Disusun Oleh :
Muhammad nailur Rohman (202396120033)
Alim Tohari (202396120112)
DAFTAR ISI.............................................................................................................i
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................7
BAB I PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1
BAB II PEMBAHASAN
BAB II
PEMBAHASAN
Tawassul memiliki makna mendekatkan diri atau memohon kepada Allah SWT
melalui wasilah (perantara) yang memiliki kedudukan baik di sisi Allah SWT.
Wasilah tersebut dapat berupa nama dan sifat Allah SWT, amal shaleh yang
dilakukan, dzat serta kedudukan para nabi dan orang shaleh, atau dengan meminta
doa kepada hamba-Nya yang sholeh.
Berdasarkan pandangan mayoritas Ahlus Sunnah Wal-Jamaah, tawassul
dalam segala bentuknya dianggap sebagai perbuatan yang diperbolehkan atau
bahkan dianjurkan. Kebolehan tawassul dengan menggunakan nama dan sifat
Allah SWT, amal shaleh, dan meminta doa dari orang sholeh telah disepakati,
bahkan oleh kelompok yang memiliki sikap kritis terhadap tawassul. Oleh karena
itu, perlu kami sampaikan dalil-dalil yang mendukung pandangan ini secara rinci.
Arti dan Hukum Tawassul menjadi pokok bahasan dalam konteks ini.1
َيا َأُّيَه ا اَّلِذيَن آَم ُنوا اَّتُقوا الَّلَه َو اْبَتُغوا ِإَلْيِه اْلَو ِس يَلَة َو َج اِه ُد وا يِف َس ِبيِلِه َلَعَّلُك ْم ُتْف ِلُح وَن
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan carilah
jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya (wasilah) dan berjihadlah pada jalan-
Nya supaya kalian mendapat keberuntungan".
1
“Penjelasan Lengkap Tentang Tawassul Beserta Dalil, Hukum, Dan Macam-Macamnya |
Amaliyah Dan Shalawat › LADUNI.ID - Layanan Dokumentasi Ulama Dan Keislaman,” accessed
November 19, 2023, https://www.laduni.id/post/read/57050/penjelasan-tentang-tawassul-dan-
hukumnya.html.
2
َح َّد َثَنا اَحْلَسُن ْبُن َحُمَّم ٍد َقاَل َح َّد َثَنا َحُمَّم ُد ْبُن َعْبِد الَّلِه اَأْلْنَص اِر ُّي َقاَل َح َّد َثيِن َأيِب َعْبُد الَّلِه ْبُن اْلُمَثىَّن َعْن َمُثاَم َة ْبِن
َعْبِد الَّلِه ْبِن َأَنٍس َعْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك َأَّن ُعَمَر ْبَن اَخْلَّطاِب َر ِض الَّلُه َعْنُه َك اَن ِإَذا َقَح ُطوا اْس َتْس َق ى ِباْلَعَّباِس ْبِن
َي
َعْبِد اْلُم َّطِلِب َفَق اَل الَّلُه َّم ِإَّنا ُك َّنا َنَتَو َّس ُل ِإَلْيَك ِبَنِبِّيَنا َفَتْس ِق يَنا َو ِإَّنا َنَتَو َّس ُل ِإَلْيَك ِبَعِّم َنِبِّيَنا َفاْس ِق َنا َقاَل َفُيْس َق ْو َن
َرُج اًل َض ِر يَر اْلَبَص ِر َأَتى الَّنَّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّلَم َفَق اَل اْد ُع الَّلَه َأْن ُيَعاِفَييِن َقاَل ِإْن ِش ْئَت َدَعْو ُت َلَك َو ِإْن
ِّل ْك ِنْي ْد َذ ا الُّد اِء ِس ِش
ْئَت َأَّخ ْر ُت َذاَك َفُه َو َخ ْيٌر َفَق اَل اْدُعُه َفَأَم َر ُه َأْن َيَتَو َّضَأ َفُيْح َن ُو ُضوَءُه َفُيَص َي َر َعَت َو َي ُعَو َهِب َع
الَّل َّم ِإيِّن َأ َأُل َأ َّج ِإَل ِبَنِبِّي َّم ٍد َن الَّر ِة ا َّم ُد ِإيِّن َّج ِب ِإىَل يِّب يِف ا يِت ِذِه
َح َج َه َتَو ْهُت َك َر ْس َك َو َتَو ُه ْيَك َك َحُم ِّيِب َمْح َي َحُم ُه
Telah menceritakan kepada kami 'Utsman bin 'Umar telah mengabarkan kepada
kami Syu'bah dari Abu Ja'far berkata; saya telah mendengar 'Umarah bin
Huzaimah menceritakan dari 'Utsman bin Hunaif, ada seorang buta mendatangi
2
“Hadits Bukhari Nomor 954 - Kumpulan Hadits | Ilmu Islam,” accessed November 20, 2023,
https://ilmuislam.id/hadits/9678/hadits-bukhari-nomor-954.
