Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH HADITS AHLAK

AHLAK KEPADA ALLAH

DOSEN PENGAMPU :
Dr.Sukiyat M.Ag
DI SUSUN OLEH :
IRSYAD AR-RASYIDI
12130412548
ZAINUL BARRY
12130412607

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF QASIM RIA


FAKULTAS USHULUDDIN PRODI ILMU HADIST
TAHUN AJARAN 2022/2023
DAFTAR ISI

Contents
BAB I.........................................................................................................................................3
PEMBAHASAN..........................................................................................................................3
A. Hadits pertama.............................................................................................................3
B. Hadits ke Dua...............................................................................................................5
C. Hadits ke Tiga...............................................................................................................7
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................9
BAB I
PEMBAHASAN

A. Hadits pertama

‫َح َّد َثَنا ُم وىَس ْبُن َمْس اِع يَل َح َّد َثَنا َّمَهاٌم َع ْن َقَتاَدَة َع ْن َأَنٍس َع ْن ُم َع اٍذ َقاَل‬
‫َأاَن َر ِد يُف الَّنِّيِب َصِإ ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َفَقاَل اَي ُم َع اُذ ُقْلُت َلَّبْي َك َو َس ْع َد ْيَك َّمُث َقاَل ِم ْثُهَل َثاَل اًث َه ْل َتْد ِر ي َم ا َح ُّق اِهَّلل َعىَل‬
‫اْلِع َباِد ُقْلُت اَل َقاَل َح ُّق اِهَّلل َعىَل اْلِع َباِد َأْن َيْع ُبُد وُه َو اَل ُيِرْش ُكوا ِبِه َش ْيًئا َّمُث َس اَر َس اَعًة َفَقاَل اَي ُم َع اُذ ُقْلُت َلَّبْي َك‬
‫َو َس ْع َد ْيَك َقاَل َه ْل َتْد ِر ي َم ا َح ُّق اْلِع َباِد َعىَل اِهَّلل ِإ َذ ا َفَع ُلوا َذ َكِل َأْن اَل ُيَع ِّذ ُهَبْم‬
Artinya: Telah menceritakan kepada kami Musa bin Isma'il, telah menceritakan
kepada kami Hammam dari Qatadah dari Anas dari Mu'adz dia berkata, "Aku
pernah membonceng Nabi ‫ ﷺ‬lalu beliau bersabda, "Wahai Mu'adz!" Aku
menjawab, "Ya, saya memenuhi panggilan Anda." Beliau bersabda seperti itu
hingga tiga kali, lalu beliau melanjutkan, "Apakah kamu tahu hak Allah atas
hamba-Nya?" Aku menjawab, "Tidak." Beliau bersabda, "Hak Allah atas hamba-
Nya adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya dan tidak menyekutukan-
Nya dengan suatu apapun." Kemudian beliau melanjutkan perjalanannya sesaat
lalu bersabda lagi, "Wahai Mu'adz!" Jawabku, "Ya, aku penuhi panggilanmu."
Beliau bersabda, "Apakah kamu tahu hak hamba atas Allah jika hamba tersebut
melaksanakan hal itu?, yaitu Allah tidak akan menyiksa mereka."1

 Takhrij hadits
1. Shahih Bukhari dalam kitab: meminta izin, bab: Menjawab labbaika wa
sa’daika, nomor 5796
2. Shahih Muslim dalam kitab: iman, bab: Dalil bahwa barang siapa
meninggal di atas tauhid akan masuk surga secara pasti, nomor 43
3. Musnad Imam Ahmad dalam kitab: Musnad sahabat anshar, Bab: Hadits
Mu’adz bin jabal radhiallahuta’ala ‘anhu, nomor 20989

 Ma’anil Mufrodat
1. ‫ ِدَر اَي ًة‬-‫ َي ْد ري‬-‫ َد َر ى‬: mengetahui, dan ad-dirâyah adalah al-ma’rifah
(pengetahuan).

1
Muhammad Bin Isma’il Abu Abdillah Al-bukhari Al-ju’fi, Shahih Bukhari, (Dar Tuq An-Najah),
no. 5796
2. ‫ َح ُّق ِهللا‬: Apa yang menjadi hak Allâh atas hamba-Nya, yang Allâh jadikan
sebagai kewajiban atas mereka, serta menekankannya dengan firman-Nya.
3. ‫ الِع َباَد ُة‬:Merendahkan diri dan tunduk.

