Anda di halaman 1dari 59

CATATAN RINGKAS

SHIFAT PUASA
NABI
‫صلى اهلل عليه و سلم‬

Disusun oleh :

ABDUL FATTAH IMADUDDIN

1
2
DAFTAR ISI

1. CATATAN RINGKAS SHIFAT PUASA NABI……………1


2. DAFTAR ISI…………………………………………………3
3. MUQADDIMAH…………………………………………….4
4. DEFINISI PUASA…………………………………………...6
5. DASAR DISYARI‟ATKANNYA PUASA……………….....7
6. KEUTAMAAN PUASA……………………………………..9
7. ANCAMAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN
PUASA DENGAN SENGAJA TANPA ADANYA
UDZUR……………………………………………………..18
8. KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN…………………...20
9. MENENTUKAN AWAL MASUKNYA BULAN
RAMADHAN……………………………………………....26
10. LARANGAN BERPUASA PADA HARI YANG
DIRAGUKAN……………………………………………...27
11. SYARAT WAJIBNYA PUASA………………………...….28
12. ORANG YANG DIBERIKAN KERINGANAN UNTUK
TIDAK BERPUASA DAN MENGGANTI DENGAN
MEMBAYAR FIDYAH ………………………………...…33
13. KADAR MAKANAN YANG WAJIB DALAM
MENUNAIKAN FIDYAH…………………………………36
14. RUKUN PUASA…………………………………………...37
15. PEMBATAL PUASA……………………………………....41
16. ADAB – ADAB PUASA……………………………….…..45
17. PERKARA YANG DIBOLEHKAN BAGI ORANG YANG
BERPUASA………………………………………………...56
18. HUKUM ASAL SEGALA SESUATU ADALAH BOLEH
KECUALI ADA DALIL YANG MELARANGNYA……...58

3
MUQADDIMAH

   

‫ض أٔفسٕب‬ٚ‫ش ثبهلل ِٓ شط‬ٛ‫ٔؼ‬ٚ , ٖ‫ٔسزغفط‬ٚ ٕٗ١‫ٔسزؼ‬ٚ ٖ‫ئْ اٌحّس هلل ٔحّس‬


ٌٗ ٞ‫عًٍ فال ٘بز‬٠ ِٓٚ , ٌٗ ً‫سٖ اهلل فال ِع‬ٙ٠ ِٓ , ‫ئبد أػّبٌٕب‬١‫ِٓ س‬ٚ
ٖ‫س أْ ِحّسا ػجس‬ٙ‫أش‬ٚ , ٌٗ ‫ه‬٠‫حسٖ ال شط‬ٚ ‫س أْ ال ئٌٗ ئال اهلل‬ٙ‫أش‬ٚ
ٌٗٛ‫ضس‬ٚ

          

 

         

          

         

4
         

          

   

ٍٝ‫ ِحّس ص‬ٞ‫ ٘س‬ٞ‫س‬ٌٙ‫ط ا‬١‫ذ‬ٚ , ‫ش وزبة اهلل‬٠‫ فاْ أصسق اٌحس‬, ‫أِب ثؼس‬
‫وً ثسػخ‬ٚ , ‫وً ِحسصخ ثسػخ‬ٚ , ‫ب‬ٙ‫ض ِحسصبر‬ِٛ‫شط األ‬ٚ , ٍُ‫س‬ٚ ٗ١ٍ‫اهلل ػ‬
‫ إٌبض‬ٟ‫وً ظالٌخ ف‬ٚ , ‫ظالٌخ‬
Risalah ini adalah catatan ringkas tentang puasa yang
disampaikan penulis pada kajian – kajian di sekitar Solo raya,
tentunya didalamnya masih banyak kekurangan – kekurangan,
akan tetapi penulis berharap ampunan dan pahala dari Allah
subhanahu wata‟ala semoga dengan tulisan ini para pembaca
sedikitnya mengetahui tentang bagaimana petunjuknya
Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam dalam berpuasa
sehingga puasanya akan bernilai ibadah dan akan bisa semakin
meningkatkan drajatnya sebagai orang – orang yang bertaqwa
dan akan mendapatkan keutamaan sebagaimana apa yang telah
Allah dan Rasul-Nya janjikan.

Watu Tebok, Rabu 17 Sya‟ban 1437 H

25 Mei 2016 M

Abdul Fattah Imaduddin

5
DEFINISI PUASA

Puasa secara bahasa ( ‫( ) اإلِسبن‬Al Imsak) yaitu: Menahan.

Adapun secara istilah syari‟at:

‫ة اٌشّس‬ٚ‫ غط‬ٌٝ‫ع اٌفغط ئ‬ٍٛ‫خ ِٓ ط‬١ٌٕ‫اإلِسبن ػٓ اٌّفططاد ِغ ا‬


“Menahan diri dari pembatal-pembatal (puasa) bersamaan
dengan niat dimulai dari terbitnya fajar sampai tenggelamnya
matahari”

(Taisirul‟allam : 359)

6
DASAR DISYARI’ATKANNYA PUASA

1. Puasa adalah amalan yang Allah subhanahu wata‟ala


wajibkan kepada kaum muslimin dan ummat-ummat
terdahulu, sebagaimana Allah subhanahu wata‟ala
berfirman :

       

     

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu


berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang
sebelum kamu agar kamu bertakwa,”
(Al Baqarah : 183)

2. Puasa adalah salah satu dari rukun Islam sebagaimana


Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

‫أْ ِحّسا‬ٚ ‫بزح أْ ال ئٌٗ ئال اهلل‬ٙ‫ ذّس ش‬ٍٝ‫ اإلسالَ ػ‬ٟٕ‫ث‬
َٛ‫ص‬ٚ ‫ذ‬١‫حظ اٌج‬ٚ ‫زبء اٌعوبح‬٠‫ئ‬ٚ , ‫ئلبَ اٌصالح‬ٚ , ‫ي اهلل‬ٛ‫ضس‬
ْ‫ضِعب‬

)‫ش اثٓ ػّط‬٠‫ ِٓ حس‬16 : ٍُ‫(ِس‬


“Agama Islam dibangun diatas 5 rukun : Persaksian
bahwasannya tiada sesembahan yang berhak disembah
selain Allah dan bahwasannya Muhammad adalah

7
utusan Allah, menegakkan shalat, menunaikan zakat,
berhaji ke Baitullah, dan berpuasa Ramadlan”.
(HR: Muslim: 16 dari Ibnu „Umar)

8
KEUTAMAAN PUASA

1. Pengampunan dosa

Allah subhanahu wata‟ala berfirman :

   

   

   

   

   

      

  

“Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim,


laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan
perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan
perempuan yang jujur, laki-laki dan perempuan yang
sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyuk, laki-laki

9
dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan
perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan
yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan
perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah
telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala
yang besar”.
(QS: Al Ahzab: 35)

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

‫يٍ صاو زيضاٌ إًٌاَا واحتسابا غفس نه يا تقدو يٍ ذَبه (يتفق‬


)‫عهٍه يٍ حدٌث أبً هسٌسة‬
“Barangsiapa yang berpuasa Ramadlan dalam keadaan
iman dan ihtisab (berharap pahala) maka akan
diampuni baginya dosa-dosa yang telah berlalu”.
(HR: Muslim:759)

2. Puasa adalah perisai (pelindung dari syahwat dan api


neraka)

Dari „Abdullah bin Mas‟ud radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

‫ فأٗ أغط‬, ‫ط‬ٚ‫زع‬١ٍ‫ب ِؼشط اٌشجبة ِٓ اسزطبع ِٕىُ اٌجبئخ ف‬٠


ٌٗ ٗٔ‫َ فا‬ٛ‫ٗ ثبٌص‬١ٍ‫سزطغ فؼ‬٠ ٌُ ِٓٚ , ‫أحصٓ ٌٍفطط‬ٚ ‫ٌٍجصط‬
)1400 : ٍُ‫عبء (ِس‬ٚ

10
“Wahai sekalian pemuda!, barangsiapa diantara kalian
yang sudah mampu menikah maka menikahlah, karena
menikah itu akan lebih menundukan pandangan dan
akan lebih bisa menjaga kemaluan (kehormatan),
barangsiapa yang belum mampu (menikah) maka
berpuasalah, karena puasa itu akan bisa menjadi
pelindung (dari syahwatnya)

(HR: Muslim: 1400)

Dari Jabir bin Abdillah radliallahu‟anhu , Rasulullah


shallallahu‟alaihiwasallam bersabda :

)‫ب اٌؼجس ِٓ إٌبض (أحّس‬ٙ‫سزغٓ ث‬٠ ‫بَ عٕخ‬١‫اٌص‬


“Puasa itu adalah tameng (pelindung) yang mana
seorang hamba akan berlindung dengan tameng tersebut
dari api neraka (HR: Ahmad)

Dari Abu Sa‟id Al Khudri radliallahu‟anhu Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

ٓ‫ٗ ػ‬ٙ‫ع‬ٚ ‫ً اهلل ئال ثبػس اهلل ثصاٌه‬١‫ سج‬ٟ‫ِب ف‬ٛ٠ َٛ‫ص‬٠ ‫ِب ِٓ ػجس‬
‫فب‬٠‫ٓ ذط‬١‫إٌبض سجؼ‬

)ٞ‫س اٌرسض‬١‫ سؼ‬ٟ‫ػٓ اث‬1153 : ٍُ‫(ِس‬


“Tidaklah ada seorang hamba yang berpuasa sehari
dijalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya

11
dari api neraka dengan puasanya tersebut sejauh 70
tahun perjalanan (HR: Muslim: 1153 )

Dari Abu Umamah radliallahu‟anhu Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

ٓ١‫ٓ إٌبض ذٕسلب وّب ث‬١‫ث‬ٚ ٕٗ١‫ ث‬aٌٗ‫ً اهلل عؼً ا‬١‫ سج‬ٟ‫ِب ف‬ٛ٠ َ‫ِٓ صب‬
)1624 : ٞ‫األضض (اٌزطِص‬ٚ ‫اٌسّبء‬
“Barangsiapa yang berpuasa sehari dijalan Allah, maka
Allah akan menjadikan sebuah parit
(penghalang/pemisah) diantara dirinya dengan neraka (
yang luasnya) sebagimana luasnya langit dan bumi”,
(HR: At Tirmidzi: 1624)

3. Puasa bisa memasukkan hamba ke syurga

Dari Abu Umamah radliallahu‟anhu, aku berkata:


“wahai Rasulallah, tunjukan kepadaku amalan yang akan
memasukan aku ke syurga” !, maka Rasulullah
shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

ٌٗ ً‫َ ال ِض‬ٛ‫ه ثبٌص‬١ٍ‫ػ‬


“Hendaklah engkau berpuasa karena tidak ada amalan
yang semisal dengan puasa (yang akan memasukan ke
syurga)”.
(HR: Ibnu Hibban: 232)

4. Puasa akan menjadi syafa‟at dihari kiamat

12
Dari „Abdullah bin „Amr bi Al „Ash radliallahu‟anhu
dari Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

ٞ‫ أ‬: َ‫ب‬١‫ي اٌص‬ٛ‫م‬٠ : ‫بِخ‬١‫َ اٌم‬ٛ٠ ‫شفؼبْ ٌٍؼجس‬٠ ْ‫اٌمطآ‬ٚ َ‫ب‬١‫اٌص‬


ٗ‫ ِٕؼز‬: ْ‫ي اٌمطآ‬ٛ‫م‬٠ٚ , ٗ١‫ ف‬ٟٕ‫ فشفؼ‬, ‫ح‬ٛٙ‫اٌش‬ٚ َ‫ضة ِٕؼزٗ اٌطؼب‬
) 6626 : ‫شفؼبْ (أحّس‬١‫ ف‬: ‫ لبي‬, ٗ١‫ ف‬ٟٕ‫ فشفؼ‬, ً١ٌٍ‫َ ثب‬ٌٕٛ‫ا‬
“Puasa dan Al Qur‟an keduanya akan memberikan
syafa‟at kepada seorang hamba di hari kiamat, puasa
akan berkata: Wahai Rabku, aku telah menghalangi dia
dari makan dan syahwat maka jadikanlah aku sebagai
syafa‟at baginya, Al Qur‟an berkata: aku telah
menghalanginya dari tidur dimalam hari maka
jadikanlah aku sebagi syafa‟at baginya, maka keduanya
menjadi syafa‟at (penolong)”

(HR Ahmad : 6626 )

5. Ar Rayyan bagi orang yang berpuasa


Dari Sahl bin Sa‟ad radliallahu‟anhu dari Nabi
shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

َٛ٠ ّْٛ‫سذً ِٕٗ اٌصبئ‬٠ ,”ْ‫ب‬٠‫مبي ٌٗ “اٌط‬٠ ‫ اٌغٕخ ثبثب‬ٟ‫ئْ ف‬


ٍُ‫ ف‬, ‫ا أغٍك‬ٍٛ‫ فاشا زذ‬, ُ٘‫ط‬١‫سخي ِٕٗ أحس غ‬٠ ‫ ال‬, ‫بِخ‬١‫اٌم‬
, ‫ِٓ زذً شطة‬ٚ , ‫ فاشا زذً آذطُ٘ أغٍك‬, ‫سذً ِٕٗ أحس‬٠
)1152 : ٍُ‫ظّأ أثسا (ِس‬٠ ٌُ ‫ِٓ شطة‬ٚ

13
“Sesungguhnya di Syurga ada pintu yang dinamakan
“Ar Rayyan”, orang-orang yang berpuasa akan masuk
dari pintu tersebut dihari kiamat, tiada seorang pun
yang masuk darinya selain mereka, apabila meraka
sudah masuk maka pintu tersebut ditutup, barangsiapa
yang masuk maka dia akan minum (airnya), dan barang
siapa yang minum airnya maka dia tidak akan dahaga
untuk selama-lamanya

(HR: Muslim: 1152)

6. Orang yang berpuasa termasuk Siddiqin dan Syuhada

Dari „Amr bin Murrah Al Juhani radliallahu‟anhu


berkata: dahulu pernah datang seorang lelaki (sahabat)
dan berkata: “Ya Rasulullah apa pendapatmu jika aku
bersaksi bahwasannya tiada sesembahan yang berhak
disembah selain Allah dan engkau adalah utusan Allah,
aku shalat yang lima waktu, menunaikan zakat, berpuasa
dibulan Ramadhan dan shalat tarawih dimalam harinya,
termasuk orang yang manakah aku ? maka Rasulullah
shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

‫ساء‬ٙ‫اٌش‬ٚ ٓ١‫م‬٠‫ِٓ اٌصس‬


“termasuk dari kalangan Siddiqin dan Syuhada” (HR:
Ibnu Hibban: 11)

7. Pahala yang tidak terbatas bagi orang yang berpuasa

14
8. Dua kegembiraan bagi yang berpuasa
9. Aroma mulut orang yang berpuasa disisi Allah lebih
wangi dari pada misik

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu , Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

‫ سجغ‬ٌٝ‫ب ئ‬ٌٙ‫ اٌحسٕخ ثؼشط أِضب‬, ‫عبػف‬٠ ٌٗ َ‫وً ػًّ اثٓ آز‬
‫سع‬٠ , ٗ‫ ث‬ٜ‫أٔب أعع‬ٚ ٌٟ ٗٔ‫بَ فا‬١‫ ئال اٌص‬: ٌٝ‫ لبي اهلل رؼب‬, ‫ِبئخ‬
ٖ‫ فطحخ ػٕس فطط‬: ْ‫ٌٍصبئُ فطحزب‬ٚ , ٍٟ‫طؼبِٗ ِٓ أع‬ٚ ٗ‫ر‬ٛٙ‫ش‬
ِٓ ‫ت‬١‫ف فُ اٌصبئُ ػٕس اهلل أط‬ٍٛ‫ٌر‬ٚ , ٗ‫فطحخ ػٕس ٌمبء ضث‬ٚ
‫ح اٌّسه‬٠‫ض‬

)1151 : ٍُ‫(ِس‬
“Setiap amalan anak adam adalah untuknya dan akan
dilipat gandakan, 1 kebaikan akan dilipat gandakan
dengan 10 kebaikan yang semisal sampai 700 x lipat,
Allah berfirman: kecuali puasa, karena puasa itu untuk-
Ku, dan Aku sendiri yang akan membalasnya, karena dia
telah meninggalkan syahwatnya dan makanannya
karena Aku, dan orang yang berpuasa memiliki 2
kebahagiaan, kebahagiaan ketika berbuka dan
kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabnya, sungguh
aroma mulut orang yang berpuasa disisi Allah lebih
wangi dari pada aroma misik”.. (HR: Muslim: 1151)

15
10. Puasa sebagai kaffarah (penebus dosa dan kesalahan)

Allah subhanahu wata‟ala berfirman :

       

       

        

          

        

     

“ Allah tidak menghukum kamu disebabkan sumpah-


sumpahmu yang tidak dimaksud (untuk bersumpah),
tetapi Dia menghukum kamu disebabkan sumpah-
sumpah yang kamu sengaja, Maka kaffarat (melanggar)
sumpah itu, ialah memberi Makan sepuluh orang miskin,
Yaitu dari makanan yang biasa kamu berikan kepada
keluargamu, atau memberi pakaian kepada mereka atau
memerdekakan seorang budak. barang siapa tidak
sanggup melakukan yang demikian, Maka kaffaratnya
puasa selama tiga hari. yang demikian itu adalah

16
kaffarat sumpah-sumpahmu bila kamu bersumpah (dan
kamu langgar). dan jagalah sumpahmu. Demikianlah
Allah menerangkan kepadamu hukum-hukum-Nya agar
kamu bersyukur (kepada-Nya).”
(QS: Al Maidah: 89)

Dari Hudzaifah Ibnul Yaman radliallahu‟anhu ,


Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

َُ ‫ب‬١‫اٌص‬ٚ ‫عبضٖ رىفط٘ب اٌصال ُح‬ٚ ٌٗ‫ِب‬ٚ ٍٗ٘‫ أ‬ٟ‫فزٕخ اٌطعً ف‬


)144 : ٍُ‫اٌصسل ُخ ( ِس‬ٚ

“Fitnah (dosa) seorang laki-laki terhadap keluarganya,


hartanya, dan tetangganya akan dapat terhapus dengan
sholat, puasa dan shadaqah”. (HR: Muslim: 144)

17
ANCAMAN BAGI ORANG YANG MENINGGALKAN
PUASA DENGAN SENGAJA TANPA ADANYA UDZUR

DariAbu Umamah Al Bahili radliallahu‟anhu aku mendengar


Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

‫ أصؼس‬: ‫ػطا فمبي‬ٚ ‫ عجال‬ٟ‫بث‬١‫ فأر‬َٟ‫ ضعالْ فأذصا ثعَ ُجؼ‬ٟٔ‫ّٕب أٔب ٔبئُ أرب‬١‫ث‬
ٟ‫ ئشا وبٔذ ف‬ٝ‫ فصؼسد حز‬, ‫ٍٗ ٌه‬ٙ‫ سٕس‬: ‫ فمبال‬, ٗ‫م‬١‫ ال أط‬ٟٔ‫ ئ‬: ‫ فمٍذ‬,
‫اء‬ٛ‫ ٘صا ػ‬: ‫ا‬ٌٛ‫اد ؟ لب‬ٛ‫ ِب ٘صٖ األص‬: ‫سح‬٠‫اد شس‬ٛ‫از اٌغجً ئشا ثأص‬ٛ‫س‬
ُٙ‫ ِشممخ أشسال‬, ُٙ‫ج‬١‫ٓ ثؼطل‬١‫َ ِؼٍم‬ٛ‫ فاشا أٔب ثم‬, ٟ‫ صُ أطٍك ث‬, ‫أً٘ إٌبض‬
‫ْ لجً رحٍخ‬ٚ‫فطط‬٠ ٓ٠‫ اٌص‬: ‫ ِٓ ٘إالء ؟ لبي‬: ‫ لٍذ‬, ‫ُ زِب‬ٙ‫ً أشسال‬١‫ رس‬,
ُِٙٛ‫ص‬
) 1800 : ْ‫( اثٓ حجب‬

“Ketika aku sedang tidur, datanglah kepadaku dua orang laki-


laki, maka keduanya memegang bahuku dan membawaku ke
gunung yang tinggi, keduanya berkata: “naiklah” aku
mengatakan: “sesungguhnya aku tidak mampu” keduanya
berkata:”kami akan memudahkanmu”, maka aku naik, sampai
ke puncak gunung, tiba-tiba aku mendengar suara (teriakan)
yang sangat keras, suara apa ini ? mereka berkata: “ini adalah
teriakannya penduduk neraka”. Kemudian keduanya
membawaku dan (diperlihatkan kepadaku) suatu kaum yang
digantung terbalik (kaki mereka diatas dan kepala mereka
dibawah), dalam keadaan mulut mereka sobek, mengalir
darahnya dari mulut mereka, aku berkata: “siapa

