Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

“MAKNA PUASA,KEUTAMAAN,RUKUN DAN PEMBATALANNYA”

DI SUSUN OLEH 

KELOMPOK 6

ADINDA YUSRIANA NABILA (207122025)

BERNICHA SALWA KAMANJANI (207122015)

ITA PUTRI RAMADHANI (207122016)

RIZKI AMANDANI (207122002)

NUR ALFI LAIL                      (207122014)

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

FAKULTAS FARMASI, SAINS, DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS AL-IRSYAD CILACAP

2021/2022

1
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang....................................................................................................................

1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................

1.3 Tujuan Penulisan................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Makna Puasa .....................................................................................................................

2.2 Rukun Puasa.......................................................................................................................

2.3 Pembatalan Puasa..............................................................................................................

2.4 Keutamaan Puasa...............................................................................................................


................................................................................................................................

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan.........................................................................................................................

3.2 Saran..................................................................................................................................

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Puasa yaitu menahan diri dari makan,minum,dan pembatal puasa lainnya dari terbit fajar
hingga terbenamnya matahari.Sebagai seorang muslim tentunya ikut melaksanakan ibadah
ini,namun akan terasa rugi jika hanya puasa dan mendapatkan laparnya saja.Oleh karena itu di
makalah kami ini akan membahas mengenai materi makna puasa,rukun puasa dan lain
sebagainya.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud makna puasa?


2. Apa saja rukun puasa?
3. Apa yang dapat membatalkan puasa?
4. Apa yang dimaksud keutamaan puasa?

1.2 TUJUAN PENULISAN

1. Untuk mengetahui keutamaan puasa


2. Untuk mengetahui makna puasa
3. Untuk mengetahui rukun puasa
4. Untuk mengetahui hal yang membatalkan puasa

3
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 MAKNA PUASA 

Puasa dalam bahasa arab disebut Ash Shiyam artinya adalah al imsaak (‫ )اإلمساك‬yaitu
menahan diri. Sedangkan secara istilah, ash shiyaam artinya: beribadah kepada Allah Ta’ala
dengan menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar
hingga terbenamnya matahari

2.2 KEUTAMAAN PUASA 

1. Puasa adalah Jalan Meraih Takwa

َ ‫م لَ َعلَّ ُك ْم َت َّت ُق‬Bْ ‫ِين مِنْ َق ْبلِ ُك‬


‫ون‬ َ ‫ِب َعلَى الَّذ‬
َ ‫م َك َما ُكت‬Bُ ‫ص َيا‬
ِّ ‫ِب َعلَ ْي ُك ُم ال‬ َ ‫َيا َأ ُّي َها الَّذ‬
َ ‫ِين َآ َم ُنوا ُكت‬
“Wahai orang-orang yang beriman diwajibkan bagi kalian berpuasa sebagaimana diwajibkan
pada orang-orang sebelum kalian agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al
Baqarah: 183).

Yang meliputi takwa dalam puasa adalah seorang muslim meninggalkan apa yang Allah
haramkan yaitu makan, minum, hubungan intim sesama pasangan.Ia mengekang hawa
nafsunya padahal bisa saja menikmati berbagai macam kenikmatan. Ia tinggalkan itu semua
karena tahu bahwa Allah selalu mengawasinya.Begitu pula ketika puasa, orang kaya akan
merasakan lapar sebagaimana yang dirasakan fakir miskin.

2. Puasa adalah Penghalang dari Siksa Neraka

Dari Jabir bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

‫ص َيا ُم ُج َّن ٌة َيسْ َت ِجنُّ ِب َها ْال َع ْب ُد م َِن ال َّنار‬


ِّ ‫ِإ َّن َما ال‬ ِ
”Puasa adalah perisai yang dapat melindungi seorang hamba dari siksa neraka.”

Dari Abu Sa’id radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

‫ِين َخ ِري ًفا‬ ِ ‫يل هَّللا ِ َب َّع َد هَّللا ُ َوجْ َه ُه َع ِن ال َّن‬


َ ‫ار َس ْبع‬ ِ ‫صا َم َي ْومًا فِى َس ِب‬
َ ْ‫َمن‬

4
“Barangsiapa melakukan puasa satu hari di jalan Allah (dalam melakukan ketaatan pada Allah),
maka Allah akan menjauhkannya dari neraka sejauh perjalanan 70 tahun.” (HR. Bukhari no.
2840)

