan menyatakan sesuatu hal untuk
menjelaskan perikatan, ia tidak dapat dianggap hendak
mengurangi atau membatasi kekuatan persetujuan menurut
hukum dalam hal-hal yang tidak dinyatakan. 

Anda mungkin juga menyukai