DI SUSUN OLEH
KELOMPOK 6
2021/2022
1
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................
3.2 Saran..................................................................................................................................
2
BAB I
PENDAHULUAN
Puasa yaitu menahan diri dari makan,minum,dan pembatal puasa lainnya dari terbit fajar
hingga terbenamnya matahari.Sebagai seorang muslim tentunya ikut melaksanakan ibadah
ini,namun akan terasa rugi jika hanya puasa dan mendapatkan laparnya saja.Oleh karena itu di
makalah kami ini akan membahas mengenai materi makna puasa,rukun puasa dan lain
sebagainya.
3
BAB II
PEMBAHASAN
Puasa dalam bahasa arab disebut Ash Shiyam artinya adalah al imsaak ( )اإلمساكyaitu
menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada Allah Ta’ala
dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar
hingga terbenamnya matahari
Yang meliputi takwa dalam puasa adalah seorang muslim meninggalkan apa yang Allah
haramkan yaitu makan, minum, hubungan intim sesama pasangan.Ia mengekang hawa
nafsunya padahal bisa saja menikmati berbagai macam kenikmatan. Ia tinggalkan itu semua
karena tahu bahwa Allah selalu mengawasinya.Begitu pula ketika puasa, orang kaya akan
merasakan lapar sebagaimana yang dirasakan fakir miskin.
4
“Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah),
maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR. Bukhari no.
2840)
.ِار َف َش ِّفعْ نِى فِيه َّ ص َيا ُم َأىْ َربِّ َم َنعْ ُت ُه ِّ ان ل ِْل َع ْب ِد َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َي ُقو ُل ال
ِ ص َيا ُم َو ْالقُرْ آنُ َي ْش َف َع
ِ ت ِبال َّن َه
ِ الط َعا َم َوال َّش َه َوا ِّ ال
ِ َقا َل َف ُي َش َّف َع.َِو َيقُو ُل ْالقُرْ آنُ َم َنعْ ُت ُه ال َّن ْو َم ِباللَّي ِْل َف َش ِّفعْ نِى فِيه
ان
”Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat
kelak. Puasa akan berkata, ’Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu
syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al Qur’an
pula berkata, ’Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku
untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda, ’Maka syafa’at keduanya
diperkenankan.’“
ان ِإي َما ًنا َواحْ ت َِسابًا ُغف َِر لَ ُه َما َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه
َ ض َ َْمن
َ صا َم َر َم
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari
Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”.
م َوالصَّدَ َق ُة َواَأْلمْ ُر ِب ْال َمعْ رُوفِ َوال َّنهْيُ َعنْ ْال ُم ْن َك ِرBُ ص َيا َّ فِ ْت َن ُة الرَّ ج ُِل فِي َأهْ لِ ِه َو َمالِ ِه َو َولَ ِد ِه ُت َك ِّف ُر َها ال
ِّ صاَل ةُ َوال
“Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun
fitnah itu akan terhapus dengan shalat, shaum, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada
kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).”
Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
َ ْص ِر َوَأح
صنُ ل ِْل َفرْ ِج َو َمنْ لَ ْم َيسْ َتطِ عْ َف َعلَ ْي ِه ِبالص َّْو ِم َفِإ َّن ُه َل ُه ِو َجا ٌء َ اع ِم ْن ُك ُم ْال َبا َء َة َف ْل َي َت َز َّوجْ َفِإ َّن ُه َأ َغضُّ ل ِْل َب
َ ب َم ِن اسْ َت َط
ِ َيا َمعْ َش َر ال َّش َبا
“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih
akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum
mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”
Imam Nawawi berkata puasa dapat mengekang syahwat dan mengekang kejelekan mani
sebagaimana orang yang sedang dikebiri.
5
2.3 RUKUN PUASA
1. Niat.
Ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah berpendapat bahwa niat adalah rukun puasa, bukan
syarat. Karena niat puasa selalu ada dalam diri seseorang, kecuali ia berniat membatalkan
puasanya. Sedangkan ulama Hanabilah dan Hanafiyah berpendapat bahwa niat adalah syarat
sah puasa, bukan rukun. Karena niat dilakukan sebelum fajar, di luar puasa.
Terlepas dari perbedaan ulama dalam masalah ini, orang yang berpuasa Ramadan wajib
berniat di malam hari sebelum fajar. Tidak sah puasa orang yang tidak berniat. Dalil-dalilnya
telah kami sebutkan pada bagian ‘syarat sah puasa’.
2. Menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar
hingga terbenamnya matahari
ِّ ْط اَأْل ْب َيضُ م َِن ْال َخيْطِ اَأْلسْ َو ِد م َِن ْال َفجْ ِر ُث َّم َأ ِتمُّوا ال
ص َيا َم ِإلَى الل ُ ِ َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َح َّتى َي َت َبي ََّن لَ ُك ُم ْال َخي
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187). Yang
dimaksud dari ayat adalah, terangnya siang dan gelapnya malam dan bukan yang dimaksud
benang secara hakiki.
