Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih memberikan kita nikmat iman dan
kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk
menyelesaikan tugas penulisan makalah tentang "Shalat Jenazah"

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan nabi gung kita, yaitu Nabi
Muhammad SAW yang telah menyampaikan petunjukan Allah SWT untuk kita semua, yang
merupakan sebuah pentunjuk yang paling benar yakni Syariah agama Islam yang sempurna dan
merupakan satu-satunya karunia paling besar bagi seluruh alam semesta.

Selain itu kami juga sadar bahwa pada makalah kami ini dapat ditemukan banyak sekali
kekurangan serta jauh dari kesempurnaan. Oleh sebab itu, kami benar-benar menanti kritik dan
saran untuk kemudian dapat kami revisi dan kami tulis di masa yang selanjutnya, sebab sekali
kali lagi kami menyadari bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa disertai saran yang
konstruktif.

Di akhir kami berharap makalah sederhana kami ini dapat dimengerti oleh setiap pihak yang
membaca. Kami pun memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam makalah kami
terdapat perkataan yang tidak berkenan di hati.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................................................2

DAFTAR ISI...............................................................................................................................................3

BAB 1.........................................................................................................................................................4

PENDAHULUAN.......................................................................................................................................4

1.1 latar belakang...................................................................................................................................4

1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................................5

2.1 Pengertian sholat jenazah ............................................................................................................6

2.2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seringkali kita sebagai orang Islam tidak mengetahui kewajiban kita sebagai makhluk yang
paling sempurna yaitu salat, atau terkadang tau tentang kewajiban tetapi tidak mengerti
terhadap apa yang dilakukan. Dalam istilah lain salat adalah suatu macam atau bentuk ibadah
yang diwujudkan dengan melakukan perbuatan-perbuatan tertentu disertai ucapan-ucapan
tertentu dengan syarat-syarat tertentu pula. Istilah salat ini tidak jauh berbeda dari arti yang
digunakan oleh bahasa di atas, karena didalamnya mengandung doa-doa, baik yang berupa
permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya.

Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan di tengah-tengah masyarakat adalah
kajian masalah salat jenazah, kita memandang dari aspek teori salat jenazah merupakan salah
satu masalah ibadah yang amat gampang jika dibayangkan bahkan kita menyepelekan masalah
tersebut.Untuk itu dalam makalah ini mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan
menyolatkan jenazah dengan tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya menyolatkan
jenazah dengan baik dan benar.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa pengertian shalat jenazah?


2. Apa keutamaan shalat jenazah?
3. Apa syarat-syarat shalat jenazah?
4. Apa rukun shalat jenazah?
5. Bagaimana tata cara shalat jenazah perempuan dan laki-laki?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Shalat Jenazah
Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan umat muslim
jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan salat jenazah ini
adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah melaksanakan
pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia maka tidak ada lagi kewajiban
kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan
pengurusan jenazah tersebut (Musthafa, 2003 hal: 94). Jenazah seorang muslim yang
sudah dimandikan dan dikafani dengan baik, maka terus disalatkan. Para Imam ahli
fiqih telah sepakat bahwa menyalati jenazah itu hukumnya fardu kifayah. Kewajiban
menyalati jenazah berdasarkan
hadis Nabi SAW:
‫هَ ِإاَّل‬, َ‫ا َل اَل ِإل‬,,َ‫لُّوا َعلَى َم ْن ق‬, ‫ص‬
َ :‫صلَّى هللاُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ ْم قَال‬ َّ ِ‫َع ِن اب ِْن ُع َم َر رضي هللا عنه َأ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬
ُ ‫هَّللا‬
‫صلُّو او را ء َم ْن قا َل ال إله إال‬
َ ‫هللا (رواه الطبران) َو‬
Artinya:
"Dari Ibnu Umar ra, bahwa Nabi SAW. Bersabda, "Salaikanlah olehmu orang- orang
yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah dan salailah kamu di belakang orang yang
mengucapkan kalimat Lailaha illallah." (HR. At Tabrani)

2.2 Keutamaan Shalat Jenazah


Pertama: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda:
‫يل َو َما ْالقِي َراطَا ِن‬
َ ِ‫ ومن شهد حتى تتقن كان لَهُ قِي َراطَا ِن ق‬،‫من شهد الجنازة َحتَّى يُصلِى َعلَيْها فَلَهُ قيراط‬
َ‫قَا َل ِم ْث ُل ْال َجبَي ِْن ْال َع ِظي ِمين‬

