Anda di halaman 1dari 13

PENGANTAR

HUKUM PERIKATAN
Pengertian Istilah Perikatan

Perikatan merupakan hasil pengertian dari kata verbintenis yang berasal dari bahasa
Belanda yang artinya ikatan/hubungan. Perikatan artinya hal yang mengikat antara orang
yang satu kepada orang yang lain. Suatu hal yang mengikat itu dalam kenyataannya dapat
berupa perbuatan, contohnya jual-beli barang, berupa peristiwa contohnya yaitu lahirnya
seorang bayi.

Dalam buku ketiga KUHPerdata secara garis besar tidak memberikan penjelasan secara
rinci bagaimana pengertian “perikatan”. Namun, para ahli mengemukakan pendapatnya
dan memberikan penjelasan dan pengertian tentang perikatan ini. Contohnya Munir
Fuady yang menjelaskan perikatan yaitu keserasian dari istilah “verbintenis”. Yaitu suatu
hal yang mengikat antara para pihak. Hukum perikatan juga merupakan hukum yang
mengatur hubungan antar dua orang atau lebih yang didasari hukum dalam konteks harta
kekayaan yang didalamnya memberi hak dan memberi kewajiban atas suatu prestasi.
Adapun unsur-unsur dalam hukum perikatan, diantaranya:

1. Adanya suatu kaidah hukum. Kaidah hukum alam hukum perikatan


dibagi menjadi dua, yaitu tertulis dan tidak tertulis. Kaidah hukum
tertulis meliputi peraturan perundang-undangan, traktat, juga
yurisprudensi. Kemudian kaidah hukum tidak tertulis yaitu hukum
yang timbul dan tumbuh dalam kebiasaan hidup masyarakat.

2. Adanya subjek hukum, yaitu manusia dan badan hukum. Dalam


hukum perikatan, subjek hukumnya yaitu seorang kreditur dan
debitur.

3. Adanya prestasi
Objek dan Subjek Hukum
Objek dan subjek hukum dari hukum perikatan ini diantaranya:

a. Prestasi digunakan sebagai objek dari hukum perikatan.

b. Pihak-pihak atau para pihak diartikan sebagai subjek dari perikatan.

Prestasi merupakan objek perikatan, dan merupakan kewajiban yang harus


dilaksanakan. Kewajiban dalam konteks ilmu hukum merupakan suatu hal yang
wajib dan ditanggung oleh seseorang yang sifatnya mengikat. Hak dan
kewajiban ini bisa timbul jika terjadinya hubungan antar pihak yang
melaksanakan suatu perjanjian atau kontrak. Jadi, selama belum berakhirnya
suatu hubungan hukum yang lahir dari perjanjian tersebut, maka salah satu
pihaknya wajib memenuhi atau mempunyai kewajiban untuk berprestasi
Sumber Hukum Perikatan
Hukum perikatan merupakan produk hukum yang baru dalam sistem tatanan hukum Indonesia.
Adapun sumber hukum perikatan yang terdapat di Indonesia yaitu hukum perjanjian dan
undang-undang. Pada setiap perikatan pasti terjadi karena adanya perjanjian. Selain karena
perjanjian, suatu perikatan juga dapat terjadi karena adanya suatu peristiwa atau tindakan yang
sesuai atau tidak sesuai dengan undang-undang. Hal ini tertuang dalam ketentuan KUHPdt Pasal
1233 yang dimana perikatan dapat timbul baik karena perjanjian ataupun timbul karena undang-
undang. Dengan demikian, hukum perikatan bersumber dari perjanjian dan undang-undang.

• Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)

• Perikatan yang timbul dari undang-undang

• Perikatan yang terjadi karena tindakan atau perbuatan yang melanggar hukum dan perwakilan
sukarela (zaak waarneming).
Schuld dan Haftung

Berdasarkan KUHPerdata Pasal 1131 dan 1132, hubungan antara para pihak
yang terikat atau disebut hubungan antara para pihak kreditur dan debitur,
dalam konteks pihak debitur, pihak debitur bukan sekedar mempunyai
kewajiban dalam hal memenuhi prestasi, namun lebih dari itu harus
mempunyai jaminan. Schuld merupakan kewajiban seorang debitur untuk
berprestasi dan Haftung merupakan penjaminan pemenuhan dari prestasi
tersebut dengan seluruh kekayaan hartanya. Schuld dan Haftung tentunya
selalu ada pada pihak debitur, sehingga sebagai konsekuensinya, maka terjadi
upaya pembatalan terhadap perbuatan hukum debitur yang dapat merugikan
krediturnya atau yang disebut actio paulina
Prestasi dan Wanprestasi
A. Prestasi merupakan kewajiban yang harus dipenuhi oleh para debitu dalam hukum
perikatan. Dalam ketentuan KUHPdt Pasal 1234, setiap perikatan merupakatan hal untuk
memberi sesuatu, berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu. Oleh karena itu, wujud prestasi
yaitu memberi, berbuat, dan tidak berbuat sesuatu.