Makan dan minum yang dimaksudkan adalah memasukkan apa saja ke dalam tubuh
melalui mulut, baik yang bermanfaat (seperti roti dan makanan lainnya), sesuatu yang
membahayakan atau diharamkan (seperti khomr dan rokok), atau tidak ada nilai manfaat
(seperti potongan kayu). Dalilnya
ِّ ْط اَأْل ْب َيضُ م َِن ْال َخيْطِ اَأْلسْ َو ِد م َِن ْال َفجْ ِر ُث َّم َأ ِتمُّوا ال
ص َيا َم ِإلَى اللَّي ِْل ُ َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َح َّتى َي َت َبي ََّن لَ ُك ُم ْال َخي
“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187).
Jika orang yang berpuasa lupa, keliru, atau dipaksa, puasanya tidaklah batal. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ َفِإ َّن َما َأ ْط َع َم ُه هَّللا ُ َو َس َقاه، ص ْو َم ُه َ ِإ َذا َنسِ َى َفَأ َك َل َو َش ِر
َ ب َف ْل ُي ِت َّم
6
“Apabila seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, hendaklah dia tetap
menyempurnakan puasanya karena Allah telah memberi dia makan dan minum.”
“Sesungguhnya Allah menghilangkan dari umatku dosa karena keliru, lupa, atau dipaksa.”
Yang termasuk makan dan minum adalah injeksi makanan melalui infus. Jika seseorang diinfus
dalam keadaan puasa, batal puasanya karena sama dengan makan dan minum.
Siapa saja yang batal puasanya karena makan dan minum dengan sengaja, maka ia punya
kewajiban mengqodho’ puasanya, tanpa ada kafaroh. Inilah pendapat mayoritas ulama.[7]
“Barangsiapa yang dipaksa muntah sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada
qodho’ baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib baginya membayar
qodho’.”
Apabila seorang wanita mengalami nifas di tengah-tengah berpuasa baik di awal atau akhir hari
puasa, puasanya batal. Apabila dia tetap berpuasa, puasanya tidaklah sah. Ibnu Taimiyah
mengatakan, “Keluarnya darah haid dan nifas membatalkan puasa berdasarkan kesepakatan
para ulama.”
“Bukankah kalau wanita tersebut haidh, dia tidak shalat dan juga tidak menunaikan puasa?”
Para wanita menjawab, “Betul.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itulah
kekurangan agama wanita.”
Jika wanita haidh dan nifas tidak berpuasa, ia harus mengqodho’ puasanya di hari lainnya.
Berdasarkan perkataan ‘Aisyah, “Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan
untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat.” Berdasarkan
kesepakatan para ulama pula, wanita yang dalam keadaan haidh dan nifas wajib mengqodho’
puasanya ketika ia suci.
7
4. Keluarnya mani dengan sengaja.
Artinya mani tersebut dikeluarkan dengan sengaja tanpa hubungan jima’ seperti mengeluarkan
mani dengan tangan, dengan cara menggesek-gesek kemaluannya pada perut atau paha,
dengan cara disentuh atau dicium. Hal ini menyebabkan puasanya batal dan wajib mengqodho’,
tanpa menunaikan kafaroh. Inilah pendapat ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Dalil
hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
“(Allah Ta’ala berfirman): ketika berpuasa ia meninggalkan makan, minum dan syahwat karena-
Ku”. Mengeluarkan mani dengan sengaja termasuk syahwat, sehingga termasuk pembatal
puasa sebagaimana makan dan minum.
Jika seseorang mencium istri dan keluar mani, puasanya batal. Namun jika tidak keluar mani,
puasanya tidak batal. Adapun jika sekali memandang istri, lalu keluar mani, puasanya tidak
batal. Sedangkan jika sampai berulang kali memandangnya lalu keluar mani, maka puasanya
batal.
Lalu bagaimana jika sekedar membayangkan atau berkhayal (berfantasi) lalu keluar mani?
Jawabnya, puasanya tidak batal. Alasannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku apa yang terbayang dalam hati mereka, selama tidak
melakukan atau pun mengungkapnya”
Berjima’ dengan pasangan di siang hari bulan Ramadhan membatalkan puasa, wajib
mengqodho’ dan menunaikan kafaroh. Namun hal ini berlaku jika memenuhi dua syarat: (1)
yang melakukan adalah orang yang dikenai kewajiban untuk berpuasa, dan (2) bukan termasuk
orang yang mendapat keringanan untuk tidak berpuasa. Jika seseorang termasuk orang yang
mendapat keringanan untuk tidak berpuasa seperti orang yang sakit dan sebenarnya ia berat
untuk berpuasa namun tetap nekad berpuasa, lalu ia menyetubuhi istrinya di siang hari, maka ia
hanya punya kewajiban qodho’ dan tidak ada kafaroh.
8
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
9
10
11
12