Anda di halaman 1dari 14

TUGAS MAKALAH

KE NUAN
TEMA ISTIGHOSAH

Disusun Oleh :

DIKY AJIEK PRADANA SAPUTRA (211110003028)


MILA KHUSNA (211110003031)
SETYO BUDI UTOMO (211110003043)
DAMAR HADI SURYA P. (211110003033)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Pola hidup era sekarang yang berkecenderungan hedonis (glamour) dan materialistik (ukurannya
materi/uang), lebih banyak menimbulkan dampak negatif bagi kehidupan manusia, bahkan
cenderung mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan yang ada pada manusia tersebut.
Dampaknya sangat terasa, manusia cenderung terisolasi, mengalami keterasingan diri, jiwa a-
sosial dan abai terhadap sesama. Istigosah hadir sebagai cara atau media meminimalisir hal
tersebut. Sebagai kegiatan yang cenderung banyak mengandung dimensi ibadah (didalamnya ada
unsur bermunajat kepada Allah), lebih dari itu istigosah juga banyak dimensi sosial di dalamnya.
Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan panjang lebar tentang istighotsah dan perannanya dalam
kehidupan manusia yang mendamba kedamaian.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah yang akan
dibahas dalam penelitian ini adalah :
1. Apa pengertian dan tata cara Istighasah?
2. Bagaimanakah tatacara dan hukum melakukan istighosah?
3. Ada berapa macam Istighotsah itu?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. untuk mengetahui arti dari istighosah serta bentuk-bentuk istighosah

2. mengetahui tatacara istighosah dan bagaimana hukumnya.

3. untuk mengenali macam-macam istighosah.