3
Nabi Shallallahu'alaihiwasallam lalu berkata; "Berdo'alah kepada Allah agar
menyembuhkanku." Beliau bersabda: "Jika kamu mau, saya akan mendo'akan
untukmu dan jika kamu mau saya akan menangguhkan doaku dan itu lebih baik
bagimu." Lalu orang itu berkata; "Berdo'alah, " lalu beliau menyuruh agar orang
itu berwudlu dengan baik lalu shalat dua rekaat. Lalu berdo'a dengan do'a: "Ya
Allah, sesungguhnya saya meminta kepada-Mu, saya menghadapkan kepada-Mu
dengan nabi-Mu, Muhammad, nabi Yang Maha Penyayang, Wahai Muhammad,
sesungguhnya saya bertawajjuh dengan perantaraanmu kepada Rabku pada
kebutuhanku ini, maka putuskanlah kepadaku. Ya Allah, sembuhkanlah bagiku."3
Dalam perspektif Ahlus Sunnah wal Jamaah, terdapat beberapa macam tawassul
yang diakui dan diterima, dan umumnya dibahas dalam kaitan dengan perantara
atau wasilah yang digunakan. Berikut adalah beberapa macam tawassul menurut
pandangan Ahlus Sunnah wal Jamaah:
4
dengan perbuatan baik kepada orang tua (birrul walidain). Akhirnya, batu besar
tergeser karena angin besar dan sinar matahari masuk. Saat yang lain melakukan
doa dengan tawassul menggunakan amal-amal baik yang telah mereka lakukan,
batu tersebut tergeser perlahan-lahan.
3. Tawassul dengan Orang-orang Shalih (Tawassul bis shalihin)
Tawassul ini melibatkan meminta syafaat kepada orang-orang shalih, baik yang
masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sebagai contoh, hadits menceritakan
tentang seorang sahabat buta yang meminta Allah dengan menggunakan wasilah
Nabi untuk mendapatkan penglihatan, dan akhirnya doanya dikabulkan. Juga
sayyidina Umar bertawassul dengan Sayyidina Abbas saat istisqa seperti yang
telah dikemukakan di atas.
4. Tawassul dengan Dzat (Tawassul bi dzat)
Cara melakukan tawassul ini mencakup penggunaan kata-kata seperti bi jahi
(dengan kedudukan), bi hurmati (dengan kemuliaan), bi karamati (dengan
kemurahan), dan Shalawat Nariyah. Terdapat perbedaan pendapat di kalangan
ulama tentang tawassul dengan dzat.4 Sebagian besar ulama menganggap tawassul
dengan empat macam tersebut sah, namun menurut Ibn Taimiyah, semua bentuk
tawassul dapat diterima syariat kecuali tawassul bi dzat.5
BAB III
4
“Makna dan Macam-macam Tawassul,” NU Online, accessed November 20, 2023,
https://nu.or.id/nasional/makna-dan-macam-macam-tawassul-IXAGh.
5
“Kupas Tuntas Masalah Tawassul | Generasi Salafus Sholeh,” accessed November 20, 2023,
https://generasisalaf.wordpress.com/2013/02/28/kupas-tuntas-masalah-tawassul/.
5
KESIMPULAN
Dalam pandangan Ahlus Sunnah Wal Jamaah, konsep tawassul memiliki makna
mendekatkan diri atau memohon kepada Allah SWT melalui wasilah (perantara)
yang memiliki kedudukan baik di sisi Allah SWT. Wasilah tersebut dapat berupa
nama dan sifat Allah SWT, amal shaleh, dzat, serta kedudukan para nabi dan
orang shaleh, atau dengan meminta doa kepada hamba-Nya yang sholeh.
Mayoritas Ahlus Sunnah Wal Jamaah memandang tawassul sebagai perbuatan
yang diperbolehkan bahkan dianjurkan.
Dalil-dalil dari Al-Qur'an dan Hadits mendukung kebolehan tawassul, seperti ayat
Al-Maidah (5:35) yang menyeru untuk mencari jalan mendekatkan diri kepada
Allah dan hadits-hadits yang menggambarkan tawassul dalam praktik sahabat
Nabi, seperti saat Umar bin Khaththab meminta hujan dengan berwasilah kepada
Abbas bin Abdul Muththalib.
Dalam praktiknya, terdapat beberapa macam tawassul yang diakui dan diterima
oleh Ahlus Sunnah Wal Jamaah. Pertama, tawassul dengan nama Allah (Tawassul
bi asmaillah) yang melibatkan penggunaan kalimat atau asmaul khusna. Kedua,
tawassul dengan amal shaleh (Tawassul bi a'mal shalihat) yang mencakup
penggunaan perbuatan baik sebagai wasilah, seperti yang terjadi pada tiga sahabat
yang terperangkap di dalam gua. Ketiga, tawassul dengan orang-orang shalih
(Tawassul bis shalihin) yang melibatkan meminta syafaat kepada orang-orang
shalih, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Keempat, tawassul
dengan dzat (Tawassul bi dzat) yang mencakup penggunaan kata-kata tertentu
seperti bi jahi, bi hurmati, bi karamati, dan Shalawat Nariyah.
Ahlus Sunnah Wal Jamaah menekankan bahwa perantara yang digunakan dalam
tawassul harus sesuai dengan ajaran Islam, tidak melibatkan penyembahan kepada
selain Allah, dan hanya sebagai wasilah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.
Dengan demikian, tawassul menjadi bentuk ibadah yang sah dan diterima dalam
kerangka ajaran Islam.
6
DAFTAR PUSTAKA