 Fiqhul Hadits
1. Tauhid adalah hak Allah yang paling Besar
2. Larangan berbuat syirik
3. Allah tidak akan menyiksa orang orang yang melaksanakan hak seorang
hamba atas Allah

 Syarah Hadits
1. Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam:
‫َأْن َيْع ُبُد وُه َو اَل ُيِرْش ُكوا ِبِه َش ْيًئا‬
Hak Allah atas hamba-Nya adalah hendaknya mereka beribadah kepada-Nya
dan tidak menyekutukan-Nya dengan suatu apapun.
Ibadah adalah perkara tauqifiyah yaitu tidak ada suatu bentuk ibadah
yang disyari’atkan kecuali berdasarkan al-Qur’ân dan as-Sunnah.
Agar dapat diterima, ibadah disyaratkan harus benar. Dan ibadah itu
tidak bisa dikatakan benar kecuali dengan adanya dua syarat:
Pertama : Ikhlas karena Allâh semata, bebas dari syirik besar dan kecil.
Kedua : Ittiba’, sesuai dengan tuntunan Rasûlullâh Shallallahu ‘alaihi wa sallam
Syarat pertama merupakan konsekuensi dari syahadat lâ ilâha illallâh,
karena ia mengharuskan ikhlas beribadah hanya kepada Allâh dan jauh dari
syirik. Sedangkan syarat kedua adalah konsekuensi dari syahadat Muhammad
Rasûlullâh, karena ia menuntut wajibnya taat kepada Rasul Shallallahu ‘alaihi
wa sallam.
2. Sabda nabi shallallahu ‘alaihi wasallam
‫َه ْل َتْد ِر ي َم ا َح ُّق اْلِع َباِد َعىَل اِهَّلل ِإ َذ ا َفَع ُلوا َذ َكِل َأْن اَل ُيَع ِّذ ُهَبْم‬
Apakah kamu tahu hak hamba atas Allah jika hamba tersebut melaksanakan
hal itu?, yaitu Allah tidak akan menyiksa mereka.
Dalam surat ar-rum ayat 47 Allah berfirman:

‫َو اَك َن َح ًّقا َعَلْي َنا َنُرْص اْلُم ْؤ ِمِنَني‬


Dan merupakan hak Kami untuk menolong orang-orang yang beriman.
Karena karunia dan rahmat Allâh, maka Allâh tidak menyiksa hamba-
Nya. Ini menunjukkan bahwa orang yang bersih dari syirik besar maupun kecil,
maka dia akan selamat dari adzab. Adapun ancaman bagi para pelaku maksiat
dan orang-orang fasik yang tidak menyekutukan Allâh Azza wa Jalla dengan
apa pun, tetapi mereka berbuat dosa selain syirik, seperti zina, minum khamr,
ghibah, namimah dan lainnya, maka ini adalah dosa-dosa yang berhak
mendapatkan adzab. Tetapi dia di atas kehendak Allâh, jika Allâh berkehendak
maka Allâh akan mengampuninya tanpa mendapat adzab dan memasukkannya
ke surga. Dan jika Allâh berkehendak, Dia akan mengadzabnya sesuai kadar
dosanya, lalu Allâh mengeluarkan dia (dari Neraka) karena tauhidnya dan
memasukkannya ke surga. Bisa jadi Allâh mengeluarkan mereka karena
syafa’at yang mereka dapatkan, atau bisa jadi karena rahmat-Nya. Jadi
walaupun mereka diadzab, tetap saja tempat kembali mereka adalah surga.2

B. Hadits ke Dua

‫َح َّد َثَنا َعُّيِل ْبُن َس ِع يٍد اْلِكْنِد ُّي َح َّد َثَنا اْبُن اْلُم َباَر ِك َعْن َح ْيَو َة ْبِن َرُش ْيٍح َع ْن َبْك ِر ْبِن ْمَع ٍر و َع ْن َع ْب ِد اِهَّلل ْبِن ُه َبَرْي َة َعْن‬
‫َأيِب َتِم ٍمي اْلَج ْيَش اِّيِن َع ْن َمُع َر ْبِن اْلَخ َّط اِب َقاَل‬
‫َقاَل َر ُس وُل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َلْو َأَّنْمُك ُكْنْمُت َتَو ُلَّكوَن َعىَل اِهَّلل َح َّق َتَو ِلُّك ِه َلُر ِز ْقْمُت اَمَك ُيْر َز ُق الَّط ُرْي َتْغُد و َمِخاًص ا‬
‫َو َتُر وُح ِبَط ااًن‬3