"Barang siapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyalatkannya, maka baginya


satu Qirath. Lalu barang siapa yang menyaksikan jenazah hingga dimakamkan, maka
baginya dua Qirath." Ada yang bertanya: "Apa yang dimaksud dua Qirath?" Rasulullah
lantas menjawab: "Dua Qirath itu semisal dua gunung yang besar." [HR. Bukhari no.
1325 dan Muslim no. 945]
Dalam riwayat Muslim disebutkan:
"Barang siapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya
(pahala) satu Qirath. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua
Qirath." Ada yang bertanya: "Apa yang dimaksud dua Qirath?" "Ukuran paling kecil dari
dua Qirath adalah semisal gunung Uhud", jawab beliau. [HR. Muslim no. 945]
Kedua: Dari Kuraib, ia berkata:
"Anak Abdullah bin 'Abbas di Qudaid atau di 'Usfan meninggal dunia. Ibnu Abbas lantas
berkata: "Wahai Kuraib (bekas budak Ibnu Abbas), lihat berapa banyak manusia yang
menyalati jenazahnya." Kuraib berkata: "Aku keluar, ternyata orang-orang sudah
berkumpul, dan aku mengabarkan pada mereka pertanyaan Ibnu Abbas tadi. Lantas
mereka menjawab: "Ada 40 orang." Kuraib berkata: "Baik kalau begitu." Ibnu Abbas
lantas berkata: "Keluarkan mayit tersebut. Karena aku mendengar Rasulullah bersabda:
"Tidaklah seorang Muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40
orang yang tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, melainkan Allah akan
memprkenankan syafaat (doa) mereka untuknya." [HR. Muslim no. 948]
Ketiga: Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anha, ia berkata dari Nabi bahwa beliau bersabda:
‫ما من ذهب يُصلى عليه أنه من المسلمين يتلون مائة للهم ينفعون له إال تَفِعُوا فِي ِه‬

"Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok kaum
Muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafaat (mendoakan
kebaikan untuknya), maka syafaat (doa mereka) akan diperkenankan." [HR. Muslim
no, 947]

Keempat: Dari Malik bin Hubairah, ia berkata bahwa Rasulullah bersabda::

َ ‫وب ِمنَ ْال ُم ْسلِ ِمينَ ِإاَّل يُو َج‬


‫ب‬ َ ُ‫صف‬
ُ ‫َما ِم ْن تستلم بلوث فيُصلى عليه ثالثة‬

"Tidaklah seorang Muslim mati lalu dishalatkan oleh tiga shaf kaum Muslimin, melainkan
doa mereka akan dikabulkan." [HR. Tirmidzi no. 1028 dan Abu Daud no. 3166. Imam
Nawawi menyatakan dalam Al Majmu 5/212 bahwa hadis ini Hasan, Syaikh Al Albani
menyatakan hadis ini Hasan jika sahabat yang mengatakan]

2.3 Syarat-Syarat Shalat Jenazah

Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya tidak dipenuhi,
maka salatnya tidak sah menurut syara. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut. Salat
jenazah termasuk dalam ibadah salat, maka syarat- syaratnya pun sama dengan yang telah
diwajibkan pada salat-salat fardu lainnya. seperti :

1. Beragama Islam
2. Sudah baligh dan berakal
3. Suci dari hadis atau najis
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
5. Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut, sedang wanita
auratnya sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan telapak tangan
6. Menghadap kiblat (Samsuri, 1998: 29).
Perbedaanya dengan salat fardu yang lain adalah mengenai waktu, karena salat jenazah
ini ia dapat dilakukan pada waktu kapan saja ketika ada jenazah. Bahkan menurut
golongan Hanafi dan Syafi'i salat ini boleh dilaksanakan pada waktu- waktu terlarang.
Akan tetapi Ahmad dan Ibnu Mubarak, dan Ishak memandangmakruh melakukan salat
jenazah pada waktu terbitnya matahari, waktu istiwa dan saat terbenamnya, kecuali jika
dikhawatirkan jenazah akan membusuk.

2.4 Rukun Shalat Jenazah

1. Niat melaksanakan salat jenazah


‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمْأ ُمْؤ َماهَّلِل ِ تَ َعالَى‬ ٍ ‫ت) أربع تَ ْكبِي َرا‬
َ ْ‫ت فَر‬ ِ َ‫أصلي على هذا الميت ) هذ ِه ال َم ْيت‬
Artinya :
"Saya niat salat atas mayat ini empat takbir fardlu kifayah, karena Allah. Allahu Akbar."
2. Berdiri bagi yang mampu. Ini merupakan pendapat jumhur ulama, maka tidak sah
menyalatkan jenazah sambil duduk atau berkendaraan kalau tidak ada uzur. Dalam kitab
al Mugni dikatakan, "Tidak boleh menyalatkan jenazah ketika sedang berkendaraan,
karena itu menghalangi sikap berdiri yang diwajibkan". Imam Syafi'i juga berpendapat
demikian, termasuk Abu Hanifah dan Abu Saur tanpa ada menentangnya. Disunatkan
menggenggam tangan kiri dengan tangan kanan pada saat berdiri sebagaimana yang
dilakukan salat fardu biasa.
3. Membaca takbir empat kali, seperti yang tersebut dalam hadis Nabi SAW.
‫صلَّى َعلَى ْال َجا ِش َي فَ َكبَّ َر َأرْ بَعًا‬
َ ‫أن البي صلى هللا عليه وسلَّم‬
َّ ‫ع َْن َجابِ ٌر‬
(‫)رواه البخاري ومسلم‬
Artinya:
"Dari jabir ra bahwa Nabi SAW menyalatkan Najasi (raja Habsyi), maka beliau membaca
takbir empat kali." (HR. Bukhari dan Muslim) Imam Turmudzi berkata bahwa hal itu
telah diamalkan oleh kebanyakan ulama dari para sahabat Nabi SAW. dan lainnya.
Mereka berpendapat bahwa takbir dalam salat jenazah itu sebanyak empat kali.
Demikian juga pendapat Syafi'i, Sufyan, Ahmad, Ibnul Mubarak, dan Ishak.
4. Membaca surat al Fatihah, dilanjutkan dengan takbir yang kedua.
5. Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW dilanjutkan dengan takbir ketiga.
Membaca surat al Fatihah dan salawat Nabi dalam jenazah, sebaiknya dengan cara sirri
(bisik-bisik). Jumhur ulama berpendapatbahwa, baik membaca al Fatihah atau membaca
salawat Nabi, berdoa serta memberi salam disunatkan secara sirri kecuali bagi imam,
maka baginya sunat jahar pada takbir dan taslim untuk pemberitahuan kepada
makmum. Membaca salawat sekurang-kurangnya dengan mengucapkan Allahumma
shalli ala Muhammad itu sudah cukup. Sedangkan yang lebih utama adalah mengikuti
apa yang diajarkan oleh nabi sebagai berikut:
"Ya Allah limpahkanlah karunia atas Nabi Muhammad serta keluarga Muhammad
sebagaimana telah Engkau limpahkan atas Nabi Ibrahim dan berilah berkah kepadA
Muhammad serta keluarga Muhammad sebagaimana telah Engkau berikan kepada
Ibrahim di antara seluruh penduduk alam, sungguh engkau ya Allah Mahaterpuji lagi
Mahamulia,"
6. Mendoakan jenazah, dilanjutkan dengan takbir keempat.
‫ت فََأ ْخلِصْ َوالَهُ ال ُّدعَا َء (رواه‬
ِ ‫صلَّى هللا عليه وسلم إذا صليت على ال َم ْي‬
َ ‫قَا َل َرسُو ُل هللا‬
‫)ابوداود و البيحقي وابن حبان وصححه‬

Artinya :
Rasulullah SAW bersabda, "Jika kamu menyalatkan jenazah, maka berdoalah untuknya
dengan tulus ikhlas." (HR. Abu Dawud dan Baihaqi, juga Ibnu Hibban yang menyatakan
sahihnya) Doa dianggap sah walaupun hanya secara singkat. Akan tetapi yang lebih
utama adalah membaca doa berikut:
ُ‫ه‬, ‫فُ َع ْن‬,,‫ هُ َوعَافِ ِه َوا ْع‬,‫هُ َوارْ َح ْم‬, َ‫الله َّم ا ْغفِرْ ل‬

ِ ‫وأكرم نزلهُ َو َو َس ْع َمدْخَ لَهُ َوا ْغ ِسلَهُ بِ َما ٍء َوت َْل‬


‫ح‬
‫وب‬,,,,‫ق الث‬ َ ‫اِئ‬,,,,‫ا با َك َم‬,,,,َ‫َوبَ َريونَقِ ِه ِمنَ ْال َخط‬
َ ‫هُ دَا ُر اخَ ي‬,,,,‫نس َوا ْب ِد ْل‬
‫ر ِم ْن‬,,,,ْ ِ َّ‫االتبَضُ ِمنَ الن‬
‫ ا َخ ْي ُر ِم ْن‬,‫ ُر ِم ْن َأ ْهلِ ِه و َزوْ َج‬, ‫َار ِه واهْاَل خَ ْي‬
ِ ‫د‬
ِ ,‫ ِة ْالقَ ْب‬,َ‫ه فِ ْتن‬,,‫ه وق‬,,‫زَ وج‬
ِ َّ‫ َذابَا الن‬,‫ر و َع‬,
‫ار (رواه‬
)‫مسلم‬

Artinya :

"Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, mafkanlah dia, muliakanlah dia, lapangkanlah
tempatnya dan bersihkanlah dia dengan air, air saliu. dan air embun. Sucikanlah dia dari
dosa sebagaimana kain yang putih bila disucikan dari noda. Dan gantilah rumahnya
dengan tempat kediaman yang lebih baik begitu pun keluarga serta istrinya dengan yang
lebih berbakti, serta lindungilah dia dari bencana kubur dan siksa neraka." (HR. Muslim)

7. Membaca doa setelah takbir keempat

Disunatkan membaca doa setelah takbir keempat, seperti yang dijelaskan dalam hadis
nabi SAW. riwayat Ahmad dari Abdullah bin Abi Aufa:
َ ِ‫د الرّابعة قَ ْد َر َمانِينَ التَّ ْكب‬,َ ‫َت لَهُ ا ْبنَةٌ فَ َكبَّ َر َعلَيْها َأرْ بَغَاتُم قام بَ ْع‬
َ َ‫يرتَ ْي ِن يَ ْدعُوتُ ْم ق‬
‫ال‬ ْ ‫َأنَّهُ َمان‬:

‫ص َّل هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم يَصْ نَ ُع فِي ْال َجنَازَ ِة هَا َكدًا‬
َ ِ ‫َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬

"Ketika putrinya meninggal dunia, Abdulah bin Aufa menyalaatkan dengan membaca
empat kali takbir, kemudian setelah takbir keempat ia

Artinya:

masih berdiri selama kira-kira antara dua takbir membaca doa. Kemudian katanya,
"Rasulullah SAW selalu melakukan seperti ini terhadapjenazah Imam Syafi'i berkata,
"Setelah takbir keempat, hendaklah membaca doa

sebagai berikut:

ِ ‫ك يَا َأرْ َح َم الر‬


َ‫َّاح ِمين‬ َ ِ‫اللهم ال تخر شنا آخرة وال تقتنا بعده واغفر لنا ولَهُ بِ َرحْ َمت‬

Artinya:

"Ya Allah janganlah Engkau tidak memberikan pahala kepadanya dan janganlah Engkau
menjadikan fitnah kepada kami setelahnya, berilah ampunan kepada kami dan
kepadanya dengan rahmatMu wahai Dzat Yang memberi Rahmat." Sedangkan Abu
Hurairah berkata, "Orang-orang dulu biasanya membaca
setelah takbir keempat itu, dan sebagai berikut:

‫زمانهي النباسن و في االخر لختام منا هذا بالثار‬

Artinya:

"Ya Allah Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan dan juga di akhirat

dan lindungilah kami dari siksa neraka."

8. Mengucapkan Salam

Salam pada salat jenazah menurut para fuqaha termasuk fardu, kecuali Abu Hanifah yang
mengatakan bahwa salam kesebelah kanan dan kiri hukumnya wajib, tetapi bukan
termasuk rukun dengan alasan bahwa salat jenazah termasuk salah satu macam salat
dan untuk mengakhiri salat adalah dengan membaca salam. Ibnu Mas'ud mengatakan,
"Mengucapkan salam ketika salat jenazah seperti salam waktu salat biasa, sekurang-
kurangnya Assalamu'alikum, tetapi Ahmad berpendapat membaca satu kali salam itu
adalah sunah dengan menghadapkan mukanya kesebelah kanan, boleh juga ke arah
depan berdasarkan perbuatan Rasulullah dan para sahabat. Mereka hanya memberi
salam hanya satu kali, tidak ada yang membantah pada waktu itu. Imam Syafi'i berkata
bahwa hukum mengucapkan salam dua kali adalah sunah, yaitu dimulai dengan
menghadapkan muka kesebelah kanan, kemudian salam yang kedua kesebelah kiri,
sedangkan Ibnu Hazmin menganggap bahwa salam yang kedua termasuk dzikir dan
amalan yang baik (Abidin dan Suyono, 1998168).

