Anda di halaman 1dari 15

SALAT JENAZAH

DISUSUN OLEH :

1. Meiza Rafqi Amalia (18)


2. Muchamad Nur Ilman (20)
3. Shannia Maharani (34)
4. Shielva Nathaniela Azzahra (35)

SMA NEGERI 1 KEDUNGWARU

TAHUN AJARAN 2022/2023

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat ini masih
memberikan kita nikmat iman dan kesehatan, sehingga saya diberi kesempatan
yang luar biasa ini yaitu kesempatan untuk menyelesaikan tugas makalah
tentang “Salat Jenazah”.

Shalawat serta salam tidak lupa selalu kita haturkan untuk junjungan
nabi Agung kita, yaitu Nabi Muhammad SAW yang telah menyampaikan
petunjuk Allah SWT untuk kita semua.

Kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Nunik Mahbubiyah,M.Pd selaku


guru yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan
dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak


kekurangan dan jauh dari kesempurnaan,. Maka dari itu,kritik dan saran yang
membangun sangat kami harapkan demi terciptanya makalah yang lebih baik
selanjutnya. Dan semoga dengan hadirnya makalah ini dapat memberi manfaat.

Tulungagung, 31 Juli 2022

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................ i

DAFTAR ISI ............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................... 1

A. Latar Belakang .............................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................... 3

A. Pengertian Salat Jenazah ............................................................................... 3


B. Keutamaan Salat Jenazah .............................................................................. 3
C. Syarat-Syarat Salat Jenazah ........................................................................... 5
D. Rukun Salat Jenazah...................................................................................... 6
E. Tata Cara Salat Jenazah Perempuan dan Laki-Laki ........................................ 9

BAB III PENUTUP ................................................................................................. 11

A. Kesimpulan ............................................................................................ 11

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 12

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seringkali kita sebagai orang Islam tidak mengetahui kewajiban kita


sebagai makhluk yang paling sempurna yaitu salat, atau terkadang tau tentang
kewajiban tetapi tidak mengerti terhadap apa yang dilakukan. Dalam istilah lain
salat adalah suatu macam atau bentuk ibadah yang diwujudkan dengan melakukan
perbuatan-perbuatan tertentu disertai ucapan-ucapan tertentu dengan syarat-syarat
tertentu pula. Istilah salat ini tidak jauh berbeda dari arti yang digunakan oleh
bahasa di atas, karena didalamnya mengandung doa-doa, baik yang berupa
permohonan, rahmat, ampunan dan lain sebagainya.
Salah satu kajian fiqih yang paling sering dipraktekkan di tengah-tengah
masyarakat adalah kajian masalah salat jenazah, kita memandang dari aspek teori
salat jenazah merupakan salah satu masalah ibadah yang amat gampang jika
dibayangkan bahkan kita menyepelekan masalah tersebut. Namun jika kita
melihat dari aspek praktek masih banyak kesalahan-kesalahan yang dilakukan
dimasyarakat dalam masalah pengurusan jenazah. Untuk itu dalam makalah ini
mengangkat sebuah tema yang berkaitan dengan menyolatkan jenazah dengan
tujuan sebagai pandangan bagaimana seharusnya menyolatkan jenazah dengan
baik dan benar. Kemudian dalam makalah ini juga membahas bagaimana
pengertian salat jenazah itu sendiri, syarat dan rukunnya termasuk kaifiat dalam
salat jenazah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian salat jenazah?
2. Apa keutamaan salat jenazah?
3. Apa syarat-syarat salat jenazah?
4. Apa rukun salat jenazah?
5. Bagaimana tata cara salat jenazah perempuan dan laki-laki?

1
C. Tujuan

1.Mengetahui pengertian salat jenazah


2.Mengetahui keutamaan salat jenazah
3.Memahami syarat syarat salat jenazah
4.Memahami rukun salat jenazah
5.Mempelajari tata cara salat jenazah perempuan dan laki-laki

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Shalat Jenazah


Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan umat
muslim jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum melakukan salat
jenazah ini adalah fardhu kifayah. Artinya apabila sebagian kaum muslimin telah
melaksanakan pengurusan jenazah orang muslim yang meninggal dunia maka
tidak ada lagi kewajiban kaum muslim yang lainnya untuk melaksanakan
pengurusan jenazah tersebut (Musthafa, 2003 hal: 94).
Jenazah seorang muslim yang sudah dimandikan dan dikafani dengan
baik, maka terus disalatkan. Para Imam ahli fiqih telah sepakat bahwa menyalati
jenazah itu hukumnya fardu kifayah. Kewajiban menyalati jenazah berdasarkan
hadis Nabi SAW :