18
mereka”?kedua orag tadi menjawab: “mereka adalah orang
yang berbuka (tidak berpuasa dengan sengaja tanpa ada udzur)
sebelum halal puasanya mereka”. (HR: Ibnu Hibban: 1800)

19
KEUTAMAAN BULAN RAMADHAN

1. Bulan diturunkannya Al Qur‟an

Allah subhanahu wata‟ala berfirman :

       

        

         

         

      

   

“Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya


diturunkan (permulaan) Al Quran sebagai petunjuk bagi
manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk
itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil).
karena itu, Barangsiapa di antara kamu hadir (di negeri
tempat tinggalnya) di bulan itu, Maka hendaklah ia
berpuasa pada bulan itu, dan Barangsiapa sakit atau
dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka (wajiblah

20
baginya berpuasa), sebanyak hari yang ditinggalkannya
itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki
kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu. dan hendaklah kamu mencukupkan bilangannya
dan hendaklah kamu mengagungkan Allah atas
petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, supaya kamu
bersyukur.
(QS: Al Baqarah: 185)

2. Lailatul Qadr terjadi pada bulan Ramadhan

Allah subhanahu wata‟ala berfirman :

          

         

          

  

“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran)


pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu Apakah
malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu lebih baik
dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-
malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Tuhannya

21
untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
Kesejahteraan sampai terbit fajar”. ( QS: Al Qadr: 1-5 )

3. Bulan pengampunan dari dosa

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu , bahwasannya


Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam pernah naik
mimbar kemudian beliau mengatakan: “Aamiin, Aamiin,
Aamiin” kemudian ditanyakan kepada beliau: “Ya
Rasulullah, mengapa engkau naik mimbar kemudian
engkau mengucapkan: “Aamiin, Aamiin, Aamiin” ?
maka Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

ٍُ‫طَ ضِعبْ ف‬ٙ‫ ِٓ أزضن ش‬: ‫ فمبي‬ٟٔ‫ٗ اٌسالَ أرب‬١ٍ‫ً ػ‬٠‫ئْ عجط‬
ٓ١ِ‫ آ‬: ‫ فمٍذ‬, ٓ١ِ‫ آ‬: ً‫ ل‬, ‫ فأثؼسٖ اهلل‬, ‫غفط ٌٗ فسذً إٌبض‬٠
) 1888 : ‫ّخ‬٠‫ اثٓ ذع‬, 2387 : ْ‫( اثٓ حجب‬

“Sesungguhnya Jibril „alaihissalam datang kepadaku


kemudian mengatakan : barangsiapa yang mendapatkan
bulan ramadhan dan dia tidak mendapatkan ampunan
sehingga dia masuk neraka, maka Allah menjauh
darinya, katakanlah: Aamiin,maka aku mengatakan:
Aamiin”.

Dari Al Hasan bin Malik bin Al Huwairits dari bapaknya


dari kakeknya radliallahu‟anhu berkata:

22
, ‫ ػزجخ‬ٟ‫ فٍّب ضل‬,‫سٍُ إٌّجط‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫صؼس ضس‬
‫ ػزجخ صبٌضخ‬ٟ‫ صُ ضل‬,"ٓ١ِ‫ "آ‬: ‫ فمبي‬ٜ‫ أذط‬ٟ‫ٓ " صُ ضل‬١ِ‫" آ‬: ‫لبي‬
‫ب‬٠ : ‫ٗ اٌسالَ فمبي‬١ٍ‫ً ػ‬٠‫ عجط‬ٟٔ‫ " أرب‬: ‫ٓ" صُ لبي‬١ِ‫"آ‬: ‫فمبي‬
: ‫ فمٍذ‬, ٌٝ‫ُغفَط ٌٗ فأثؼسٖ اهلل رؼب‬٠ ٍُ‫ِحّس ! ِٓ أزضن ضِعبْ ف‬
, ‫ أحسّ٘ب فسذً إٌبض فأثؼسٖ اهلل‬ٚ‫ٗ أ‬٠‫اٌس‬ٚ ‫ ِٓ أزضن‬: ‫ لبي‬, ٓ١ِ‫آ‬
‫ه فأثؼسٖ اهلل‬١ٍ‫صً ػ‬٠ ٍُ‫د ػٕسٖ ف‬ َ ‫ِٓ شوط‬ٚ : ‫ لبي‬, ٓ١ِ‫ آ‬: ‫فمٍذ‬
) 409 : ْ‫ٓ ( اثٓ حجب‬١ِ‫ آ‬: ‫ فمٍذ‬, ٌٝ‫رؼب‬

“Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam naik ke atas


mimbar, maka ketika beliau naik di anak tangga (yang
pertama) beliau mengatakan: “Aamiin”, kemudian
beliau naik (ke anak tangga yang kedua) dan
mengatakan: “Aamiin”, kemudian beliau naik lagi ke
anak tangga yang ke tiga dan mengatakan :”Aamiin”
kemudian beliau bersabda: “Jibril „alaihissalam datang
kepadaku dan mengatakan: ya Muhammad !
barangsiapa yang mendapatkan bulan Ramadhan dan
dia tidak mendapatkan ampunan maka semoga Allah
yang maha tinggi menjauh darinya, maka aku
mengatakan: Aamiin, (Jibril) mengatakan: barangsiapa
yang mendapatkan kedua orang tuanya atau salah satu
dari keduanya maka ternyata dia masuk neraka, maka
Allah menjauh darinya, maka aku mengatakan: Aamiin,
(Jibril) mengatakan: barangsiapa yang disebutkan
namamu disisinya dan dia tidak bershalawat, maka
semoga Allah yang maha tinggi menjauh darinya, maka
aku mengatakan: Aamiin”. (HR: Ibnu Hibban: 409)

23
4. Dihapuskan dari dosa dan kesalahan

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu , Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ ضِعب‬ٌٝ‫ضِعبْ ئ‬ٚ , ‫ اٌغّؼخ‬ٌٝ‫اٌغّؼخ ئ‬ٚ , ‫اد اٌرّس‬ٍٛ‫اٌص‬


‫ّب ئشا اعزٕجذ اٌىجبئط‬ٕٙ١‫ِىفطاد ٌّب ث‬

“Diantara shalat yang lima waktu, satu Jum‟at ke


Jum‟at yang berikutnya, satu Ramadhan ke Ramadhan
berikutnya adalah penghapus (dosa dan kesalahan) yang
dilakukan diantara keduanya jika dosa-dosa besar
dijauhi”.
(HR: Muslim: 233)

5. Dibebaskannya dari api neraka


6. Dikabulkannya do‟a

Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

ْ‫ئ‬ٚ , ْ‫ط ضِعب‬ٙ‫ ش‬ٟ‫ٍخ ػزمبء ِٓ إٌبض ف‬١ٌٚ َٛ٠ ً‫ و‬ٟ‫ئْ هلل ف‬
ٌٗ ‫سزغبة‬١‫ب ف‬ٙ‫ ث‬ٛ‫سػ‬٠ ‫ح‬ٛ‫ٌىً ِسٍُ زػ‬

“Sesungguhnya Allah memiliki (orang-orang) yang akan


dibebaskan dari api neraka disetiap hari maupun malam
dari bulan Ramadhan, dan sesungguhnya setiap muslim

24
memiliki sebuah do‟a yang dia berdo‟a dengan do‟a
tersebut maka do‟anya akan dikabulkan”.
(HR: Ibnu Majah: 1643 dari hadits Jabir)

7. Dibelenggunya syaithan-syaithan yang jahat


8. Dibukanya pintu-pintu syurga
9. Ditutupnya pintu-pintu neraka

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:
‫ِطزح‬ٚ ٓ١‫بط‬١‫ط ضِعبْ صفِّسد اٌش‬ٙ‫ٍخ ِٓ ش‬١ٌ ‫ي‬ٚ‫ئشا وبْ أ‬
‫اة‬ٛ‫فزحذ أث‬ٚ , ‫ب ثبة‬ِٕٙ ‫فزح‬٠ ٍُ‫اة إٌبض ف‬ٛ‫غٍمذ أث‬ٚ , ٓ‫اٌغ‬
‫ب‬٠ ! ً‫ط ألج‬١‫ اٌر‬ٟ‫ب ثبغ‬٠ : ‫ ِٕب ٍز‬ٞ‫ٕبز‬٠ٚ , ‫ب ثبة‬ِٕٙ ‫غٍك‬٠ ٍُ‫اٌغٕخ ف‬
. ‫ٍخ‬١ٌ ً‫شاٌه و‬ٚ ‫هلل ػزمبء ِٓ إٌبض‬ٚ , ‫ اٌشط ألصط‬ٟ‫ثبغ‬

“Apabila (telah masuk) malam pertama dari bulan


Ramadhan, syaitan-syaitan dan jin-jin yang jahat
dibelenggu, pintu-pintu neraka ditutup dan tiada satu
pintupun yang terbuka, dan pintu-pintu syurga dibuka
dan tiada satu pintupun yang tertutup, dan ada seorang
penyeru yang menyerukan:”Wahai orang-orang yang
berharap kebaikan, terimalah !, wahai orang-orang
yang berharap kejelekan, kurangilah !, dan Allah
memiliki (para hamba) yang akan dibebaskan dari api
neraka, dan hal itu (terjadi) setiap malam (pada bulan
Ramadhan)”.
(HR: At Tirmidzi: 682)

25
MENENTUKAN AWAL MASUKNYA BULAN
RAMADHAN

Dari Abdullah bin Umar radliallahu‟anhuma, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:
ُ‫ى‬١ٍ‫ فاْ غُّ ػ‬, ٖٚ‫ رط‬ٝ‫ا حز‬ٚ‫ال رفطط‬ٚ , ‫الي‬ٌٙ‫ا ا‬ٚٚ‫ رط‬ٝ‫ا حز‬ِٛٛ‫ال رص‬
)ٗ١ٍ‫ا ٌٗ (ِزفك ػ‬ٚ‫فبلسض‬
“Janganlah kalian puasa (Ramadhan) sampai kalian melihat
hilal (bulan sabit yang menunjukan masuknya tanggal satu),
dan janganlah kalian berbuka (ber‟idul fitri) sampai kalian
melihatnya, maka apabila (hilal)tertutup atas kalian maka
perkirakanlah”.
(HR” Bukhari:4/102, Muslim:1080)