BAB II
PEMBAHASAN

A PENGERTIAN DAN TATA CARA SERTA BENTUK-BENTUK ISTIGHASAH

1. PENGERTIAN ISTIGHOSAH
Istighotsah adalah pola (wazn) istif’aal (‫ )اِ ْستِ ْف َعال‬dari kata al-ghauts (‫ )ال َغوْ ث‬yang berarti pertolongan. Pola
ini salah satu fungsinya adalah menunjukkan arti ٌ‫( طَلَب‬permintaan atau permohonan). Seperti kata ‫ُغ ْف َران‬
yang berarti ampunan, ketika diikutkan pola istif’al (‫ )اِ ْستِ ْف َعال‬menjadi istighfar (‫)ا ْستِ ْغفَار‬. Istighotsah adalah
meminta pertolongan ketika keadaan sukar dan sulit. Sedangkan Isti'anah maknanya meminta
pertolongan dengan arti yang lebih luas dan umu Baik Istighotsah maupun Isti'anah terdapat di dalam
nushushusy syari'ah atau teks-teks Al-Qur'an atau hadits Nabi Muhammad SAW Jadi istighotsah berarti
ِ ْ‫) طَلَبُ ال َغو‬: meminta pertolongan.  Para ulama membedakan antara Istighotsah dengan
thalab al-ghauts (‫ث‬
Isti’anah meskipun secara kebahasaan makna Istighotsah dan Isti’anah kurang lebih sama. Karena
isti’anah juga mengikuti pola Istif’aal (‫ )اِ ْستِ ْف َعال‬dari kata al-‘aun (‫ )العَوْ ن‬yang berarti thalab al-‘aun ( ُ‫طَلَب‬
ْ meminta pertolongan. Istighotsah adalah: ‫ْق‬
‫)العَوْ ِن‬: ِّ ‫ث ِع ْن َد ال ِّش َّد ِة َوال‬
ِ ‫ضي‬ ِ ْ‫“ طَلَبُ ال َغو‬Meminta pertolongan ketika
dalam keadaan sukar dan sulit.”  Sedangkan Isti’anah maknanya lebih luas dan umum.  Allah  berfirman:
‫صاَل ِة‬ َّ ‫ َوا ْستَ ِعينُوا بِال‬Maknanya: “Mintalah pertolongan dengan sabar dan shalat” (QS al Baqarah: 45).
َّ ‫صب ِْر َوال‬
Macam-macam Istighotsah Istighotsah ada dua macam: Pertama, istighotsah kepada Allah Dalam Surat
al-Anfal ayat 9 disebutkan: َ‫ف ِمنَ ْال َماَل ئِ َك ِة ُمرْ ِدفِين‬
ٍ ‫اب لَ ُك ْم أَنِّي ُم ِم ُّد ُك ْم بِأ َ ْل‬
aَ ‫ إِ ْذ تَ ْست َِغيثُونَ َربَّ ُك ْم فَا ْست ََج‬Yang artinya: “(Ingatlah
wahai Muhammad), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya
bagimu: "Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat
yang datang berturut-turut.”  (QS al-Anfal: 9). Ayat ini menjelaskan peristiwa ketika Nabi Muhammad 
memohon bantuan dari Allah. Saat itu beliau berada di tengah berkecamuknya perang badar di mana
kekuatan musuh tiga kali lipat lebih besar dari pasukan Islam, kemudian Allah mengabulkan
permohonan Nabi dengan memberi bantuan pasukan tambahan berupa seribu pasukan malaikat. Dalam
Surat Al-Ahqaf ayat  17 juga disebutkan: َ ‫وهُ َما يَ ْستَ ِغيثَا ِن هَّللا‬ 
َ Yang artinya: “Kedua orang tua memohon
pertolongan kepada Allah” (QS al Ahqaf:17). Yang dalam hal ini, memohon pertolongan Allah atas
kedurhakaan sang anak dan keengganannya meyakini hari kebangkitan, dan tidak ada cara lain yang
dapat ditempuh oleh keduanya untuk menyadarkan sang anak kecuali memohon pertolongan dari Yang
Maha Kuasa atas segala sesuatu. Kedua, Istighotsah kepada selain Allah Beristighotsah kepada selain
Allah hukumnya boleh dengan melihat bahwa makhluk yang dimintai pertolongan adalah sebab. Jadi
meskipun sesungguhnya pertolongan itu datangnya dari Allah, Allah-lah pemberi pertolongan yang
sesungguhnya, namun tidak menafikan bahwa Allah menjadikan sebab-sebab yang telah dipersiapkan
agar terwujud pertolongan tersebut.  Dalil-dalil Istighotsah dengan Selain Allah • Hadits al-Bukhari: ‫إِ َّن‬
‫ي) ـ‬ َ ِ‫ق نِصْ فَ األُ ُذ ِن فَبَ ْينَ َما هُ ْم َك َذل‬
ّ ‫ (رواه البخار‬ ‫ك ا ْستَغَاثُوْ ا بِآ َد َم ثُ َّم بِ ُموْ َسى ثُ َّم بِ ُم َح َّم ٍد‬ ُ ‫س تَ ْدنُوْ يَوْ َم القِيَا َم ِة َحتَّى يَ ْبلُ َغ ال َع َر‬
َ ‫“ ال َّش ْم‬Matahari
akan mendekat ke kepala manusia di hari kiamat, sehingga keringat sebagian orang keluar hingga
mencapai separuh telinganya, ketika mereka  berada pada kondisi seperti itu mereka beristighotsah 
(meminta pertolongan) kepada Nabi Adam, kemudian kepada Nabi Musa kemudian kepada Nabi