َ ‫ص ُّل ْوا‬
ُ‫علَى َم ْن قَا َل ََلاِلهَ ا ََِّلهللا‬ َ :َ‫سلَّ ْم قَال‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ِ‫ع ِن اب ِْن عُ َم َررضي هللا عنه ا َ َّن النَّب‬
َ ‫ي‬ َ
َ ‫صلُّ ْو‬
)‫(رواه الطبران‬.ُ‫او َرا َء َم ْن قَا َل ََلاِلهَ ا ََِّلهللا‬ َ ‫َو‬
Artinya:
“Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi SAW. Bersabda, “Salatkanlah olehmu orang-
orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah dan salatlah kamu di belakang
orang yang mengucapkan kalimat Lailaha illallah.” (HR. At Tabrani)

Orang yang meninggal dunia dalam keadaan Islam berhak untuk di-salat-
kan.Sabda Rasulullah SAW “salatkanlah orang orang yang telah mati.” (H.R
Ibnu Majah).

B. Keutamaan Shalat Jenazah


Pertama: Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda:
‫ان‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ قِي َل َو َما ْالق‬. ‫ان‬
َ ‫ِيرا‬ ِ ‫ط‬َ ‫ِيرا‬ َ ‫ َو َم ْن‬، ٌ‫ِيراط‬
َ ‫ش ِهدَ َحتَّى تُدْفَنَ َكانَ لَهُ ق‬ َ ‫علَ ْي َها َفلَهُ ق‬
َ ‫ِى‬ َ ُ‫ش ِهد َ ْال َجنَازَ ة َ َحتَّى ي‬
َ ‫صل‬ َ ‫َم ْن‬
‫َقا َل مِثْ ُل ْال َج َب َلي ِْن ْال َعظِ ي َمي ِْن‬
“Barang siapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyalatkannya, maka
baginya satu Qirath. Lalu barang siapa yang menyaksikan jenazah hingga

3
dimakamkan, maka baginya dua Qirath.” Ada yang bertanya: “Apa yang
dimaksud dua Qirath?” Rasulullah ‫ ﷺ‬lantas menjawab: “Dua Qirath itu semisal
dua gunung yang besar.” [HR. Bukhari no. 1325 dan Muslim no. 945]

Dalam riwayat Muslim disebutkan:


« َ‫ان َقال‬
ِ ‫ط‬ َ ‫ قِي َل َو َما ْالق‬.» ‫ان‬
َ ‫ِيرا‬ ِ ‫ط‬ َ ‫ِيراطٌ فَإِ ْن ت َ ِب َع َها فَلَهُ ق‬
َ ‫ِيرا‬ َ ‫صلَّى‬
َ ‫ع َلى َجنَازَ ٍة َولَ ْم َيتْ َب ْع َها فَلَهُ ق‬ َ ‫صغ َُرهُ َما « َم ْن‬ ْ َ‫أ‬
‫» مِثْ ُل أ ُ ُح ٍد‬.
“Barang siapa shalat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya
(pahala) satu Qirath. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala)
dua Qirath.” Ada yang bertanya: “Apa yang dimaksud dua Qirath?” “Ukuran
paling kecil dari dua Qirath adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau ‫ﷺ‬. [HR.
Muslim no. 945]

Kedua: Dari Kuraib, ia berkata:


ٌ ‫ قَا َل َف َخ َر ْجتُ فَإِذَا ن‬.‫اس‬
‫َاس قَ ِد‬ ُ ‫أَنَّهُ َماتَ ا ْب ٌن لَهُ بِقُدَ ْي ٍد أ َ ْو بِعُ ْسفَانَ فَقَا َل يَا كُ َري‬
ِ َّ‫ْب ا ْنظُ ْر َما اجْ ت َ َم َع لَهُ مِنَ الن‬
‫صلى هللا عليه‬- ‫ّللا‬ ِ َّ ‫ت َرسُو َل‬ َ ‫ َقا َل أ َ ْخ ِر ُجوهُ َفإِنِى‬.‫ا ْجت َ َمعُوا لَهُ فَأ َ ْخبَ ْرتُهُ فَقَا َل تَقُو ُل هُ ْم أ َ ْربَعُونَ َقا َل نَ َع ْم‬
ُ ‫س ِم ْع‬
ُ ‫ّللا‬ َ َّ‫ش ْيئًا ِإَل‬
َّ ‫شفَّ َع ُه ُم‬ ِ َّ ‫علَى َجنَازَ تِ ِه أ َ ْر َبعُونَ َر ُجالً َلَ يُ ْش ِركُونَ ِب‬
َ ‫اَّلل‬ َ ‫مِن َر ُج ٍل ُم ْسل ٍِم َي ُموتُ فَ َيقُو ُم‬
ْ ‫ َيقُو ُل « َما‬-‫وسلم‬
‫» فِي ِه‬

“Anak ‘Abdullah bin ‘Abbas di Qudaid atau di ‘Usfan meninggal dunia. Ibnu
‘Abbas lantas berkata: “Wahai Kuraib (bekas budak Ibnu ‘Abbas), lihat berapa
banyak manusia yang menyalati jenazahnya.” Kuraib berkata: “Aku keluar,
ternyata orang-orang sudah berkumpul, dan aku mengabarkan pada mereka
pertanyaan Ibnu ‘Abbas tadi. Lantas mereka menjawab: “Ada 40 orang.” Kuraib
berkata: “Baik kalau begitu.” Ibnu ‘Abbas lantas berkata: “Keluarkan mayit
tersebut. Karena aku mendengar Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda: “Tidaklah seorang
Muslim meninggal dunia lantas dishalatkan (shalat jenazah) oleh 40 orang yang
tidak berbuat syirik kepada Allah sedikit pun, melainkan Allah akan
memprkenankan syafaat (doa) mereka untuknya.” [HR. Muslim no. 948]

4
Ketiga: Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata dari Nabi ‫ ﷺ‬bahwa beliau
bersabda:
‫علَ ْي ِه أ ُ َّمةٌ مِنَ ْال ُم ْس ِلمِينَ يَ ْبلُغُونَ مِائَةً كُلُّ ُه ْم يَ ْشفَعُونَ لَهُ إَِلَّ ش ُِفعُوا فِي ِه‬
َ ‫صلِى‬ ٍ ِ‫َما م ِْن َمي‬
َ ُ‫ت ي‬

“Tidaklah seorang mayit dishalatkan (dengan shalat jenazah) oleh sekelompok


kaum Muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafaat
(mendoakan kebaikan untuknya), maka syafaat (doa mereka) akan
diperkenankan.” [HR. Muslim no. 947]

C. Syarat-Syarat Shalat Jenazah


Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya
tidak dipenuhi, maka salatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat tersebut
adalah sebagai berikut. Salat jenazah termasuk dalam ibadah salat, maka syarat-
syaratnya pun sama dengan yang telah diwajibkan pada salat-salat fardu lainnya,
seperti :
1. Beragama Islam
2. Sudah baligh dan berakal
3. Suci dari hadis atau najis
4. Suci seluruh anggota badan, pakaian dan tempat
5. Menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut, sedang wanita
auratnya sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan telapak tangan
6. Menghadap kiblat (Samsuri, 1998: 29).

Untuk bisa disalati, keadaan si mayat haruslah :


1. Suci, baik badan, tempat, maupun kafan
2. Sudah dimandikan dan dikafani
3. Jenazah sudah berada di depan orang yang menyalatkan atau sebelah
kiblat

