Makalah Di Ajukan Sebagai Tugas Mata Kuliah Dalil dan Tradisi Amaliyah
Nahdliyah
Dosen Pengampu: Dul Jalil, M..Ag
َتَج اَب َلُك ْم َتِغ يُثوَن َر َّبُك ْم َفاْس ِإْذ َتْس
B. Rumusan masalah
a. Pengertian istighatsah
b. Sejarah istighatsah
c. Hakikat istighatsah
C. Pembahasan
1. Pengertian, sejarah dan Hakikat Istighatsah
1
Al-Hafidz al-Haitsami berkata: “Para perawinya adalah perawi hadits shahih, kecuali
Utsman bin Mauhib, ia terpercaya.” (Majma’ Az-Zawaid, X/72)
َفَبَك ى ُع َم ُر، َفَأَتى الَّرُج ُل ُع َم َر َفَأْخ َبَرُه، َو ُقْل َلُه َع َلْيَك الَك ْيَس الَك ْيَس، ُيْس َقْو َن
َيا َر ِّب َال آُلْو ِإَّال َم ا َع َج ْز ُت: َو َقاَل2.
Artinya, “Paceklik datang di masa Umar, maka salah
seorang sahabat (yaitu Bilal bin Al-Harits Al-Muzani)
mendatangi kuburan Nabi dan mengatakan, ‘Wahai
Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah untuk umatmu
karena sungguh mereka betul-betul telah binasa.’ Kemudian
orang ini bermimpi bertemu dengan Rasulullah. Rasulullah
berkata kepadanya, ‘Sampaikan salamku kepada Umar.
Beritahukan bahwa hujan akan turun untuk mereka.
Katakana kepadanya, 'Bersungguh-sungguhlah dalam
melayani umat.’’ Kemudian sahabat tersebut datang kepada
Umar dan memberitahukan apa yang dilakukannya dan
mimpi yang dialaminya. Umar menangis dan mengatakan,
‘Ya Allah, Saya akan kerahkan semua upayaku kecuali yang
aku tidak mampu.’
D. Penutup
1. Kesimpulan
Istighatsah adalah
Daftar Pustaka
Tim Aswaja NU Center PWNU Jawa Timur, Istighatsah, (Surabaya,
Khazanah Aswaja, 2016), hlm. 147