Artinya: Telah menceritakan kepada kami 'Ali bin Sa'id Al Kindi, telah
menceritakan kepada kami Ibnu Al Mubarak dari Haiwah bin Syuraih dari Bakr
bin 'Amru dari 'Abdullah bin Hubairah dari Abu Tamim Al Jaisyani dari Umar
bin Al Khaththab berkata, Rasulullah ‫ ﷺ‬bersabda, "Andai saja kalian
bertawakal kepada Allah dengan sebenarnya, niscaya kalian diberi rezeki seperti
rezekinya burung, pergi dengan perut kosong di pagi hari dan pulang di sore hari
dengan perut terisi penuh."

 Takhrij Hadits

2
Ibnu Taimiyyah, I’anatul Mustafid. Hal. 47-48
3
Muhammad Bin ‘Isa Bin Saurah Bin Musa Bin Adl-Dlahhak At-Tirmidzi, Al-jami’ Al-Kabir
Sunan At-Tirmidzi, (Beirut, Dar Al-Gharb Al-Islamiy), no. 2266
1. Sunan T-tirmidzi dalam kitab: zuhud, bab: tawakal kepada allah, nomor
2266
2. Sunan Ibnu Majah dalam kitab: zuhud, bab: tawakal dan yakin, nomor
4154
3. Musnad Imam Ahmad dalam kitab: musnad 10 sahabat yang dijamin
masuk surga, bab: awal musnad Umar Bin Khattab Radhiallahu ‘anhu,
nomor 200

 Syarah Hadits
Dalam hadits yang mulia ini, Rasulullah ‫ ﷺ‬menjelaskan bahwa
orang-orang yang bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal,
niscaya akan dicukupkan rezekinya oleh Allah sebagaimana Allah
mencukupi rezeki burung. Karena itu, barangsiapa bertawakal kepada-Nya,
niscaya Allah subhanahu wata’ala akan mencukupi segala kebutuhannya.
Sebagaimana dalam surat Ath-thalaq ayat 3 Allah berfirman:

‫َو َم ن َيَتَو ْلَّك َعىَل ٱِهَّلل َفُهَو َح ْس ُبُه ٓۥۚ َّن ٱَهَّلل َٰب ِلُغ َأْمِر ِه ۦۚ َقْد َجَع َل ٱُهَّلل ِلِّلُك ْىَش ٍء َقْد ًر ا‬
‫ِإ‬
Artinya: Dan barangsiapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan
mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan
(yang dikehendaki)-Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan
bagi tiap-tiap sesuatu.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menyerupakan orang yang
bertawakal dan diberi rezeki itu dengan burung yang pergi dipagi hari untuk
mencari rezeki dan pulang sore hari dalam keadaan kenyang. Kita tahu
bahwa burung tidak memiliki sandaran apapun, baik perdagangan, pertanian,
dan lainnya. Ia keluar dari sarang dengan bekal tawakal kepada Allah
subhanahu wata’ala yang kepada-Nya ia bergantung.
Tentang hal ini, Imam Ahmad memberikan komentar: "Tidak ada
isyarat yang membolehkan kita untuk meninggalkan usaha. Sebaliknya, di
dalam hadits ini terdapat isyarat tentang perlunya kita bergerak mencari
rezeki. Jadi maksud hadits di atas, bahwa seandainya manusia bertawakal
kepada Allah dalam kepergian, kedatangan, dan usaha mereka, dan mereka
mengetahui kebaikan (rezeki) itu ditangan-Nya, tentu mereka tidak akan
pulang kecuali dalam keadaan mendapatkan harta dengan selamat,
sebagaimana burung-burung tersebut"4

4
https://islamdigest.republika.co.id/berita/qbg75r320/hadits-tawakal-seperti-burung-
menurut-imam-ahmad-dan-ghazali
C. Hadits ke Tiga