5
D. Rukun Shalat Jenazah
1. Niat melaksanakan salat jenazah
ِ ِ ‫ض ْال ِكفَايَ ِة َمأ ْ ُم ْو ًم‬
‫اَّلل تَعَا َلى‬ ٍ ‫على هذَااْل َم ِيتِ(ه ِذ ِه اْل َميِت َتِ)ا َ ْربَ َع ت َ ْكبِي َْرا‬
َ ‫ت فَ ْر‬ َ ُُ‫ا‬
َ ‫صل ِى‬
Artinya :
“Saya niat salat atas mayat ini empat takbir fardlu kifayah, karena Allah.
Allahhu Akbar.”
2. Berdiri bagi yang mampu.
3. Membaca takbir empat kali, seperti yang tersebut dalam hadis Nabi SAW.
َ ‫ص َّلى‬
‫علَى انَّ َجا ِشي ِ فَ َكب ََّرا َ ْر َب ًعا‬ َ ‫س َّل َم‬ َ ُ‫ص َّلى هللا‬
َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َّ ‫ع ْن َجا ِب ْر ا َ َّن انَ ِب‬
َ ‫ي‬ َ
)‫(رواه البخاري ومسلم‬
Artinya :
“Dari jabir r.a bahwa Nabi SAW. menyalatkan Najasi (raja Habsyi),
maka beliau membaca takbir empat kali.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Imam Turmudzi berkata bahwa hal itu telah diamalkan oleh kebanyakan
ulama dari para sahabat Nabi SAW. dan lainnya. Mereka berpendapat
bahwa takbir dalam salat jenazah itu sebanyak empat kali. Demikian juga
pendapat Syafi’i, Sufyan, Ahmad, Ibnul Mubarak, dan Ishak.
4. Membaca surat al Fatihah, dilanjutkan denngan takbir yang kedua.
5. Membaca salawat atas Nabi Muhammad SAW. dilanjutkan dengan takbir
ketiga.Membaca salawat sekurang-kurangnya dengan mengucapkan
Allahumma shalli ‘ala Muhammad itu sudah cukup. Sedangkan yang lebih
utama adalah mengikuti apa yang diajarkan oleh nabi sebagai berikut :
‫ار ْك‬ ِ َ‫علَى ا َ ِل اِب َْرا ِهي َْم َوب‬
َ ‫علَى اِب َْرا ِهي َْم َو‬
َ َ‫صلَيْت‬ َ ‫علَى ا َ ِل ُم َح َّم ٍد َك َما‬ َ ‫علَى ُم َح َّمد ٍَو‬
َ ‫ص ِل‬ َ ‫اَلل ُه َّم‬
َّ‫علَى اَ ِل اِب َْرا ِهي َْم فِى ْالعَالَ ِميْنَ اِنَّك‬ َ َ‫ار ْكت‬
َ ‫علَى اِب َْرا ِهي َْم َو‬ َ َ‫علَى ا َ ِل ُم َح َّم ٍد َك َماب‬َ ‫علَى ُم َح َّمد ٍَو‬ َ
ٌُ‫ح ِم ْيد ُ َّم ِجيْد‬
َ
Artinya :
“Ya Allah limpahkanlah karunia atas Nabi Muhammad serta keluarga
Muhammad sebagaimana telah Engkau limpahkan atas Nabi Ibrahim dan
berilah berkah kepadA Muhammad serta keluarga Muhammad

6
sebagaimana telah Engkau berikan kepada Ibrahim di antara seluruh
penduduk alam, sungguh engkau ya Allah Mahaterpuji lagi Mahamulia.”
6. Mendoakan jenazah, dilanjutkan dengan takbir keempat.
َ ُّ‫ص ْوا َلهُ الد‬
‫عا َء (رواه‬ ِ ‫ع َلى ْال َم ِي‬
ُ ‫ت فَا َ ْخ ِل‬ َ ‫صلَّ ْيت ُ ْم‬
َ ‫ اِذَا‬:‫سلَّ َم‬ َ ُ‫صلَّى هللا‬
َ ‫ع َل ْي ِه َو‬ َ ُ‫قَا َل َرسُ ْو ُل هللا‬
)‫ابوداودوالبيحقي وابن حبان وصححه‬
Artinya :
Rasulullah SAW. bersabda, “Jika kamu menyalatkan jenazah, maka
berdoalah untuknya dengan tulus ikhlas.” (HR. Abu Dawud dan Baihaqi,
juga Ibnu Hibban yang menyatakan sahihnya)
Doa dianggap sah walaupun hanya secara singkat. Akan tetapi yang lebih
utama adalah membaca doa berikut :