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

ٓ١‫ا شؼجبْ صالص‬ٍّٛ‫ فأو‬, ُ‫ى‬١ٍ‫ فاْ غُ ػ‬,ٗ‫ز‬٠‫ا ٌطؤ‬ٚ‫أفطط‬ٚ , ٗ‫ز‬٠‫ا ٌطؤ‬ِٛٛ‫ص‬
)ٗ١ٍ‫(ِزفك ػ‬

“Berpuasalah kalian ketika melihatnya (hilal),dan berbukalah


(ber‟idul fitri) kalian ketika melihatnya, dan apabila (hilal)
tertutup atas kalian, maka sempurnakanlah bulan Sya‟ban tiga
puluh hari”.
(HR: Bukhari: 4/106, Muslim: 1081)

26
LARANGAN BERPUASA PADA HARI YANG
DIRAGUKAN

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

ّٗ‫ص‬١ٍ‫ِب ف‬ٛ‫َ ص‬ٛ‫ص‬٠ ‫ٓ ئال ضعال‬١ِٛ٠ ٚ‫ِب أ‬ٛ٠ َٛ‫ا ضِعبْ ثص‬ِٛ‫ال رمس‬
)573 : ٍُ‫(ِس‬

“Janganlah kalian mendahului (puasa) pada bulan Ramadhan


dengan berpuasa sehari ataukah dua hari (sebelum Ramadhan)
kecuali seseorang yang biasa berpuasa maka silahkan dia
berpuasa (Muslim:573)

Dari Abdullah bin Umar radliallahu‟anhuma, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

ٍُ‫س‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ أثب اٌمبسُ ص‬ٝ‫ٗ فمس ػص‬١‫شه ف‬٠ ٞ‫َ اٌص‬ٛ١ٌ‫ِٓ صبَ ا‬
)119 /4 : ٞ‫(اٌجربض‬

“Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang diragukan maka


sungguh dia telah durhaka kepada Abul Qasim (Muhammad)
Shallallahu‟alaihi wasallam”.
(HR: Bukhari: 4/119)

27
SYARAT WAJIBNYA PUASA

‫ح‬١‫ اٌّسٍُ اٌؼبلً اٌجبٌغ اٌصح‬ٍٝ‫َ ػ‬ٛ‫غت اٌص‬٠ ٗٔ‫ أ‬ٍٝ‫أعّغ اٌؼٍّبء ػ‬
: ‫إٌفبغ (فمٗ اٌسٕخ‬ٚ ‫ط‬١‫ْ اٌّطأح طب٘طح ِٓ اٌح‬ٛ‫غت أْ رى‬٠ٚ , ُ١‫اٌّم‬
)506 /1
"Para ulama sepakat bahwasannya kewajiban puasa adalah
bagi seorang muslim, berakal, baligh, sehat, muqim, dan wajib
bagi seorang perempuan untuk suci dari haid dan nifas" (Fiqih
Sunnah: 1/506)

Adapun dalil yang menunjukan syarat-syarat tersebut adalah :

1. Muslim

Allah sunhanahu wata‟ala berfirman :

           

 

“Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka


sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu)daripadanya, dan
Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi”. (QS: Ali
Imran: 85)

As Syaikh Abdurrahman As Si‟diy rahimahullah berkata:

28
‫ط‬١‫ز غ‬ٚ‫ فؼٍّٗ ِطز‬, ٖ‫ اضرعبٖ اهلل ٌؼجبز‬ٞ‫ٓ اإلسالَ اٌص‬٠‫ط ز‬١‫ٓ هلل ثغ‬٠‫س‬٠ ِٓ
‫بزا‬١‫أم‬ٚ ‫ اٌّزعّٓ ٌإلسزسالَ هلل ئذالصب‬ٛ٘ َ‫ٓ اإلسال‬٠‫ ألْ ز‬, ‫ي‬ٛ‫ِمج‬
‫ظ‬ٛ‫اٌف‬ٚ ‫أد ثسجت إٌغبح ِٓ ػصاة اهلل‬٠ ٌُ ‫أد ثٗ اٌؼجس‬٠ ٌُ ‫ فّب‬, ٍٗ‫ٌطس‬
ْ‫ط والَ إٌّب‬١‫ رفس‬ٟ‫ُ اٌطحّٓ ف‬٠‫ط وط‬١‫س‬١‫اٖ فجبطً (ر‬ٛ‫ٓ س‬٠‫ فىً ز‬, ٗ‫اث‬ٛ‫ثض‬
)137 :
“Barangsiapa yang beragama terhadap Allah dengan selain
agama islam yang Allah ridloi terhadap hamba-Nya, maka
amalanya tertolak dan tidak diterima, karena agama Islam
adalah (agama) yang terkandung padanya bentuk penyerahan
diri sepenuhnya kepada Allah dalam keadaan ikhlas dan tunduk
kepada Rasul-Nya, maka apabila seorang hamba tidak
mendatangi (agama) tersebut, berarti dia tidak mendatangi
sebab keselamatan dari adzab Allah dan (tidak mendatangi
sebab) kemenangan dengan balasan (pahala)-Nya, maka
seluruh agama selain (islam) adalah batil”.(Taisir karimi Ar
Rahman fii tafsiri kalami Al Mannan: 137)

2. Berakal
3. Baligh

Dari Ali bin Abi Thalib radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

, ٍُ‫حز‬٠ ٝ‫ حز‬ٟ‫ػٓ اٌصج‬ٚ , ‫مظ‬١‫سز‬٠ ٝ‫ ػٓ إٌبئُ حز‬: ‫ضفغ اٌمٍُ ػٓ صالصخ‬


ً‫ؼم‬٠ ٝ‫ْ حز‬ٕٛ‫ػٓ اٌّغ‬ٚ
“Pena itu diangkat (tidak tercatat) dari tiga golongan : dari
orang yang tidur sampai terbangun, dari anak yang masih kecil

29
sampai baligh, dari orang yang gila sampai berakal”. (HR:
Bukhari: 3273)

4. Sehat
5. Muqim (sedang tidak melakukan safar)

Allah subhanahu wata‟ala berfirman :

          

          

            

  

“(puasa yang diwajibkan tersebut adalah) dalam beberapa hari


yang telah ditentukan. Maka Barangsiapa diantara kamu ada
yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), Maka
(wajiblah baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan
itu pada hari-hari yang lain. dan wajib bagi orang-orang yang
berat menjalankannya (jika mereka tidak berpuasa) membayar
fidyah, (yaitu): memberi Makan seorang miskin. Barangsiapa
yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, Maka Itulah
yang lebih baik baginya. dan berpuasa lebih baik bagimu jika
kamu mengetahui.” (QS: Al Baqarah: 184)

30
Adapun bagi orang yang sakit dan dalam keadaan safar
apabila tidak merasakan berat untuk berpuasa maka berpuasa
lebih utama, akan tetapi apabila mereka merasa berat dengan
berpuasa maka berbuka lebih afdol, berdasarkan hadits dari Abu
Sa‟id Al Khudri radliallahu‟anhu :

‫كُا َغصو يع زسىل اهلل صهى اهلل عهٍه وسهى فً زيضاٌ فًُا انصائى‬
, ‫ فال ٌجد انصائى عهى انًفطس وال انًفطس عهى انصائى‬, ‫ويُا انًفطس‬
‫ وٌسوٌ أٌ يٍ وجد ضعفا‬, ٍ‫ٌسوٌ أٌ يٍ وجد قىة فصاو فإٌ ذانك حس‬
)574 : ‫فأفطس فإٌ ذنك حسٍ (انتسيري‬
“Kami pernah berperang bersama Rasulullah shallallahu‟alaihi
wasallam pada bulan Ramadhan, maka diantara kami ada yang
berpuasa dan diantara kami ada yang berbuka, maka orang
yang berpuasa tidak mendapatkan (perasaan bangga) atas
orang yang berbuka dan orang yang berbuka (juga tidak
mendapatkan perasaan bangga) atas orang yang berpuasa,
mereka berpandangan bahwasannya barangsiapa yang
memiliki kekuatan (kemampuan untuk berpuasa) maka dia
berpuasa maka itu bagus, dan mereka juga berpandangan
bahwasannya barangsiapa yang merasa lemah ( tidak memiliki
kemampuan untuk berpuasa) maka dia berbuka maka itu juga
bagus”. (HR: At Tiridzi: 574)

6. Bagi seorang perempuan harus suci dari haid dan


nifas

Dari Abu Sa‟id Al Khudry radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

31
: ٞ‫ب (اٌجربض‬ٕٙ٠‫ٌُ رصُ ؟ فصاٌه ٔمص ز‬ٚ ً‫س ئشا حبظذ ٌُ رص‬١ٌ‫أ‬
)951
“Bukankah (seorang perempuan) ketika haid dia tidak shalat
dan tidak berpuasa? Maka itu adalah kurangnya agamanya”.
(HR: Bukhari: 951)

Dari Abu „Aisyah radliallahu‟anha, barkata:

‫ فٕإِط ثمعبء‬, ٍُ‫س‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫س ضس‬ٙ‫ ػ‬ٍٝ‫ط ػ‬١‫وٕب ٔح‬
‫ال ٔإِط ثمعبء اٌصالح‬ٚ َٛ‫اٌص‬
“Dahulu kami mengalami haid pada zamannya Rasulullah,
maka kami hanyadiperintahkan mengqadla puasa dan tidak
diperintahkan mengqadla shalat”.

(HR: Bukhari: 3514)

32
ORANG YANG DIBERIKAN KERINGANAN UNTUK
TIDAK BERPUASA DAN MENGGANTI DENGAN
MEMBAYAR FIDYAH

1. Orang yang sakit dan tidak diharapkan lagi


kesembuhannya
2. Orang yang sudah lanjut usia dan sudah tidak mampu
berpuasa

Allah subhanahu wata‟ala berfirman:

      

“Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya (jika


mereka tidak berpuasa) membayar fidyah, (yaitu): memberi
Makan seorang miskin”.(QS: Al Baqarah: 184)

Dari „Atha bahwasannya beliau mendengar Ibnu „Abbas ketika


membaca ayat tersebut berkata:

ْ‫ؼبْ أ‬١‫سزط‬٠ ‫طح ال‬١‫اٌّطأح اٌىج‬ٚ ‫ط‬١‫د اٌىج‬١‫ اٌش‬ٛ٘ٚ , ‫ذخ‬ٛ‫سذ ثّٕس‬١ٌ
‫ٕب‬١‫َ ِسى‬ٛ٠ ً‫طؼّبْ ِىبْ و‬١ٍ‫ِب ف‬ٛ‫ص‬٠
“(Ayat tersebut) tidaklah mansukh (dihapuskan hukumnya), dan
(yang dimaksud dalam ayat tersebut) adalah seorang laki-laki
yang sudah lanjut usia (tua), dan seorang perempuan yang
sudah lanjut usia yang tidak mampu berpuasa, maka hendaklah
memberikan makan untuk mengganti puasanya, sehari satu
orang miskin”. (Bukhari: 4505)

33
3. Seorang perempuan yang hamil yang dikhawatirkan
kandungannya
4. Seorang perempuan yang menyusui yang
dikhawatirkan dirinya dan anaknnya

Dari Ibnu „Abbas radliallahu‟anhuma berkata :

َٛ‫مبْ اٌص‬١‫ط‬٠ ‫ّ٘ب‬ٚ ‫ شاٌه‬ٟ‫طح ف‬١‫ظ اٌىج‬ٛ‫اٌؼغ‬ٚ ‫ط‬١‫د اٌىج‬١‫ضذص ٌٍش‬


ُ‫ ص‬, ‫ّب‬ٙ١ٍ‫ال لعبء ػ‬ٚ , ‫ٕب‬١‫َ ِسى‬ٛ٠ ً‫طؼّب و‬٠ٚ , ‫فططا ئْ شبءا‬٠ ْ‫أ‬
)       ( : ‫خ‬٠٢‫ ٘صٖ ا‬ٟ‫ٔسد شاٌه ف‬

, ‫وثبت نهشٍخ انكبٍس وانعجىش انكبٍسة إذا كاٌ ال ٌطٍقاٌ انصىو‬


ً‫انحبهى وانًسضع إذا خافتا أفطستا وأطعًتا كم ٌىو يسكٍُا (انبٍهق‬
)230/4 :
“Diberikan rukhsah (keringanan) untuk orang yang sudah
lanjut usia laki-laki maupun perempuan dalam hal itu (puasa)
meskipun keduanya masih mampu (berpuasa) untuk berbuka
jika keduanya mau, dan keduanya memberikan makan setiap
hari satu orang miskin, dan tidak ada kewajiban qadla bagi
keduanya, kemudian (hukum tersebut) dihapuskan dalam ayat
ini (“Barangsiapa diantara kalian yang menyaksikan
(mendapatkan) bulan (Ramadhan) maka hendaklah dia
berpuasa”) dan ayat tersebut ditetapkan bagi orang yang sudah
lanjut usia laki-laki maupun perempuan apabila keduanya tidak
mampu berpuasa, dan (ditetapkan) untuk wanita yang hamil
dan menyusui apabila keduanya merasa khawatir (takut) maka

34
(boleh baginya) berbuka dan memberikan makan setiap hari
satu orang miskin”.(Baihaqi: 4/230)

Didalam atsar yang lain, Ibnu „Abbas radliallahu‟anhuma juga


berkata :

, ٌ‫ وانًسضع عهى وندها فً زيضا‬, ‫إذا خافتا انحايم عهى َفسها‬


ٌ‫ وال ٌقضٍا‬, ‫ وٌطعًاٌ يكاٌ كم ٌىو يسكٍُا‬, ٌ‫ ٌفطسا‬: ‫قال‬
)19/4 : ‫صىيا (اإلزواء‬
“Apabila seorang wanita yang hamil khawatir terhadap dirinya,
dan wanita yang menyusui khawatir terhadap anaknya ketika
dibulan Ramadhan maka keduanya (boleh) berbuka, dan
keduanya memberikan makan setiap hari satu orang miskin, dan
keduanya tidak ada (kewajiban) untuk mengqadla puasanya”.

(Al Irwa: 4/19)

35
KADAR MAKANAN YANG WAJIB DALAM
MENUNAIKAN FIDYAH

‫ " أَه ضعُف عٍ انصىو عايا فصُع‬: ‫عٍ أَس بٍ يانك زضً اهلل عُه‬
" ‫جفُت ثسٌد ودعا ثالثٍٍ يسكٍُا فأشبعهى‬

)21/4 : ‫(اإلزواء‬
“Dari Anas bin Malik radliallahu‟anhu: “Bahwasannya beliau
dahulu pada suatu tahun pernah merasa lemah(tidakmampu)
untuk melaksanakan puasa (karena usia yang lanjut) maka
beliau membuat satu bejana besar tsarid (jenis makanan/roti
kuah khas orang arab) dan beliau mengundang 30 orang miskin
maka beliaupun (mempersilahkan mereka makan) sampai
kenyang”. (Al Irwa : 4/21)

36
RUKUN PUASA

1. Niat ( berpuasa ikhlas karena Allah subhanahu


wata‟ala)

Allah subhanahu wata‟ala berfirman :

         

       

“ Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah


Allah dengan (ikhlas) memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam
(menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian
Itulah agama yang lurus”.(QS: Al Bayyinah: 5)

Dari Umar bin Khattab radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

ٜٛٔ ‫ئّٔب ٌىً اِطب ِب‬ٚ , ‫بد‬١ٌٕ‫ئّٔب األػّبي ثب‬


“Tidak lain amalan itu (tergantung) dengan niatannya, dan
tidak lain seseorang itu (akan mendapatkan balasan) sesuai
dengan apa yang dia niatkan (Mutafaq‟alaih)

Untuk niat puasa wajib maka harus dilakukan dimalam


harinya atau sebelum fajar berdasarkan hadits dari Hafsah binti

37
Umar bin Khattab radliallahu‟anhuma, Rasulullah
shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

) ٌٗ َ‫ب‬١‫بَ لجً اٌفغط فال ص‬١‫غّغ اٌص‬٠ ٌُ ِٓ (

) ٌٗ َ‫ب‬١‫ً فال ص‬١ٌٍ‫بَ ِٓ ا‬١‫ذ اٌص‬١‫ج‬٠ ٌُ ِٓ ( ‫خ‬٠‫ا‬ٚ‫ ض‬ٟ‫ف‬ٚ


“Barangsiapa yang tidak meniatkan puasa sebelum fajar maka
tidak ada puasa baginya”. (HR: Bukhari: 6538)

dalam riwayat yang lain disebutkan:

“Barangsiapa yang dimalam harinya tidak berniat untuk


berpuasa maka tidak ada puasa baginya”.

(HR: An Nasai: 4196)

Adapun jika puasanya bukan puasa yang wajib maka tidak


mengapa berniatnya disiang hari, berdasarkan perbuatannya
Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam dahulu pernah datang
kerumah „Aisyah radliallahu‟anha, kemudian bertanya :

)1154 : ٍُ‫ صبئُ (ِس‬ٟٔ‫ئال فا‬ٚ ‫ً٘ ػٕسوُ غساء ؟‬


“Apakah kalian memiliki makanan untuk siang ini ? jika tidak
ada (makanan) maka sungguh hari ini aku akan berpuasa”.
(HR: Muslim: 1154)

Dan niat adalah amalan hati sehingga tempatnya juga dihati


dan tidak disyari‟atkan untuk melafadzkannya karena tidak ada
satupun dalil yang shahih tentang melafadzkan niat dalam suatu

38
ibadah, sehingga sesuatu yang tidak pernah Rasul ajarkan dalam
urusan ibadah maka hal tersebut tertolak, berdasarkan sabda
Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam :

ًّ‫خ ( ِٓ ػ‬٠‫ا‬ٚ‫ ض‬ٟ‫ف‬ٚ ) ‫ ض ّز‬ٛٙ‫س ِٕٗ ف‬١ٌ ‫ أِطٔب ٘صا ِب‬ٟ‫( ِٓ أحسس ف‬
) ‫ض ّز‬ٛٙ‫ٗ أِطٔب ف‬١ٍ‫س ػ‬١ٌ ‫ػّال‬
“Barangsiapa yang mengada-adakan (perkara baru) dalam
urusan kami (urusan agama dan ibadah) yang bukan berasal
dari (perintah) kami maka (hal tersebut) tertolak”. Dalam
riwayat yang lain: “Barangsiapa yang mengamalkan suatu
amalan yang tidak ada perintahnya dari kami maka amalan
tersebut tertolak”.

(HR: Bukhari dan Muslim)

2. Menahan diri dari pembatal puasa dimulai dari


terbitnya fajar sampai tenggelamnya matahari

Allah subhanahu wata‟ala berfirman :

          

        

        

          

39
          

         

         

  

“ Dihalalkan bagi kamu pada malam hari bulan puasa


bercampur dengan isteri-isteri kamu; mereka adalah pakaian
bagimu, dan kamupun adalah pakaian bagi mereka. Allah
mengetahui bahwasanya kamu tidak dapat menahan nafsumu,
karena itu Allah mengampuni kamu dan memberi ma'af
kepadamu. Maka sekarang campurilah mereka dan ikutilah apa
yang telah ditetapkan Allah untukmu, dan Makan minumlah
hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, Yaitu
fajar. kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam, (tetapi) janganlah kamu campuri mereka itu, sedang
kamu beri'tikaf dalam mesjid. Itulah larangan Allah, Maka
janganlah kamu mendekatinya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepada manusia, supaya mereka
bertakwa.”