3. Puasa akan Memberikan Syafa’at bagi Orang yang Menjalankannya

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

.ِ‫ار َف َش ِّفعْ نِى فِيه‬ َّ ‫ص َيا ُم َأىْ َربِّ َم َنعْ ُت ُه‬ ِّ ‫ان ل ِْل َع ْب ِد َي ْو َم ْال ِق َيا َم ِة َي ُقو ُل ال‬
ِ ‫ص َيا ُم َو ْالقُرْ آنُ َي ْش َف َع‬
ِ ‫ت ِبال َّن َه‬
ِ ‫الط َعا َم َوال َّش َه َوا‬ ِّ ‫ال‬
ِ ‫ َقا َل َف ُي َش َّف َع‬.ِ‫َو َيقُو ُل ْالقُرْ آنُ َم َنعْ ُت ُه ال َّن ْو َم ِباللَّي ِْل َف َش ِّفعْ نِى فِيه‬
‫ان‬
”Puasa dan Al Qur’an itu akan memberikan syafa’at kepada seorang hamba pada hari kiamat
kelak. Puasa akan berkata, ’Wahai Rabbku, aku telah menahannya dari makan dan nafsu
syahwat karenanya perkenankan aku untuk memberikan syafa’at kepadanya’. Dan Al Qur’an
pula berkata, ’Aku telah melarangnya dari tidur pada malam hari, karenanya perkenankan aku
untuk memberi syafa’at kepadanya.’ Beliau bersabda, ’Maka syafa’at keduanya
diperkenankan.’“

4. Orang yang Berpuasa akan Mendapatkan Pengampunan Dosa

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

‫ان ِإي َما ًنا َواحْ ت َِسابًا ُغف َِر لَ ُه َما َت َق َّد َم مِنْ َذ ْن ِب ِه‬
َ ‫ض‬ َ ْ‫َمن‬
َ ‫صا َم َر َم‬
”Barangsiapa yang berpuasa di bulan Ramadhan karena iman dan mengharap pahala dari
Allah maka dosanya di masa lalu akan diampuni”.

Dari Hudzaifah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah bersabda,

‫م َوالصَّدَ َق ُة َواَأْلمْ ُر ِب ْال َمعْ رُوفِ َوال َّنهْيُ َعنْ ْال ُم ْن َك ِر‬Bُ ‫ص َيا‬ َّ ‫فِ ْت َن ُة الرَّ ج ُِل فِي َأهْ لِ ِه َو َمالِ ِه َو َولَ ِد ِه ُت َك ِّف ُر َها ال‬
ِّ ‫صاَل ةُ َوال‬
“Keluarga, harta, dan anak dapat menjerumuskan seseorang dalam maksiat (fitnah). Namun
fitnah itu akan terhapus dengan shalat, shaum, shadaqah, amar ma’ruf (mengajak pada
kebaikan) dan nahi mungkar (melarang dari kemungkaran).”

5. Puasa adalah Penahan Syahwat

Dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

َ ْ‫ص ِر َوَأح‬
‫صنُ ل ِْل َفرْ ِج َو َمنْ لَ ْم َيسْ َتطِ عْ َف َعلَ ْي ِه ِبالص َّْو ِم َفِإ َّن ُه َل ُه ِو َجا ٌء‬ َ ‫اع ِم ْن ُك ُم ْال َبا َء َة َف ْل َي َت َز َّوجْ َفِإ َّن ُه َأ َغضُّ ل ِْل َب‬
َ ‫ب َم ِن اسْ َت َط‬
ِ ‫َيا َمعْ َش َر ال َّش َبا‬

“Wahai para pemuda, barangsiapa yang memiliki baa-ah, maka menikahlah. Karena itu lebih
akan menundukkan pandangan dan lebih menjaga kemaluan. Barangsiapa yang belum
mampu, maka berpuasalah karena puasa itu bagai obat pengekang baginya.”

Imam Nawawi berkata puasa dapat mengekang syahwat dan mengekang kejelekan mani
sebagaimana orang yang sedang dikebiri.

5
2.3 RUKUN PUASA

1. Niat.

Ulama Syafi’iyyah dan Malikiyyah berpendapat bahwa niat adalah rukun puasa, bukan
syarat. Karena niat puasa selalu ada dalam diri seseorang, kecuali ia berniat membatalkan
puasanya. Sedangkan ulama Hanabilah dan Hanafiyah berpendapat bahwa niat adalah syarat
sah puasa, bukan rukun. Karena niat dilakukan sebelum fajar, di luar puasa.
Terlepas dari perbedaan ulama dalam masalah ini, orang yang berpuasa Ramadan wajib
berniat di malam hari sebelum fajar. Tidak sah puasa orang yang tidak berniat. Dalil-dalilnya
telah kami sebutkan pada bagian ‘syarat sah puasa’.

2. Menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya, dari terbitnya fajar
hingga terbenamnya matahari

ِّ ‫ْط اَأْل ْب َيضُ م َِن ْال َخيْطِ اَأْلسْ َو ِد م َِن ْال َفجْ ِر ُث َّم َأ ِتمُّوا ال‬
‫ص َيا َم ِإلَى الل‬ ُ ‫ِ َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َح َّتى َي َت َبي ََّن لَ ُك ُم ْال َخي‬

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187). Yang
dimaksud dari ayat adalah, terangnya siang dan gelapnya malam dan bukan yang dimaksud
benang secara hakiki.

2.4 PEMBATAL PUASA 

1. Makan dan minum dengan sengaja.

Makan dan minum yang dimaksudkan adalah memasukkan apa saja ke dalam tubuh
melalui mulut, baik yang bermanfaat (seperti roti dan makanan lainnya), sesuatu yang
membahayakan atau diharamkan (seperti khomr dan rokok), atau tidak ada nilai manfaat
(seperti potongan kayu). Dalilnya

ِّ ‫ْط اَأْل ْب َيضُ م َِن ْال َخيْطِ اَأْلسْ َو ِد م َِن ْال َفجْ ِر ُث َّم َأ ِتمُّوا ال‬
‫ص َيا َم ِإلَى اللَّي ِْل‬ ُ ‫َو ُكلُوا َوا ْش َربُوا َح َّتى َي َت َبي ََّن لَ ُك ُم ْال َخي‬

“Dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu fajar.
Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam.” (QS. Al Baqarah: 187).

Jika orang yang berpuasa lupa, keliru, atau dipaksa, puasanya tidaklah batal. Dari Abu
Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ُ‫ َفِإ َّن َما َأ ْط َع َم ُه هَّللا ُ َو َس َقاه‬، ‫ص ْو َم ُه‬ َ ‫ِإ َذا َنسِ َى َفَأ َك َل َو َش ِر‬
َ ‫ب َف ْل ُي ِت َّم‬

6
“Apabila seseorang makan dan minum dalam keadaan lupa, hendaklah dia tetap
menyempurnakan puasanya karena Allah telah memberi dia makan dan minum.”

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda,

َ ‫ض َع َعنْ ُأ َّمتِى ْال َخ َطَأ َوال ِّنسْ َي‬


‫ان َو َما اسْ ُت ْك ِرهُوا َعلَ ْي ِه‬ َ ‫ِإنَّ هَّللا َ َو‬

“Sesungguhnya Allah menghilangkan dari umatku dosa karena keliru, lupa, atau dipaksa.”

Yang termasuk makan dan minum adalah injeksi makanan melalui infus. Jika seseorang diinfus
dalam keadaan puasa, batal puasanya karena sama dengan makan dan minum.

Siapa saja yang batal puasanya karena makan dan minum dengan sengaja, maka ia punya
kewajiban mengqodho’ puasanya, tanpa ada kafaroh. Inilah pendapat mayoritas ulama.[7]

2. Muntah dengan sengaja.

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ِ ‫ضا ٌء َوِإ ِن اسْ َت َقا َء َف ْل َي ْق‬


‫ض‬ َ ‫َمنْ َذ َر َع ُه َقىْ ٌء َوه َُو صَاِئ ٌم َفلَي‬
َ ‫ْس َعلَ ْي ِه َق‬

“Barangsiapa yang dipaksa muntah sedangkan dia dalam keadaan puasa, maka tidak ada
qodho’ baginya. Namun apabila dia muntah (dengan sengaja), maka wajib baginya membayar
qodho’.”

3. Haid dan nifas.

Apabila seorang wanita mengalami nifas di tengah-tengah berpuasa baik di awal atau akhir hari
puasa, puasanya batal. Apabila dia tetap berpuasa, puasanya tidaklah sah. Ibnu Taimiyah
mengatakan, “Keluarnya darah haid dan nifas membatalkan puasa berdasarkan kesepakatan
para ulama.”

Dari Abu Sa’id Al Khudri, Nabi SAW bersabda,

‫ان دِي ِن َها‬


ِ ‫ص‬ َ ِ‫ َقا َل « َف َذل‬. ‫ قُ ْل َن َبلَى‬. » ‫ص ْم‬
َ ‫ك مِنْ ُن ْق‬ ُ ‫ص ِّل َولَ ْم َت‬
َ ‫ت لَ ْم ُت‬
ْ ‫اض‬ َ ‫» َألَي‬
َ ‫ْس ِإ َذا َح‬

“Bukankah kalau wanita tersebut haidh, dia tidak shalat dan juga tidak menunaikan puasa?”
Para wanita menjawab, “Betul.” Lalu beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Itulah
kekurangan agama wanita.”

