Anda di halaman 1dari 32

KELENJAR TIROID DAN PARATIROID Dr.

Kamal Bastri Sp B (Onk)


CITRA ARYANTI 08-050 TOH CHIA TING 08-273 LOH HUI WEN 08-289 PREMAALOSHINEE 08-405 SULOCHANA MOHAN 08-431 RATHIRUBA SELVARAJU 08-257 BHARATHI GANATHIPAN 08-259 GAYATRI THEVADAS 08-261 KAARTHINI ARJUNAM 08-266 MALEENY PERAMAL 08-269

Embriologi

Embriologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid dimulai perkembangannya sekitar 24 hari (dalam minggu ke-4) dari penebalan entodermal median di lantai faring primitive kea rah tuberkulum impar. Penebalan membentuk downgrowt, divertikulum tiroid, yang tumbuh ke dalam mesoderm yang mendasarinya, selama embrio memanjang dan lidah tumbuh, divertikulum tiroid turun di depan leher dan faring.
Divertikulum ini terhubung ke lidah oleh kanal sempit, duktus tiroglosus, yang dibuka di lidah melalui foramen sekum, yang berlangsung sebagai pit vestigial di lidah.

Divertikum tiroid tumbuh dengan cepat dan membentuk 2 lobus dan pada minggu 7 perkembangan embrio, mencapai posisi akhir anterior trakea, mempunyai ismus medan yang kecil dan 2 lobus lateral. Pada saat itu, saluran tiroglosus biasanya telah menghilang.
Sebuah lobus piramidal, membentang dari tanah genting, terlihat pada sekitar 50% dari kelenjar tiroid dan berasal dari saluran tiroglosus.

Embriologi Kelenjar Tiroid


Kelenjar tiroid mulai berfungsi pada sekitar akhir bulan 3, di mana waktu itu folikel pertama yang berisi koloid dapat dilihat. Awalnya, tiroid primordium terdiri dari massa padat dari sel entodermal. Kemudian memecah menjadi jaringan epitel yang berbentuk piring oleh inasi dari mesenkim sekitarnya. Pada minggu 10, pita telah dibagi menjadi kelompok sel kecil, dan bentuk lumen di setiap kluster sel. Sel-sel kemudian mengatur diri menjadi satu lapisan di lumen. Selama minggu 11, koloid terlihat dalam bentuk folikel, dan bahkan tiroksin dapat ditemukan.

Embriologi Kelenjar Paratiroid


Kelenjar paratiroid berkembang dari endoderm ketiga dan keempat kantong faring. Kelenjar paratiroid inferior berasal dari bagian dorsal kantong faring ketiga, dan timus timbul dari bagian ventral kantong faring ketiga. Setelah itu, kelenjar paratiroid inferior dan timus bermigrasi bersama-sama menuju mediastinum, mereka akhirnya terpisah. Dalam kebanyakan kasus, kelenjar paratiroid inferior menjadi lokal dekat kutub klenjar paratiroid inferior, dan timus terus bermigrasi ke arah mediastinum.

Kelenjar paratiroid superior berasal dari kantong faring keempat dan memigrasi bersama-sama dengan ultimobranchial bodies. Ultimobranchial bodies juga mengembangkan dari kantong faring keempat, dan, selama minggu kelima perkembanagn, sel-sel ini melepaskan dari dinding faring dan melekat pada tiroid lansung turun ke bagian leher. Sel-sel berdiferensiasi menjadi sel parafollicular (C sel) yang mengeluarkan kalsitonin. Kelenjar paratiroid superior migrasi lebih pendek dari kelenjar yang inferior, yang mengakibatkan lokasi relatif lebih konstan di leher. Karena kelenjar paratiroid superior bergerak sejajar dengan ultimobranchial bodies, mereka tetap berkoneksi dengan bagian posterior dari sepertiga tengah lobus tiroid.

Lokasi paling sering kelenjar paratiroid superior (A) dan inferior paratiroid (B)

Anatomi

Anatomy & Histologi Kelenjar Tiroid

Berasal dari bahasa Yunani thyreos yang berarti pelindung. Terdiri atas dua buah lobus lateral yang dihubungkan oleh suatu jembatan jaringan ismus tiroid yang tipis dibawah kartilago krikoidea di leher Berbentuk kupu-kupu Terletak didepan trakea setinggi cincin trakea ke 2 dan 3 Dibungkus oleh kapsula yang berasal dari lamina pretrakheal fasia profunda Terdiri dari 2 jenis sel: 1. Sel folikel 2. Sel parafolikel

Anatomy Kelenjar Paratiroid

Terdiri dari 4 buah kelenjar Terletak dibelakang kelenjar tiroid Panjangnya kira-kira 6 mm, lebar 3 mm, dan tebalnya 2 mm Terdiri dari 2 sel:

1. Chief cell
2. Sel Oxyphiel

Histologi Kelenjar Paratiroid

Vaskularisasi
Tiroid disuplai dengan dua ateri: Arteri tiroidalis superior Arteri tiroidalis inferior Paratiroid umumnya disuplai oleh arteri tiroidalis inferior. Drainase dari tiroid melalui 3 pasang vena: Vena tiroidalis superior Vena tiroidalis media Vena tiroidalis inferior

Sistem limfatik Pembuluh limfe tiroid terhubung dengan plexus tracheal dan menjalar sampai ke prelaringeal di atas isthmus tiroid dan ke nodus pretraheal serta paratracheal. Sebagian juga mengalir ke nodus brachiocephal yang terhubung dengan tymus pada mediastinum superior.

Gambaran vaskularisasi tiroid

Persarafan
Persarafan kelenjar thyroid: Ganglion simpatis (dr truncus sympaticus) cervicalis media & inferior Parasimpatis N. laryngea superior & N. laryngea recurrens (cabang N.vagus) N. laryngea sup & inf sering cedera waktu operasi Akibatnya = pita suara terganggu (stridor/ serak)

Fisiologi

Biosintesa T3 & T4

5 LANGKAH:
Konsentrasi Yodida Oksidasi Yodida Yodinasi Tirosin Perangkaian Yodotirosil

Proteolisis Tiroglobulin & Sekresi Hormon Tiroid

Hypothalamic-Pituitary-Thyroid Axis Negative Fedback Mechanism

Fungsi Hormon Thyroid

Dua jenis hormon berbeda yang dihasilkan oleh kelenjar tiroid membentuk hormon tiroid yaitu tiroksin dan triiodotironin

disintesis dan disimpan dalam keadaan terikat

Tiroksin (T4)

dengan protein di dalam sel-sel kelenjar tiriod

Triiodotironin

asam amino dengan sifat unik yang mengandung molekul iodium yang terikat pada asam amino ini hanya mengandung tiga atom iodium saja dalam setiap molekulnya

(T3)

Hormon tiroid yang bersirkulasi dalam plasma terikat pada protein plasma, diantaranya :

Tiroksin (T4)

(1) globulin pengikat tiroksin (TBG). (2) prealbumin pengikat tiroksin (TBPA). (3) albumin pengikat tiroksin (TBA).

Triiodotironin (T3)

Hormon triiodotironin (T3) lebih aktif daripada hormon tiroksin (T4). T4 dan T3 disintesis di dalam koloid melalui iodinasi dan kondensasi molekulmolekul tirosin yang terikat pada linkage peptida dalam triglobulin

Efek Fisiologik Hormon Tiroid

Efek pada

Perkembangan Janin

Efek Pulmonar

Efek pada Konsumsi

Oksigen

Efek Simpatik

Efek Kardiovaskular

Efek Fisiologik Hormon Tiroid

Efek Hematopoetik

Efek Endokrin

Efek gastrointestinal

Efek pada Lipid dan Metabolisme Karbohidrat Efek Skeletal

Efek Neuromuskular

Hormon Paratiroid
Fungsi utama: ikut mempertahankan kadar Ca++ dlm cairan ekstrasel agar tetap stabil. Berbagai mekanisme yg dipengaruhi a.l: absorpsi Ca++ melalui saluran cerna, penyimpanan dlm tulang dan mobilisasinya, serta ekskresi Ca++ melalui urin, feses, keringat dan air susu. Efek utama HPT mobilisasi Ca++ dr tulang. Aktivitas sekretoris kelenjar paratiroid terutama dipengaruhi oleh kadar Ca++ dlm darah atau dlm sel kelenjar. Bila kadar Ca++ rendah, sekresi HPT meningkat, dan bila hipokalsemia cukup lama, terjadi hipertrofi dan hiperplasi kelenjar paratiroid. Pd keadaan hiperkalsemia terjadi hal yg sebaliknya.

Calcitonin
Kalsitonin merupakan hormon polipeptida yg berefek hipokalsemik dan hipofosfatemik. Pertama kali diisolasi dari kelenjar tiroid. Hormon polipeptida ini terdiri dari residu 32 asam amino yg membtk rantai tunggal lurus. Sekresi dan biosintesis kalsitonin dipengaruhi oleh kadar ion Ca++ plasma; bila kadar ion ini tinggi maka kadar hormon pun meningkat, dan sebaliknya. Pengukuran kadar kalsitonin dg cara imunoassay didapatkan, kadar basal kalsitonin < 100 pg/ml. Pemberian infus Ca++ dpt meningkatkan kadar basal ini sampal 23 kali lipat. Kadar rata2 kalsitonin pd wanita lbh rendah dp pria.

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai