Anda di halaman 1dari 2

OBJEK DAN SUBJEK HUBUNGAN INDUSTRIAL

Objek Hubungan Industrial


Dalam hubungan industrial adanya pekerja dan pengusaha merupakan suatu masalah yang
menjadi cikal bakal berkembangnya hubungan industrial. Hubungan industrial dapat
terjadi melalui adanya para pelaku dalam produksi barang dan jasa berdasarkan Pancasila
dan UUD NRI Tahun 1945.
Prinsip hubungan industrial Pancasila harus berdasarkan pada aspek saling
menguntungkan, saling percaya, saling memahami, dan saling adanya rasa memilki.
Sehingga baik para pekerja dan pengusaha dapat menjalankan perusahaannya dalam
keadaan yang kondusif, aman dan penuh saling kepercayaan. Sesuai prinsip yang dianut
dalam hubungan industrial Pancasila, bahwa hubungan industrial bertujuan untuk:1
1. Menciptakan ketenangan atau ketentraman kerja serta ketenagan usaha.
2. Meningkatkan produksi, dan
3. Meningkatkan kesejahteraan pekerja serta derajatnya sesuai dengan martabat
manusia.
Hubungan industrial juga dipengaruhi oleh berbagai faktor, selain adanya faktor dari
kondisi internal perusahaan yang memainkan peran seperti hubungan antar pekerja, serikat
pekerja dan pengusaha, kondisi kerja dan budaya dalam perusahaan, juga kondisi ekternal
perusahaan yaitu eksistensi pemerintah sebagai regulator dalam hubungan industrial.
Pada tingkat perusahaan interaksi efektif yang terjalin antara pekerja dan manajemen
seharusnya diciptakan dan dipelihara untuk menghasilkan suatu produk sesuai dengan
harapan kedua belah pihak. Pada dasarnya yang menjadi persoalan adalah pekerja dan
pengusaha yang menginginkan terciptanya hubungan yang harmonis agar kepentingan
masing-masing pihak dapat terwujud. Pekerja menginginkan kesejahteraan, dan pengusaha
juga menginginkan profit dan kesuksesan jangka Panjang pada perusahaannya.
Hubungan antara tenaga kerja dan perusahaan pada dasarnya bersifat beragam. Di satu
pihak dirasakan hubungan hukum yang tidak memiliki keseimbangngan karena secara
sosial ekonomi pengusaha lebih kuat dibandingkan dengan para pekerjanya. Sehingga
pada aspek tersebut terdapat hubungan yang rentan terjaninya suatu perselisihan maupun
permasalahan dalam hubungan industrial.
Dalam rangka kerja sama antara tenaga kerja dengan pengusaha diperluakn perangkat
hukum yang dapat memberikan kepastian pelaksanaan hak dan kewajiban diantara pelaku
proses produksi. Betapapun hak dan kewajiban telah dirumuskan dan diatur sedemikian
jelas, tegas dan terinci dalam peraturan perundangan tenagakerjaan, bahkan perjanjian
kerja, peraturan perusahaan atau perjanjian kerja bersama, dalam pelaksanaan perselisihan
antara pengusaha dengan tenaga kerja kalanya sulit dihindari.

1
A. Ridwan Halim dan Sri Subiandini Gultom, Sari Hukum Perburuan Aktual, Pradnya Pramita, Jakarta, 1987,
hlm 1. (Dikutip dalam Buku Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial, Karya: M. Thaib & Ramon Nofrial,
Cetakan Pertama: November 2019).
Subjek Hubungan Industrial
Hubungan industrial merupakan keterkaitan kepentingan antara pekerja/buruh dengan
pengusaha, berpotensi menimbulkan perbedaan pendapat bahkan perselisihan antara kedua
belah pihak. Dalam era industrialisasi, masalah perselisihan hubungan industrial menjadi
semakin meningkat dan kompleks, sehingga diperlukan institusi dan mekanisme
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang cepat, tepat, adil dan murah yang
selama ini tidak dapat diwujudkan oleh peraturan perundang-undangan yang ada.

Penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang sederhana, cepat dan berbiaya ringan
lahir dari pemikiran untuk melaksanakan keadilan sosial dalam menangani perselisihan
hubungan industrial yang melibatkan dua pihak yang bersengketa yakni pengusaha dan
pekerja/buruh. Keduanya berada pada posisi yang tidak seimbang, pengusaha berada pada
posisi yang kuat dalam status sosial ekonomi sedangkan pekerja/buruh berada pada posisi
lemah, yang menggantungkan sumber penghasilannya dengan bekerja pada pengusaha
atau majikan. Keduanya sama-sama manusia yang memiliki harkat dan martabat
kemanusiaan (human dinity).2 Posisi pekerja/buruh yang lemah tidak boleh menjadi
penghalang baginya untuk memperoleh keadilan di Pengadilan Hubungan Industrial.
Eksistensi Pengadilan Hubungan Industrial merupakan tumpuan asa bagi pencari keadilan
khususnya pekerja/buruh, meskipun buruknya substansi hukum acara perburuhan
sebelumnya. Ekspektasi publik terhadap Pengadilan Hubungan Industrial diharapkan
mampu menegakkan wibawa hukum, kepastian hukum dan keadilan.

2
Agusmidah, Politik Hukum Dalam Hukum Ketenagakerjaan Berdasarkan Peraturan Perundang-undangan
ketenagakerjaan, Disertasi Untuk Memperoleh Gelar Doktor Dalam Ilmu Hukum Pada Sekolah Pasca Sarjana
USU, Medan, 2007, hlm. 1. (Dikutip dalam jurnal http://dx.doi.org/10.25216/jhp.7.2.2018.297-326).

Anda mungkin juga menyukai