Jika wanita haidh dan nifas tidak berpuasa, ia harus mengqodho’ puasanya di hari lainnya.
Berdasarkan perkataan ‘Aisyah, “Kami dahulu juga mengalami haid, maka kami diperintahkan
untuk mengqadha’ puasa dan tidak diperintahkan untuk mengqadha’ shalat.” Berdasarkan
kesepakatan para ulama pula, wanita yang dalam keadaan haidh dan nifas wajib mengqodho’
puasanya ketika ia suci.

7
4. Keluarnya mani dengan sengaja.

Artinya mani tersebut dikeluarkan dengan sengaja tanpa hubungan jima’ seperti mengeluarkan
mani dengan tangan, dengan cara menggesek-gesek kemaluannya pada perut atau paha,
dengan cara disentuh atau dicium. Hal ini menyebabkan puasanya batal dan wajib mengqodho’,
tanpa menunaikan kafaroh. Inilah pendapat ulama Hanafiyah, Syafi’iyah dan Hanabilah. Dalil
hal ini adalah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

‫ك َط َعا َم ُه َو َش َرا َب ُه َو َشه َْو َت ُه مِنْ َأجْ لِى‬


ُ ‫َي ْت ُر‬

“(Allah Ta’ala berfirman): ketika berpuasa ia meninggalkan makan, minum dan syahwat karena-
Ku”. Mengeluarkan mani dengan sengaja termasuk syahwat, sehingga termasuk pembatal
puasa sebagaimana makan dan minum.

Jika seseorang mencium istri dan keluar mani, puasanya batal. Namun jika tidak keluar mani,
puasanya tidak batal. Adapun jika sekali memandang istri, lalu keluar mani, puasanya tidak
batal. Sedangkan jika sampai berulang kali memandangnya lalu keluar mani, maka puasanya
batal.

Lalu bagaimana jika sekedar membayangkan atau berkhayal (berfantasi) lalu keluar mani?
Jawabnya, puasanya tidak batal. Alasannya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

ْ ‫ِإنَّ هَّللا َ َت َج َاو َز َعنْ ُأ َّمتِى َما َح َّد َث‬


‫ َما لَ ْم َتعْ َم ْل َأ ْو َت َت َكلَّ ْم‬، ‫ت ِب ِه َأ ْنفُ َس َها‬

“Sesungguhnya Allah memaafkan umatku apa yang terbayang dalam hati mereka, selama tidak
melakukan atau pun mengungkapnya”

5. Jima’ (bersetubuh) di siang hari.

Berjima’ dengan pasangan di siang hari bulan Ramadhan membatalkan puasa, wajib
mengqodho’ dan menunaikan kafaroh. Namun hal ini berlaku jika memenuhi dua syarat: (1)
yang melakukan adalah orang yang dikenai kewajiban untuk berpuasa, dan (2) bukan termasuk
orang yang mendapat keringanan untuk tidak berpuasa. Jika seseorang termasuk orang yang
mendapat keringanan untuk tidak berpuasa seperti orang yang sakit dan sebenarnya ia berat
untuk berpuasa namun tetap nekad berpuasa, lalu ia menyetubuhi istrinya di siang hari, maka ia
hanya punya kewajiban qodho’ dan tidak ada kafaroh.

8
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

1. Makna dari puasa ialah :


 Secara bahasa arab, puasa berarti ‘menahan’
 Menurut istilah adalah menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa
lainnya dari terbitnya fajar hingga terbenamnya matahari
2. Keutamaan puasa, yaitu :
 Penghalang dari siksa neraka
 Jalan menuju takwa
 Dapat memberikan stafaat bagi orang yang menjalankannya
 Penahan syahwat
 Mendapatkan pengampunan dosa
3. Rukun puasa terbagi menjadi dua, yaitu :
 Niat
 menahan diri dari makan, minum dan pembatal puasa lainnya dari terbitnya fajar
hingga terbenamnya matahari
4. Pembatal puasa
 Makan dan minum dengan sengaja
 Muntah dengan sengaja
 Haid dan nifas
 Keluarnya mani dengan sengaja
 Jima bersetubuh di siang hari

9
10
11
12

Anda mungkin juga menyukai