2.5 Tata Cara Shalat Jenazah Perempuan dan Laki-Laki

Tata cara sholat jenazah perempuan dan laki-laki berbeda, Perbedaannya terletak pada
posisi sholat dan juga bacaannya.

A. Tata Cara Sholat Jenazah Untuk Perempuan

Tata cara sholat jenazah untuk perempuan, posisi imam berada pada searah tali pusar.
Sedangkan makmum berada di belakang imam dengan urutan makmum laki-laki dewasa,
kemudian perempuan dewasa. Sedangkan jumlah shaf-nya kalau bisa ganjil,

Dengan malakukan sholat jenazah dengan benar, maka kita akan memiliki faedah yang
besar. Dengan menunaikan jenazah dengan menyolatkannya, memohon syafaat dan
berdoa untuknya, menunaikan hak keluarganya, menghibur perasaan mereka akan
memperoleh pahal yang besar.

B. Tata Cara Sholat Jenazah Untuk Laki-Laki


Tata cara sholat jenazah untuk laki-laki ini sedikit berbeda dengan tata cara sholat
jenazah untuk perempuan. Jika pada jenazah perempuan imam berada sejajar dengan
pusar jenazah, maka untuk jenazah laki-laki posisi imam berada sejajar dengan kepala

Menyolatkan jenzah di masjid adalah yang diutamakan. Jika masjid jauh, bisa dilakukan
di rumah atau mushola terdekat. Barang siapa yang ketinggalan sholat jenazah, yang
utama adalah menyolatkannya setelah dimakamkan. Dan barang siapa yang dikuburkan
dan belum disholatkan, maka disholatkan di atas kuburnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan umat muslim
jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan salat jenazah ini
adalah fardhu kifayah.
2. Jenazah seorang muslim yang sudah dimandikan dan dikafani dengan baik, maka
terus disalatkan. Para Imam ahli fiqih telah sepakat bahwa menyalati jenazah itu
hukumnya fardu kifayah. Kewajiban menyalati jenazah berdasarkan hadis Nabi SAW:
Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda, "Salatkanlah olchmu orang-orang
yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah dan salatlah kamu di belakang orang yang
mengucapkan kalimat Lailaha illallah"
3. Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya tidak
dipenuhi, maka salatnya tidak sah menurut syara'. Syarat-syarat tersebut adalah
sebagai berikut. Salat jenazah termasuk dalam ibadah salat, maka syarat-syaratnya
pun sama dengan yang telah diwajibkan pada salat- salat fardu lainnya. Syarat-
syaratnya adalah: beragama Islam, sudah baligh dan berakal, suci dari hadis atau
najis suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat, menutup aurat, laki-laki
auratnya antara pusat sampai lutut, sedang wanita auratnya sampai seluruh anggota
badan, kecuali muka dan telapak tangan, menghadap kiblat
4. Rukun salat jenazah yaitu: Niat, Berdiri bagi yang mampu. Membaca takbir empat
kali, membaca surat al Fatihah, membaca salawat atas nabi Muhammad SAW,
Mendoakan jenazah, membaca membaca doa setelah takbir ke empat, mengucapkan
salam.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, Slamet dan Moh. Suyono, 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.Pasha,
Mustafa Kamal. 2003. Fiqih Islam. Yogyakarta; Citra Karsa Mandiri.
Samuri, M. 1998. Penuntun Shalat lengkap. Surabaya: Apollo Lestari Kamal Pasha,
B.Ed, Drs. Musthafa dkk, Fiqih Islam sesuai dengan putusan majlis
tarjih. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri,2003.
Muhdiyat H.M.A. Tuntunan Pengurusan Jenazah, Bandung: YPP Sumber Sari
Bandung, 2008,
Al-Qur'anul karim dan terjemahannya, Departemen Agama RI Kejasama dengan
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabiyah

Anda mungkin juga menyukai