ٍ ‫ع ْنهُ َوا َ ْك ِر ْم نُ ُزلَهُ َو َو ِس ْع َمدْ َخلَهُ َوا َ ْغس ِْله ُ ِب َماءٍ َوث َ ْل‬
‫ج‬ َ ‫ْف‬
ُ ‫عافِ ِه َواع‬ ْ ‫اَلل ُه َّم ا ْغ ِف ْرلَهُ َو‬
َ ‫ار َح ْمهُ َو‬
‫ام ْن دَ ِار ِه‬ ً َ‫ض ِمنَ الدَّن َِس َواَبْد ِْلهُ د‬
ِ ‫ارا َخي ًْر‬ ُ ‫ُااَل ْب َي‬ َ ‫َوبَ َرد ٍَون َِق ِه ِمنَ ْال َخ‬
َ ْ ‫طا يَا َك َمايُن ََّق الثَّ ْوب‬
ِ َّ‫ام ْن زَ ْو ِج ِه َوقِ ِه فِتْنَةَ ْالقَب ِْر َو َعذَا َباالن‬
)‫ار (رواه مسلم‬ ِ ‫َوا َ ْه ًال َخي ًْر‬
ِ ‫ام ْن ا َ ْه ِل ِه َوزَ ْو ًجا َخي ًْر‬
Artinya :
“Ya Allah ampunilah dia, kasihanilah dia, mafkanlah dia, muliakanlah
dia, lapangkanlah tempatnya dan bersihkanlah dia dengan air, air salju,
dan air embun. Sucikanlah dia dari dosa sebagaimana kain yang putih
bila disucikan dari noda. Dan gantilah rumahnya dengan tempat
kediaman yang lebih baik, begitu pun keluarga serta istrinya dengan yang
lebih berbakti, serta lindungilah dia dari bencana kubur dan siksa
neraka.” (HR. Muslim)
7. Membaca doa setelah takbir keempat
Disunatkan membaca doa setelah takbir keempat, seperti yang dijelaskan
dalam hadis nabi SAW. riwayat Ahmad dari Abdullah bin Abi Aufa :
:َ‫الرا ِب َع ِة قَد َْر َما َبيْنَ الت َّ ْك ِبي َْرتَي ِْن َيدْعُ ْوث ُ َّم قَال‬ َ ‫َت لَهُ اِ ْبنَةٌ فَ َكب ََّر‬
َ َ‫علَ ْي َهاا َ ْر َب ًعاث ُ َّم ق‬
َّ َ‫ام َب ْعد‬ ْ ‫أَنَّهُ َمات‬
‫جنَازَ ِة هَا َكذَا‬ َ ‫صنَ ُع فِى ْال‬ ْ ‫س َّل َم َي‬َ ‫علَ ْي ِه َو‬ َ ُ‫ص َّل هللا‬ َ ‫هللا‬ِ ‫س ْو ُل‬ ُ ‫َكانَ َر‬
Artinya :
“Ketika putrinya meninggal dunia, Abdulah bin Aufa menyalaatkan
dengan membaca empat kali takbir, kemudian setelah takbir keempat ia

7
masih berdiri selama kira-kira antara dua takbir membaca doa. Kemudian
katanya, “Rasulullah SAW. selalu melakukan seperti ini terhadap
jenazah.”
Imam Syafi’i berkata, “Setelah takbir keempat, hendaklah membaca doa
sebagai berikut :
َ‫اح ِميْن‬
ِ ‫الر‬ َ ‫جْرهُ َو ََل ت َ ْف ِتنَّابَ ْعدَهُ َوا ْغ ِف ْرلَن‬
َّ ‫َاولَهُ بِ َرحْ َمتِكَ يَااَ ْر َح َم‬ َ َ ‫َحْر ْمنَاا‬
ِ ‫اَلل ُه َّم ََلت‬
Artinya :
“Ya Allah janganlah Engkau tidak memberikan pahala kepadanya dan
janganlah Engkau menjadikan fitnah kepada kami setelahnya, berilah
ampunan kepada kami dan kepadanya dengan rahmatMu wahai Dzat
Yang memberi Rahmat.”
Sedangkan Abu Hurairah berkata, “Orang-orang dulu biasanya membaca
setelah takbir keempat itu, dan sebagai berikut :
َ ‫سنَةً َوقِنَا‬
ِ َّ‫عدَابَالن‬
‫ار‬ َ ‫سنَةً َوفِى ْاَل ِخ َرةِ َح‬
َ ‫َربَّنَااتِنَافِى الدُّ ْن َيا َح‬
Artinya :
“Ya Allah Tuhan kami, berilah kami di dunia kebaikan dan juga di akhirat
dan lindungilah kami dari siksa neraka.”
8. Mengucapkan salam sambil menoleh ke kanan dan kiri

E. Tata Cara Shalat Jenazah Perempuan dan Laki-Laki

8
Tata cara sholat jenazah perempuan dan laki-laki berbeda. Perbedaannya terletak
pada posisi sholat dan juga bacaannya.
A. Tata Cara Sholat Jenazah Untuk Perempuan
Tata cara sholat jenazah untuk perempuan, posisi imam berada pada searah
tali pusar. Sedangkan makmum berada di belakang imam dengan urutan
makmum laki-laki dewasa, kemudian perempuan dewasa. Sedangkan jumlah
shaf-nya kalau bisa ganjil.