(QS: Al Baqarah: 187)

40
PEMBATAL PUASA

1. Makan dengan sengaja


2. Minum dengan sengaja

Apabila seseorang makan dan minum tanpa sengaja (kelupaan)


tidak membatalkan puasanya, dan hendaklah dia melanjutkan
puasanya dan tida qadla baginya, berdasarkan hadits dari Abu
Hurairah radliallahu‟anhu Rasulullah shallallahu‟alaihi
wasallam bersabda:

‫ فأّب أطؼّٗ اهلل‬, ِٗٛ‫زُ ص‬١ٍ‫ ف‬, ‫ شطة‬ٚ‫ فأوً أ‬, ُ‫ صبئ‬ٛ٘ٚ ٟ‫ِٓ ٔس‬
)6573 : ٞ‫سمبٖ (اٌجربض‬ٚ
“Barangsiapa yang lupa dalam keadaan berpusa kemudian dia
makan dan minum, maka hendaklah dia menyempurnakan
puasanya, karena sesungguhnya Allah yang telah memberikan
makan dan minum kepadanya”. (HR: Al Bukhari: 6573)

3. Muntah dengan sengaja

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

: ٞ‫مط (اٌجربض‬١ٍ‫ِٓ اسزمبء ػّسا ف‬ٚ , ‫ٗ لعبء‬١ٍ‫س ػ‬١ٍ‫ء ف‬ٟ‫ِٓ شضػٗ اٌم‬
)6243
“Barangsiapa yang terpaksa muntah maka tidak ada baginya
(kewajiban) untuk mengqadla, dan barangsiapa sengaja muntah
maka hendaklah dia mengqadla”.

41
(HR: Al Bukhari: 6243)

4. Berhubungan badan (suami istri)

Berhubungan badan suami istri adalah salah satu pembatal


puasa, bahkan termasuk dosa dan orang yang melakukannya
wajib untuk melakukan kaffarah sebagai penebus dosanya
sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abu Hurairah
radliallahu‟anhu beliau mengatakan:

ٓ‫سٍُ ئش عبءٖ ضعً (سٍّخ ث‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ ص‬ٟ‫غ ػٕس إٌج‬ٍٛ‫ّٕب ٔحٓ ع‬١‫ث‬
‫ ِب أٍ٘ىه (ِب ٌه) ؟‬: ‫ لبي‬, ‫ي اهلل ٍ٘ىذ‬ٛ‫ب ضس‬٠ : ‫) فمبي‬ٟ‫بظ‬١‫صرط اٌج‬
ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫ فمبي ضس‬, ُ‫أٔب صبئ‬ٚ ٟ‫ اِطأر‬ٍٝ‫لؼذ ػ‬ٚ : ‫لبي‬
َٛ‫غ أْ رص‬١‫ ً٘ رسزط‬: ‫ لبي‬. ‫ ال‬: ‫ب ؟ لبي‬ٙ‫ ً٘ رغس ضلجخ رؼزم‬: ٍُ‫س‬ٚ
‫ ال‬: ‫ٕب ؟ لبي‬١‫ٓ ِسى‬١‫ ً٘ رغس ئطؼبَ سز‬: ‫ لبي‬. ‫ ال‬: ‫ٓ ؟ لبي‬١‫ٓ ِززبثؼ‬٠‫ط‬ٙ‫ش‬
ٟ‫ إٌج‬ٟ‫ شاٌه أُر‬ٍٝ‫ّٕب ٔحٓ ػ‬١‫ فج‬, ٍُ‫س‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ ص‬ٟ‫ فّىش إٌج‬: ‫ لبي‬.
ً‫ٓ اٌسبئ‬٠‫ أ‬: ‫اٌؼطق اٌّىزً – لبي‬ٚ – ‫ب رّط‬ٙ١‫سٍُ ثؼطق ف‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ص‬
‫ي‬ٛ‫ب ضس‬٠ ِٟٕ ‫ أفمط‬ٍٝ‫ ػ‬: ‫ فمبي‬. ٗ‫ ذص ٘صا فزصسق ث‬: ‫ لبي‬. ‫ أٔب‬: ‫؟ فمبي‬
ٟ‫ز‬١‫ذ أفمط ِٓ أً٘ ث‬١‫ٓ – أً٘ ث‬١‫س اٌحطر‬٠‫ط‬٠ – ‫ب‬ٙ١‫ٓ الثز‬١‫اهلل ِب ث‬ٛ‫اهلل ؟ ف‬
ّٗ‫ أطؼ‬: ‫ صُ لبي‬, ٗ‫بث‬١ٔ‫ ثسد أ‬ٝ‫سٍُ حز‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ ص‬ٟ‫– فعحه إٌج‬
)ٗ١ٍ‫أٍ٘ه ! (ِزفك ػ‬
“Ketika kami sedang duduk duduk bersama Nabi
shallallahu‟alahi wasallam tiba tiba datang seorang laki-laki
(salamah bin shakhr) berkata : wahai Rasulallah aku telah
binasa, Rasul berkata: apa yang membinasakan mu (ada apa
denganmu) ? laki-laki itu berkata : aku telah menggauli istriku
dalam keadaan berpuasa, Rasulullah shallallahu‟alaihi

42
wasallam bersabda: apakah kamu bisa mendapatkan seorang
budak yang kamu bisa merdekakan ? dia berkata: tidak. Rasul
bersabda: apakah kamu mampu berpuasa dua bulan berturut-
turut ? dia berkata: tidak. Rasul bersabda: apakah kamu
mampu memberikan makan untuk 60 orang miskin ? dia
berkata: tidak. Maka Nabi shallallahu‟alaihi wasallam diam
sejenak, maka ketika kami dalam keadaan seperti itu,
didatangkan kepada Nabi sekranjang kurma, maka Nabi
bersabda ? mana orang yang bertanya ? dia berkata: saya.
Rasul bersabda : ambil ini dan bersedekahlah dengannnya ! dia
berkata: kepada orang yang lebih faqir dariku ya Rasulallah ?
sungguh demi Allah tidaklah ada seorang pun diantara dua
bebatuan hitam ini (madinah) keluarga yang lebih faqir dari
pada keluargaku. Maka Nabi tertawa sampai terlihat gigi
taringnya, kemudian bersabda: berikanlah makanan tersebut
kepada keluargamu ! (HR: Al Bukhari: 1936 / Muslim: 1111)

5. Haid
6. Nifas

Dari Abu Sa‟id Al Khudry radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

: ٞ‫ب (اٌجربض‬ٕٙ٠‫ٌُ رصُ ؟ فصاٌه ٔمص ز‬ٚ ً‫س ئشا حبظذ ٌُ رص‬١ٌ‫أ‬
)951
“Bukankah (seorang perempuan) ketika haid dia tidak
shalat dan tidak berpuasa? Maka itu adalah kurangnya
agamanya”. (HR: Bukhari: 951)

43
Dari Abu „Aisyah radliallahu‟anha, barkata:

‫ فٕإِط ثمعبء‬, ٍُ‫س‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫س ضس‬ٙ‫ ػ‬ٍٝ‫ط ػ‬١‫وٕب ٔح‬
‫ال ٔإِط ثمعبء اٌصالح‬ٚ َٛ‫اٌص‬
“Dahulu kami mengalami haid pada zamannya Rasulullah,
maka kami hanya diperintahkan mengqadla puasa dan tidak
diperintahkan mengqadla shalat”. (HR: Bukhari: 3514)

44
ADAB – ADAB PUASA

1. Sahur

Makan sahur adalah amalan yang memiliki keutamaan yang


banyak diantaranya adalah :

a. Pembeda antara puasa kita (kaum muslimin) dengan


puasanya ahlul kitab

Dari „Amr bin Al‟ash radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

‫بَ أً٘ اٌىزبة أوٍخ اٌسحَط‬١‫ص‬ٚ ‫بِٕب‬١‫ٓ ص‬١‫فصً ِب ث‬

)1096 : ٍُ‫(ِس‬
“Pembeda diantara puasa kita dengan puasanya ahlul kitab
adalah makan sahur”. (Muslim: 1096)

b. Makan sahur adalah makanan yang mengandung


barakah
c. Allah dan para Malaikat bershalawat untuk orang
yang makan sahur

Dari Abu Sa‟id Al Khudri radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

ْ‫ فا‬, ‫غطع أحسوُ عطػخ ِٓ ِبء‬٠ ْ‫ أ‬ٌٛٚ ٖٛ‫ فال رسػ‬, ‫ض أوٍخ ثطوخ‬ٛ‫اٌسح‬
ٓ‫ اث‬, 12 /3 : ‫ٓ (أحّس‬٠‫ اٌّسزحط‬/ ٓ٠‫ اٌّزسحِط‬ٍٝ‫ْ ػ‬ٍٛ‫ص‬٠ ٗ‫ِالئىز‬ٚ ‫اهلل‬
)8/2 : ‫جخ‬١‫ ش‬ٟ‫أث‬

45
“Sahur adalah makanan yang mengandung barakah, maka
janganlah kalian tinggalkan sahur walaupun hanya meneguk
satu tegukan air, karena sesungguhnya Allah dan Malaikat-Nya
bershalawat untuk orang-orang yang makan sahur”.

(HR: Ahmad: 3/12 , Ibnu Abi Syaibah: 2/8)

Sunnah – sunnah didalam sahur

a. Mengakhirkan waktunya

Dari Zaid bin Tsabit radliallahu‟anhu berkata :

ْ‫ وُ وب‬: ‫ لٍذ‬, ‫ اٌصالح‬ٌٝ‫سٍُ صُ لبَ ئ‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ ص‬ٟ‫رسحطٔب ِغ إٌج‬
)ٗ١ٍ‫خ (ِزفك ػ‬٠‫ٓ آ‬١‫ لسض ذّس‬: ‫ض ؟ لبي‬ٛ‫اٌسح‬ٚ ْ‫ٓ األشا‬١‫ث‬
“Kami pernah sahur bersama Nabi shallallahu‟alaihi wasallam
kemudian beliau berdiri untuk melakukan shalat (fajar), aku
(salah seorang perawi) berkata: berapa lama jarak antara
adzan dan sahur ?(zaid bin tsabit) berkata: sekitar (membaca)
50 ayat”. (HR: Al Bukhari: 1921 / Muslim: 1097)

b. Makan kurma

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

)223 : ْ‫ض اٌّإِٓ اٌزّط (ئثٓ حجب‬ٛ‫ٔؼُ سح‬


“Sebaik – baik (makanan) sahur seorang mu‟min adalah tamr
(kurma)”. (HR: Ibnu Hibban: 223)

46
c. Jika tidak menemukan makanan maka setidaknya
minum air meskipun hanyalah seteguk.

Dari Abdullah bin „Amr radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

)2940 : ٞ‫ ثغطػخ ِبء (اٌجربض‬ٌٛٚ ‫ا‬ٚ‫رسحط‬


“Sahurlah kalian walaupun (hanya dengan meminum) seteguk
air”. (HR: Al Bukhari: 2940)

Dan apabila orang yang sedang makan sahur kemudian


mendengar adzan dalam keadaan makanan atau minumannya
masih berada di tangan, maka boleh baginya memakan atau
meminumnya, berdasarkan hadits dari Abu Hurairah
radliallahu‟anhu, Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam
bersabda :

ِٕٗ ٗ‫ حبعز‬ٟ‫مع‬٠ ٟ‫عؼٗ حز‬٠ ‫سٖ فال‬٠ ٍٝ‫اإلٔبء ػ‬ٚ ‫ئشا سّغ أحسوُ إٌساء‬
)607 : ٞ‫(اٌجربض‬
“Apabila salah seorang diantara kalian mendengar adzan
dalam keadaan tempat makan masih ada ditangannya, maka
janganlah dia meletakannya sampai dia menunaikan
kebutuhannya dari tempat tersebut”. (HR: Al Bukhari: 607)

2. Menahan diri dari perbuatan dosa dan sia – sia

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

47
ْ‫ فا‬, ‫اٌطفش‬ٚ ٛ‫بَ ِٓ اٌٍغ‬١‫ ئّٔب اٌص‬, ‫اٌشطاة‬ٚ ً‫بَ ِٓ األو‬١‫س اٌص‬١ٌ
: ‫ّخ‬٠‫ صبئُ (اثٓ حع‬ٟٔ‫ ئ‬, ُ‫ صبئ‬ٟٔ‫ ئ‬: ً‫ فم‬, ‫ه‬١ٍ‫ً ػ‬ٙ‫ ع‬ٚ‫سبثّه أحس أ‬
)1996
“Puasa itu bukan hanya (sekedar menahan diri dari) makan
dan minum, tidak lain puasa itu (juga) menahan dari perbuatan
sia – sia dan dari perbuatan keji, jika ada salah seorang yang
mencelamu ataukah berbuat jahil (mengganggu) kapada
engkau, maka katakanlah : sesunguhnya aku berpuasa,
sesungguhnya aku berpuasa”. (HR: Ibnu Khuzaimah: 1996)

Dari Abu Hurairah radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

ِٗ‫سع طؼب‬٠ ْ‫ً حبعخ أ‬


ّ ‫ع‬ٚ ّ‫س هلل ػع‬١ٍ‫اٌؼًّ ثٗ ف‬ٚ ‫ض‬ٚ‫ي اٌع‬ٛ‫سع ل‬٠ ٌُ ِٓ
)99 /4 : ٞ‫شطاثٗ (اٌجربض‬ٚ
“Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan palsu
(berdusta) dan melakukannya, maka Allah tidak butuh dengan
(puasanya) meskipun dia telah meninggalkan makan dan
minumnya”. (HR: Al Bukhari: 4/99)

3. Bersungguh – sungguh dalam kebaikan dan


memperbanyak membaca Al Qur‟an

Dari Abdullah bin „Abbas radliallahu‟anhuma, berkata :

ْٛ‫ى‬٠ ‫ز ِب‬ٛ‫وبْ أع‬ٚ , ‫ط‬١‫ز إٌبغ ثبٌر‬ٛ‫سٍُ أع‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ ص‬ٟ‫وبْ إٌج‬
ٟ‫ٍخ ف‬١ٌ ً‫ٍمبٖ و‬٠ َ‫ٗ اٌسال‬١ٍ‫ً ػ‬٠‫وبْ عجط‬ٚ , ً٠‫ٍمبٖ عجط‬٠ ٓ١‫ ضِعبْ ح‬ٟ‫ف‬

48
, ْ‫سٍُ اٌمطآ‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ ص‬ٟ‫ٗ إٌج‬١ٍ‫ؼطض ػ‬٠ , ‫ٕسٍد‬٠ ٝ‫ضِعبْ حز‬
‫ح اٌّطسٍخ (ِزفك‬٠‫ط ِٓ اٌط‬١‫ز ثبٌر‬ٛ‫ٗ اٌسالَ وبْ أع‬١ٍ‫ً ػ‬٠‫ٗ عجط‬١‫فاشا ٌم‬
)ٗ١ٍ‫ػ‬
“Nabi shallallahu‟alaihi wasallam adalah manusia yang paling
bersungguh-sungguh dengan kebaikan, dan kesungguhan beliau
(dalam kebaikan) terjadi pada bulan Ramadhan ketika Jibril
„alaihissalam menemuinya, dan Jibril „alaihissalam menemui
beliau setiap malam pada bulan Ramadhan sampai selesai,
Nabi shallallahu‟alaihi wasallam menyetorkan bacaan Al
Qur‟an kepada (Jibril), maka apabila Jibril „alaihissalam telah
menemui beliau, maka beliau bersungguh-sungguh untuk
melakukan kebaikan melebihi angin yang berhembus”.

(HR: Al Bukhari: 30 / Muslim: 2308)

4. Berbuka

Sunnah –sunnah didalam berbuka diantaranya adalah :

1. Menyegerakan berbuka ketika sudah memasuki


waktunya

Menyegerakan berbuka adalah amalan yang memiliki


keutamaan yang besar, diantaranya adalah:

a. Melaksanakan sunnah Rasulullah

Dari Sahl bin Sa‟ad radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

49
)891 : ْ‫َ (اثٓ حجب‬ٛ‫ ِب ٌُ رٕزظط ثفطط٘ب إٌغ‬ٟ‫ سٕز‬ٍٝ‫ ػ‬ٟ‫ال رعاي أِز‬
“Ummatku akan senantiasa berada diatas sunnahku selama
mereka tidak menunggu munculnya bintang untuk berbuka”.
(HR: Ibnu Hibban: 891)

b. Menjadi sebab kebaikan

Dari Sahl bin Sa‟ad radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

: ٍُ‫ ِس‬, 173 /4 : ٞ‫ا اٌفطط (اٌجربض‬ٍٛ‫ط ِب ػغ‬١‫غ ثر‬


ُ ‫عاي إٌب‬٠ ‫ال‬
)1093
“Manusia senantiasa berada dalam kebaikan selama mereka
menyegerakan berbuka”. (Muttafaq‟alaih)

c. Menjadi sebab kemenangan agama islam


d. Menyelisihi ahlul kitab

Dari Abu Harairah radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda:

ٜ‫إٌصبض‬ٚ ‫ز‬ٛٙ١ٌ‫ ألْ ا‬, ‫غ اٌفط َط‬


ُ ‫ٓ ظب٘طا ِب ػغًّ إٌب‬
ُ ٠‫عاي اٌس‬٠ ‫ال‬
)223 : ْ‫ْ (اثٓ حجب‬ٚ‫إذِط‬٠
“Agama ini akan senantiasa mendapatkan kemenangan selama
manusia menyegerakan berbuka, karena orang-orang yahudi
dan nashrani mereka mengakhirkan (berbuka)”. (HR: Ibnu
Hibban: 223)

50
2. Berbuka terlebih dahulu sebelum shalat Maghrib
3. Berbuka dengan makan ruthab (kurma buah yang
masih basah)
4. Jika tidak mendapatkan ruthab maka berbuka dengan
tamr (kurma kering)
5. Jika tidak mendapatkan ruthab atau tamr maka
meminum air terlebih dahulu

Dari Anas bin Malik radliallahu‟anhu, berkata:

, ٍٟ‫ص‬٠ ْ‫ ضطجبد لجً أ‬ٍٝ‫فطط ػ‬٠ ٍُ‫س‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫وبْ ضس‬
‫اد ِٓ اٌّبء‬ٛ‫ فاْ ٌُ رىٓ حسّب حس‬, ‫ رّطاد‬ٍٝ‫فاْ ٌُ رىٓ ضطجبد فؼ‬
)163 /3 : ‫(أحّس‬
“Dahulu Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam berbuka
dengan beberapa butir ruthab (kurma buah yang masih basah)
sebelum shalat (maghrib), jika beliau tidak mendapatkan ruthab
maka beliau berbuka dengan beberapa butir tamr (kurma
kering), jika beliau tidak mendapatkannya juga maka beliau
meminum beberapa teguk air”. (HR: Ahmad : 3/163)

6. Membaca do‟a sesuai dengan do‟a yang Rasul


contohkan (tidak membuat do‟a sendiri)

Berdo‟a ketika berbuka adalah salah satu do‟a yang tidak


akan ditolak berdasarkan hadits dari Abu Hurairah
radliallahu‟anhu, Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam
bersabda:

51
‫ح‬ٛ‫زػ‬ٚ , ‫ اإلِبَ اٌؼبزي‬, ‫فطط‬٠ ٓ١‫ اٌصبئُ ح‬: ُٙ‫ر‬ٛ‫صالس ال رط ّز زػ‬
)2528 : ٞ‫َ (اٌزطِص‬ٍٛ‫اٌّظ‬
“Ada tiga (golongan manusia) yang do‟a mereka tidak ditolak
yaitu : Orang yang berpuasa ketika berbuka, Pemimpin yang
adil, Do‟anya orang yang didzolimi “. (HR: At Tirmidzi: 2528)

Diantara do‟a yang Rasulullah contohkan kepada kita adalah


sebagaimana disebutkan dalam hadits dari Abdullah bin Umar
radliallahu‟anhuma, beliau berkata:

‫صجذ األعط‬ٚ ‫ق‬ٚ‫اثزٍذ اٌؼط‬ٚ ‫ " ش٘ت اٌظّأ‬: ‫ي اهلل ئشا أفطط لبي‬ٛ‫وبْ ضس‬
)2066 : ‫ز‬ٚ‫ زا‬ٛ‫ئْ شبء اهلل " (اث‬
“Dahulu Rasulullah ketika berbuka beliau mengucapkan (do‟a)
: “Telah hilang rasa dahaga, telah basah urat-urat, dan telah
ditetapkan pahala jika Allah menghendaki”. (HR: Abu Daud:
2066)

7. Memberikan makan kepada orang yang berpuasa

‫ئب‬١‫ٕمص ِٓ أعط اٌصبئُ ش‬٠ ‫ط أٔٗ ال‬١‫ِٓ فطّط صبئّب وبْ ٌٗ ِضً أعطٖ غ‬
)144 /4 : ‫(أحّس‬
“Barangsiapa yang memberikan makanan berbuka kepada
orang yang berpuasa maka baginya (pemberi)mendapat pahala
seperti orang yang berpuasa tanpa mengurangi sedikitpun
pahala orang yang berpuasa (yang diberi makanan berbuka)‟.

(HR: Ahmad: 4/144)

52
8. Bagi orang yang diberikan makan hendaklah
mendo‟akan orang yang memberi

Diantara do‟a yang Rasul contohkan ketika diberi makan


adalah sebagaimana disebutkan dalam hadits Miqdad dan
Abdullah bin Busyr radliallahu‟anhuma berikut ini :

)2055 : ٍُ‫ (ِس‬ٟٔ‫اسك ِٓ سمب‬ٚ , ّٟٕ‫ُ أطؼُ ِٓ أطؼ‬ٌٍٙ‫ا‬


“Ya Allah berikanlah makan kepada orang yang telah
memberikan makan kepadaku, dan berikanlah minum kepada
orang yang telah memberikan minum kepadaku”. (HR:
Muslim: 2055)

ُٙ‫ّب ضظلز‬١‫ُ ف‬ٌٙ ‫ثبضن‬ٚ ُّٙ‫اضح‬ٚ ٌُٙ ‫ُ اغفط‬ٌٍٙ‫ا‬

)2042 : ٍُ‫(ِس‬
“Ya Allah, ampunilah mereka (orang yang memberi makan),
rahmatilah mereka (sayangilah mereka), dan berikanlah kepada
mereka barakah pada apa yang Engkau rizqikan kepada mereka
(orang yang memberikan makan)”. (HR: Muslim: 2042)

53
PERKARA YANG DIBOLEHKAN BAGI ORANG YANG
BERPUASA

1. Mandi untuk mendinginkan badan

Dari Abu Bakr bin „Abdurrahman dari sebagaian sahabat Nabi


shallallahu‟alaihi wasallam, :

‫ ضأسٗ اٌّبء‬ٍٝ‫صتّ ػ‬٠ ‫سٍُ ثبٌؼطط‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫ذ ضس‬٠‫ٌمس ضأ‬
‫ ِٓ اٌحط‬ٚ‫ صبئُ ِٓ اٌؼطش أ‬ٛ٘ٚ

)2072 : ‫ز‬ٚ‫ زا‬ٛ‫(اث‬


“Sungguh aku telah melihat Rasulullah shallallahu‟alaihi
wasallam di (daerah) Al„araj menuangkan air diatas kepalanya
dalam keadaan beliau berpuasa karena dahaga atau panas”.

(HR: Abu Daud: 2072)

2. Berkumur – kumur dan membersihkan hidung dengan


air tanpa berlebih – lebihan

Dari Luqaith bin Shabrah radliallahu‟anhu, Rasulullah


shallallahu‟alaihi wasallam bersabda :

)129: ‫ز‬ٚ‫ زا‬ٛ‫ْ صبئّب (اث‬ٛ‫ اإلسزٕشبق ئال أْ رى‬ٟ‫ثبٌغ ف‬ٚ


“Bersungguh – sungguhlah dalam beristinsyaq (membersihkan
hidung) kecuali engkau dalam keadaan berpuasa”. (HR: Abu
Daud: 129)

54
3. Berbekam apabila tidak dikhawatirkan melamahkan

Dari Abdullah bin „Abbas radliallahu‟anhuma, beliau berkata :

)2079 : ‫ز‬ٚ‫ زا‬ٛ‫ صبئُ (اث‬ٛ٘ٚ ٍُ‫س‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ ص‬ٟ‫احزغُ إٌج‬
“Nabi shallallahu‟alaihi wasallam berbekam dalam keadaan
beliau berpuasa”. (HR: Abu Daud: 2079)

Akan tetapi jika berbekam akan mengakibatkan lemah maka


menjadi makruh berdasarkan atsar dari Tsabit Al Bunani
rahimahullah beliau berkata :

: ‫ْ اٌحغبِخ ٌٍصبئُ ؟ لبي‬ٛ٘‫ اهلل ػٕٗ أوٕزُ رىط‬ٟ‫سئً أٔس ثٓ ِبٌه ضظ‬
)1940 : ٞ‫ ئال ِٓ أعً اٌعؼف (اٌجربض‬, ‫ال‬
“Anas bin Malik radliallahu‟anhu pernah ditanya: Apakah
kalian (para sahabat Nabi) membenci (menyatakan makruh)
berbekam bagi orag yang berpuasa ?beliau berkata: Tidak,
kecuali karena (dikhawatirkan akan menyebabkan) lemah‟.

(Al Bukhari: 1940)

4. Masuk waktu subuh masih dalam keadaan junub


(belum mandi wajib)

Dari „Aisyah dan Ummu Salamah radliallahu‟anhuma, beliau


berdua berkata :

ٍٗ٘‫ عٕت ِٓ أ‬ٛ٘ٚ ‫سضوٗ اٌفغط‬٠ ْ‫سٍُ وب‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ي اهلل ص‬ٛ‫أْ ضس‬
)1109 : ٍُ‫َ (ِس‬ٛ‫ص‬٠ٚ ً‫غزس‬٠ ُ‫ص‬

55
“Bahwasannya Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam dahulu
(pernah) memasuki waktu fajar (shubuh) dalam keadaan junub
kerena (menggauli) istrinya (dimalam harinya) kemudian
beliau mandi dan berpuasa”.

(HR: Muslim: 1109)

5. Bercengkrama degan istri selain jima‟ bagi yang


mampu menahan syahwat

Dari „Aisyah radliallahu‟anha, beliau berkata :

ُ‫وبْ أٍِىى‬ٚ , ُ‫ صبئ‬ٛ٘ٚ ‫جبشط‬٠ٚ ً‫مج‬٠ ٍُ‫س‬ٚ ٗ١ٍ‫ اهلل ػ‬ٍٝ‫ ص‬ٟ‫وبْ إٌج‬
)1106 : ٍُ‫إلضثٗ (ِس‬
“Dahulu Nabi shallallahu‟alaihi wasallam mencium dan
bercengkrama (dengan istrinya) dalam keadaan beliau
berpuasa, dan beliau adalah orang yang paling mampu
diantara kalian untuk menahan syahwatnya”.

(HR: Muslim: 1106)

6. Mencicipi masakan selama tidak sampai tertelan


masuk ke tenggorokan

Dari „Abdullah bin „Abbas radliallahu‟anhuma, beliau berkata :

: ٞ‫ صبئُ (اٌجربض‬ٛ٘ٚ ٗ‫سذً حٍم‬٠ ٌُ ‫ء ِب‬ٟ‫ اٌش‬ٚ‫ق اٌرًَّ أ‬ٚ‫ص‬٠ ْ‫ال ثأغ أ‬
)154 /4

56
“Tidak mengapa untuk mencicipi masakan atau sesuatu selama
tidak masuk ketenggorokan (meskipun seseorang) dalam
keadaan berpuasa”.

(Al Bukhari: 4/154)

7. Bersiwak, bercelak, menggunakan wangi-wangian,


dan yang semisal

Rasulullah shalallahu‟alaihi wasallam bersabda :

ً‫ء (ػٕس و‬ٛ‫ظ‬ٚ ً‫ان ػٕس و‬ٛ‫ُ ثبٌس‬ٙ‫ ألِطر‬ٟ‫ أِز‬ٍٝ‫ال أْ أشك ػ‬ٌٛ
)252 : ٍُ‫صالح) (ِس‬
“Jikalau seandainya aku tidak khawatir akan memberatkan
ummatku niscaya aku akan perintahkan mereka bersiwar setiap
kali berwudlu (shalat)”.

(HR: Muslim: 252)

57
HUKUM ASAL SEGALA SESUATU ADALAH BOLEH
KECUALI ADA DALIL YANG MELARANGNYA

jikalau seandainya bercelak, menggunakan wangi – wangian


atau yang sejenis dengannya membetalkan puasa tentunya sudah
Allah dan Rasulnya jelaskan kepada kita sebagaimana
pembahasan pembatal – pembatal puasa yang telah kita
sebutkan berserta dali- dalilnya, dan sekali – kali Allah
subhanahu wata‟ala tidaklah lupa dengan apa yang ada,
sebagaimana firman – Nya :

            

       

“Dan tidaklah Kami (Jibril) turun, kecuali dengan perintah


Tuhanmu. kepunyaan-Nya-lah apa-apa yang ada di hadapan
kita, apa-apa yang ada di belakang kita dan apa-apa yang ada
di antara keduanya, dan tidaklah Tuhanmu lupa”. (QS:
Maryam: 64)

Dari Abu Tsa‟labah Al Khusyany Jurtsum bin Nasyib


radliallahu‟anhu, Rasulullah shallallahu‟alaihi wasallam
bersabda :

58
, ‫٘ب‬ٚ‫زا فال رؼزس‬ٚ‫ح ّس حس‬ٚ , ‫٘ب‬ٛ‫ؼ‬١‫ فطض فطائط فال رع‬ٌٝ‫ئْ اهلل رؼب‬
‫بْ فال‬١‫ط ٔس‬١‫بء ضحّخ ٌىُ غ‬١‫سىذ ػٓ أش‬ٚ , ‫٘ب‬ٛ‫ى‬ٙ‫بء فال رٕز‬١‫حطَ أش‬ٚ
)184 /4 : ٟٕ‫ب (اٌساضلط‬ٕٙ‫ا ػ‬ٛ‫رجحض‬
“Sesungguhnya Allah ta‟ala telah mewajibkan beberapa
kewajiban, maka janganlah kalian menyia – nyiakan, telah
membuat batasan – batasan maka janganlah kalian
melanggarnya, telah mengharamkan sesuatu maka janganlah
kalian merusaknya (melakukannya), dan telah diam dari sesuatu
(tidak menerangkan hukumnya) sebagai rahmat (kasih sayang)
terhadap kalian bukan karena lupamaka janganlah kalian
membahasnya (mencari – cari hukumnya)”.

(HR: Ad Daruquthni: 4/184)

Semoga catatan ini bermanfaat bagi penulisnya dan


pembacanya dan semoga Allah mengampuni kesalahan
penulisnya, kedua orang tuanya, keluarganya dan seluruh kaum
muslimin dan muslimat, dan semoga Allah memberikan
kebahagiaan di dunia maupun di akhirat…Aamiin…

ٍُ‫أػ‬ٚ ٍٝ‫ أػ‬ٌٝ‫اهلل رؼب‬ٚ

‫ه‬١ٌ‫ة ئ‬ٛ‫أر‬ٚ ‫س أْ ال ئٌٗ ئال أٔذ أسزغفطن‬ٙ‫ثحّسن أش‬ٚ ٌٍُٙ‫سجحبٔه ا‬

59

Anda mungkin juga menyukai