Anda di halaman 1dari 4

MATERI UJIAN TENGAH SEMESTER HUKUM PERDATA

1. Hukum Perdata (Burgerlijkrecht) dibagi menjadi 2 (dua) yakni :


a. Hukum Perdata Materiil
Peraturan-peraturan hukum yang mengatur hak-hak dan kewajiban-kewajiban
dalam bidang hukum perdata (Hukum Perdata Materiil inilah yang lazim
disebut Hukum Perdata saja).
b. Hukum Perdata Formil
Peraturan hukum yang mengatur tentang bagaimana cara mempertahankan
Hukum Perdata Materiil tersebut (Hukum Perdata Formil merupakan materi
Hukum Acara Perdata).

2. Sistematika Hukum Perdata menurut KUHPerdata


a. Buku I tentang Orang (van personen)
Memuat hukum perorangan dan hukum kekeluargaan
b. Buku II tentang Benda (van zaken)
Memuat hukum benda dan hukum waris
c. Buku III tentang Perikatan (van verbintennissen)
Memuat hukum harta kekayaan yang berhubungan dengan hak dan kewajiban
yang berlaku bagi orang-orang atau pihak-pihak tertentu
d. Buku IV tentang Pembuktian dan Kadaluarsa atau Lewat Waktu (van bewijsen
verjaring )
Memuat perihal alat-alat pembuktian dan akibat-akibat lewat waktu terhadap
hubungan-hubungan hukum

3. Overmacht adalah keadaan di mana debitur gagal menjalankan kewajibannya pada


pihak kreditur dikarenakan kejadian yang berada di luar kuasa pihak yang
bersangkutan, misalnya karena gempa bumi, tanah longsor, epidemik, kerusuhan,
perang, dan sebagainya.
Ketentuan overmacht diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUHPerdata.
Terdapat 3 (tiga) unsur yang harus terpenuhi untuk dapat dikatakan overmacht, yaitu:
a. Harus ada halangan untuk memenuhi prestasi disebabkan suatu peristiwa yang
menghilangkan benda yang menjadi objek perikatan.
Contoh: Seorang debitur sedang mengantarkan sebuah barang untuk krediturnya,
namun dijalan barang yang dibawa debitur untuk krediturnya dicuri, sehingga
barang tersebut tidak dapat diberikan kepada debitur.
b. Tidak dapat dipenuhinya karena suatu peristiwa yang menghalangi perbuatan
debitur untuk memenuhi prestasinya, dalam hal menghalangi debitur untuk
memenuhi prestasinya dapat bersifat tetap maupun sementara.
Contoh: Seorang debitur akan mengantarkan catering kepada kreditur, namun di
jalan ada kecelakaan dan membuat jalanan macet total, sehingga debitur terlambat
mengantarkan catering tersebut.
c. Peristiwa itu tidak dapat diduga atau diketahui akan terjadi pada saat membuat
perjanjian baik oleh kreditur maupun oleh debitur.
Contoh: Seorang debitur yang tidak dapat membayar hutangnya kepada kreditur
karena terkena dampak dari Covid-19.

1
4. Syarat Sahnya Perjanjian (Pasal 1320 KUHPerdata)
1. Sepakat;
a. Kesepakatan para pihak merupakan unsur mutlak untuk terjadinya suatu
kontrak;
b. Kesepakatan dapat trejadi dengan berbagai cara, namun yg trepenting
adalah adanya penawaran & penerimaan atas penawaran tersebut;
c. Terjadinya kesepakatan dapat terjadi secara tertulis & tidak tertulis.
2. Cakap;
a. Para pihak mampu membuat suatu perjanjian;
b. Kata mampu dalam hal ini adalah bahwa para pihak telah dewasa, tidak
dibawah pengawasan karena prerilaku yang tidak stabil dan bukan orang-
orang yang dalam undang-undang dilarang membuat suatu perjanjian
3. Objek/ Suatu Hal Tertentu;
a. Dalam suatu kontrak dalam KUHPerdata objek perjanjian harus jelas dan
ditentukan oleh para pihak;
b. Objek perjanjian tersebut dapat berupa barang maupun jasa;
c. Hal tertentu ini dalam kontrak disebut prestasi yang dapat berwujud
barang, keahlian atau tenaga;
d. Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitur.
4. Kausa yang halal.
a. Istilah kata halal yang dimaksud di sini bukanlah lawan kata haram dalam
hukum Islam, tetapi yang dimaksud sebab yang halal adalah bahwa isi
kontrak tersebut tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan;
b. Isi perjanjian harus memuat/kausa yang diperbolehkan;
c. Apa yang menjadi obyek atau isi dan tujuan prestasi yang melahirkan
perjanjian harus tidak bertentangan dengan undang-undang, kesusilaan
dan ketertiban umum.