Muhammad ” (HR al-Bukhari). Faedah Hadits: Hadits ini adalah dalil dibolehkannya meminta
pertolongan kepada selain Allah dengan keyakinan bahwa seorang nabi atau wali adalah sebab. Terbukti
ketika manusia di mahsyar terkena terik panasnya sinar matahari mereka meminta tolong kepada para
nabi. Kenapa mereka tidak berdoa kepada Allah saja dan tidak perlu mendatangi para nabi tersebut?
Seandainya perbuatan ini adalah syirik niscaya mereka tidak melakukan hal itu, dan jelas tidak ada
dalam ajaran Islam suatu perbuatan yang dianggap syirik di dunia, sedangkan di akhirat tidak terhitung
syirik. Syirik adalah syirik di dunia dan di akhirat, dan yang bukan syirik di dunia, bukan syirik pula di
akhirat! • Hadits riwayat al-Bayhaqi, Ibnu Abi Syaibah, dan lainnya: ‫اب‬ َ ‫ص‬َ َ‫ أ‬:‫خَازنَ ُع َم َر قال‬ ِ َ‫ع َْن َمالِك ال َّدار َوكان‬
ْ‫ أَ ْق ِرئ‬:ُ‫ فَأُتِ َي ال َّر ُج ُل فِ ْي ْال َمن َِام فَقِي َْل لَه‬،‫ْق أِل ُ َّمتِكَ فَإِنَّهُ ْم قَ ْد هَلَ ُكوْ ا‬ ِ ‫اس قَحْ طٌ فِ ْي زَ َم‬
ِ ‫ ا ْستَس‬،ِ‫ يَا َرسُوْ َل هللا‬:‫ فَقَا َل‬ ‫ء َر ُج ٌل إِلَى قَب ِْر النَّبِ ِّي‬aَ ‫ان ُع َم َر فَ َجا‬ َ َّ‫الن‬
ُ ‫ يَا َربِّ الَ آلُوْ إِالَّ َما َع َج ْز‬:‫ فَبَكَى ُع َم ُر َوقَا َل‬،ُ‫ فَأَتَى ال َّر ُج ُل ُع َم َر فَأ َ ْخبَ َره‬،‫ْس‬
‫ت‬ َ ‫ َوقُلْ لَهُ َعلَ ْيكَ ال َكي‬، َ‫ُع َم َر ال َّسالَ َم َوأَ ْخبِرْ هُ أَنَّهُ ْم يُ ْسقَوْ ن‬
َ ‫ْس ال َكي‬
Maknanya: “Paceklik datang di masa Umar, maka salah seorang sahabat yaitu Bilal ibn al Harits al
Muzani mendatangi kuburan Nabi dan mengatakan: Wahai Rasulullah, mohonkanlah hujan kepada Allah
untuk umatmu karena sungguh mereka betul-betul telah binasa, kemudian orang ini bermimpi bertemu
dengan Rasulullah dan Rasulullah berkata kepadanya: “Sampaikan salamku kepada Umar dan
beritahukan bahwa hujan akan turun untuk mereka, dan katakan kepadanya “bersungguh-sungguhlah
dalam melayani umat.” Kemudian sahabat tersebut datang kepada Umar dan memberitahukan apa yang
dilakukannya dan mimpi yang dialaminya. Umar menangis dan mengatakan: “Ya Allah, Saya akan
kerahkan semua upayaku kecuali yang aku tidak mampu.” Hadits ini dinilai sahih oleh al Bayhaqi, Ibnu
Katsir, al Hafizh Ibnu Hajar dan lainnya. Faedah Hadits: Hadits ini menunjukkan dibolehkannya
beristighotsah dengan para nabi dan wali yang sudah meninggal dengan redaksi Nida’ (memanggil) yaitu
َ ِ‫ْق أِل ُ َّمت‬
(ِ‫)يَا َرسُوْ َل هللا‬. Ketika Bilal ibn al Harits al Muzani mengatakan: (‫ك‬ ِ ‫)ا ْستَس‬, maknanya adalah:
“Mohonkanlah hujan kepada Allah untuk ummat-mu,” bukan ciptakanlah hujan untuk ummatmu. Jadi
ْ َ‫ضاق‬
dari sini diketahui bahwa boleh bertawassul dan beristighotsah dengan mengatakan:  ‫ت‬ َ ،ِ‫يَا َرسُوْ َل هللا‬
ِ‫ أَ ْد ِر ْكنِ ْي أَوْ أَ ِغ ْثنِ ْي يَا َرسُوْ َل هللا‬،‫ ِح ْيلَتِ ْي‬Karena maknanya adalah tolonglah aku dengan doamu kepada Allah,
selamatkanlah aku dengan doamu kepada Allah. Rasulullah bukan pencipta manfa’at atau mara bahaya,
beliau hanyalah sebab seseorang diberikan manfaat atau dijauhkan dari bahaya. Rasulullah saja telah
menyebut hujan sebagai Mughits (penolong dan penyelamat) dalam hadits riwayat Abu Dawud dan
ِ ‫َاجالً َغ ْي َر َء‬
lainnya dengan sanad yang sahih: ‫اج ٍل‬ َ ‫ اللّهُ َّم ا ْسقِنَا َغ ْيثًا ُم ِغ ْيثًا َم ِر ْيئًا َم ِر ْيعًا نَافِعًا َغ ْي َر‬Berarti
ِ ‫ضآرٍّ ع‬
sebagaimana Rasulullah menamakan hujan sebagai mughits karena hujan menyelamatkan dari
kesusahan dengan izin Allah, demikian pula seorang nabi atau wali menyelamatkan dari kesusahan dan
kesulitan dengan seizin Allah. Jadi boleh mengatakan perkataan (ِ‫ ) أَ ِغ ْثنِ ْي يَا َرسُوْ َل هللا‬dan semacamnya ketika
bertawassul, karena keyakinan seorang muslim ketika mengatakannya adalah bahwa seorang nabi dan
wali hanya sebab sedangkan pencipta manfaat dan yang menjauhkan mara bahaya secara hakiki adalah
Allah, bukan nabi atau wali tersebut.

2. TATACARA ISTIGHOSAH
Indonesia istighotsah diartikan sebagai dzikir atau wiridan yang dilakukan secara bersama-sama
dan biasanya di tempat-tempat terbuka untuk mendapatkan petunjuk dan pertolongan dari Allah
SWT. Sementara doa-doa yang diucapkan pada saat istighotsah adalah doa-doa atau bacaan yang
khas diamalkan dalam jama’ah thoriqoh, meski kadang ada beberapa penambahan doa.
Pertama-tama para jama’ah istighotsah membaca surat pertama dalam Al-Qur’an yakni Al-
Fatihah sebagai pembuka segala kegiatan yang baik. Selanjutnya jama’ah membaca doa-doa
berikut:
1. Istighfar (astagfirullahal adzim) meminta ampun kepada Allah.
2. Hauqolah (la haula wala quwwata illa billahil aliyyil adzim) Meminta kekuatan kepada Allah.
3. Sholawat atau doa untuk Nabi Muhammad SAW dan keluarganya Lafadz tahlil panjang yang
berbunyi “La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin” sebagai pengakuan bahwa tiada
Tuhan selain Allah dan bahwa hamba yang sedang berdoa telah melakukan perbuatan dzolim.
4. Memuji asma Allah dengan lafadz “Ya Allah ya Qodim, ya Sami’u ya Basyir, ya Mubdi’u ya
Kholiq, ya Hafidz ya Nasir ya Wakilu ya Allah, ya Lathif”.
5. Kemudian bacaan istighotsah “Ya Hayyu ya Qoyyum birohmatika astaghits”

B. BAGAIMANAKAH TATACARA DAN HUKUM MELAKUKAN ISTIGHOSAH.

1. Berikut adalah bacaan istighosah.

‫بِس ِْم هللاِ الرَّحْ َم ِن ال َّر ِحيم‬

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang

‫الفَاتِ َحة‬

(Surat Al-Fatihah)

3x ‫أ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم‬


Saya mohon ampun kepada Allah Yang Maha Agung

‫اَل َحوْ َل َواَل قُ َّوةَ إاَّل ِبا هللِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم‬

Tiada daya untuk menjauhi maksiat kecuali dengan pemeliharaan Allah dan tiada kekuatan untuk
melakukan ketaatan kecuali dengan pertolongan Allah

َ ‫أللَّهُ َّم‬
3x ‫صلِّي َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّمد‬

Ya Allah. Limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad berserta
keluarganya

40x َ‫ت ِمنَ الظَّالِ ِم ْين‬


ُ ‫اَل إلهَ إاَّل أ ْنتَ ُسب َْحانَكَ إنِّي ُك ْن‬

Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Engkau, Maha Suci Engkau, Sungguh aku termasuk orang-orang
yang telah berbuat dzalim

33x ‫يَا هللَا ُ يَا قَ ِد ْي ُم‬

Wahai Allah, wahai Dzat yang ada tanpa permualaan

33x ‫ص ْي ُر‬
ِ َ‫يَا َس ِم ْي ُع يَا ب‬

Wahai Allah, wahai Dzat Yang Maha Mendengar dan Maha Melihat

33x ُ ِ‫ع يَا خَال‬


‫ق‬ ُ ‫يَا ُم ْب ِد‬

Wahai Dzat yang mewujudkan sesuatu dari tidak ada, wahai Dzat Yang Maha Pencipta
33x ِ ‫يَا َحفِ ْيظُ يَا ن‬
ُ‫َص ْي ُر يَا َو ِك ْي ُل يا َ هللا‬

Wahai Dzat yang memelihara dari keburukan dan kebinasaan, wahai Dzat Yang Maha Menolong, wahai
Dzat yang menjamin rizki para hamba dan mengetahui kesulitan-kesulitan hamba, ya Allah

33x ُ ‫ك أ ْستَ ِغي‬


‫ْث‬ َ ِ‫يَا خَ ُّي يَا قَيُّوْ ُم بِ َرحْ َمت‬

Wahai Dzat Yang Hidup, yang terus menerus mengurus makhluknya, dengan rahmat-Mu aku memohon
pertolongan-Mu

41x ُ‫يَا لَ ِطيْف‬

Wahai Dzat yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang

33x ‫أ ْستَ ْغفِ ُر هللاَ ْال َع ِظ ْي َم إنَّهُ َكانَ َغفَّارًا‬

Aku mohon ampung kepada Allah Yang Maha Agung, sungguh Allah Dzat Yang Maha Pengampun

3x ُ ‫ت ِح ْيلَتِي أ ْد ِر ْكنِي يَا هللَا‬


ْ َ‫ضاق‬ َ ‫أللَّهُ َّم‬
َ ‫صلِّي َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد قَ ْد‬

Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan kemuliaan kepada junjungan kami Nabi Muhammad, sungguh telah
habis daya dan upayaku maka tolonglah kami, Ya Allah.

41x ‫يَا بَ ِد ْي ُع‬


Wahai Dzat yang menciptakan makhluk tanpa ada contoh sebelumnya

33x ‫َح ْسبُنَا هللاُ َونِ ْع َم ْال َو ِك ْي ُل‬

Cukup bagi kami Allah, dan Dia sebaik-baik penolong

3x َ‫هللاُ أ ْكبَ ُر يَا َربَّنَا َوإلَهَنَا َو َسيِّ َدنَا أ ْنتَ َموْ اَل نَا فَا ْنصُرْ نَا َعلَى ْالقَوْ ِم ْالكَافِ ِر ْين‬

Allah maha besar maha mulia, Wahai Tuhan kami, sesembahan kami, tuan kami, Engkau-lah penolong
kami, menangkan kami atas orang orang kafir.

‫ف اَل َحوْ َل َواَل قُ َّوةَ إاَّل بِا هللِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم‬
ِ ‫ف ْأل‬
ِ ‫ف ْأل‬
ِ ‫ْت َع ْن ُك ُم السُّوْ َء بِ ْأل‬ ُ ْ‫ص ْنتُ ُك ْم ِب ْال َح ِّي ْالقَيُّوْ ِم الَّ ِذيْ اَل يَ ُمو‬
ُ ‫ت أبَدًا َو َدفَع‬ َّ ‫َح‬

Aku mohonkan pemeliharaan untuk kalian kepada Dzat yang maha hidup dan terus menerus mengatur
hamba-Nya yang tidak pernah mati selamanya, dan aku tolak dan hindarkan dari kalian segala keburukan
dengan sejuta bacaan “La haula wa la quwwata illa billahil aliyyil adzim”

3x ‫ْال َح ْم ُد هللِ الَّ ِذيْ أ ْن َع َم َعلَ ْينَا َوهَدَانَا َعلَى َد ْي ِن اإلسْاَل ِم‬

Segala puji bagi Allah yang telah memberikan kita nikmat dan petunjuk kepada agama Islam.