‫َح َّد َثَنا َأَمْحُد ْبُن ُم َح َّم ِد ْبِن ُم وىَس َأْخ َرَب اَن َعْب ُد اِهَّلل ْبُن اْلُم َباَر ِك َأْخ َرَب اَن َلْي ُث ْبُن َس ْع ٍد َو اْبُن َلِهيَع َة َع ْن َقْيِس ْبِن اْلَحَّج اِج‬
‫َقاَل ح و َح َّد َثَنا َعْب ُد اِهَّلل ْبُن َع ْبِد الَّر َمْحِن َأْخ َرَب اَن َأُبو اْلَو ِليِد َح َّد َثَنا َلْيُث ْبُن َس ْع ٍد َح َّد َثيِن َقْيُس ْبُن اْلَحَّج اِج اْلَم ْع ىَن َو اِح ٌد‬
‫َع ْن َح َنٍش الَّص ْنَع اِّيِن َعْن اْبِن َع َّباٍس َقاَل‬
‫ُكْنُت َخ ْلَف َر ُس وِل اِهَّلل َص ىَّل اُهَّلل َعَلْي ِه َو َس َمَّل َيْو ًم ا َفَقاَل اَي ُغاَل ُم يِّن ُأَعِّلُم َك ِلَك َم اٍت اْح َفْظ اَهَّلل ْحَيَفْظ َك اْح َفْظ اَهَّلل‬
‫ِإ‬
‫ِجَتْد ُه َجُتاَه َك ِإ َذ ا َس َأْلَت َفاْس َأْل اَهَّلل َو َذ ا اْس َتَعْنَت َفاْس َتِع ْن اِب ِهَّلل َو اْعْمَل َأَّن اُأْلَّم َة َلْو اْج َتَم َع ْت َعىَل َأْن َيْنَفُع وَك ِبْيَش ٍء َلْم‬
‫َيْنَفُع وَك اَّل ِبْيَش ٍء َقْد َكَتَبُه اُهَّلل َكَل َو َلِإْو اْج َتَم ُع وا َعىَل َأْن َيُّرُض وَك ِبْيَش ٍء َلْم َيُّرُض وَك اَّل ِبْيَش ٍء َقْد َكَتَبُه اُهَّلل َعَلْي َك‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
‫ُر ِف َع ْت اَأْلْقاَل ُم َو َج َّفْت الُّص ُح ُف‬

Artinya: Telah menceritakan kepada kami Ahmad bin Muhammad bin Musa,
telah mengabarkan kepada kami Abdullah bin Al Mubarak, telah mengabarkan
kepada kami Laits bin Sa'ad dan Ibnu Lahi'ah dari Qais bin Al Hajjaj berkata, dan
telah menceritakan kepada kami Abdullah bin Abdurrahman, telah mengabarkan
kepada kami Abu Al Walid, telah menceritakan kepada kami Laits bin Sa'ad,
telah menceritakan kepadaku Qais bin Al Hajjaj -artinya sama- dari Hanasy Ash
Shan'ani dari Ibnu Abbas berkata, Aku pernah berada di belakang Rasulullah
‫ ﷺ‬pada suatu hari, beliau bersabda, "Hai nak, sesungguhnya aku akan
mengajarimu beberapa kalimat: Jagalah Allah niscaya Ia menjagamu, jagalah
Allah niscaya kau menemui-Nya di hadapanmu, bila kau meminta, mintalah pada
Allah dan bila kau meminta pertolongan, mintalah kepada Allah, ketahuilah
sesungguhnya seandainya umat bersatu untuk memberimu manfaat, mereka tidak
akan mampu memberi manfaat apa pun selain yang telah ditakdirkan Allah
untukmu dan seandainya bila mereka bersatu untuk membahayakanmu, mereka
tidak akan mampu membahayakanmu sama sekali kecuali yang telah ditakdirkan
Allah padamu, pena-pena telah diangkat dan lembaran-lembaran telah kering
(maksudnya takdir telah ditetapkan)."5

 Takhrij Hadits
1. Sunan At-tirmidzi dalam kitab: sifat kiamat, bab: lain-lain, nomor 2440
2. Musnad Imam Ahmad kitab: Dari musnad bani hasyim, bab: Awal
musnad Abdullah Bin Al-Abbas, nomor 2537