´ Syarat pertama (sepakat) dan kedua (cakap) disebut dengan syarat subyektif
Jika terdapat cacat kehendak (paksaan, ancaman, penipuan) atau tidak cakap
untuk membuat kontrak, maka mengakibatkan perjanjian dapat dibatalkan
´ Syarat ketiga dan keempat disebut syarat obyektif
Apabila tidak terpenuhinya syarat ketiga (objek/ suatu hal tertentu) dan syarat
keempat (sebab/ kausa yg halal) maka kontrak tersebut adalah batal demi
hukum.

Akibat Hukum:
´ Dapat dibatalkan : vernietigbaar
Perjanjian itu dianggap sah sepanjang tidak pernah dibatalkan atau tidak ada
yang memohonkan pembatalan
´ Batal demi hukum : nuul and void
Sudah dari awal perjanjian itu dianggap tidak pernah ada

5. Perikatan pada umumnya dibagi menjadi 2 (dua) yakni :


a. Perikatan yang lahir karena perjanjian (Pasal 1313 KUHPerdata)
Suatu perikatan yang bersumberkan dari perjanjian lahir karena hal tersebut
sengaja dikehendaki oleh para pihak yang membuat perjanjian. Perikatan yang
timbul dari perjanjian, perikatan itu ada apabila sudah ada perjanjian antara para
pihak. Perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada

2
orang lain atau lebih, dimana orang tsb saling berjanji untuk melaksanakan
sesuatu hal.
Contoh: perjanjian jual beli, sewa-menyewa, tukar menukar, dan perjanjian
pijam meminjam

b. Perikatan yang lahir karena undang-undang (Pasal 1352 KUHPerdata)


i. Undang-undang itu sendiri
Perikatan yang lahir karena undang-undang itu sendiri maksudnya
adalah bahwa perikatan itu timbul karena memang undang-undang
mengaturnya demikian, contohnya adalah dengan meninggalnya
seseorang maka akan timbul kewajiban bagi ahli warisnya untuk
memenuhi kewajiban-kewajiban almarhum
ii. Undang-undang atas perbuatan orang
´ Perbuatan yang sah menurut hukum (zaakwarneming)
Perikatan yang timbul dari undang-undang karena perbuatan orang
yang sah menurut hukum maksudnya adalah sebagaimana
disebutkan dalam Pasal 1354 KUHPerdata bahwa, “jika seseorang
dengan sukarela tanpa ditugaskan, mewakili urusan orang lain,
dengan atau tanpa setahu orang itu, maka ia secara diam-diam
mengikatkan dirinya untuk meneruskan serta menyelesaikan urusan
itu, hingga orang yang ia wakili kepentingannya dapat mengerjakan
sendiri urusan itu. Ia harus membebani diri dengan segala sesuatu
termasuk yang termasuk urusan itu. Ia juga harus menjalankan
segala kewajiban yang harus ia pikul jika ia menerima kekeuasaan
yang dinyatakan dengan tegas”.
Perbuatan sebagaimana yang diatur dalam Pasal 1354 KUHPerdata
ini termasuk perbuatan yang sah menurut hukum, dimana dilakukan
secara sukarela untuk mengurus suatu kepentingan orang lain, baik
atas perintah ataupun tidak, sampai orang lain itu dapat mengurus
sendiri urusannya.
Contohnya adalah orang yang membantu merawat binatang
peliharaan tetangganya dengan memberi makan dan minum,
sehubungan dengan pemilik binatang tersebut sedang keluar kota.