• Perikatan untuk memberikan sesuatu

• Perikatan untuk berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu

• Sifat prestasi
B. Wanprestasi merupakan suatu istilah yang artinya tidak dapat memenuhi
kewajiban yang telah ditetapkan dalam suatu prestasi. Adapun alasan
terjadinya wanprestasi diantaranya yaitu:

• Karena kesalahan seorang debitur (sengaja ataupun tidak)

• Keadaan memaksa (force majeure).


Sistem Pengaturan Hukum Perikatan

Dalam pengaturan hukum perikatan menurut BW atau yang disebut


KUHPerdata, sistem hukum perikatan menganut open system, yaitu
sistem terbuka yang dimana setiap orang berhak untuk melakukan
suatu perjanjian, baik perbuatan tersebut sudah diatur dalam
undang-undang maupun belum.
Asas-asas Perikatan

• Asas Kesepakatan (konsensualisme)

Maksud dari asas ini yaitu suatu perikatan terjadi sejak lahirnya kata “sepakat” diantara para pihak. Hal
ini sesuai dengan Pasal 1320 ayat 1 KUHPdt. Hal tersebut dapat dibentuk secara lisan ataupun tulisan.

• Asas Pacta Sunt Servanda

Asas ini berhubungan dengan Pasal 1338 KUHPdt yang menyatakan bahwa semua persetujuan yang
dibentuk secara sah berlaku sebagai aturan bagi pihak-pihak yang membuatnya. Dengan arti lain, istilah
pacta sunt servanda ini yaitu sebuah janji yang harus ditepati oleh para pihak yang melakukan perikatan.

• Asas Kebebasan Berkontrak

Asas kebebasan berkontrak merupakan suatu wujud dari kehendak bebas hak asasi manusia. Asas ini
merupakan perwujudan dalam hal melakukan kebebasan kepada setiap orang untuk membuat,
mengadakan, menentukan, dan menentukan bentuk perjanjian.
Jenis-Jenis Perikatan
1. Perikatan Murni

Jenis ini mrupakan jenis perikatan yang paling sederhana karena jumlah pihak yang terikat
hanya masing-masing satu. Baik dari pihak yang dituntut maupun yang menuntut. Contohnya
membeli kopi di warung madura.

2. Perikatan bersyarat

Perikatan bersyarat merupakan suatu perikatan yang digantungkan pada sebuah peristiwa
yang belum tentu terjadi.

3. Perikatan dengan ketentuan waktu

Ketentuan waktu dalam perikatan ini maksudnya yaitu peristiwa yang akan terjadi dan pasti
sesuai dengan ketentuan dalam KUHPerdata Pasal 1268 yang berbunyi “suatu ketetapan waktu
tidak menangguhkan sebuah perikatan, melainkan menangguhkan pelaksanaannya”.
4. Perikatan Mana Suka/Alternatif

Perikatan mana suka atau alternatif ini merupakan perikatan yang terdiri dari prestasi dan
seorang debitur wajib memenuhi suatu perikatan tersebut dengan salah satu prestasi

5. Perikatan Tanggung Menanggung/Tanggung Renteng

Perikatan tanggung menanggung atau tanggung renteng ini merupakan perikatan yang terdiri dari
beberapa orang kreditur dan debitur.

6. Perikatan yang dapat dibagi dan tidak dapat dibagi

Suatu perikatan dapat dibagi dan juga tidak dapat dibagi jika suatu barang yang menjadi objek
prestasi dapat atau tidak dapat dibagi menurut imbangan.

7. Perikatan dengan ancaman hukuman

Perikatan dengan ancaman hukuman ini pada dasarnya memuat sebuah ancaman kepada pihak
debitur jika debitur tersebut lalai dan tidak dapat memenuhi kewajibannya
KESIMPULAN
Hukum perikatan merupakan sebuah aturan hukum yang mengatur hubungan antara para
pihak yang jumlahnya dua orang atau lebih, yang memberikan hak pada salah satu pihak
yang disebut kreditur dan memberikan sebuah kewajiban pada pihak yang lain atas suatu
prestasi atau dapat disebut debitur. Objek dari hukum perikatan yaitu sebuah prestasi dan
subjek dari hukum perikatan yaitu pihak-pihak yang melakukan peristiwa perikatan
tersebut. Sumber perikatan yaitu terbagi menjadi dua, yakni bersumber perjanjian para
pihak dan juga bersumber dari undang-undang. Schuld merupakan suatu kewajiban para
debitur untuk berprestasi dan Haftung merupakan penjamin pemenuhan dari sebuah
prestasi dengan semua kekayaan hartanya. Schuld dan Haftung tentunya ada pada pihak
debitur sehingga sebagai konsekuensinya, adanya upaya pembatalan perbuatan hukum dari
debitur yang dapat merugikan krediturnya atau disebut actio paulina yang hadir untuk
pihak kreditur. Kemudian hukum perikatan menganut sistem terbuka yang artinya bahwa
setiap orang berhak untuk melakukan sebuah perjanjian, baik perbuatan tersebut sudah
diatur dalam aturan undang-undang maupun belum. Hal ini berdasarkan KUHPerdata.

Anda mungkin juga menyukai