 Syarah Hadits

5
Muhammad Bin ‘Isa Bin Saurah Bin Musa Bin Adl-Dlahhak At-Tirmidzi, Al-jami’ Al-Kabir
Sunan At-Tirmidzi, (Beirut, Dar Al-Gharb Al-Islamiy), no.2440
Hadits ini, menurut Imam Hanbali, memuat wasiat-wasiat yang sangat
agung dan kaidah-kaidah yang sangat menyeluruh tentang ajaran agama yang
sangat penting, di dalamnya terkandung muatan akidah dan akhlak yang
sangat kental.
Abdullah bin Abbas mendapatkan "mutiara" tatkala ia berjalan di
belakang Rasulullah ‫ﷺ‬. Saat itu usianya masih sangat muda. Hal ini
terlihat dari seruan Rasul padanya, "Yaa Ghulam; wahai anakku". Dari
redaksinya terlihat pula betapa besarnya perhatian Rasulullah ‫ ﷺ‬terhadap
para sahabatnya yang masih muda. Tampaknya, beliau menginginkan agar
para sahabat mudanya benar-benar paham akan konsep akidah yang paling
dasar.
hikmah yang dapat kita ambil dari hadis ini. Pertama, keharusan
"menjaga" Allah. "Jagalah Allah, maka Allah akan menjagamu; jagalah Allah,
niscaya kamu akan mendapati-Nya bersamamu". Menjaga Allah diartikan
dengan selalu menjaga komitmen kita untuk selalu taat pada-Nya, dalam hal
apapun.
Bila kita "menjaga Allah", maka Allah akan pula menjaga kita.
Penjagaan Allah kepada kita, tentu berbeda dengan "penjagaan" kita pada-
Nya. Penjagaan Allah sangat luas, sangat sempurna, dan jangkauannya
meliputi dunia akhirat. Bentuk penjagaan Allah di dunia bermacam-macam.
Di antaranya, Allah akan menjaga kita dari hal-hal yang akan
memudharatkan. Allah memberikan kita kesehatan, kesempurnaan fisik, ilmu,
ataupun fasilitas untuk semakin mengenal-Nya. Atau pun ditundukkannya
alam semesta untuk kita.
Sedang penjagaan Allah di akhirat berbentuk terbebasnya kita dari
azab neraka. Allah subhanahu wata’ala berfirman:

‫َمْن ِمَع َل َص اِلًح ا ِم ْن َذ َكٍر َأْو ُأْنٰىَث َو ُه َو ُمْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِي َيَّنُه َح َياًة َط ِّي َبًة ۖ َو َلَنْج ِز َيُهَّنْم َأْج َر ْمُه ِبَأْح َس ِن َم ا اَك ُنوا َيْع َم ُلوَن‬

Artinya: Barang siapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki ataupun
perempuan dalam keadaan beriman, maka akan Kami berikan kepadanya
kehidupan yang baik. (QS An Nahl [16]: 97).

Demikian pula bila kita menjaga Allah, maka Allah pun akan selalu
menyertai kita. Syaratnya, kita selalu mengingat Allah dalam keadaan senang
ataupun susah, maka Allah akan selalu mengingat kita dikala senang maupun
susah. Menurut sebuah hadis qudsi, bila Allah selalu bersama kita, maka
apapun yang kita lakukan, hakikatnya Allah-lah yang "melakukan".6

DAFTAR PUSTAKA

Al-ju’fi, Al-Bukhari, Shahih Bukhari, Dar Tuq An-Najah

At-Tirmidzi, Ad-Dlahhak, Al-jami’ Al-Kabir Sunan At-Tirmidzi, Beirut, Dar


Al-Gharb Al-Islamiy

Ibnu Taimiyyah, I’anatul Mustafid

https://islamdigest.republika.co.id/berita/qbg75r320/hadits-tawakal-seperti-
burung-menurut-imam-ahmad-dan-ghazali

https://islamdigest.republika.co.id/berita/qbpn8b320/pesan-untuk-ibnu-
abbas-jagalah-allah-dia-akan-menjagamu

6
https://islamdigest.republika.co.id/berita/qbpn8b320/pesan-untuk-ibnu-abbas-jagalah-
allah-dia-akan-menjagamu

Anda mungkin juga menyukai