3x ‫ك يَا َغفَّا ُر َع ْف ًوا َوتَوْ بَةً َوبِ ْالقَه ِْر يَا قَهَّا ُر ُخ ْذ َم ْن تَ َحيَّاَل‬
َ ُ‫َس ْألت‬

Ya Allah, aku memohon ampunan dan taubat yang diterima kepada-Mu Ya Allah yang maha pengampun,
dan dengan kekuatan dan kekuasaan-Mu Wahai Dzat yang maha mengalahkan, tundukkan dan hukumlah
orang yang melakukan tipu muslihat dan ingin mencelakai kami
‫الفَاتِ َحة‬

(Surat Al-Fatihah)

2. Hukum melakukam istighosah

Istighosah adalah doa dengan tingkat permohonan yang sangat mendesak, ingin dikabulkan.

Sehingga istighosah ini seperti doa, hanya saja permohonannya tingkat tinggi, dan ingin agar Allah
mengabulkannya.Dan bisa dilakukan sendiri.

Dan nabi shallallahu ‘alaihi wasallam juga pernah beristighatsah :

َ‫ف ِمنَ ْال َماَل ئِ َك ِة ُمرْ ِدفِين‬


ٍ ‫اب لَ ُك ْم أَنِّي ُم ِم ُّد ُك ْم بِأ َ ْل‬
aَ ‫إِ ْذ تَ ْست َِغيثُونَ َربَّ ُك ْم فَا ْست ََج‬

(Ingatlah), ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-Nya bagimu :
“Sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang
berturut-turut”

( QS. Al-Anfal : 7 ) dan Istighosah adalah doa dengan tingkat permohonan yang sangat mendesak, ingin
dikabulkan.

Dan hukum istighosah adalah mubah, karena perkara ini apabila dilakukan mendapat pahala, jika tidak
dilakukan tidak apa-apa

C. MENGENALI MACAM-MACAM ISTIGHOSAH.


Macam-macam Istighotsah

Istighotsah di bagi menjadi tiga macam :

1. Yang di perintahkan : yaitu istighostah kepada Allah ta'ala : adapun dalil yang menunnjukkan hal itu
adalah firman Allah : " katakanlah : terangkan kepadaku jika datang siksaan Allah kepadamu, atau datang
kepada kamu hari kiamat apakah kamu menyeru sembahan lain selain Allah jika kamu orang-orang yang
benar ! ( tidak ) hanya dialah yang kamu seru maka dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu
meninggalkan sembahan-semabahanmu yang kamu sekutukan dengan Allah". ( Al An'am 40-41 ).

Dan firmannya : "(ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan pada Allah lalu di perkenankannya
bagimu sesungguhnya aku mendatangkan bala bantuan kepadamu dengan seribu malaikat yang beturut-
turut." ( Al Anfal 9 )

2. Istrighostah yang di perbolehkan : yaitu istighostah (meminta bantuan) kepada seseorang yang
mempunyai sifat hayyun (hidup), hadir (ada di hadapan), qodir (mampu) Allah berfirma : " maka orang
yang dari golongan meminta petolongan kepada ( musa ) untuk mengalahkan orang yang dari musuhnya."
( Al Qashash 15)

Ayat ini berkenaan dengan orang berada di bani isroil yang beristighostah kepada musa untuk
mengalahkan musuhnya dari fir'aun. Maka beristighostah kepada orang yang sudah meninggal, yang
ghoib (jin dan lain sebagainya atau manusia tiada di hadapannya ) ataupun orang yang tidak mempunyai
kamampuan, seperti menurunkan hujan dan lain-lain. Ini adalah syirik besar. Do'a adalah ibadah
sedangkan istighostah adalah lebih khusus daripada do'a, dan memalingkan do'a kepada selain Allah
seperti istighostah, dia adalah musyrik. Orang musyrik tidak akan di ampuni selama tidak bertaubat pada
Allah ta'la dengan taubat nashuha.

3. Istighostah yang dilarang. Yaitu istighostah kepada selain Allah yang tidak mempunyai sifat hayyun (
hidup ) hadir dan qadir ( mampu )
BAB 3
PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA.

Anda mungkin juga menyukai