´ Perbuatan yang melanggar hukum (onrechtmatige Daad)


Perikatan yang timbul karena perbuatan orang yang melawan
hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 1365 KUHPerdata
disebutkan bahwa, “tiap perbuatan yang melanggar hukum dan
membawa kerugian kepada orang lain, mewajibkan orang yang
menimbulkan kerugian itu karena kesalahannya untuk mengganti
kerugian tersebut”.
Seseorang tidak hanya bertanggung jawab atas kerugian yang
disebabkan perbuatannya sendiri, melainkan juga atas kerugian
yang disebabkan perbuatan-perbuatan orang-orang yang menjadi
tanggungannya atau disebabkan barang-barang yang berada di
bawah kekuasaannya.
Perbuatan melanggar hukum ini maksudnya tidak hanya melanggar
ketentuan peraturan perundang-undangan tetapi juga melanggar

3
kesusilaan dan kepatutan dalam masyarakat yang merugikan orang
lain.
Contohnya adalah pencemaran nama baik.

6. Wanprestasi merupakan istilah dari bahasa Belanda "wanprestatie" berarti tidak


dipenuhi prestasi atau kewajiban dalam suatu perjanjian. Menurut KBBI, pengertian
wanprestasi artinya salah satu pihak bersepakat dalam perjanjian memiliki prestasi
buruk akibat dari kelalaiannya.
Jadi pengertian wanprestasi adalah tindakan ingkar janji oleh salah satu pihak dalam
perjanjian di atas materai sebagai akibat dari kelalaiannya sehingga tidak bisa
memenuhi kewajibannya.
Wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 KUHPerdata yang berbunyi:
“Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan
mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk
memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya
hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang
telah ditentukan”.
´ Bentuk-bentuk wanprestasi:
1. Tidak melakukan apa yang disanggupi untuk dilakukan
Misalnya, A dan B sepakat melakukan jual beli sepeda. A sudah menyerahkan
sejumlah uang untuk pembayaran sepeda, tapi B tidak juga menyerahkan sepeda
miliknya kepada A. Sebab sepeda tersebut sudah dijualnya ke orang lain. Dalam hal
ini B telah wanprestasi karena dia tidak melakukan apa yang disanggupi untuk
dilakukan yaitu menyerahkan sepedanya kepada A sebagaimana yang sudah
disepakati/diperjanjikan.
2. Melakukan apa yang diperjanjikan tapi tidak sebagaimana yang
diperjanjikan
Misalnya, A dan B sepakat melakukan jual beli kursi. A memesan/membeli kursi
berwarna biru dari B. tapi yang dikirim atau yang diserahkan B bukan kursi warna
biru tapi warna hitam. Dalam hal ini B sudah wanprestasi karena melakukan yang
diperjanjikan tapi tidak sebagaimana mestinya.
3. Melakukan apa yang sudah diperjanjikan tapi terlambat
Misalnya A membeli sepeda dari B, dan B berjanji akan menyerahkan sepeda yang
dibeli A tersebut pada tanggal 1 May 2010 tapi faktanya B malah menyerahkan
sepeda tersebut kepada A tanggal 10 May 2010 yang artinya sudah telat 9 hari dari
yang diperjanjikan. Dalam hal ini B sudah wanprestasi yaitu melakukan apa yang
sudah diperjanjikan tapi terlambat.
4. Melakukan sesuatu yang oleh perjanjian tidak boleh dilakukan
Misalnya A menyewakan rumahnya kepada B, di dalam perjanjian sewa disepakati
bahwa B dilarang menyewakan lagi rumah A tersebut ke orang lain. faktanya B
menyewakan rumah A yang ia sewa itu ke pihak ketiga/orang lain. Dalam hal ini B
sudah wanprestasi karena melakukan sesuatu yabg oleh perjanjian tidak boleh
dilakukan.

***Selamat Belajar***

Anda mungkin juga menyukai