Dengan malakukan sholat jenazah dengan benar, maka kita akan memiliki
faedah yang besar. Dengan menunaikan jenazah dengan menyolatkannya,
memohon syafaat dan berdoa untuknya, menunaikan hak keluarganya,
menghibur perasaan mereka akan memperoleh pahal yang besar.

9
B. Tata Cara Sholat Jenazah Untuk Laki-Laki
Tata cara sholat jenazah untuk laki-laki ini sedikit berbeda dengan tata cara
sholat jenazah untuk perempuan. Jika pada jenazah perempuan imam berada
sejajar dengan pusar jenazah, maka untuk jenazah laki-laki posisi imam
berada sejajar dengan kepala.

Menyolatkan jenzah di masjid adalah yang diutamakan. Jika masjid jauh, bisa
dilakukan di rumah atau mushola terdekat. Barang siapa yang ketinggalan
sholat jenazah, yang utama adalah menyolatkannya setelah dimakamkan. Dan
barang siapa yang dikuburkan dan belum disholatkan, maka disholatkan di
atas kuburnya.

10
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Salat jenazah merupakan salah satu praktik ibadah salat yang dilakukan
umat muslim jika ada muslim lainnya yang meninggal dunia. Hukum
melakukan salat jenazah ini adalah fardhu kifayah.
2. Jenazah seorang muslim yang sudah dimandikan dan dikafani dengan
baik, maka terus disalatkan. Para Imam ahli fiqih telah sepakat bahwa
menyalati jenazah itu hukumnya fardu kifayah. Kewajiban menyalati
jenazah berdasarkan hadis Nabi SAW : Dari Ibnu Umar r.a. bahwa Nabi
SAW. Bersabda, “Salatkanlah olehmu orang-orang yang mengucapkan
kalimat Lailaha illallah dan salatlah kamu di belakang orang yang
mengucapkan kalimat Lailaha illallah.”
3. Salat jenazah mempunyai beberapa syarat yang bila salah satu di antaranya
tidak dipenuhi, maka salatnya tidak sah menurut syara’. Syarat-syarat
tersebut adalah sebagai berikut. Salat jenazah termasuk dalam ibadah salat,
maka syarat-syaratnya pun sama dengan yang telah diwajibkan pada salat-
salat fardu lainnya. Syarat-syaratnya adalah: beragama Islam, sudah baligh
dan berakal, suci dari hadis atau najis suci seluruh anggota badan, pakaian
dan tempat, menutup aurat, laki-laki auratnya antara pusat sampai lutut,
sedang wanita auratnya sampai seluruh anggota badan, kecuali muka dan
telapak tangan, menghadap kiblat.
4. Rukun salat jenazah yaitu: Niat, Berdiri bagi yang mampu, Membaca
takbir empat kali, membaca surat al Fatihah, membaca salawat atas nabi
Muhammad SAW, Mendoakan jenazah, membaca membaca doa setelah
takbir ke empat, mengucapkan salam.

11
DAFTAR PUSTAKA

Buku PAI Kelas XI Untuk SMA/MA/SMK/MAK, K. 2013.


Abidin, Slamet dan Moh. Suyono. 1998. Fiqih Ibadah. Bandung: Pustaka Setia.
Pasha, Mustafa Kamal. 2003. Fiqih Islam. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri.
Samuri, M. 1998. Penuntun Shalat lengkap. Surabaya: Apollo Lestari
Kamal Pasha, B.Ed, Drs. Musthafa dkk, Fiqih Islam sesuai dengan putusan majlis
tarjih. Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri,2003.
Muhdiyat,H.M.A, Tuntunan Pengurusan Jenazah, Bandung: YPP Sumber Sari
Bandung, 2008.
Al-Qur’anul karim dan terjemahannya, Departemen Agama RI Kejasama dengan
Pemerintah Kerajaan Saudi Arabiyah.

12

Anda mungkin juga menyukai